Lapsus Lala DR Sukardi
Lapsus Lala DR Sukardi
PENDAHULUAN
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di
seluruh dunia, di Amerika Serikat 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun, pada 16,5 juta anak
sebelum usia 5 tahun dan menyebabkan 3 5 juta kematian setiap tahunnya 1. Dalam berbagai hasil
Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab
kematian bayi di Indonesia.
Diare adalah buang air besar (defekasi) encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut merupakan diare yang berlangsung
kurang dari 15 hari. Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit,
virus), keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain. Diare dapat disebabkan oleh satu atau
lebih patofiologi, antara lain : 1).Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik ; 2).
Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik ; 3). Infeksi dinding usus, disebut
diare infeksi ; dan lain-lain. Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu
faktor kausal (agent) dan faktor pejamu (host). Diagnosis diare akut ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dehidrasi perlu diwaspadai karena
merupakan salah satu penyebab kematian pada pasien diare. Penentuan derajat dehidrasi sangat perlu
dilakukan untuk menentukan seberapa besar terapi cairan yang diberikan.
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari rehidrasi (cairan oralitosmolaritas
rendah), diet, zink, antibiotik selektif (sesuai indikasi), dan edukasi kepadaorang tua pasien. Selain
itu, beberapa randomized controlled trials (RCT) dan metaanalisismenyatakan bahwa probiotik
efektif untuk pencegahan primer maupun sekunderserta untuk mengobati diare. Mekanismenya
secara singkat yaitu dengan meningkatkankolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna,
sehingga seluruh epitelmukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel
epitel usus,sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada
selepitel usus dan akhirnya kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi.
DEFINISI
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam
tinja melebihi normal (10ml/kg/hari), yang menyebabkan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3
kali sehari. Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau200 ml/24
jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebihdari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu diare yang
berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut world gastroenterology organization global
guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagaipasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
KLASIFIKASI
1. Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau
tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24
jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Diare persisten yaitu buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau
tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24
jam, dan berlangsung selama 14 hari atau lebih.
3. Diare disentri (infeksius) yaitu buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja,
dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya
dalam 24 jam dan disertai adanya darah dalam tinja
PATOGENESIS
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Proses ini paling sering menyebabkan diare, yang terjadi akibat konsumsi bahan
bahan yang tidak dapat diserap. Pada diare jenis ini kotoran akan mengeluarkan bahan-bahan yang
tidak dapat diserap, sifat diare biasanya tidak hebat, dan diare akan berkurang dengan tidak
mengkonsumsi bahan-bahan tersebut.
Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) sel-sel pada dinding usus akan merubah
sistem transport menjadi aktif sekresi. Penyebab paling sering adalah infeksi bakteri pada usus.
Beberapa kondisi yang memungkinkan adalah setelah bakteri berkembang dalam usus, bakteri akan
menginvasi sel-sel epitel, dan menghasilkan racun. Bakteri juga dapat merangsang untuk
dikeluarkannya zat-zat perantara untuk terjadinya peradangan pada usus. Kedua mekanisme tersebut
pada akhirnya akan menyebabkan sel menjadi aktif untuk mensekresi cairan ke dalam lumen lumen
usus. Gambaran diare sekresi yaitu diare yang hebat, tidak berubah dengan puasa, tidak terdapat
gangguan ion dalam kotoran (menandakan bahwa nutrisi tetap di penyerapan dengan baik).
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus
dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus halus dan
mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan normal vili
enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini
menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus .
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik
disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian
bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP
yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan
sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare 10.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat
mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin Escherichia coli
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya akan
bertambah hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan
50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang,
tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal .
