Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada bayi
dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah
mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian di jepang bahkan
mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, yaitu Maeda dkk, 1993 mendapatkan
angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%.
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa
Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek.Akhir-
akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana
yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang
berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam
24 jam) (Arif Manajer, 2000).
Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga, campak,
cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun bisa mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan
sebesar 10 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak
akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut
berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak terjadi
kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang
pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi
atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang mengakibatkan obstruksi pada jalan
nafas.
Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih
dari setengah jam) baik bersifat umum maaupun fokal, kelumpuhannya sesuai dengan kejang
vokal yang terjadi. Mula-mula kelumpuhannya bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu
spasitisitas. Milichap (1998) melaporkan dari 1990 anak menderita kejang demam, hanya 0,2 %
saja yang mengalami hemiparese sesudah kejang lama.
Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturubkan melalui upaya
pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada anak. Dan perlu
diingat bahwa maslah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah di rumah sakit
tetapi mencskup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anak tersebut, keluarga,
kelompok maupun masyarakat.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum:
2. Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak.
3. Tujuan khusus:
Untuk mengetahui;
1. a) Definisi penyakit kejang demam pada anak.
2. b) Etiologi penyakit kejang demam pada anak
3. c) Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .
4. d) Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.
5. e) Komplikasi penyakit kejang demam pada anak.
6. f) Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .
7. g) Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
1.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
Mendapatkan pengalaman serta menerapkan yang didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata
dalam melaksanakan asuhan kebianan
2. Bagi Klien
Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti sera memahami tentang keadaannya
sehingga diharapkan klien / keluarga bisa kooperatif dengan tenaga kesehatan dalam melakukan
asuhan kebidanan.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang memerlukan perbandingan dalam asuhan kebidanan pada
anak.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
diatas 38oc) yang disebabkan oleh suatu proses ekstracranial (mansjoer, 2000)
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia
yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson,
1995).
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and
Gallo,1996).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
karena peningkatan suhu tubuh yaitu 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima
tahun.
2.2 Etiologi
Penyebab kejang demam yang sering ditemukan adalah :
1. Faktor predisposisi :
1) Keturunan, orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya dapat diturunkan pada
anakmya.
2) Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada anak belum matang sehingga
mudah mengalami perubahan konsentrasi ketika mendapat rangsangan tiba-tiba.
1. Faktor presipitasi
1) Adanaya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus misalnya infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media akut, tonsilitis, gastroenteritis, infeksitraktus urinarius dan
faringitis.
2) Ketidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga mengganggu
homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron misalnya
hiponatremia, hipernatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
3) Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian perinatal (trauma kepala, infeksi premature,
hipoksia) yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
2.3 Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari
metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu
adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui system
kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan
dipecah menjadi karbon dioksida dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dengan mudah dapat dilalui oleh ion Kalium (K+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya,karena itu terdapat perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka
terdapat perbedaan membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang
terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang
extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena
penyakit/keturunan.
Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang
dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dalam singkat terjadi difusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan
akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga
mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15
menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot
skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis
Demam
Kebutuhan O2 dan energi otak meningkat
Metabolisme otak meningkat
Perubahan perkembangan dari membran sel neuron
Difusi ion kalium dan natrium
Lepas muatan listrik
Kejang
Neurotran smiter
2.4 Gejala klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya
tonsilitis, otitis media akut, ISPA, UTI, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
sewaktu demam,berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.
2.5 Komplikasi
1. Epilepsi
Terjadi akibat adanya kerusakan pada daerah lobus temporalis yang berlangsung lama dan dapat
menjadi matang
1. Retardasi mental
Terjadi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan
atau kelainan neurologis
1. Hemiparese
Biasanya terjadi padaa pasien yang mengalemi kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit)
1. Gagal pernapasan
Akibat dari ektivitas kejang yang menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi spasme
1. Kematian
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien kejang demam antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit
Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitaskejang
Glukosa
Hipoglikemia ( normal 80 120)
Ureum / kreatinin
Meningkat (ureum normal 10 50 mg/dL dan kreatinin normal =< 1,4 mg/dL)
Sel Darah Merah (Hb)
Menurun ( normal 14-18 g/dl, 12-16 g/dl )
Lumbal punksi
Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor.
Tes ini dapat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.
1. a) Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologis dan pemeriksaan lumbal pungsi
2. b) Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom.
Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda
60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml).
Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-
5.8mEq/L)
1. EEG (electroencephalography)
EEG merupakan cara untuk merekam aktivitas listrik otak melalui tengkorang yang utuh untuk
menentukan adanya kelainan pada SSP, EEG dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu
normal. Tidak menunjukkan kelainan pada kejang demam sederhana, gelombang EEG yang
lambat di daerah belakang dan unilateral menunjukkan kejang demam kompleks
1. CT Scan
Tidak dianjurkan pada kejang demam yang beru terjadi pada pertama kalinya
1. Pemeriksaan Radiologis
2. Foto tengkorak diperhatikan simetris tulang tengkorak, destruksi tulang peningkatan tekanan
intrakranial
3. Pneumonsefalografi dan ventrikulografi dilakukan atas indikasi tertentu yaitu untuk melihat
gambaran sistem ventrikal, rongga subaraknoid serta gambaran otak sehingga dapat diketahui
adanya atrofi otak, tumor serebri, hidrosefalus araknoiditis
4. Arteriografi untuk melihat keadaan pembuluh darah di otak, apakah ada penyumbatan atau
peregangan.
2.7 Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
1. Pengobatan Fase Akut
2. a) Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah
aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjamin. Perhatikan
keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh
tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
3. b) Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau
intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit
dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan
penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg
(BB10 kg) atau 10 mg(BB10kg) bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 15 menit
kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara
intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan
pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
4. c) Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung
setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk neonatus 30 mg, bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan
umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital
dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk
hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum
membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis
total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan
depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-
8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
5. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik kejang demam sederhana maupun kejang epilepsi yang
diprovokasi oleh demam biasanya ISPA dan otitis media akut. Pemberian antibiotika yang tepat
dan adekuat utnuk mengobati infeksi tersebut. Biasanya dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal
untuk mengetahui faktor resiko infeksi di dalam otak, misalnya: meningitis. Apabila menghadapi
penderita dengan kejang demam lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, seperti:
pemeriksaan darah lengkap.
1. c. Pengobatan rumat
Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian:
1. Pengobatan profilaksis intermiten: untuk mencegah terulangnya kejadian demam dikemudian
hari, orang tua atau pengasuh harus cepat mengetahui bila anak menderita demam. Disamping
pemberian antipiretik, obat yang tepat untuk mencegah kejang waktu demam adalah diazepam
intrarektal. Diberiakan tiap 12 jam pada penderita demam dengan suhu 38,5oC atau lebih. Dosis
Diazepam diberikan 5 mg untuk anak kurang dari 3 tahun dan 7,5 mg untuk anak lebih dari 3
tahun atau dapat diberikan Diazepam oral 0,5 mg/kgBB pada waktu penderita demam
(berdasarkan resep dokter).
2. Pengobatan profilaksis jangka panjang yaitu dengan pemberian antikonvulsan tiap hari.
Hal ini diberikan pada penderita yang menunjukkan hal berikut;
1.Sebelum kejang demam penderita sudah ada kelainan neurologis atau perkembangannya.
2.Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara atau
menetap.
3.Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
4. 4.Kejang demam pada bayi atau kejang multipel pada satu episode demam.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu
tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Kejang merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal
demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar
matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan
tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang
biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15
menit.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pemeriksaan sedini
mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat diketahui secara dini
sehingga kejang demam dapat dicegah sedini mungkin.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kulaitas pelayanan kebidanan maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut;
1. Pada pengkajian bidan perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta
senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap profesionl dalam menetapkan diagnosa kebidanan
3. Diharapkan kerja sama yang baik dari berbagai pihak dari tim kesehatan lainnya khususnya dari
pihak keluarga agar selalu mengunjungi klien dalam menunjang keberhasilan perawatan dan
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Markum, A. H. dkk. 2009. Kegawatan Anak. Jakarta: Nuha Medika
Price, S. 2010. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Saifudin,abdul bari.2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti,Afroh Fauziah.2012.Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita.Yogyakarta :
Nuha Medika.
Staf pengajar IKA FKUI.2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:bagian IKA FKUI
a
makalah kejang pada neonatus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang pada bayi baru lahir tidak banyak dijumpai dan sulit diprediksi dari mana sumbernya.
Kejang pada orang dewasa dapat diketahui sumbernya dengan jelas, sedangkan kejang pada bayi
sulit ditetapkan sumbernya karena korteks serebri nya belum matang. Bentuk kejang pada bayi
baru lahir dapat beraneka ragam dan sangat sulit untuk diterka. Maka dari itu bidan perlu
berkonsultasi dengan dokter anak

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kejang pada bayi baru lahir?

