Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

PERDARAHAN ANTEPARTUM
e.c.
PLASENTA PREVIA TOTALIS

Oleh
Muhyiddin
H1A010002

PEMBIMBING :
dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG.

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB
MATARAM
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.

Laporan kasus yang berjudul Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis
ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri
dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

1. dr. I Made P. Juliawan, Sp.OG, selaku pembimbing laporan kasus ini dan selaku
supervisor.
2. dr. H. Doddy A.K., Sp.OG (K), selaku supervisor.
3. dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor.
4. dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku supervisor.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari
sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, Juni 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2009 Angka


Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran
hidup. Tingginya angka kematian ibu itu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di
ASEAN dalam hal tersebut. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 menyebutkan angka
kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat
dibandingkan dengan hasil survei 1995, yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup.
Departemen Kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu turun menjadi 125 per
100.000 kelahiran hidup. Namun target tersebut masih jauh untuk dicapai.1

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40-60%),


infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai
penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari
semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan
perdarahan yang belum jelas sumbernya.1

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal, plasenta terletak di bagian atas uterus, biasanya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4-0,6%
dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan yang baik mortalitas perinatal adalah
50 per 1000 kelahiran hidup. Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk
bundar, berupa organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi
untuk pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat
pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara
ibu dan bayi.2

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada
trimester ketiga. Angka kejadian plasenta previa sekitar 1 dari 200 persalinan. Insiden pada
multipara berkisar 1 dari 20 proses kelahiran. Di AS resiko terjadinya plasenta previa
meningkat 1,5 sampai 5 kali lipat pada wanita dengan riwayat seksio sesarea. Pada wanita
dengan faktor kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun, multipara, riwayat dilatasi dan
kuretase, dan merokok akan meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa3.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, dimana plasenta berimplantasi
pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Implantasi plasenta yang normal
ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus uteri.3,4
Plasenta previa adalah komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester kedua dan
ketiga kehamilan. Hal itu dapat menyebabkan kematian yang serius baik bagi janin dan
ibu. Ini adalah salah satu penyebab utama perdarahan vagina pada trimester kedua dan
ketiga.1

B. Epidemiologi
Secara umum, di seluruh dunia insiden plasenta previa berkisar antara 1 dalam 200
hingga 1 dalam 390 kehamilan pada umur kehamilan diatas 28 minggu. Di Indonesia, pada
beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insiden plasenta previa berkisar 1,7%
sampai dengan 2,9%. Di Negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%, hal
ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil paritas tinggi. Insiden
meningkat 20 kali pada grande multipara. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum,
plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian
perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu3,5,6.

C. Faktor Resiko
Penyebab utama terjadinya plasenta previa tidak diketahui. Tetapi ada beberapa faktor
resiko yang menyebabkan meningkatnya kemungkinan seseorang untuk mengalami
plasenta previa, yaitu10:
1. Operasi sesar sebelumnya. Pada wanitawanita yang pernah menjalani operasi sesar
sebelumnya, maka sekitar 1% wanita tersebut akan mengalami plasenta previa.
Resiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih operasi
sesar dimana 10% wanita tersebut akan mengalami plasenta previa.
2. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase
atau aborsi medisinalis.
3. Multiparitas dan jarak kehamilan. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 1500 wanita
yang baru pertama kali hamil. Bagaimanapun, pada wanita yang telah 5 kali hamil
atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa adalah 1 diantara 20 kehamilan.
Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta
sebelumnya.
4. Usia ibu hamil. Diantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1
dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih
dari 35 tahun 3 kali lebih berisiko akan mengalami plasenta previa.
5. Kehamilan dengan janin lebih dari satu.
6. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol. Pada perempuan
perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.
7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan
bagi penempelan plasenta.
8. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa
jaringan parut berisiko 0,26%. Terdapatnya jaringan parut bekas operasi berperan
menaikkan insiden dua sampai tiga kali lipat.
9. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
10. Malnutrisi ibu hamil.