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila terjadi
komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa
diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan
air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik,
dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang
terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik)
atau dehidrasi hipotonik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dehidrasi berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik patogen antara lain : vulvovaginitis,
infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis, meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan
septik tromboplebitis. Gejala neurologik dari infeksi usus bisa berupa parestesia (akibat makan ikan,
kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas
badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan
tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rektum yang menunjukan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah gejala yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh
karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus, bakteri
yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung pada
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan yang terpenting adalah buang air besar dengan bentuk
tinja cair atau encer 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Keluhan diarenya berlangsung kurang
Pemeriksaan penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaannya
antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja, pemeriksaan
Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan tes serologi
amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya mempunyai
jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari:
1. ORS (Oral Rehidration Solution)
Terapi terbaik pada pasien diare yang mengalami dehidrasi adalah ORS,
misalnyaoralit osmolaritas rendah. Cairan diberikan 50 200 ml/kgBB/24 jam tergantung
kebutuhan dan status hidrasi. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberikan cairan
intravena atau infus. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang diberikan cairan per oral atau selang
nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natriumbikarbonat, dan 1,5 g
KCl setiap liter.
1. Diet
KOMPLIKASI
1. Gangguan elektrolit
- Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala
yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan.
- Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering
terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema.
Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hampIr semua anak dengan hiponatremi.
- Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak
jantung dengan EKG.
- Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K: jika
kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral KCL 75 meq/kg BB per hari dibagi 3 dosis.
Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan
dalam 4 jam.
1. Demam
2. Asidosis metabolik
3. Ileus paralitik
4. Kejang
5. Muntah
PROGNOSIS
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus diare pada
anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh
dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi diare persisten.
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Keluarga
Ibu Ayah
Nama Ny. S Tn. B
Umur 30 thn 35 thn
Pendidikan SMA S1
Pekerjaan IRT Swasta
Riwayat Pengobatan :
- Senin 12 Januari 2015 pagi : Pasien di bawa Berobat ke Puskesmas Dasan.Cermen diberi
obat sirup penurun panas, anti muntah dan oralit, Obat penurun panas tersebut diberikan
sebanyak 1 kali pada hari itu, sedangkan oralit diberikan setiap kali BAB BPL tidak
ada perubahan
- Senin 12 januari 2015 malam : RSUD Kota Mataram diberi obat yang sama BPL
tidak ada perubahan
- Rabu 14 januari 2015 berobat ke praktek dokter spesialis di rujuk ke RSUP NTB dan
diberikan pengobatan berupa pemberian cairan melalui jalur intravena
30 Tahun 35 Tahun
7 Tahun 11 Bulan
Riwayat Nutrisi
Inisiasi menyusui dini dilakukan ibu pasien. Pasien saat ini masih diberikan ASI, pasien
mendapat ASI ekslusif hingga usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI diberikan ibu pasien berupa
bubur kemasan setelah usia pasien lebih dari 6 bulan. Air yang digunakan untuk membuat bubur juga
berasal dari air mineral. Dalam sehari pasien makan bubur 3 hingga 4 kali dengan menggunakan
sendok teh dan piring kecil.
Riwayat Vaksinasi
Imunisasi Dasar Ulangan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KU : Sedang
Kes : Compos Mentis
GCS :E4V5M6
TD : tidak dievaluasi
N : 124 x/mnt
RR : 28 x/mnt
Tax : 38,4C
CRT : < 2dtk
Status Gizi
BB : 9,2 kg
PB : 75 cm
Edema : (-)
Zscore (WHO-NCHS):
BB/PB = 0 - 2 SD (Normal)
BB/U = 0 - 2 SD (Normal)
TB/U = 0 - 2 SD (Normal)
Kesimpulan : Gizi Baik
Status Generalis
Kepala:
Bentuk : Normocephalic, UUB tertutup, datar, old face (-)
Mata : Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (+/+), Refleks pupil (+),
isokor (pupil kiri 3 mm pupil kanan 3mm), edema palpebra (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-),mukosa bibir basah (+)
THT : Tanda radang (-), otorrhea (-), sekret hidung -/-, rinorrhea (-), NCH (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Abdomen :
Inspeksi : distensi (+), darm couture (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : Bunyi usus (+) meningkat, metalic sound (-).