2. Apa penyebab terjadinya kejang pada bayi baru lahir?

3. Penilaian apa untuk membuat diagnosis kejang pada bayi baru lahir?

4. Kelainan fisik seperti apa yang terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami kejang?

5. Apa tanda dan gejala kejang pada bayi baru lahir?

6. Bagaimana penanganan kejang pada bayi baru lahir?

7. Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus kejang pada bayi baru lahir?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari kejang yang terjadi pada bayi baru lahir

2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab kejang pada bayi baru lahir

3. Untuk lebih mengetahui tanda dan gejala kejang yang terjadi pada bayi baru lahir
4. Untuk lebih mengetahui dan bisa diterapkan dalam melakukan penanganan pada bayi baru
lahir saat dihadapkan dengan situasi gawat darurat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan
manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik.

Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam
38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai
penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila
penyebabnya diketahui, penyakit ini harus segera diobati. Kejang nenonatus tidak sama dengan
kejang pada anak atau orang dewasa karena konvulsi klonik cenderung tidak terjadi selama umur
bulan pertama. Proses penyembuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna
pada otak neonatus.

2.2 Etiologi

Komplikasi perinatal

- Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran.

- Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong, ekstraksi
cunam atau ekstraksi vakum berat.

- Perdarahan intrakranial.

Kelainan metabolisme
- Hipoglikemia

- Hipokalsemia

- Hipomagnesemia

- Hiponatremia

- Hipernatremia

- Hiperbilirubinemia

- Ketergantungan pridoksin

- Kelainan metabolisme asam amino

Infeksi

Dapat disebabkan bakteri dan virus termasuk TORCH

Ketergantungan obat

Polisitemia

Penyebab yang tidka diketahui (3-25%)

2.3 Klasifikasi Kejang

a. Subtle

Merupakan tipe kejang tersering yang terjadi pada bayi kurang bulan. Bentuk kejang ini hamper
tidak terlihat, biasanya berupa pergerakkan muka, mulut, atau lidah berupa menyeringai,
terkejat-kejat, mengisap, menguyang, menelan, atau menguap. Manifestasi kejang subtle pada
mata adalah pergerakkan bola mata berkedip-kedip, deviasi bola mata horizontal dan
pergerakkan bola mata yang cepat (nystagmus jerk). Pada anggota gerak didapatkan pergerakkan
mengayuh atau seperti berenang. Manifestasi pada pernapasan biasanya berupa apnea.

b. Klonik
Bentuk klinis kejang klonik berlangsung 1-3 detik, tidak disertai gangguan kesadaran. Bentuk
kejang ini di akibatkan trauma fokal pada kontusio cerebri pada bayi besar atau bayi cukup
bulan, atau pada kelainan ensefalopati metabolik.

c. Tonik

Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa kehamilan kurang dari
34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal berat seperti perdarahan intraventrikuler.
Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakkan tungkai yang menyerupai sikap deseberasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.

d. Mioklonik

Manifestasi klinis kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi atau fleksi dari lengan
atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi dengan cepat. Gerakan tersebut seperti
gerak refleks Moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
hebat, seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu kecanduan obat.

2.4 Penilaian Diagnosis

Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan penilaian dengan urutan sebagai
berikut:

1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan
kelahiran.

- Riwayat kehamilan

Bayi kecil untuk masa kehamilan

Bayi kurang bulan

Ibu tidak disuntik tetanus toksoid

Ibu menderita diabetes mellitus

- Riwayat persalinan
Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam, ekstraktor vakum)

Persalinan presipitatus

Gawat janin

- Riwayat kelahiran

Trauma lahir

Lahir asfiksia

Pemotongan tali pusat dengan alat

2. Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir

- Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)

- Suhu tubuh (normal, hipertermia atau hipotermia)

- Tanda-tanda infeksi lainnya

3. Penilaian kejang

- Bentuk kejang

Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata paroksismal, gerakan mengunyah,
gerakan otot-otot muka, timbulnya apnea yang episode, adanya kelemahan umum yang periodik,
tremor, jitterness, gerakan klonik sebagian ekstermitas, tubuh kaku.

- Lama kejang

- Apakah pernah terjadi sebelumnya

4. Pemeriksaan laboratorium

- Punksi lumbal

- Punksi subdural

- Gula darah
- Kadar kalsium (Ca++)

- Kadar Magnesium

- Kultur darah

- TORCH

Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang:

Tidak didapatkan kelainan pandang dan pergerakan mata

Timbulnya karena stimulasi, sedangkan kejang biasanya spontan

Gerakan berupa tremor, bukan hentakan klonik

Biasanya menghilang apabila dilakukan fleksi pasif

Pada umumnya disebabkan oleh dipokalsemia, hipoglikemia, hiposi-iskhemik


ensefalopati, drug withdrawal

2.5 Kelainan Fisik dan Diagnosis Banding

Tabel kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir

KELAINAN FISIK DIAGNOSIS BANDING

Kejang dengan kondisi:

Biru, gagal nafas. Anoksia susunan saraf pusat.

Trauma lahir pada kepala bayi. Perdarahan otak.

Mikrosefali. Cacat bawaan.

Perut buncit. Sepsis.

Hepatosplenomegali. Sepsis.

Mulut mecucu. Tetanus.


2.6 Penanganan

Prinsip dasar mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:

1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang.

(misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)

2. Menjaga jalan nafas tetap bebas.

(perhatikan ABCD resusitasi)

3. Mencari faktor penyebab kejang.

(perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik ditemukan, bentuk
kejang, dan hasil laboratorium)

4. Mengobati penyebab kejang.

(mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)

Obat anti kejang

- Diazepam

Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang berhenti. Dapat diulangi
pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan.

- Fenobarbital

Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit. Apabila kejang
berlanjut, Fenobarbital dapat diulangi dengan dosis maksimal 20 mg/kgbb. Dosis pemeliharaan
ialah 5-8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis.

- Fenitoin (Dilantin)
Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi 5-10 menit. Fenitoin
diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan Fenobarbital dosis 10-20 mg/kgbb.
Sebaiknya Fenitoin diberikan 10-15 mg/kgbb IV pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 4-7 mg/kgbb IV atau oral dalam 2 dosis.

Penanganan kejang pada bayi baru lahir

- Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu
bayi dipertahankan 36.5o 37o C.

- Jalan napasbayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hidung
sampai nasofaring.

- Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernapas lagi dengan alat bantu balon
dan sungkup, diberi O2 (oksigen) dengan kecepatan 2 liter/menit.

- Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer; di tangan, kaki, atau
kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus, dilakukan
pemasangan infus melalui vena umbilikus.

- Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg suppositoria/IM
setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah luminal (fenobarbital) 30 mg IM/IV.

- Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada.

- Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan kecepatan 60
ml/kgbb/hari.

- Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang
(perhatikan riwayat kehamilan, persalinan, dan kelahiran):

1. apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus.

2. Apakah bayi kemungkinan prematur.

3. Apakah kemungkinan bayi mengalami aspiksia.


4. Apakah kemungkinan ibu bayi pengidap/menggunakan bahan narkotika.

- Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk
mencari faktor penyebab kejang, misalnya:

1. darah tepi,

2. elektrolit darah

3. gula darah,

4. kimia darah (kalsium, magnesium)

5. kultur darah,

6. pemeriksaan TORCH, dan lain-lain.