D. Klasifikasi
Secara umum, plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :6
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum
2. Plasenta previa parsialis yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasentasi yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak kurang lebih 2 cm dari ostium
uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Terdapat juga literatur yang membagi plasenta previa dengan menggunakan
pembagian grade, yaitu grade I sampai grade IV, setiap grade berperan menentukan
beratnya plasenta previa dan juga penatalaksanaan yang tepat. Grade I dan II termasuk
kriteria minor dan masih memungkinkan persalinan pervaginam. Sementara itu Grade III
dan IV termasuk kriteria major yang tidak memungkinkan untuk persalinan pervaginam
sehingga dibutuhkan tindakan operasi. Pembagian plasenta previa berdasarkan berdasarkan
grade ini yaitu sebagai berikut7,8.

Tabel 1. Pembagian plasenta previa


Grade Deskripsi
Minor I Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi terbawah tidak
mencapai ostium uteri internum
II Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai ostium uteri
internum tetapi tidak menutupinya
Mayor III Plasenta menutupi ostium uteri internum tetapi asimteris
IV Plasenta menutupi ostium uteri internum secara simetris

Keadaan lain, yang disebut vasa previa, adalah keadaan dengan pembuluh-pembuluh
janin berjalan melewati selaput ketuban dan terdapat di ostium uteri internum. Kondisi ini
merupakan penyebab perdarahan antepartum yang jarang dan memiliki angka kematian
janin yang tinggi.
Gambar 2. Kiri Klasifikasi Plasenta Previa ; Kanan Gambaran Ultrasonografi yang
menunjukkan plasenta previa grade I pada kehamilan 32 minggu.

E. Etiologi
Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya:9
1. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan plasenta
terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.
2. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan parut
(dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar atau aborsi).
3. Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6. Plasenta terbentuk secara tidak normal.
7. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada
primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang berkurang
dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke
plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi
pembukaan jalan lahir.
8. Ibu merokok atau menggunakan kokain.
9. Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih besar
pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di bawah usia 20
tahun . Hasil penelitian menyatakan usia wanita produktif yang aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Diduga risiko plasenta previa
meningkat dengan bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Plasenta
previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ke
III. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun. Prevalensi
plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa dapat
terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur dapat
meningkatkan kejadian plasenta previa. Hasil penelitian menyatakan peningkatan
umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah
arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium
tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang
lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.

F. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga
lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan
maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan
melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi
di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta.
Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta
previa betapapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif
dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan
akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan
akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi yang mengenai sinus yang
besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan
bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah
perdarahan akan berlangsung tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar
berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen
bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri
internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru
terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit
tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa
terjadi pada`kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur 34
minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk
hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa.6
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat
pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan
plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli dan ke
rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus
yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah
robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat di sana, Kedua kondisi ini
berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa,
misalnya dalam kala III karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retentio
placentae), atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi
dengan baik.6

G. Gejala Klinis
Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, plasenta previa
memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding)10.
Ciri-ciri plasenta previa :
1. Perdarahan tanpa nyeri. Sekitar dua pertiga pasien menunjukkan gejala
sebelum 36 minggu masa gestasi, dengan setengah dari pasien
ini menampakkan gejala sebelum 30 minggu masa gestasi.
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
6. Denyut jantung janin ada
7. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
8. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
9. Presentasi mungkin abnormal

H. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya
ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.3
1. Anamnesis
Gejala klinis yang sering ditemukan pada plasenta previa adalah adanya
perdarahan yang tidak nyeri pada akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga.
Meskipun ada juga pasien yang mengeluhkan perdarahan yang bersifat nyeri yang
kemungkinan disebabkan karena adanya kontraksi uterus atau pemisahan plasenta,
dan bahkan ada juga pasien yang tidak mengeluhkan perdarahan sampai sebelum
persalinan.5
Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan
perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan, apakah ada
rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi serta banyaknya
perdarahan.
2. Pemeriksaan luar
o Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku
dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis.1,3
o Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering dijumpai
kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu
atas panggul.3,9
3. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari


ostium uteri eksternum atau dari kelainan dari organ genitalia bagian dalam lainnya.

