1
STEP I
IDENTIFYING UNFAMILIAR WORDS
Deskuamasi Multiple
Deskuamasi merupakan pengelupasan lapisan paling luar dari suatu
jaringan, contohnya kulit. Multiple menandakan lapisan yang terkelupas lebih dari
satu lapisan. Epitel terluar dari kulit tersebut mengelupas dalam beberapa layer.
Normalnya, kulit akan mengalami penggantian kulit untuk menggantikan kulit
yang lama dengan kulit yang baru.
Krusta
Krusta adalah onggokan cairan darah, nanah, kotoran, dan obat yang
sudah mengering diatas permukaan kulit misal impetigo krustosa. Krusta dapat
berwarna hitam, merah atau coklat.
Pemeriksaan Smear
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu
mikroorganisme, pengambilannya dilakukan secara hapusan dari sampel pasien
dan diamati di bawah mikroskop.
Fisur
Kulit yang retak seperti luka iris, epidermis meluas ke dermis
membentuk seperti cekungan.
2
STEP II
RUMUSAN MASALAH
3
STEP III
BRAINSTORMING
2. Apakah gigi yang hilang dan karies dapat mempengaruhi infeksi dari
jamur?
Gigi yang hilang menyebabkan kadar produksi saliva menurun.
Saliva yang merupakan salah satu faktor pertahanan imun di
rongga mulut, membantu menjaga kesehatan rongga mulut dengan
self-cleansingnya. Jika produksi dari saliva tersebut turun, maka
jamur dapat menginvasi lebih parah. Selain itu, gigi yang hilang
menyebabkan terbentuknya lipatan di sudut bibir yang
menyebabkan penyebaran infeksi itu menjalar ke sudut bibir.
Gigi yang karies menyebabkan pH di rongga mulut turun, yaitu
kondisi asam. Jamur yang merupakan agen infeksius suka pada
lingkungan asam sehingga pertumbuhan jamur meningkat.
4
3. Bagaimana hubungan infeksi pada lesi sudut mulut dan lesi dorsum
lidah?
Lesi di sudut mulut merupakan penjalaran dari lesi di dorsum lidah
(intra oral). Awalnya, infeksi terjadi di dalam intra oral(dorsum lidah).
Jamur tersebut berkolonisasi membentuk spora dan pseudohifa, dimana
pseudohifa adalah faktor virulensi. Pseudohifa berkembang menjadi hifa
dan menyebar ke mukosa bukal sampai ke sudut mulut.
Jamur terus bertumbuh dan menyebar ke mukosa dan sampai ke
sudut mulut dikarenakan oleh system imun tubuh yang tidak mampu
menekan laju pertumbuhan dari jamur dan tidak adanya penanganan dari
obat anti jamur untuk membantu melawan dari jamur tersebut. Di sudut
mulut akhirnya terbentuk lesi, ini karena terkumpulnya saliva di daerah
tersebut akibat dari lipatan karena kehilangan gigi. Sudut mulut yang
selalu basah merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan jamur
sehingga terbentuk lesi di sana.
5
5. Apa penyebab terkumpulnya air ludah di sudut mulut?
Sebagai perlawanan terhadap infeksi jamur yang terdapat di sudut
mulut.
Karena terdapat fissure pada sudut bibir.
Hilangnya gigi yang berfungsi membatasi lidah dan saliva,
sehingga saliva keluar dari rongga mulut ke sudut mulut yang
membentuk lipatan.
6
Invasi: pseudohifa berkembang menjadi hifa dan berpenetrasi ke
dalam epithelium host untuk merusaknya.
7
STEP IV
MAPPING
Faktor
Predesposisi
Respon Imun
Patogenesis
Angular Cheilitis
Pemeriksaan
Tanda Klinis
8
STEP V
LEARNING OBJECTIVE
9
STEP VI
BELAJAR MANDIRI
10
STEP VII
REPORTING GENERALIZATION
11
aspartil dan fosfolifase. Faktor tersebut memberikan kontribusi dalam
menimbulkan dan mempertahankan infeksi. Stabilitas pertumbuhan dan
perlekatan Candida dalam rongga mulut dipengaruhi oleh jumlah saliva yang
dapat mempengaruhi kemampuan pengikatan Candida pada permukaan epitel. pH
saliva yang rendah dapat meningkatkan pertumbuhan dan kolonisasi Candida.