- Bila ada kecurigaan kearah sepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal.

- Obat diberikan sesuai dengan penilaian ulang .

- Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.

1. bila kejang terus, diberi Fenitoin (dilantin) dalam dosis 15 mg/kgbb sebagai bolus IV
diteruskan dalam dosis 2 mg/kgbb IV setiap 12 jam.

2. Untuk hipoglikemia (hasil dextrostix/gula darah < 40 mg%) diberi infus dekstrose 10%.

3. Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah < 8 mg%) diberi kalsium glukonas 10% 2
ml/kgbb dalam waktu 5-10 menit.

4. Apabila belum teratasi juga, diberi Piridoksin 25-50 mg IV.

2.7 Bagan Penanganan Kejang Pada Bayi Baru Lahir

TANDA TANDA Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba menangis


melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan
hilangnya kesadaran pergerakan-pergerakan yang tidak
terkendali (involuntary movements), nistagmus atau mata
mengedip- mngedip paroksiksmal.

KATEGORI Tetanus neonaturum Ganguan metabolik (


hipoglikemik atau
Sepsis
hipokalsemik).
Menginitis
Anoksia susunan saraf
Ensepalitas pusat.

Pendarahan otak.

PENILAIAN

Bentuk kejang Seluruh badan / lokal Seluruh badan / lokal

Lama kejang Sekejap atau < 1 menit Sekejap atau < 1 menit

Suhu tubuh Dengan panas Tanpak panas

Kesadaran Kesadaran berkurang Sadar

Tanda- tanda Lesu / ngatuk /tidak mau Normal, mau minum


infeksi laninya minum

PENANGANAN

Bidan Atau Bersihkan jalan nafas


Puskesmas
Masukan sendok/ sepatel di bungkus kain untuk menekan
lidah

Beri oksigen

Atasi kejang dengan Diazepam 0,5 mg/ kg supositoria/


i.m. tiap 2 menit sampai kejeng teratasi.

Diberi fenobarbital 30 mg i.m.

Infus Dektrose 10% ( liat tabel kebutuhan dasar cairan dan


kalori pada neonatus )

Diberi antibiotika 1 dosis ( liat tabel jenis dan dosis


antibiotika).

Rujuk rumah sakit.

RUMAH SAKIT Sama dengan di atas

Bayi dalam indikator / dihangatkan

Beri oksigen

Beri Diazepam 0,5 mg/kg supositorial/i.m / i.v

Kemudian diberi fenobarbital 30 mg i.v/i.m

Bila masih kejang diberi fenitoin 15 mg/ kg i.v dilanjutkan


2 mg /kg tiap 12 jam.

Infus Dektrose 10% 6o cc/ kg

Beri kalsium glukonas 2 ml/ kg dalam waktu 5-10 menit.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan manifestasi
klinik kehilangan koordinasi neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang
timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir.

Kejang pada neonatus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu kejang subtle, klonik, tonik dan mioloklonik.
Tanda dan gejalanya yaitu Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba menangis melengking,
tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran pergerakan-pergerakan yang
tidak terkendali (involuntary movements), nistagmus atau mata mengedip-
mngedip paroksiksmal.

Bentuk penanganannya yaitu mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang,
menjaga jalan nafas tetap bebas, mencari faktor penyebab kejang, mengobati penyebab kejang.

Kebidanan - Makalah kejang pada bayi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi
dan anak.Sekitar 2,2% hingga 5% anak mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai
umur 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang
ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejang demam
tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk
menghentikan kejang secepat mungkin (Marlian L, 2005).

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa
Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek.Akhir-akhir
ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang
berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung
lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam)
menurut Arif Manajer, 2000. Penyakit yang disebabkan oleh gangguan saraf telah menyerang
sedikitnya 1 miliyar orang diseluruh dunia. Penyakit yang telah menyerang jutaan orang di
seluruh dunia ini, tidak mengenal umur, jenis kelamin, status pendidikan, maupun pendapatan.
Dari 1 miliyar orang yang terkena ganguan saraf di seluruh dunia. Sebanyak 50 juta orang
menderita epilepsi dan 24 juta orang menderita Alzheimer dan penyakit dimensia
lainnya.Menurut WHO diperkirakan 6,8 juta orang meninggal tiap tahun akibat ganguan syaraf.

Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih
dari setengah jam) baik bersifat umum maaupun fokal, kelumpuhannya sesuai dengan kejang
fokal yang terjadi.Mula-mula kelumpuhannya bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu spasitisitas.
Millichap (1968) melaporkan dari 1190 anak menderita kejang demam, hanya 0,2% saja yang
mengalami hemiparesis sesudah kejang lama.Dari suatu penelitian terhadap 431 penderita
dengan kejang demam sederhana, tidak mengalami kelainan IQ, tetapi pada penderita kejang
demam yang sebelumnya telah terdapat ganguan perkembangan atau neorologis akan di dapat IQ
yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya (Millchap, 1968). Apabila kejang demam diikuti
dengan terulangnya kejang demam, retradasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar (Nellson dan
Ellenberg,1978).

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa yang di maksud dengan kejang neonatorum ?

b) Apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum ?

c) Apa saja faktor dari kejang neonatorum ?

d) Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan dari kejang neonatorum ?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui definisi kejang neonatorum.

b) Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum

c) Untuk mengetahui apa saja faktor dari kejang neonatorum

d) Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksanaan kejang pada neonatus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Kejang pada neonatus ialah suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku,
motorik, atau fungsi otonom. Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28
kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan
sampai usia gestasi 42 minggu.Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari.
Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak.
Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi.
Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan
pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.

Kejang pada Bayi Baru Lahir adalah:

a)Kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari

b)Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu tanda adanya
penyakit sistem saraf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain.

c) Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak

d) Kejang umum tonik klonik jarang terjadi pada BBL

e) Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak

Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma
serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun
fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric
Neonatal Emergensi Dasar). Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari
gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan
tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat
mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui
harus segera di obati. Hal yang paling penting dari kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal
kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan
hanya mencoba menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan.

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda
dengan kejang pada anak atau orang dewasa.Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan
organisasi korteks pada bayi baru lahir.Kejang umum tonikklonik jarang pada bayi baru
lahir.Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor ,hiperaktif,kejang-kejang,tiba-
tiba menangis melengking,tonus otot hilang disertai aatau tidak dengan hilangnya
kesadaran,gerakannya tidak menentu,i(nvoluntary movement),nistagmus,(fenomena oral dan
bukal),bahkan apnu oleh karena manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi,seringkali
kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang belum berpengalaman.Dalam prinsip ,setiap
gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodic
,harus dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.

Perbedaan Kejang dan Spasme

Masalah Temuan Khusus

Kejang Umum - Gerakan wajah dan ekstermitas yang


teratur dan berulang

- Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau


tangkai,baik sinkron maupun tidak
sinkron

- Perubahan status kesadaran (bayi


mungkin tidak sadar atau tetap bangun
tetapi tidak responsive/apatis)

- Apnea(nafas spontan berhenti lebih 20


detik)
Kejang Suble - Gerakan mata berkedip,berpudar dan
dan juling yang berulang

- Gerakan mulut dan lidang berulang

- Gerakan tangkai tidak terkendali,


gerakan seperti mengayuh sepeda

- Bayi bias masih sadar

Spasme - Kontraksi otot tidak terkendali paling


tidak beberapa detik sampai beberapa
menit

- Dipicu oleh sentuhan, suara maupun


cahaya

- Bayi tetap sadar,sering menangis


kesakitan

- Trismus (rahang kaku,mulut tidak dapat


di buka,bibir mencuci seperti mulut ikan

- Opitotonus

- Gerakan tangan seperti meninju dan


mengepal

2.2 Klasifikasi Kejang

Volpe (1977) membagi kejang pada bayi lahir sebagai berikut :

A. Bentuk kejang yang hampir tidak kelihatan (subtle) yang sering tidak diketahui sebagai kejang.
Terbanyak di neonatus berupa :

1) Deviasi horizontal bola mata.