4. Penentuan letak plasenta tidak langsung


Dapat dilakukan dengan menggunakan radiografi, radioisotop, dan
ultrasonografi. Pemeriksaan radiografi dan radioisotop masih dihadapkan pada bahaya
radiasi yang cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan. Sedangkan
penggunaan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak
menimbulkan rasa nyeri.
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah. Bila
tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat
sumber perdarahan lain.5
5. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaannya dilakukan dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis
secara langsung. Hal ini dilakukan apabila penanganan konservatif tidak dapat
dilakukan, dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam
keadaan siap operasi.

I. Penatalaksanaan
Semua penderita perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam
kecuali kemungkinan plasenta previa telah disingkirkan atau diagnosa solusio plasenta
telah ditegakkan. Penatalaksanaan plasenta previa di RSUP NTB yang tercantum dalam
Standar Pelayanan Medik (2008), dibedakan menjadi 2, yaitu11 :
1. Perawatan konservatif
Dilakukan pada bayi prematur dengan TBJ < 2500 gram atau umur kehamilan
< 37 minggu dengan syarat denyut jantung janin baik dan perdarahan sedikit atau
berhenti.
Cara perawatan :
a. Observasi ketat di kamar bersalin selama 24 jam
b. Keadaan umum ibu diperbaiki, bila anemia berikan transfusi PRC (Packed
Red Cell) sampai Hb 10-11 gr%
c. Berikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin (kemungkinan perawatan
konservatif gagal) dengan injeksi Betametason/Deksametason 12 mg tiap 12
jam bila usia kehamilan < 35 minggu atau TBJ < 2000 gram
d. Bila perdarahan telah berhenti, penderita dipindahkan ke ruang perawatan dan
tirah baring selama 2 hari, bila tidak ada perdarahan dapat mobilisasi.
e. Observasi perdarahan, denyut jantung janin dan tekanan darah setiap 6 jam.
f. Bila perdarahan berulang dilakukan penanganan aktif
g. Bila perdarahan ulang tidak terjadi setelah dilakukan mobilisasi penderita
dipulangkan dengan nasehat :
Istirahat
Dilarang koitus
Segera masuk Rumah Sakit bila terjadi perdarahan lagi
Kontrol tiap minggu

2. Perawatan aktif

Segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika perdarahan aktif (perdarahan >


500 cc dalam 30 menit) dan diagnosa sudah ditegakkan segera dilakukan seksio
sesarea dengan memperhatikan keadaan umum ibu. Perawatan aktif dilakukan
apabila :
- Perdarahan aktif
- Perkiraan berat bayi > 2000 gram
- Gawat janin
- Anemia dengan Hb < 6 g%, janin hidup, perkiraan berat bayi > 2000 gram

J. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak
dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan
perdarahan yang terjadi itu tidak dicegah sehingga penderita menjadi anemia
bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya
menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan
adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan
maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian
terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang
pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10% sampai 35% pada
pasien yang pernah seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila
telah seksio sesarea 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus
sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu
mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah
satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang
lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi
arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi
tidak langsung dari plasenta previa.
4. Kelainan letak janin pada plasenta previa lebih sering terjadi.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk
mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain
masa perawatan yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta,
seksio secarea, kelainan letak janin, perdarahan pascapersalinan, kematian maternal
akibat perdarahan dan disseminated intravascular coagulation (DIC).

K. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG,
disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah
sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang
pernah melahirkan dengan seksio sesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang
diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat
sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa.
Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin
masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun
karena intervensi seksio sesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa
dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan. Pada satu penelitian yang
melibatkan 93.000 persalinan oleh Crane dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka
kelahiran prematur 47%. Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan
dengan plasenta previa belum terbukti3.
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS :

Nama : Ny. R
Usia : 34 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Ampenan, Mataram
MRS : 28 Mei 2014 (jam 18.04 wita)
No.RM : 539618

II. ANAMNESA :

Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien rujukan RSUD Kota Mataram dengan G4P3A0H3 38 minggu T/H/IU dengan
suspect APB (plasenta previa). Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak pukul
16.00 wita (28/06/2014), darah yang keluar berwarna merah segar. Tidak ada riwayat
keluar air, darah bercampur lendir (-), nyeri perut (-), riwayat trauma (-), pasien masih
merasakan gerakan janin.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit yang membuat dirinya dirawat di RS.
Riwayat hipertensi, asma dan diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengaku tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien
tidak ada yang mengidap asma, hipertensi dan diabetes mellitus.