Candida akan memproduksi mannoprotein bila terdapat glukosa. Mannoprotein
dibentuk pada lapisan permukaan yang diketahui dapat meningkatkan daya adesi.
Keberadaan bakteri dalam rongga mulut dapat menurunkan pertumbuhan dan
kolonisasi Candida karena kompetisi untuk melekat pada sel epitel dan untuk
mendapatkan makanan. Immunitas selular mempengaruhi pertumbuhan dan
perubahan bentuk Candida dari sel ragi menjadi hifa.
Isolasi spesies Candida yang paling banyak dalam rongga mulut adalah
Candida albicans. Beberapa spesies lain juga diisolasi dalam jumlah yang lebih
sedikit yaitu, Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida krusei, Candida
parapsilosis, Candida guilliermondii, Candida lusitaniae dan Candida
dubliniensis.
Faktor predesposisi:
1. Defisiensi Nutrisi
Defisiensi nutrisi atau malnutrisi disebabkan oleh faktor primer dan atau
sekunder. Faktor primer disebabkan bila susunan makanan seseorang salah dalam
kualitas dan/ kuantitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan,
kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, pengetahuan akan nutrisi yang
kurang, kebiasaan makan yang salah dan sebagainya.
Faktor sekunder meliputi faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Penyebab terjadinya
defisiensi nutrisi sekunder bukan dari faktor ekonomi, misalnya faktor-faktor yang
menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik,
kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor sekunder juga dapat
berupa kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan siap saji. Dari
segi finansial, makanan makanan siap saji dianggap memiliki prestise tinggi,
12
namun makanan makanan siap saji sangat rendah nutrisi dan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan anak. Angular cheilitis dapat disebabkan oleh karena
beragam defisiensi nutrisi. Defisiensi zat besi dan vitamin B merupakan penyebab
terjadinyaangular cheilitis Makanan yang mengandung gizi yang seimbang adalah
makanan yang mengandung prinsip empat sehat dan lima sempurna. Orang tua
mempunyai peranan besar dalam mengatur pola makan anak. Mereka harus
memastikan bahwa anak-anakmereka mendapat gizi yang cukup dari makanan
yang dikonsumsinya. Orang tua harus menanamkan kepada anak tentang betapa
pentingnya pola makan yang sehat bagi tubuh manusia. Makanan apa saja yang
harus dikonsumsi anak dan yang tidak boleh dikonsumsi harus ditanamkan sejak
dini kepada anak agar ketika di sekolah atau bermain, anak tidak mengkonsumsi
jajanan yang tidak sehat.
2. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang disebabkan karena
kelainan metabolic karbohidrat, baik secara herediter maupun didapat, sebagai
akibat kekurangan insulin yang relative atau absolute. Etiologi dari penyakit DM
adalah ditandai dengan adanya hiperglikemia kronis dengan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein karena kerusakan pada sekresi dan
kerja insulin.
Kelainan neurologis (neuropati) terjadi karena adanya kerusakan nervus
peripheral yang disebabkan penyakit pada nervus itu sendiri atau manifestasi dari
penyakit sistemik maupun karena trauma. Nervus peripheral adalah jalur koneksi
dari otak ke sumsum tulang belakang menuju ke seluruh tubuh dan memiliki jalur
dari sumsum tulang belakang dan tersusun membentuk garis di tubuh (dermatom).
Gangguan neuropati dapat terjadi pada penderita DM yang telah lama dan tidak
terkontrol pada lansia. Hati memproduksi glukosa yang dialirkan dalam darah dari
makanan yang dikonsumsi. Glukosa dalam bentuk karbohidrat yang diresorbsi
tubuh diambil dari ikatan kompleks molekul karbohidrat makanan berfungsi
sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi. Hormon yang berperan penting
dalam penyakit DM adalah hormone insulin yang dipoduksi oleh pankreas.
13
Insulin mengolah glukosa dalam sel-sel sasaran yaitu sel dalam hati, otot, dan
jaringan lemak.