Palpasi : Supel, massa (-), hepar, lien dan ren tak teraba, Turgor kulit kembali
lambat
Perkusi : timpani (+) pada seluruh lapang abdomen.
Ekstremitas:
RESUME
Pasien laki-laki, usia 11 bulan, mencret, konsistensi cair, warna kuning, tidak berampas, tidak
berbau, tidak terdapat lendir maupun darah.Setiap kali BAB volume yang keluar 50 ml. Keluhan
lain yaitu muntah lebih dari tiga kali setiap kali diberi makan atau minum. Pasien mengalami demam
DIAGNOSIS
RENCANA TERAPI
Planning Terapi :
- IVFD RL
Kebutuhan cairan rehidrasi intravena dengan berat badan 9,2 kg: 200mL/kgBB/hari =
200 x 9,2 = 1840 cc/24 jam 25 tpm/menit (infus set Makro)
- Antibiotik spectrum luas, Ceftriaxone 20-80 mg/kgbb/hr 184-736 mg/hr
- Paracetamol jika demam 10-15 mg/kgbb/hari 2,5 ml /kp
- Zinc 1 tablet perhari selama minimal 10 hari (1 x 20 mg) per oral
- Oralit : 5-10 mLkgBB = 46 cc 92 cc setiap kali BAB cair atau muntah.
Planning Diagnostik : Darah lengkap,feses lengkap,
Planning Monitoring
- Observasi tanda vital
- Observasi tanda-tanda dehidrasi
- Observasi pemberian cairan intravena
- Timbang berat badan tiap hari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Lengkap
Parameter 14/01/2015 19/01/2015 20/01/2015
HB (g/dL) 11,0 10,0 10,9
HCT (%) 35,4 31,3 34,1
RBC (106/uL) 5,43 4,54 4,95
MCV (fl) 63,2 68,9 60,9
MCH (pg) 20,3 22,0 22,0
b. Pemeriksaan khusus
Tes Widal : Negatif (13/01/2015)
PROGNOSIS
Dubia Ad Bonam
KIE
Edukasi yang diberikan kepada orang tua pasien setelah pasien pulang adalah sebagai berikut:
- Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila diare
kembali kambuh, demam, tinja berdarah, makan atau minumnya sedikit
- Langkah promotif/preventif : ASI tetap diberikan, kebersihan perorangan ditingkatkan, cuci
tangan sebelum makan, kebersihan lingkungan ditingkatkan, buang air besar di jamban,
penyediaan air minum yang bersih, selalu memasak makanan.
FOLLOW UP PASIEN
1. Atlas, Dr. Husein et al :Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.
2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al : Nelson, Ilmu
Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 1042.
3. Pudjiadi AH, et al, editor. Pedoman Pelayanan Medis Anak. Jilid 1, Cetakan I. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia : 2010
4. Gill H, Prasad J. Probiotics, immunomodulation, and health benefits. Adv ExpMed Biol
5. 2008; 606: 423-54.
6. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5, Tuberkulosis, hal 753
761.
7. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid
1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-110.
8. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung
Seto. 2007:1-24.
9. Sanz Y, Nadal I, Snchez E. Probiotics as drugs against human gastrointestinalinfections.
Recent Pat Antiinfect Drug Discov 2007; 2: 148-56.
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan
Anak.Bagian IKA FK UI ; Jakarta
11. Tim Adaptasi WHO-Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : WHO, Depkes RI, IDAI. 2009
12. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex Media Komputindo,
Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika, hal 145 154.5.
13. Weizman Z, Asli G, Alsheikh A. Effect of a Probiotic Infant Formula onInfections in Child
14. Care Centers: Comparison of Two Probiotic Agents.Pediatrics 2008; 115: 5-9.
15. Yusuf, Sulaiman. Profil Diare di Ruang Rawat Inap. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin. Sari Pediatri
Volume 13 No. 4. 2011. P 265-70.