Riwayat Obstetri
1. Laki-laki, Aterm, 2300 gr, di rumah-dukun, 15 tahun, hidup.
2. Laki-laki, Aterm, 2500 gr, di rumah-dukun, 12 tahun, hidup.
3. Laki-laki, Aterm, 2600 gr, PKM-bidan, 3 tahun, hidup.
4. Ini
HPHT : 05 September 2013
HTP : 12 Juni 2014
Riwayat ANC : 9 kali di PKM dan Posyandu
ANC terakhir : 06 Mei 2014
TD : 120/80 mmhg
BB : 57 kg
Usia Kehamilan : 37-38 minggu
Tinggi Uterus : 27 cm
Presentasi : kepala
Riwayat USG : -
Riwayat KB : suntik 3 bulan
Rencana KB : IUD

Kronologis di Puskesmas Tanjung Karang


Pukul 16.35 wita (28/05/2014)
S:
Pasien datang ke Puskesmas Tanjung Karang tanggal 28-05-2014, pukul 16.35 wita.
Pasien datang hamil 9 bulan mengeluh keluar darah banyak dari jalan lahir sejak pukul
16.00 wita, sakit perut (-), pengeluaran cairan ketuban (-), gerakan janin masih
dirasakan.
O:
KU : Baik
TD : 120/90
N :82 x/menit
T : 36,8oC
RR : 22 x/menit
TFU : 27 cm,
TBJ : 2325 gr
Letkep, Puki, belum masuk PAP
DJJ 132 x/menit (11-11-11)
His (-)
VT tidak dilakukan
A:
G4P3A0H3 uk 38 minggu T/H/IU, keadaan ibu dan janin baik dengan suspect APB
(plasenta previa).
P:
- Beritahu ibu hasil pemeriksaan
- Inform consent tindakan
- Kolaborasi dengan dokter
- Pasang infus RL 20 tpm
- Rujuk dengan BAKSOKU

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : E4V5M6
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi napas : 22 x/menit
Suhu : 36,5 C
Mata : An -/-, Ikterus -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : Luka bekas operasi (-), striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat +/+

IV. STATUS OBSTETRI

a. Leopold I : bokong
b. Leopold II : punggung kiri
c. Leopold III : kepala
d. Leopold IV : 5/5
- TFU : 29 cm
- TBJ : 2635 gram
- His : (-)
- DJJ : 12-12-13 ( 148 kali/menit )
- Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
Tidak dilakukan
Inspekulo:
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (+), livide (+), OUE (+), fluor
albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-).

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi (USG) (30/05/2014):


- Janin T/H/IU letkep
- FM (+)
- FHB (+)
- Sex : perempuan
- TBJ : 2840 gram
- Plasenta di anterior SBR menutupi OUI grade III
- Air ketuban jernih cukup
Kesan : plasenta previa Totalis
Pemeriksaan darah lengkap dan tes HbSAg
- WBC : 6,32 x 103 L
- Hb : 11,2 g/dL
- RBC : 3,80 x 106 L
- HCT : 33,5%
- PLT: 205 x 103 L
- BT : 2 menit 30 detik
- CT : 6 menit
- HbSAg : (-)

VI. DIAGNOSIS

G4P3A0H3 37-38 mg/T/H/IU letak kepala dengan Antepartum Bleeding (APB) e.c.
Plasenta Previa Totalis

VII. RENCANA TINDAKAN

- Usul terminasi kehamilan perabdominal dengan SC


- Evaluasi kesra ibu dan janin selama menunggu tindakan SC
- Bedrest total
- Konsul ke SPV, advice : SC elektif tanggal 31/05/2014