2) Getaran dari kelopak mata/berkedip-kedip

3) Gerakan dari pipi dan mulut, seperti menghisap-hisap,mengunyah, mengecap, dan menguap

4) Apnea berulang

5) Gerakan tonik tungkai

6) Gerakan mengunyah , salivasi berlebihan, perubahan pola pernafasan termasuk apneu,


berkedip, nistagmus, gerakan bersepeda atau mengayuh pedal , dan perubahan warna.Setiap
gerakan yang tidak biasa pada neonatus, bila berlangsung beurlang-ulang dan periodic perlu
dipikirkan kemungkinan dari kejang.

B. Kejang klonik multifocal (migratory)

Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke anggota gerak lainnya secara
tidak teratur. Kadang-kdang kejang yang satu dengan yang lainnya bersambungan, dapat
menyerupai kejang umum.

C. Kejang tonik

1)Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadangan disertai fleksi kedua lengan menyerupai


keadaan dekortikasi.

2)Ditandai dengan postur tungkai dan badan yang kaku, dan kadang disertai dengan
deviasi mata yang tetap.

D. Kejang mioklonik

1)Berupa gerakan fleksi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus.

2) Jingkatan jingkatan setempat atau menyeluruh tungkai atau badan sebentar yang cenderung
melibatkan kelompok otot distal.

Menurut Doenges (1993), kejang (konvulsion) adalah aktifitas motorik dan gangguan
fenomena sensorik akibat dari pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba yang tidak terkontrol dari
sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan disertai gangguan
kesadaran.Dalam bahasa lain, kejang merupakan pergerakan abnormal akibat perubahan tonus
otot yang distimulasi oleh pelepasan muatan listrik yang tidak terkontrol.
Berdasarkan gambaran klinisnya, kejang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu
kejang tonik, kejang klonik dan kejang mioklonik.

1. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
Bentuk klinis kejang tonik yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstremitas atau pergerakan tonik
umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai desebrasi, atau ekstensi tungkai dan
fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortifikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai
desebrasi harus dibedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat
karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

2. Kejang Klonik

Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinik kejang fokal berlangsung antara 1 - 3 detik,
terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran, dan biasanya tidak diikuti oleh fase
tonik. Bentuk kejang ini disebabkan oleh kontusio serebri akibat trauma fokal pada bayi besar
dan cukup bulan atau oleh ensefalopati metabolik.

3. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota
gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai gerakan refleks moro.
Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran
EEG kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

v EPIDEMIOLOGI

1. Frekuensi

a. Amerika Serikat
Antara 2% sampai 5% anak mengalami kejang demam sebelum usianya yang ke 5.Sekitar 1/3
dari mereka paling tidak mengalami 1 kali rekurensi.

b. Internasional

Kejadian kejang demam seperti di atas serupa di Eropa. Kejadian di Negara lain berkisar antara 5
sampai 10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di Hong Kong, dan 0.5-1.5% di
China.

2. Mortalitas dan Morbiditas

a)Kejang demam biasanya tidak berbahaya.

b) Anak dengan kejang demam memiliki resiko epilepsy sedikit lebih tinggi dibandingkan yang
tidak (2% : 1%).

c) Faktor resiko untuk epilepsy di tahun-tahun berikutnya meliputi kejang demam kompleks,
riwayat epilepsy atau kelainan neurologi dalam keluarga, dan hambatan pertumbuhan. Pasien
dengan 2 faktor resiko tersebut mempunyai kemungkinan 10% mendapatkan kejang demam.

3. RAS
Kejang demam terjadi pada semua ras.

4. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan kejadian lebih tinggi pada pria.

5. Usia

Kejang demam terjadi pada anak usia Awal,3 bulan sampai 5 tahun.
v ETIOLOGI

1. Metabolik

a. Hipoglikemia

Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20
mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala.
Gejala dapat berupa serangan apnea, kejang sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi
berat badan lahir rendah, bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus,
asfiksia.

b. Hipokalsemia

Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100
ml atau kurang dari 4 MEq/L.

Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam
keadaan baik.

c. Hipomagnesemia

Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat bersama-sama
dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain.

Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan
pengobatan yang adekuat.

d. Hiponatremia dan hipernatremia

Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya adalah kejang,
tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya
disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya petekis dalam otak.

e. Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn


Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak hilang
dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan
memberikan 50 mg pirodiksin

f. Asfiksia

Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir etiologi karena
adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin.

2. Perdarahan Intrakranial

Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin K,
trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid, intraventrikulus dan
intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar
ditetapkan, fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi :
pemberian obat anti kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.

3. Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis.

4. Genetik dan Kelainan Bawaan

5. Penyebab Lain

a. Polisikemia: Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse
dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65%.

b.Kejang idiopatik

Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya berikan oksigen
untuk sianosisnya.

c. Toksin estrogen

Misalnya : hexachlorophene.
v PENYEBAB

Tak jarang bayi Indonesia mengalami kejang dan hal ini sangat mengkhawatirkan bagi para
orangtua. Sebenarnya apa yang menjadi penyebab bayi kejang? Kejang demam atau kejang yang
disertai demam biasanya terjadi karena bayi memang mengalami suatu penyakit. Contohnya,
bayi terkena infeksi pada saluran pencernaannya yang menyebabkan dia demam dan kemudian
kejang. Penyakit lainnya yang bisa menyebabkan kejang pada bayi adalah penyakit radang
telinga, infeksi pada paru dan infeksi lainnya.

Penyakit diabetes mellitus yang diderita oleh ibu bisa juga menjadi penyebab bayi kejang.
Ibu yang terkena penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan bayi mengalami kekurangan
kadar gula darah. Selain itu, baybbi yang pada saat lahir memiliki berat badan lebih dari 4 kg
memiliki resiko terkena kejang hingga hari ke-28 dia dilahirkan. Kejang yang timbul karena dua
hal di atas biasanya tidak disertai demam.

Kejang yang tidak disertai demam biasanya juga terjadi karena kelainan di otak. Penyakit
yang mengganggu fungsi otak bayi bisa membangkitkan kejang. Misalnya perdarahan, tumor
dan radang yang terjadi di otak. Dalam hal ini kejang berkaitan dengan otak karena di dalam otak
terdapat pusat syaraf tubuh.

Kondisi pada saat hamil juga bisa menyebabkan kejang pada bayi jika ibu terinfeksi salah
satu dari virus TORCH. Selain itu, proses kelahiran juga bisa mempengaruhi kejang pada bayi
Indonesia. Seperti misalnya pada saat menjelang kelahiran, bayi mengalami infeksi atau cedera.
Demikian pula dengan proses kelahiran yang sulit dan bayi yang lahir kuning. Hal-hal ini
membuat asupan oksigen ke otak berkurang sehingga bayi mengalami kejang.

Kejang pada bayi juga bisa disebabkan karena bayi memang menderita penyakit epilepsi.
Biasanya kejang karena epilepsi lama. Penyebab lain seperti terjadinya gangguan pada peredaran
darah dan gangguan metabolisme. Demikian pula karena keracunan makanan, alergi terhadap
sesuatu serta cacat bawaan bisa membuat bayi kejang.

Memang ada banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan bayi kejang. Bisa juga karena
bayi demam. Tingginya suhu tubuh bayi bisa menyebabkan dia menjadi kejang. Sebaiknya bila
anak pernah mengalami kejang, konsultasikan ke dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
Kejang neonatal bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

1.Bayi yang tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering.timbul pada 24
jam kehidupan pada kebanyakan kasus.

2.Perdarahan otak dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala.
perdarahan ini biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang.

3.Kekurangan gula darah (hipoglikemia) sering timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam
kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita DM (Diabetes Mellitus). jarak waktu antara
hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya
kejang. kejang lebih jarang timbul pada ibu pendeita diabetes, kemungkinan karena waktu
hipoglikemia yang pendek.

4.Infeksi sekunder akibat bakteri dan nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam kandungan,
selama persalinan, atau pada periode perinatal. seperti bakteri meningitis, toksoplasmosis, sifilis,
atau rubella (campak). resiko kejang adalah lebih tinggi jika bayi prematur atau BBLR.

5. Adanya cedera jika persalinan

6.Bayi kuning disebut sebagai resiko bila terjadi pada hari pertama kelahiran. bayi kuning akan
normal bila terjadi dalam tiga hari.

