Abstrak
Kata Kunci : Emisi Gas Buang, Ferry Ro-Ro, Merak - Bakauheni, BBG dan BBM.
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan dari letak geografisnya, Negara Indonesia 2/3 nya merupakan wilayah
perairan. Dimana luas wilayah maritim Indonesia sebesar 3.272,231 2 dari luas
teritorialnya. Dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia yang merupakan Negara
kepulauan, tentunya kita membutuhkan kapal laut sebagai alat transportasi dari pulau satu
kepulau lainnya. Belum lama ini pemerintah memutuskan untuk membatalkan proyek
Jembatan Selat Sunda karena dianggap tidak sesuai dengan visi misi Negara maritim
secara otomatis akan menambah tingkat kebutuhan alat transportasi kapal laut .
Pada lintas pelayaran Merak Bakauheni Setidaknya tercatat pada kondisi normal kapal
yang beroperasi sejumlah 24 unit sedangkan pada saat kondisi sangat padat kapal yang
beroperasi sejumlah 28 unit. Dimana 6 kapal Ferry dimiliki dan dioperasikan oleh PT.
Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan (ASDP) Indonesia Ferry dan sisanya
dioperasikan oleh perusahaan swasta.
Dengan program pemerintah untuk tidak melanjutkan Jembatan Selat Sunda dan
meningkatnya angkutan dari Pulau Jawa Pulau Sumatra dengan menggunakan Kapal
Laut, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya angka emisi gas buang yang berpotensi
untuk mencemari lingkungan sekitar. sudah sepatutnya kita dapat menjaga keamanan
lingkungan dengan cara mengurangi emisi dari gas buang tersebut. dimana, lintas
penyebrangan Merak Bakauheni adalah salah satu lintas penyebrangan terpadat yang
mempunyai potensi pencemaran lingkungan yang cukup besar. Pada penelitian ini untuk
menghitung nilai emisi yang dihasilkan kapal digunakan metodologi Carlo Trozzi, yang
pada akhirnya akan menekan angka emsisi gas buang apabila kapal memakai BBG
dibanding BBM.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan kapal laut
pada pelabuhan Merak Bakauheni , Untuk itu dalam melakukan tinjauan ini perlu
disusun kerangka dasar yang digunakan sebagai acuan untuk mengkaji studi kasus tersebut.
Metode penulisan kajian ini mencakup semua tindakan atau langkah yang akan dilakukan
untuk penulisan penelitian.
Metode Perhitungan
Metode Perhitungan yang dipakai antara lain adalah :
1. Perhitungan Emisi gas buang menggunakan rumus Carlo Trozzi :
a. Fuel Consumption Main Engine
Fuel Consumption Main Engine Hotelling (FCMEH)
sfoc kapal x HP Mesin x waktu
1000 x Faktor ME
------- (1)
Fuel Consumption Main Engine Manouvering (FCMEM)
sfoc kapal x HP Mesin x waktu
1000 x Faktor ME
------- (2)
Fuel Consumption Main Engine Cruising (FCMEC)
sfoc kapal x HP Mesin x waktu
1000 x Load Faktor ME
------- (3)
b. Fuel Consumption Auxiliary Engine
Fuel Consumption Auxiliary Engine Hotelling (FCAEH)
sfoc kapal x HP Mesin x waktu
1000 x Faktor AU
------- (4)
Fuel Consumption Auxiliary Engine Manouvering (FCAEM)
sfoc kapal x HP Mesin x waktu
1000 x Faktor AU
------- (5)
Fuel Consumption Auxiliary Engine Cruising (FCAEC)
sfoc kapal x HP Mesin x waktu
1000 x Faktor AU
------- (6)
c. Perhitungan Emisi
Hotelling =(FCMEH + FCAEH) x Emision Faktor ----- (7)
Manouvering = (FCMEM + FCAEM) x Emision Faktor ----- (8)
Cruising = (FCMEC + FCAEC) x Emision Faktor ----- (9)
Tabel 1. Load Factor ME dan AE
Hasil pengumpulan data dan informasi didapatkan dari 2 (dua) Pelabuhan penyeberangan
yaitu di Pelabuhan Merak dan Bakauheni. Data dan informasi dari Kantor Kementrian
Perhubungan, Dirjen Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (LLASDP)
adalah sebagai berikut :
3. 1 Pelabuhan Merak
Pelabuhan Merak termasuk di wilayah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang berada di
Propinsi Banten. Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan
pemerintah merupakan sarana untuk menyelenggarakan tempat naik turunnya penumpang,
bongkar muat barang dan kendaraan, serta menunjang angkutan laut.
3.2 Pelabuhan Bakauheni
Pelabuhan Bakauheni termasuk di wilayah Propinsi Lampung. Pelabuhan ini
merupakan salah satu pelabuhan utama dalam sistem kepelabuhanan penyebrangan di
Indonesia. Pelabuhan Bakauheni merupakan tumpuan tatanan kegiatan ekonomi Propinsi
Lampung sebagai sarana untuk menyelenggarakan tempat naik turunnya penumpang dan
bongkar muat kendaraan, serta menunjang angkutan laut.
3.3 Pola Operasi Kapal
1. Pola Operasional
a. Normal
3.4 Hasil Perhitungan Emisi Gas Buang Kapal Pada Pelabuhan Merak Bakauheni
Tabel 6. Emisi Gas Buang dengan Menggunakan Bahan Bakar Minyak (Tahun)
3.5 Penurunan Emisi Gas Buang Kapal Ferry pada Lintas Pelayaran Merak
Bakauheni
a) Hotelling
Satuan Emisi
dalam (Ton)
711,015 739,840
448,388
515,440
440,194
493,226 512,443 434,557
EMISI BBM
EMISI BBG
b) Manouvering
Satuan Emisi
dalam (Ton)
34,750
Nox = skala 1 : 75 ton
Sox = skala 1 : 1 ton
Co = skala 1 : 5 ton
CO2 = skala 1 : 320 ton
VOC = skala 1 : 1 ton
16,135
PM = skala 1 : 1 ton
8,419
5,192
EMISI BBM, SOX, 5,262
2,257 2.456
2,806 2,456 4,911 EMISI BBM
EMISI BBG
Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sebagai bahan bakar kapal menghasilkan emisi
gas buang yang cukup tinggi, terutama pada CO2 yang mana memiliki nilai emisi tertinggi
dibanding pollutant lainnya dengan nilai emisi pada saat Hotelling 19.411 Ton dan
Manouvering 11.119 Ton dan dengan menggunakan BBG emisi yang dihasilkan CO2 jauh
lebih kecil, yakni Hotelling sebesar 4,402 Ton, dan Manouvering sebesar 2,456 Ton
Sebaikanya dilakukan penelitian lanjut mengenai penurunan emisis dari kegiatan kapal
tetapi di pelabuhan yang berbeda sehingga kita pada akhirnya dapat tahu berapa kira-kira
sumbangan emisi gas buang dari kegiatan kapal di pelabuhan.
DAFTAR PUSTAKA