VII. BAYI LAHIR


Jenis persalinan : SCTP
Indikasi : APB e.c Plasenta previa
Lahir tanggal, jam : 31-05-2014 pukul 10.45 WITA
Jenis kelamin : Perempuan
APGAR Score : 7-9
Lahir : Hidup
Berat : 2900 gram
Panjang : 47 cm
Amnion : Jernih
Kelainan kongenital : (-)
Anus : (+)

- PLASENTA
Lahir : Manual
Lengkap : Ya
Berat : 500 gram

- KONDISI IBU 2 JAM POST SC


Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Suhu : 36,4C
Kontraksi uterus : (+) baik
TFU : 2 jari di bawah umbilikus
Perdarahan aktif : (-)
Lochea rubra : (+)
Urin output : 50 cc/jam

- KONDISI IBU I HARI POST SC


Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 120/80 mm/Hg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,8C
Kontraksi uterus : (+) baik
TFU : 2 jari di bawah umbilicus
Perdarahan aktif : (-)
Lochea rubra : (+)
Urin output : 50 cc/jam

Bayi di NICU
HR :136 bpm
RR : 40 bpm
T : 35,80C

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita 34 tahun yang
kemudian didiagnosa dengan diagnosa G4P3A0H3 umur kehamilan 37-38 minggu/T/H/IU
dengan Antepartum Bleeding e.c plasenta previa Totalis.

Diagnosa perdarahan antepartum (APB) ditegakkan karena pasien mengeluh


perdarahan pada umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Perdarahan ini biasanya bersumber
dari kelainan plasenta yaitu plasenta previa atau solusio plasenta. Namun dari gejala klinis
yang dialami pasien lebih mendekati gejala plasenta previa dibandingkan gejala solusio
plasenta. Gejala klinis plasenta previa pada kasus ini antara lain, perdarahan dengan warna
darah merah segar yang tidak disertai nyeri perut, perdarahan tanpa sebab, bagian terbawah
janin belum masuk pintu atas panggul, dan kondisi janin dalam keadaan baik. Diagnosa ini
dipertegas dengan hasil USG, dimana didapatkan plasenta berada di segmen bawah rahim
anterior menutupi Ostium Uteri Internum.

Pada pasien ini dilakukan penanganan aktif mengingat umur kehamilan lebih dari 37
minggu (39-40 minggu), serta perkiraan berat janin lebih dari 2500 gram.
Faktor resiko terjadinya plasenta previa pada pasien ini kemungkinan karena
multiparitas. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil.
Bagaimanapun, pada wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka resiko terjadinya
plasenta previa adalah 1 diantara 20 kehamilan. Secara teori plasenta yang baru berusaha
mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.

Dalam kepustakaan, penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara


pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya, gangguan
implantasi blastokista dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme
yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa. Sementara itu
vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan,
miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya
plasenta previa.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:


1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yaitu USG yaitu G4P3A0H3 37-38 minggu/T/H/IU dengan
Antepartum Bleeding e.c plasenta previa Totalis.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat dengan dilakukannya
seksio sesaria.
3. Faktor resiko terjadinya plasenta previa pada pasien ini kemungkinan karena
multiparitas
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu Subjektif Objektif Assessment Planning
28/05/2014 Keluhan utama : Pasien Keadaan umum : Baik G4P3A0H3 37-38 Observasi kesejahteraan ibu
18.04 wita
mengeluh keluar darah dari jalan Kesadaran : E4V5M6 minggu T/H/IU dan janin
Observasi tanda-tanda vital
lahir. Tekanan darah : 120/90 mmHg presentasi kepala
Observasi perdarahan
Frekuensi nadi : 80 x/menit dengan APB e.c. Pro USG
Riwayat Penyakit Sekarang :
Konsul ke GP, advice :Pro
Kota Frekuensi napas : 22 x/menit suspect Plasenta
Pasien rujukan RSUD
USG
: 36,5 C
Mataram dengan G4P3A0H3 38 Suhu Previa

minggu T/H/IU dengan suspect Mata : An -/-, Ikterus -/-

APB (plasenta previa). Pasien Jantung : S1S2 tunggal,

mengeluh keluar darah dari jalan murmur (-), gallop (-)