7.Infeksi saat kehamilan (TORCH). terutama pada trimester pertama dikatakan sebagai penyebab
kejang.

2.3 FAKTOR RESIKO

Faktor yang mempengaruhi kejang demam adalah:

1. Umur

a) 3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.

b) Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun, jarang terjadi pada
anak di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
c) Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan
bertambahnya umur.

2. Jenis kelamin

Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan
2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada perempuan
dibandingkan pada laki-laki.

3. Suhu badan

Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi suhu tubuh pada
saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap
anak, berkisar antara 38,3C 41,4C. Adanya perbedaan ambang kejang ini menerangkan
mengapa pada seorang anak baru timbul kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi
sedangkan pada anak yang lain kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu
tinggi. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam akan lebih
sering pada anak dengan nilai ambang kejang yang rendah.

4. Faktor keturunan

Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam. Beberapa
penulis mendapatkan bahwa 25 50% anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota
keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah mengalami kejang demam sekurang-
kurangnya sekali.

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.6 Kejang demam
cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu
demam tinggi.

Faktor faktor lain diantaranya:

a. riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,

b. perkembangan terlambat,

c. problem pada masa neonatus,


d. anak dalam perawatan khusus, dan

e. Kadar natrium rendah.

Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi
atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Risiko rekurensi
meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur
yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.Sekitar
1/3 anak dengan kejang demam pertamanya dapat mengalami kejang rekuren.

Faktor resiko untuk kejang demam rekuren meliputi berikut ini:

a. Usia muda saat kejang demam pertama

b. Suhu yang rendah saat kejang pertama

c. Riwayat kejang demam dalam keluarga

d. Durasi yang cepat antara onset demam dan timbulnya kejang

e. Pasien dengan 4 faktor resiko ini memiliki lebih dari 70% kemungkinan rekuren. Pasien tanpa
faktor resiko tersebut memiliki kurang dari 20% kemungkinan rekuren.

v DIAGNOSIS

Anamnesa

1. Riwayat Kehamilan:

Bayi kecil untuk masa kehamilan

a) Bayi kurang bulan

b) Ibu tidak disuntik TT

c) Ibu menderita DM

2. Riwayat persalinan
a) Persalinan dengan tindakan

b) Persalinan presipitatus

c) Gawat janin

3. Riwayat kelahiran

a)Trauma lahir

b) Lahir asfiksia

c) Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril

Pemeriksaan Kelainan Fisik

1. Kesadaran

2. Suhu tubuh

3. Tanda-tanda infeksi lain

Penilaian kejang

1.Bentuk kejang : gerakan bola mata abnormal, nistagmus, gerakan mengunyah, gerakan otot-
otot muka, timbulnya episode apnea, adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, gerakan
klonik sebagian ekstremitas, tubuh kaku,Lama kejang.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan gula darah, elektrolit darah, AGD, darah tepi, lumbal pungsi

EKG,EEG,Biakan darah,Titer untuk toksoplasmosis, rubela, citomegalovirus, herpes,Foto


rontgen kepala,USG kepala.

2.4 PENATALAKSAANNYA
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang

1. Menjaga jalan nafas tetap bebas

2. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang

3. Mengobati penyebab kejang

Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)

1. Diazepam

Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang atau berhenti. Dapat
diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan

2. Fenobarbital

Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-10
menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV pada hari
pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral dalam 2 dosis.

Penanganan kejang pada bbl

1.Bayi diletakan dalam tempat yang hangat.pastikan bahwa bayi tidak kedinginan.suhu bayi
dipertahankan 36,50C-370C.

2. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut hidung
sampai nasofaring.

3. Bila bayi apnea,dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon dan
sungkup,diberi oksigen dengan kecepatan 2L/menit

4. Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah


perifer,diangan,kaki atau kepala.bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes
mellitus,dilakukan pemasangan infuse melalui vena umbilikalis.

5.Bila infus sudah terpasang diberi obat anti kejang diazevam 0,5 Mg/Kg supositoria/Im setiap 2
menit sampai kejang teratasi.kemudian ditambahkan luminal (fenobarbital)30Mg I.M/I.V

6. Nilai kondisi bayi selama 15 menit.perhatikan kelainan fisik yang ada.

7. Bila kejang sudah teratasi diberi cairan infuse dextrose 10% dengan kecepatan 60 Ml/Kg
bb/hari.

8.Dlakukan anamesis mengenai keadaan bayi untuk mencari factor penyebab kejang(perhatikan
riwayat kehamilan,persalinan dan kelahiran)

- Apakah kemungkinan bayi di lahirkan oleh ibu berpenyakit DM

- Apakah kemungkianan bayi premature

- Apakah kemungkinan bayi mengalami aspeksia

- Apakah kemingkinan ibu bayi pengidap atau menggunakan bahan narkotika.

- Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor
penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah, kimia darah, kultur darah,
pemeriksaan TORCH

- Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)

Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali

Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20 mg iv setiap
12 jam

Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam

Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kg dalam
waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg

Untuk Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah
lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral.
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi
otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal
Emergensi Dasar).

Klasifikasi kejang

Bentuk kejang yang hampir tidak kelihatan (subtle) yang sering tidak diketahui sebagai
kejang,Kejang klonik multifocal (migratory),Kejang tonik,Kejang mioklonik,Kejang mioklonik

Faktor Resiko
Umur,Jenis kelamin,Faktor keturunan,Suhu badan

Penatalaksanaan

(Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang)

Menjaga jalan nafas tetap bebas,Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti
kejang,Mengobati penyebab kejang

Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)

1. Diazepam

2. Fenobarbital

3.2 Saran

Setiap bayi baru lahir beresiko mengalami kejam untuk itu diharapkan kepada bidan dan ibu
hamil untuk mengetahui gejala dari kejang dan pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Markum, A. H. dkk. 1981. Kegawatan Anak. Jakarta: Nuha Medika

Price, S. 1995. Patofisiologi. Jakarta:EGC

Saifudin,abdul bari.2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti,Afroh Fauziah.2012.Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita.Yogyakarta :
Nuha Medika.

Staf pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:bagian IKA FKUI

http://dianhusadafenomenasofistica.blogspot.com/p/kejang.html

http://hamidahsity.blogspot.com/2013/05/askeb-kejang-pada-bayi.html

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau
sementara yang dapat di sebabkan oleh aktifitas otak yg abnormal seta adanya pelepasan listrik
serebral yang sangat berlebihan .
Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak congenital ,faktor genetis atau
adanya penyakit seperti meningitis ,ekselalitis serta demam yang tinggi atau dapat dengan denga
istilah kejang demam ,dangguan metabolisme trauma dan lain sebagainya .apabila kejang
bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi secara kronis dapat dikatakan
sebagai epilepsi yang terjadi secara berulang ulang dengan sendirinya.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang di maksud dengan kejang neonatorum ?
b) Apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum ?
c) Apa saja factor dari kejang neonatorum ?
d) Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan dari kejang neonatorum ?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui definisi kejang neonatorum.
b) Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum
c) Untuk mengetahui apa saja factor dari kejang neonatorum
d) Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksanaan kejang
pada neonatus.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Suatu aritmia serebra Kejang pada neonatus (bayi baru lahir ) berbeda dengan bayi lebih
besar atau anak dalam bentuk klinik , minggu.Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama
beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam
kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis
yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat
terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
Kejang pada bayi baru lahir adalah
a) Kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari

b) Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu tanda adanya
penyakit sistem sayarf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain.

c) Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak

d) Kejang umum tonik klonik jarang terjadi pada BBL

e) Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak

Kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi
neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada
otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).

Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal
atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya
penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang
menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang
paling penting dari kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis
penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba
menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan.