Salah satu akibat dari diabetes melitus pada rongga mulut adalah
xerostomia. Xerostomia sendiri adalah keluhan subyektif pada pasien berupa
adanya rasa kering dalam rongga mulutnya akibat adanya penurunan produksi
daliva (hiposalivasi) dan atau perubahan komposisi saliva. Xerostomia merupakan
14
term konvensional yang digunakan untuk keluhan subyektif pasien terhadap mulut
kering, tetapi hiposalivasi merupakan kondisi obyektif tentang penurunan sekresi
saliva. Walaupun sebagian besar pasien xerostomia mengalami hiposalivasi tetapi
sebagian tidak demikian. Di lain sisi pasien yang dalam pengukuran mengalami
hiposalivasi tetapi tidak mengeluhkan adanya xerostomia.
Saliva diproduksi oleh kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis serta
ratusan kelenjar saliva minor yang terdistribusi di seluruh bagian rongga mulut.
Setiap harinya kelenjar-kelenjar saliva ini diperkirakan menghasilan 1 liter/hari.
Laju aliran saliva diatur oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Pada diabetes
melitus dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskular, yaitu neuropati. Salah satu
komplikasi neuropati adalah gangguan saraf simpatis dan parasimpatis, dimana
akan berakibat pada penurunan sekresi saliva dan terjadinya keluhan mulut kering.
Parasimpatis menginervasi lebih banyak pada watery secretion dan saraf
simpatik lebih banyak menginervasi viscous saliva. Sensasi mulut kering
disebabkan adanya perubahan komposisi saliva pada saat ini stimulasi saraf
simpatis lebih dominan selama periode ini. Selain itu gejala mulut kering ini juga
disebabkan oleh dehidrasi mukosa rongga mulut dimana output kelenjar saliva
minor dan mayor menurun serta lapisan saliva yang melapisis mukosa oral
berkurang.
Sebetulnya mekanisme patogenesis antara DM dan perubahan fungsi
kelenjar saliva hingga saat ini belum jelas. Dehidrasi sebagai hasil dari
hiperglikemia yang lama sebagai konsekwensi dari poliuria merupakan penyebab
utama xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva pada pasien DM. Dehidrasi saja
tidak dapat menyebabkan perubahan fungsi kelenjar saliva. Infiltrat limfositik
yang terlihat pada jaringan kelenjar saliva labial mengindikasikan bahwa jaringan
kelenjar saliva merupakan target suatu proses autoimun yang sama dengan
pancreas.
Degenerasi yang terus menerus pada jaringan kelenjar saliva akan
menyebabkan 10-25% terjadinya hipofungsi dan gangguan komposisi saliva. DM
tipe I dan II dapat menyebabkan pembesaran bilateral yang asimtomatik pada
15
kelenjar parotis dan kadang-kadang kelenjar submandibularis yang biasa disebut
sialosis diabeti.
Xerostoimia yang timbul akibat penyakit diabetes mellitus dapat
menyebabkan pH pada rongga mulut menjadi rendah dan system pertahanan
dalam rongga mulut menurut akibatnya menyebabkan infeksi jamur Candida (
candidiasis) dapat berkembang dengan baik. Oral candidiasis sendiri merupakan
infeksi jamur Candida dan utamanya disebabkan oleh spesies Candida Albicans
yang sebetulnya adalah flora normal mulut namun mampu menyebabkan infeksi
oportunistik pada keadaan tertentu, artinya jamur itu akan bersifat patogen jika
ada kesempatan, misalnya ketika system pertahanan tubuh kita mengalami
penurunan dan didukung oleh oral hygine yang buruk maka pertumbuhan candida
albican akan mengalai pertumbuhan yang pesat dan menjadi pathogen dalam
rongga mulut sehingga menimbulkan infeksi jamur yaitu candidiasis.
16
bagian selatan Amerika Serikat pada awal 1900. Gejala kekurangan niasin
lainnya adalah kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan
mental. Kulit dapat menunjukkan gejala dermatitis simetrik bilateral
khususnya pada daerah yang terkena sinar matahari langsung.
Keracunan niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada
sistem saraf, lemak darah dan gula darah. Gejala- gejala seperti muntah, lidah
membengkak dan pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpengaruh
pada fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah rendah.
17
adalah kecambah, gandum, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan,
kentang dan pisang.