lahir sejak pukul 16.00 wita Paru : Vesikuler +/+,

(28/06/2014), darah yang keluar rhonki (-), wheezing (-)


berwarna merah segar. Tidak ada Abdomen : Luka bekas operasi

riwayat keluar air, darah (-), striae gravidarum (+), linea nigra
bercampur lendir (-), nyeri perut (+)
(-), riwayat trauma (-), pasien Ekstremitas : Edema -/-, akral
hangat +/+
masih merasakan gerakan janin.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah
menderita penyakit yang membuat
dirinya dirawat di RS. Riwayat Status Obstetri
hipertensi, asma dan diabetes a. Leopold I : bokong
mellitus disangkal. b. Leopold II : punggung kiri
Riwayat Penyakit Keluarga : c. Leopold III : kepala
Pasien mengaku tidak memiliki d. Leopold IV : 5/5
penyakit keturunan. Menurut - TFU : 29 cm
pasien di keluarga pasien tidak - TBJ : 2790 gram
ada yang mengidap asma, - His : (-)
hipertensi dan diabetes mellitus. - DJJ : 12-12-13 ( 148
kali/menit )
Riwayat Obstetri
1. Laki-laki, Aterm, 2300 gr, di - Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam (vaginal
rumah-dukun, 15 tahun,
toucher)
hidup.
Tidak dilakukan
2. Laki-laki, Aterm, 2500 gr, di
Inspekulo:
rumah-dukun, 12 tahun,
Porsio ukuran normal, tampak
hidup.
licin, erosi (-), fluksus (+), livide
3. Laki-laki, Aterm, 2600 gr,
(+), OUE (+), fluor albus (-),
PKM-bidan, 3 tahun, hidup.
perdarahan aktif (-), massa (-),
peradangan (-).
HPHT : 05 September 2013
HTP : 12 Juni 2014 Pemeriksaan Laboratorium
Riwayat ANC: 9 kali di PKM dan - WBC : 6,32 x 103 L
Posyandu - Hb : 11,2 g/dL
ANC terakhir : 06 Mei 2014
TD : 120/80 mmhg - RBC : 3,80 x 106 L
BB : 57 kg - HCT : 33,5%
Usia Kehamilan : 37-38
- PLT: 205 x 103 L
minggu
Tinggi Uterus : 27 cm - BT : 2 menit 30 detik
Presentasi : kepala - CT : 6 menit
Riwayat USG : -
Riwayat KB : suntik 3 bulan - HbSAg : (-)
Rencana KB : IUD

Kronologis di Puskesmas Tanjung


Karang
Pukul 16.35 wita (28/05/2014)
S:
Pasien datang ke Puskesmas
Tanjung Karang tanggal 28-05-
2014, pukul 16.35 wita. Pasien
datang hamil 9 bulan mengeluh
keluar darah banyak dari jalan
lahir sejak pukul 16.00 wita, sakit
perut (-), pengeluaran cairan
ketuban (-), gerakan janin masih
dirasakan.
O:
KU : Baik
TD : 120/90
N :82 x/menit
T : 36,8oC
RR : 22 x/menit
TFU : 27 cm,
TBJ : 2325 gr
Letkep, Puki, belum masuk
PAP
DJJ 132 x/menit (11-11-11)
His (-)
VT tidak dilakukan
A:
G4P3A0H3 uk 38 minggu
T/H/IU, keadaan ibu dan janin
baik dengan suspect APB
(plasenta previa).
P:
- Beritahu ibu hasil
pemeriksaan
- Inform consent tindakan
- Kolaborasi dengan dokter
- Pasang infus RL 20 tpm
- Rujuk dengan BAKSOKU
Nyeri perut (-), TD : 120/80 N: 88 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
22.00 wita
Keluhan keluar darah (-) T : 36,6 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
Pusing (-) His (-), DJJ 144x/menit presentasi kepala - Observasi tanda-tanda vital
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
suspect Plasenta