2.2 Bentuk Klinik


1.Kejang Yang Hampir Terlihat (Subtle)
Gangguan fungsi batang otak ,gerakan seperti mengisap,mengunyah ,gerakan bola mata
/deviasi tonik bola mata (jerking) ,mata mengedip-ngedip ,kelopak mata bergetar gerakan lidah
dan gigi .dapat juga kehilangan tonus otot ekstermitas secara tiba tiba ,gerakan seperti
berenang dan dapat terjadi apnu .
1. Kejang tonik
Khas untuk bayi kurang bulan
2. Kejang multifokal klonik
a. Sering pada neonatus ,kejang klonik pada satu ekstremitas dan berpindah pindah .
b. Hanya terdapat pada bayi cukup bulan (NCB )

3. Kejang mioklonik
a. Jarang pada neonatus gerakan seperti reflek moro
b. Terdapat kerusakan susunan saraf pusat yang luas
4. Kejang umum klonik
Anoksia /ensefalopati ,perdarahan intra ventrikuler ,ven trikulitis ,porensefali (kelainan otak
kongenital ) kejang tonik /mioklonik atau gerakan subtleapabila disertai kelainan
EEG,multifokal,datar dan berpriodik (prognosis buruk ).
Kejang fokal pada neonatus tidak selalu terdapat kerusakan fokal otak ,malahan sering terjadi
akibat metabolik seperti .
a. Hipokalsemi
b. Hipoglikemia
c. Perdarahan sub araknoid dan asfiksia ringan .
2.3 Diagnosa Banding Kejang
a. Cara melihat /gerakan ekstraokules normal.
b. Timbul dengan provokasi rangsangan
c. Gerakan yang dominan adalah tremor ,pada kejang jerking .
d. Gerakan dapat di hentikan dengan fleksi pasif .
Dapat dilihat pada bayi normal dengan hipoglikemia,hipokalse /hiperiritabilitas
neuromuskuler.sering pada bayi KMK (kurang masa kehamilan)

Keterangan
1) Asfiksia perinatal
a. Penyebab kerjang terbanyak pada neonatal (44-60%)
b. Menimbulkan ensefalopati hipoksik-iskhemik
c. Kejang timbul biasanya 72 jam pertama ,bersifat subtie
d. Tonik atau multifokal klonik.kadang kadang didahului apnu
e. Dapat disertai gangguan metabolisme
2) Traumalahir perdarahan intrakranial .
a. Biasanya bersama keadaan asfiksia
b. Kelahiran traumatik / perdarahan intraventrikuler pada bayi kurang bulan biasanya
bermanifestasi hanya de bagal RDS
c. Bila disertai perdarahan di bagian susunan saraf pusat lain bayi dapat terlihat sakit berat. Dengan
tanda peningkatan tekanan intrakranial (kejang ,cerebral cyr dan lain _ lain) liquor berdarah .
d. Hematoma subdural jarang pada neonatus ,biasanya terdapat padakelahiran sungsang,bayi cukup
bulan bayi besar .kejang terjadi karena kontusio otak bersifat fokalisasi .
Penatalaksanaan .Atasi kejang dan perbaiki metabolisme.
3) Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya adalah
kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya
disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya petekis dalam otak.
4) Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6.gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak
hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan
memberikan 50 mg pirodiksin
5) Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir etiologi
karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin.
6) Perdarahan intrakranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin K,
trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid, intraventrikulu, intraserebral.
Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia.Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi
lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis.Terapi : pemberian obat anti
kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.
7) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis.

Penyebab lain
a. Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse dari bayi
kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65%.

b. Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya berikan
oksigen untuk sianosisnya.
c. Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene

Sumber : segi- segi praktis ilmu kesehatan anak jakarta 1984 m.rachman ,m.t.dardjat.
Di sub bagian saraf anak bagian IKA FKUI-RSCM jakarta ,kriteria livingston tersebut
setelah dimodifikasi sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana ialah
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja , tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umu
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaa EEG yg dibuat sedikit 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
g. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1tahun tidak melebih 4 kali
Sumber segi segi praktis ilmu kesehatan anak

Risiko yang akan di hadapi oleh seorang sesudah kejang demam tergantung dari faktor
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam
c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Gejang klinis
Dapat dibagi dua yaitu :
A. Disetai kejang
1. Suhu yg mendadak tinggi ,biasanya 39oc atau lebih .
2. Kejang umum atau fokal yang berlangsung agak lama (lebih dari setengah jam ) kejang fokal yg
terjadi sesuai dengan kelumpumpuhannya .
3. Kesadaran yg sangat menurun menurun (koma )
4. Setelah kesadaran agak membaik ,kelumpuhan setengah badan terjadi mula-mula sekumpulan
bersifat flasid,tetapi setelah 2 minggu timbul spastitistas .hemiplegia lebih nyata pada anggota
gerak atas dan muka dibandingkan dengan anggota gerak bawah .makin lama dan makin hebat
ke jangkan dengan makin berat kelumpuhan yg terjadi
5. Kadang-kadang terjadi hemianopsia dan afasia
6. Gangguan perasaan terjadi bila kerusakan terdapat pada lobus parietalis .

Tanda gejala
a. Hemiplegia terjadi mendadak tanpa didahului oleh kejang
b. Kesadaran tetapi baik atau menurun sebentar saja
c. Sifat kelumpuhan sama dengan yg disertai kejang
Komplikasi
a. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental terdapat 30- 50% pada golongan yg disertai kejang sedangkan pada golongan
tanpa kejang retardasi mental tidak begitu nyata gangguan kelakuan beru hiperkinetik sering
terdapat .
b. Epilepsi
Biasa lebih besar dari pada 50 % dari golongan yg disertai dengan kejang kemudian akan
menderita epilepsi yg terdapat sifat grand mal ,psikomotor atau fokal .
c. Gangguan berbicara
Bergantung pada waktu bayiatau anak menderita kelumpulan .pada anak diatas umur 4 tahun
biasanya didapatkan kelainan berupa disfasia
d. Gangguan saraf otak
Dapat terjadi hemianopsia homonimus, starbismu konvergen ,gangguan menelan dan sebagainya.

Obat yang di pakai untuk epilepsi


Obat Bentuk kejang Dosis mg/
kgbb/harri
Fenobarbital Semua bentuk kejang 3-8
Dilantin Semua bentu kejang 5-10
(difenilhidantoin ) kecuali bangkitan petit
mal,mioklonik atau
akinetik
Mysoline (primidon) Semua bentuk kejang 12-25
kecuali petit mal
Zarontin (etosuksimid) Petit mal 20-60
Diazepam Semua bentuk kejang 0,2-0,5
Diamox (asetasolamid ) Semua bentuk kejang 10-90
Prednison Spasme infantil 2-3
Deksametason Spasme infantil 0,2-0,3
Adrenokortikotropin Spasme intantil 2-4

Staf pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak


Jakarta:bagian IKA FKUI Kejang pada neonatus suatu penyakit ,namun merupakan suatu
gejala penting akan adanya penyakit sebagai penyebab kejang atau adanya kelaianan saraf
pusat.penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan di otak sedangkan penyebab sekundernya
adalah gangguan metabolik atau penyakit lain seperti penyakit infeksi . di negara berkebang
kejang pada neonatus sering di sebabkan oleh tetanus neonatorum,sepsis meningitis,ensefalitis
,perdarahan otak ,cacat bawaan .
Penyebab kejang pada neonatus ,baik primer maupun sekunder umumnya berkaitan
eratdengan kondisi bayi di dalam kandungan saat proses persalinan serta masa masa bayi baru
lahir .kejang pada bayi baru lahir baru lahir di kenali karena bentuk berbeda dengan kejang pada
orang dewasa atau anak .hal tersebut di sebabkan karena ketidakmatangan organ korteks pada
bayi baru lahir .
Beberapa hal yg mungkin merupakan faktor penyebab kejang adalah sebagai berikut
1. Konflikasi pada saat hamilan dan melahirkan
a. Ibu tidakimunisasi tt sehingga dapat menyebab infeksi
b. Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu ,sehingga menyebab hipoksia
c. Gawat janin pada massa kehamilan dan persalinan yg mengharuskan dilakukannya
induksi persalinan .kondisi dapat disebabkan asfiksia.
d. Alat alat di gunakan untuk proses pertolongan persalinan tidak steril sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi .
e. Persalinan dengan tindakan (vacuum ekstraksi ,cunam dan forcep dapat di sebabkan tauma
susunan safat pusat .
f. .Trauma pada janin selama dalam kandungan atau selama persalinan dapat menyebabkan
perdarahan intrakranial .
g. .Ibu hamil menderi DM