7. Faktor Mekanis
Faktor mekanis dapat terjadi pada orang tua dan anak-anak. Pada orang tua
dapat disebabkan oleh pemakaian gigi tiruan yang tidak pas atau akibat proses
penuaan sedangkan pada anak-anak seperti menjilat sudut bibir, menghisap jari
dan menggunakan dot. Pada orang tua, bila terjadinya kehilangan ketinggian
oklusal disebabkan karena kehilangan gigi atau pasien dengan gigi tiruan yang
tidak pas akan menyebabkan kurangnya dimensi vertikal, dan seterusnya
membentuk lipatan-lipatan pada sudut mulut. Saliva akan berakumulasi pada
lipatan tersebut, menyebabkan lembab dan menyediakan habitat yang sempurna
untuk Candida albicans. (M Miftahullaila ,2010)
18
8. Penderita HIV/AIDS
Pada penderita hiv/aids sitem imun mengalami abnormalitas fungsi
sehingga dapat mengganggu fungsi fagosit terhadap adanya sel-sel jamur. Hal
tersebut dapat menyebabkan peningkatan populasi sel-sel jamur karena tidak
dapat dieliminasi oleh sistem imun. Peningkatan populasi jamur tersebut akan
menginduksi infeksi oleh karena jamur. (Kuswadji, 2004)
19
hipoparatiroidisme, hipoadrenalisme, dan penyakit Addison. Pada pasien diabetes
asimtomatik ditemukan peningkatan pertumbuhan Candida dalam rongga mulut
dibandingkan individu sehat.
14. Perokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok tidak memberikan dampak pada
jumlah Candida secara signifikan. Penelitian lain melaporkan bahwa merokok
dapat meningkatkan jumlah Candida secara signifikan dari 30% menjadi 70%.
Pada perokok terjadi perubahan local pada epitel yang menyebabkan terjadinya
kolonisasi Candida.
15. Glukosa
Salah satu penyebab kolonisasi adalah keberadaan karbohidrat dalam
jumlah yang besar. Glukosa merupakan bahan dasar pembentukan mannoprotein
pada dinding sel Candida yang dapat meningkatkan daya adesi dan produksi asam
yang menurunkan pH rongga mulut.
20
Kandida terhadap epitel mukosa mulut pasien, dan faktor dari pasien itu sendiri
yang meliputi keadaan saliva pasien (Epstein, 1984).
Efek kemoterapi terhadap sumsum tulang dapat menimbulkan infeksi pada
rongga mulut. Seperti yang telah diketahui bahwa obat kemoterapi bekerja dengan
membunuh sel-sel penyebab kanker yang diproduksi oleh sumsum tulang, namun
yang dibunuh tidak hanya sel ganas, sel normal yang sedang diproduksi oleh
sumsum tulang juga diganggu pertumbuhannya. Aktivitas obat kemoterapi
terhadap sumsum tulang tersebut dapat menurunkan sistem imun pasien, karena
sel-sel yang berguna dalam pertahanan imun tubuh dirusak oleh obat kemoterapi
tersebut, termasuk sel-sel darah yang akhirnya dapat menimbulkan
trombositopenia, leukopenia dan neutropenia. Leukopenia adalah keadaan dimana
leukosit dalam nilai dibawah 10.000 mm3 , sehingga dalam keadaan kurang
leukosit, tubuh akan lebih mudah diserang infeksi, salah satunya berupa infeksi
jamur (Epstein, 1984).
LO 2 : RESPON IMUN
Imunitas nonspesifik
Jamur, spora, maupun enzim diproduksi oleh sel-sel jamur yang
masuk ke dalam membran mukosa mulut akan memicu terjadinya proses
inflamasi. Sel-sel imun nonspesifik yang terhadap adanya infeksi jamur
adalah neutrofil dan makrofag. Netrofil dapat melepas bahan fungisidal
seperti ROI dan enzim lisosom yang berfungsi memakan jamur untuk
nantinya akan dieliminasi secara intraselular. Enzim yang diproduksi oleh
jamur dapat menghambat produksi sitokin TNF dan IL-12 oleh makrofag
dan merangsang produksi IL-10 yang menghambat aktivasi makrofag.