Nyeri perut (-), TD : 120/70 N: 84 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
29/05/2014
Keluhan keluar darah (-) T : 37 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
07.00 wita - Observasi tanda-tanda vital
Pusing (-) His (-), DJJ 144x/menit presentasi kepala
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
suspect Plasenta
Nyeri perut (-), TD : 120/80 N: 86 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
14.00 wita
Keluhan keluar darah (-) T : 37 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
- Observasi tanda-tanda vital
Pusing (-) His (-), DJJ 140x/menit presentasi kepala
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
suspect Plasenta
Nyeri perut (-), TD : 120/80 N: 86 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
20.00 wita
Keluhan keluar darah (-) T : 37,1 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
- Observasi tanda-tanda vital
Pusing (-) His (-), DJJ 140x/menit presentasi kepala
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
suspect Plasenta
Nyeri perut (-), TD : 130/80 N: 84 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
30/05/2014
Keluhan keluar darah (-) T : 36,5 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
07.00 wita - Observasi tanda-tanda vital
Pusing (-) His (-), DJJ 140x/menit presentasi kepala
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
suspect Plasenta
Hasil USG : G4P3A0H3 37-38 -
10.00 wita
Ultrasonografi (USG) minggu T/H/IU
(30/05/2014): presentasi kepala
- Janin T/H/IU letkep dengan APB e.c.
- FM (+) Plasenta previa
- FHB (+) totalis
- Sex : perempuan
- TBJ : 2840 gram
- Plasenta di anterior SBR
menutupi OUI grade III
- Air ketuban jernih cukup
Kesan : plasenta previa Totalis
Nyeri perut (-), TD : 120/80 N: 86 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
14.00 wita
Keluhan keluar darah (-) T : 37 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
- Observasi tanda-tanda vital
Pusing (-) His (-), DJJ 140x/menit presentasi kepala
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
Plasenta previa
totalis
Nyeri perut (-), TD : 120/70 N: 86 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
20.00 wita
Keluhan keluar darah (-) T : 36,8 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
- Observasi tanda-tanda vital
Pusing (-) His (-), DJJ 148x/menit presentasi kepala
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
Plasenta previa
totalis

Nyeri perut (-), TD : 110/80 N: 84 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Observasi kesra ibu dan
31/05/2014
Keluhan keluar darah (-) T : 36,3 oC RR : 20 x/mnt minggu T/H/IU janin
07.00 wita - Observasi tanda-tanda vital
Pusing (-) His (-), DJJ 144x/menit presentasi kepala
- Observasi perdarahan
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
Plasenta previa
totalis
Nyeri perut (-), TD : 120/80 N: 86 x/mnt G4P3A0H3 37-38 - Persiapan SC
10.00 wita
Keluhan keluar darah (-) T : 37 oC RR : 18 x/mnt minggu T/H/IU
Pusing (-) His (-), DJJ 140x/menit presentasi kepala
Perdarahan aktif (-). dengan APB e.c.
Plasenta previa
totalis
10.40 wita Nyeri perut (-), TD : 120/80 N: 90 x/mnt SC dimulai
Keluhan keluar darah (-) T : 37,1 oC RR : 20 x/mnt Bayi lahir pukul 10.45,