2. Kelainan metabolisme seperti hipoglikemia ,hipokalsemia ,hipomagnesemia ,hiponatremia


,hiperbilirubinemia ,ketergantungan piridoktrin dan kelainan asam amino
Sumber: asuhan neonatus bayi dan anak balita ,vivian nanny lia dewi jakarta :salenda
medika 20 10.
Memeriksa dan mengklasifikasi kejang
a. Dilakukan pada semua bayi muda ketika kejang kunjungan rumah atau bayi muda datang klinik
.
b. Kejang adalah gejala kelainan susunan saraf pusat (SSP) dan merupakan keadaan darurat .
c. Kejang pada umur > 2hari dikaitan dengan tetanus neonaturum infeksi dan kelainan metaolik
seperti kurangnya kadar gula darah .
d. Pada bayi kurang bulan ,kejang lebih sering disebabkan oleh perdarahan intrakranial .
e. Di indonesia ,kejang pada bayi muda sering di sebabkan oleh tetanus neonaturum ,sepsis
,mengitis ,ensefalitis perdarahan otak dan akibat cacat bawaan .
f. Tanda /gejala klinis kejang pada bayi muda sangat bervariasai bahkan kadang sulit dibedakan
denga gerakan normal .
g. Meskipun demikian jika saudara menjumpai gejala /gerakan yang tidak bisa terjadi secara
berulang ulang dan periodik ,saudara harus memikirkan kemungkinan bayi kejang
Memeriksa kejang
1. Tanya
2. Lihat ,dengar ,raba
3. Apakah ada riwayat kejang
Adakah tanda/gejala kejang berikut :
1. Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun
2. Mengangis melengking tiba-tiba
3. Gerakan yg tidak terkendali pada mulut ,mata ,atau anggota gerak
4. Mulut mencucu
5. Kaku seluruh badabn dengan atau tanpa rangsangan
Klasifikasi kejang
Klasifikasi kejang jika bayi mempunyai tanda/gejala berikut .pada dengan klasifikasi
kejang harus segera dilakukan tindakan / pengobatan dan di rujuk.
Sumber : manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari sampai 2 bualan

BAB III
TINJAU KASUS
Ny x datang padang tanggal 6 desember 2014 ny x datang bersama suami dan bayinya
.ny x mengatakan anak panas tinggi sejak dua hari yg lalu bayi rewel dan malas menyusui, mata
melihat keatas ,tangan dan kaki karu ny x mengatakan bersalin pada tanggal 30 november 2014
ny x melahiran dengan seorang bidan bayi bbl 2700 gr bb sekarang 2500 gram nadi 160 kali
/menit .suhu 39,0 c keadan bayi terlihat lemas dan lesu ibu khawatir terjadi sesuatu yg berbahays
pada bayinya.
Format pengajian
Data subjektif
1. Pengajian
I. Identitas pasien
Nama : Bayi I
Umur : 3 hari
Jenis kelamin : laki laki
Tanggal / jam lahir : 30 November 2014
II. Identitas orang tua / penanggung jawab :
Nama : Ny X
Umur : 26 tahun
Agama : islam
Pendidikan : smp
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Suku / bangsa : indonesia
Alamat : sungai penuh
III. Amanmesa
1. Keluhan utama :
2. Lamanya : sejak 2 hari yang lalu
3. Riwaya kesehatan anak dan balita :ny mengatakan bayi rewel ,masal menyusui dan badannya
panas, kaki dan tanga kaku dan sering terkejut
4. Riwajat kesehatan lanjut : bayin lahir normal ,tidak ada kelainan
5. Riwayat kehamilan :
Hamil ke :1
Jenis persalinan : normal
Penolong pesalinan : bidan
IV. Imunisasi : Ibu mengatakan udah mendapat imunisasi
V. Aktifitas : Melemah dan mengangis terus
VI. Riwayat psikologi :Ibu merasa khawatir dengan keadaan bayinya .
A. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
KU : lemah
Kemampuan mengisap : lemah
BB : menurun 2500 gr
Suhu : 390 C
Nadi : 160 x permenit
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : semetris
Tidak ada caput
Tidak ada sepalhematom
Tidak ada kelainan pada kepala
b. Muka : tidak kelainan
c. Mata : bola mata melihat keatas
d. Tangan dan kaki : menjadi kaku di sertai gerakan kejut
e. Leher : tidak adak bejolan kadaan kadang disertai
muntah dan nafas sejak berhenti
f. Genatalia : normal
g. Telinga : normal
h. Badan : panas

BAB IV
PEMBAHASAN
Kejang adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat
atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktifitas otak yg abnormal seta adanya pelepasan
listrik serebral yang sangat berlebihan.

Beberapa hal yg mungkin merupakan faktor penyebab kejang adalah sebagai berikut :
1. Konflikasi pada saat hamilan dan melahirkan
a. Ibu tidak imunisasi tt sehingga dapat menyebab infeksi
b. Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu ,sehingga menyebab hipoksia
c. Gawat janin pada massa kehamilan dan persalinan yg mengharuskan dilakukannya induksi
persalinan .kondisi dapat disebabkan asfiksia.
d. Alat alat di gunakan untuk proses pertolongan persalinan tidak steril sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi .
e. .Persalinan dengan tindakan (vacuum ekstraksi ,cunam dan forcep dapat di sebabkan tauma
susunan safat pusat .
f. Trauma pada janin selama dalam kandungan atau selama persalinan dapat menyebabkan
perdarahan intrakranial .
g. Ibu hamil menderi DM

2. Kelainan metabolisme seperti hipoglikemia ,hipokalsemia ,hipomagnesemia,hiponatremia


,hiperbilirubinemia ,ketergantungan piridoktrin dan kelainan asam amino
Penanganan pada kasus diatas dengan pemberian berikan pengobatan penurun panas kepada
bayi berikan komres kepada bayi kemudian bidan diatas sudah benar planing yang akan
dilakukan yaitu dengan menjelaskan kepada ibu bahwa bayi yang telah mengalami kenjang .serta
menjelaskan kepada ibu merakukan perawatan kepada bayi tersebut.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI I
UMUR 3 HARI DENGAN KEJANG
DATA DASAR
Data Subjektif
a. Ny x mengatakan anak rewel malas menyusui
b. Ny x mengatakan panas sejak dua hri yg lalu
c. Ny x mengatakan dia khawatir dengan keadaan anaknya
Data Objektif
Pemerikaan umum
Ku : lemah
Bb: 2500 gr
N : 160 x/i
S : 39.0 c
Pemeriksaan fisik
1. Kepala : tidak ada kelainan
2. Muka : tidak kelainan
3. Mata : bola mata melihat keatas
4. Tangan dan kaki : menjadi kaku di sertai gerakan kejut
5. Heher : tidak adak bejolan
6. Kadaan kadang disertai muntah dan nafas sejak berhenti
7. Genatalia : normal
8. Telinga : normal
9. Badan : panas
INTERPRETASI DATA
Bayi Ny X berumur 1 minggu dengan kejang
Dasa subjektif
a. Ibu mengatakan melahir dengan bidan pada tanggal 30 November 2014
b. Ibu mengatakan bayi rewel ,bola mata melihat keatas demam ,kaki dan tangan kaku dan terkejut
Data objektif :
Keadaan umum : lemah
Pada badan bayi telihat panas , mata bayi melihat ke atas , kaki dan tangan kaku sering kejut
Masalah
Suhu tubuh meningkat tanangan dan kaki kaku sering terkejut ,bola mata melihat ke atas ibu
tidak bisa merawat bayi nya

Kebutuhan
1) Penyuluhan tentang kejang
2) Ajurkan janga panik ,pidah anak ketempat yang ama jauh benda yg berbahaya
3) Longgar pakaiannya dan lepas kan semua yg menghambat saluran nafas
4) Kompres dengan kain yg diredam dengan air hangat
5) Penyuluhan tentang imunisasi
DIAGNOSA/ TIDAKAN MASALAH POTENSIAL SEGERA
Untuk saat ini tidak ada dilakukan tindakan segera
INTERVENSI
a. memberikan tahun ibu dan keluarga hasil pemerikasaan
b. Mengajarkan ibu dan keluarga cara mencegah kejang
c. Memberikan informasi tentang imunisasi
d. Menyarakan ibu memberikan ASI yang adekuat
e. Menjelah tanda tanda kejang

IMPLEMENTASI
a. Memberikan tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
b. Mengajar ibu dan keluarga tentang kejang
c. Memberikan penyuluhan tentang imunisasi
d. Menasehati ibu agar memberikan ASI adekuat
e. Memberikan penjelasan tenatang kejang
EVALUASI
a. Ibu mengerti dengan penjelasan hasil pemeriksaan
b. Ibu paham tentang bagaimana cara mengatasi kejang
c. Ibu paham tentang imunisasi
d. Ibu mau menyusui anak
e. Ibu pahan tentang tanda tanda kejang
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kejang adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau
sementara yang dapat di sebabkan oleh aktifitas otak yg abnormal seta adanya pelepasan listrik
serebral yang sangat berlebihan .Konflikasi pada saat hamilan dan melahirkan
a. Ibu tidak imunisasi TT sehingga dapat menyebab infeksi
b. Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu ,sehingga menyebab hipoksia
c. Gawat janin pada massa kehamilan dan persalinan yg mengharuskan dilakukannya
induksi persalinan .kondisi dapat disebabkan asfiksia.
d. Alat alat di gunakan untuk proses pertolongan persalinan tidak steril sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi .
e. Persalinan dengan tindakan (vacuum ekstraksi ,cunam dan forcep dapat di sebabkan tauma
susunan safat pusat .
f. .Trauma pada janin selama dalam kandungan atau selama persalinan dapat menyebabkan
perdarahan intrakranial .
g. Ibu hamil menderi DM

5.2 Saran
Setiap bayi baru lahir beresiko mengalami kejam untuk itu diharapkan kepada bidan dan
ibu hamil untuk mengetahui gejala dari kejang dan pencegahannya.
Bagi bidan :
Diharapakan bidam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat yaitu dengan
meningkatkan pelayanan kesehatan kesehatan kusus dalam pengembangan pendidikan kesehatan
Bagi ibu :
Menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dan susuilah
bayi sesering mungkin .

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita ,Vivian Nanny Lia Dewi Jakarta : Salemba
Medika. 2010.
Manajemen Terpadu Bayi Muda Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan
Asuhan Neonatus ,Bayi dan Balita ,Cv Trans Info Media 2011,Penulis Dwi Maryanti,
S.SIT, Sujianti ,SST, Tri Budiarti ,SST
Staf Pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak. Segi- Segi Praktis Ilmu Kesehatan
Anak Jakarta 1984 M.Rachman ,M.T.Dardjat

Menangani Kejang dengan Obat Anti Kejang


Beri obat anti kejang jika bayi muda mengalami kejang saat pemeriksaan.
1. Bidan/petugas kesehatan yang terampil melakukan resusitasi harus mendampingi bayi
dan ibu/keluarga
2. Alat resusitasi harus dibawa dalam perjalanan menuju tempat rujukan
3. Keluarga/ibu harus ikut menemani bayi ketempat rujukan
4. Surat rujukan/formulir rujukan tentang data-data yang diperlukan di atas harus dibawa
oleh petugas saat itu
5. Oksigen (jika tersedia)
6. Kendaraan harus disiapkan
7. Uang

Beri obat anti kejang jika bayi muda mengalami kejang saat pemeriksaan

Jangan memberi minum atau apapun lewat mulut bila bayi kejang, karena bisa terjadi aspirasi.
Jika bayi kejang dicurigai sebagai TETANUS NEONATORUM dengan tanda/ gejala:
Kejang/kaku seluruh tubuh baik dirangsang maupun spontan
Mulut mencucu seperti mulut ikan
Biasanya kesadaran masih baik tetapi bayi tak bisa menyusu.
Lakukan tindakan :
Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital.
Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain.
Rujuk
Lihat pedoman Eliminasi Tetanus Neonatorum untuk tindakan berikutnya.

Manajemen umum

Bebaskan jalan napas dan oksigenasi


Medikamentosa untuk meghentikan kejang
Memasang jalur infuse intravena
Pengobatan sesuai dengan penyebab

Medikamentosa

1. Fenobartial 20mg/kg berat badan intravena dalam watu 5 menit, jika kejang tidak
berhenti dapat diulang dengan diagnosis 10mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan
selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan
obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler.
2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20mg/kg berat badan intravena dalam larutan
garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kg berat badan/menit

Pengobatan rumatan

1. Fenobarbital 3-5 mg/kg BB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secaraintravea
atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari.
2. Fenitoin 4-8mg/kg/hari intravena atau per oral. Dosis terbagi dua atau tiga.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang ditunjukkan untuk mencari penyebab kejang

Laboratorium darah ruitn dan pengecatan garam, kadar glukosa darah dengan
dekstrostik.
Pada kecurigaan infeksi (meningitis)

Pemeriksaan daarh ditemukan adanya lekositosis (lebih 25.000/mm3) atau lekopenia (kurang
5000/mm3)

Gangguan metabolic

Hipoglikemi (glukosa dah<45 mg/dl)

Diduga/ ada riwayat jejas pada kepala

Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk memantau perdarahan intraventrikuler


serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal.

Pemeriksaan kadar bilirubin total/direk dan indirek meningkat, pemeriksaan kadar bilirubin
bebas (bila tersedia)

Manajemen Spesifik Atau Manajemen Lanjut

1. Meningitis
Amtibiotik awal diberikan ampisilin dan gentamisin, bila organisme tidak dapat
ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin dan
beri sefotaksim disamping tetap beri gentamisin. Antibiotika diberikan sampai 14 hari
setelah ada perbaikan (dosis lihat table)

Dosis antibiotic

Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 12 jam 100 mg/kg setiap 8 jam

Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 12 jam 50 mg/kg setiap 6 jam


Gentamisin IV, IM < 2kg
4 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari
2kg
5 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari

2. Gangguan metabolic
Diagnosis kejang yang disebabkan oleh karena gangguan metabolisme sangat sulit
ditegakkan karena terbatasnya fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang
dipuskesmas, karena tidak ada gejala klinis yang khas untuk beberapa kejang metabolic
midalnnya hiponatremia, hipernatremia dan hipomagnesimia. Untuk tu manajemen
umum diperlukan untuk kejang metabolic ini, dan segera dirujuk.
Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen
hipoglikemia.
Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia.
Untuk kasus ini diberi :
Kalsium glukonas 10%, 1-2 ml/kg berat abdan dengan awua bidest sama banyak
secara intraena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menit jika tidak ada respon
klinis.
3. Kern ikterus : (lihat hiperbilirubinemia)
4. Hipoksia : optimalisasi ventilasi dan terapi oksigen
5. Spasme/tetanus

Beri Diazepam 10 mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam,
maksimum 40 mg/kg/hari
Bila frekuensi napas kurang dari 40 kali permenit, hentikan pemeberian obat
meskipun bayi masih mengalami spasme.
Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati
utuk infeksi tali pusat.
Beri bayi:
o Human Tetanus Immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri padanannya,
antitoksin tetanus 5.000 IU IM, toksoid tetanus IM pada tempat yang berbeda
dengan tempat pemeberian antitoksin
o Benzyl Penicillin G 100.000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama
tujuh hari.
Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0,5 ml (untuk melindunginya dan
bayi yang dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis
kedua
Pada kasus perdarahan subdural, trauma SSP dan hidrosefalus diperlukan tindakan
bedah, dapat dirujuk.

Terapi suportif

Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang
berlanjut
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat
Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasive untuk menghindari
bangkitan kejnag pada penderita tetanus, pasang pipa orgastrik dan beri ASI perah
diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan pelan-pelan
dinaikkan jmlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan smabil
menurunkan jumlah cairan IV.

Rujukan

Bila bayi sudah dilakukan manajemen umum dan sudah dilakuka manajemen spesifik tetai
bayi masih belum ada perbaikan segera rujuk.

Anda mungkin juga menyukai