Pusing (-) His (-), DJJ 152x/menit hidup, perempuan, dengan

Perdarahan aktif (-). berat 2900 gram dan


panjang badan 47 cm. AS :
7-9, anus (+), kelainan
kongenital (-), amnion
jernih, jumlah cukup.
Plasenta terlahir lengkap,
perdarahan 150 cc.
Memasukkan IUD
(-) - Keadaan umum : Baik 2 jam post SC - Observasi KU
13.00 wita
- GCS : E4V5M6 - Observasi tanda-tanda vital
- TD : 100/70 mmHg - Observasi perdarahan
- Nadi : 88 x/menit - Injeksi Ceftriakson 1
- RR : 24 x/menit
gram/12 jam
- Temp : 36,4C
- Amoxicilin 3x500 mg
- UO : 50 cc/jam
- Asam mefenamat 3x500
- UC : (+) baik
- TFU : 2 jari di bawah umbilikus mg
- Perdarahan aktif : (-)
- Lochea rubra : (+)
Keluar darah banyak dari jalan - Keadaan umum : baik 9 jam post SC - Observasi KU + Vital Sign
20.00
- GCS : E4V5M6 - Observasi perdarahan
lahir (+)
- TD : 100/60 mmHg - Anjurkan makan dan
- Nadi : 100 bpm
minum
- RR : 20x/min
- Temp : 36,7oC - Anjurkan mobilisasi
- UO : 40 cc/jam
- UC : baik
- TFU : 2 jari di bawah umbilicus
- Perdarahan aktif (-)
(-) - Keadaan umum : baik 1 hari post SC - Observasi KU + Vital Sign
01/06/2014
- GCS : E4V5M6 - Observasi perdarahan
07.00 wita - TD : 120/80 mmHg - Anjurkan makan dan
- Nadi : 84 bpm
minum
- RR : 18x/min
- Anjurkan mobilisasi
- Temp : 36,8oC
- UO : 50 cc/jam
- UC : baik
- TFU : 2 jari di bawah umbilicus
- Lochea rubra : (+)
- Perdarahan aktif dari vagina : (-)
(-) - Keadaan umum : baik 2 hari post SC - Observasi KU + Vital Sign
02/06/2014
- GCS : E4V5M6 - Observasi perdarahan
07.00 wita - TD : 120/90 mmHg - Anjurkan makan dan
- Nadi : 84 bpm
minum
- RR : 20x/min
- Anjurkan mobilisasi
- Temp : 36,5oC
- UO : 50 cc/jam
- UC : baik
- TFU : 3 jari di bawah umbilicus
- Lochea : (+)
- Perdarahan aktif dari vagina : (-)
(-) - Keadaan umum : baik 3 hari post SC - Observasi KU + Vital Sign
03/06/2014
- GCS : E4V5M6 - Observasi perdarahan
07.00 wita - TD : 120/70 mmHg - Anjurkan makan dan
- Nadi : 90 bpm
minum
- RR : 20x/min - Anjurkan mobilisasi
- Temp : 36,5oC - Pasien boleh pulang
- UO : 60 cc/jam - KIE pasien untuk pulang
- UC : baik
- TFU : 3 jari dibawah umbilicus
- Lochea : (+)
- Perdarahan aktif dari vagina : (-)
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdat, Amirah Umar. 2010. Hubungan antara Paritas Ibu dengan Kejadian Plasenta
Previa di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Available from :
http://eprints.uns.ac.id/34/1/170222311201010121.pdf. (Acessed : June, 18 2014)
2. Davood S, Parviar K and Ebrahimi S. 2008. Selected pregnancy variables in women
with placenta previa. Res. J. Obstet. Gynecol. 1: 1-5. Available from :
http://docsdrive.com/pdfs/ansinet/rjog/2008/1-5.pdf (Acessed : June, 18 2014)
3. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada Alat
Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
4. Ohio State University. (2003). Placenta Previa. Available from:
http://medicalcenter.osu.edu (Accessed: June, 18 2014)
5. Oyelese Y and Smulian JC. 2006. Placenta previa, placenta accreta, and vasa previa.
Obstetrics and Gynecology. 107(4): 927941. Available from :
http://utilis.net/Morning%20Topics/Obstetrics/Placenta%20previa,%20accreta,
%20etc.pdf (Accessed: June, 18 2014)
6. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
7. Peatkin J, Peattie AB and Magowan BA. 2003. Obstetrics and Gynecology: an
Illustrated Colour Text. Philadelphia, USA: Churchull Livingstone.
8. Hamilton-Fairley D. 2004. Lecture Notes of Obstetrics and Gynaecology. Australia:
Blackwell Science Ltd.
9. Sheiner GI. Shoham-Vardi, Hallak M. Hershkowitz R. Katz M and Major M. 2001.
Placenta previa: Obstetric risk factors and pregnancy outcome. J. Matern Fetal. Med
10: 414-419.
10. Gunawan, Abadi. 2004. Perdarahan pada Hamil Tua. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin : Makasar
11. Doddy, A. K., et al. 2008. Standar Pelayanan Medik Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSU Provinsi Nusa Tenggara Barat. RSU
Mataram : Mataram

Anda mungkin juga menyukai