(Sutanto, 2008)
Imunitas spesifik
Jamur yang masuk ke dalam tubuh akan mendapat respon melalui
respon imun nonspesifik yang nantinya akan berlanjut ke sistem imun
spesifik apabila jamur tidak berhasil dielimiasi. Pada sistem imun spesifik,
IgM dan IgG diproduksi sebagai respon terhadap infeksi jamur. Respon
21
cell-mediated immune (CMI) adalah protektif karena dapat menekan
reaktivasi infeksi jamur oportunistik. Respon imun yang terjadi terhadap
infeksi jamur merupakan kombinasi pola respon imun terhadap
mikroorganisme ekstraseluler dan respon imun intraseluler. Respon imun
seluler dilakukan sel T CD 4 dan CD 8 yang bekerja sama untuk
mengeliminasi jamur. Dari subset sel T CD 4, respon Th 1 merupakan
respon protektif. (Sutanto, 2008)
22
Pengenalan antara PRRs dengan struktur PAMPS akan
menginduksi berbagai proses imun dalam rangka mengeliminasi patogen.
Pengenalan PAMPS melalui dektin-1 , TLR2, dan TLR4 akan
meningkatkan pembentukan sitokin proinflamatori tumor necrotic factor-
/ TNF-.
LO 3 : PATOGENESIS
Faktor diet mempunyai peranan besar dalam pemeliharaan kesehatan
kulit,serta mempunyai pengaruh dalam etiologi dan terapi penyakit kulit
tertentu.Perubahan pasokan nutrisi yang menurun,walaupun hanya sedikit dapat
memberikan efek pada kulit.Keadaan defisiensi nutrisi menyebabkan keutuhan
jaringan epitell berkurang .Mucocutan junction merupakan daerah peralihan
antara kulit dan mukosa mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis disbanding
epitel kulit sehingga menyebabkan area ini rentan terhadap terjadniya infeksi
(angular cheilitis) (Birnbaum, 2009)
Proses terjadinya angular cheilit ispada awalnya jaringan mucocutan di
sudut-sudut mulut menjadi merah,lunak dan berulserasi .Selanjutnya fisura-fisura
eritematosa menjadi dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut ke kulit
sekitar bibi atau berulserasi dan mengenai mukosa bibir dan pipi dalam bentuk
abrasi linear.Infeksi keadaan kronis ditandai dengan adanya nanah dan jaringan
granulasi.Ulkus seringkali menimbulkan keropeng yang terbelah dan berulserasi
kembali selama fungsi mulut yang normal .Akhirnya dapat timbul nodula-nodula
granulomatosa kecil berwarna kuning coklat.(Langlais RP dan Craig SM,2000)
Tahap Akuisisi
Tahap akuisisi adalah mesuknya sel jamur ke dalam rongga mulut. Dalam
rongga mulut dengan kolonisasi, Candida dapat ditemukan dengan konsentrasi
300-500 sel/ml. Candida dalam saliva dapat berperan sebagai media transmisi.
Tahap Stabilisasi Pertumbuhan
Tahap stabilisasi pertumbuhan adalah keadaan ketika Candida yang telah
masuk melalui akuisisi dapat menetap, berkembang, dan membentuk poulasi
dalam rongga mulut. Hal itu berkaitan erat dengan interaksi antara sel jamur
23
dengan hospes. Pertumbuhan Candida dalam rongga mulut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu saliva, bakteri rongga mulut, glukosa.
Tahap Adhesi
Tahap adhesi dimulai saat dinding sel jamur melekat. Terdapat dua cara
yaitu spesifik dan non spesifik. Spesifik yaitu ligan dari jamur berikatan
dengan reseptor host. Non spesifik yaitu ikatan antara kutub elektrostatik
dan ikatan van der waals. Khitin adalah suatu bagian dari dinding jamur
yang aktif dalam tahap adhesi,
Tahap Invasi
Pada tahap invasi, jamur berkembang biak membentuk spora dan
pseudohifa. Pseudohifa berkembang menjadi hifa dan berpenetrasi ke
dalam epithelium host untuk merusaknya.
24
sehingga terisi cairan dan bisa menjadi lebih besar, lama kelamaan
vesikula tersebut dapat pecah dan mulai mongering disebut dengan krusta.
LO 4: KLASIFIKASI
Secara klinis ditemukan 4 macam kandidiasis di dalam rongga mulut yang
merupakan infeksi superfisial yang biasanya disebabkan oleh Candida albicans :
1. Acute Pseudomembranous Candidiasis (Kandidiasis pseudomembranosa)
Kandidiasis pseudomembranosa secara umum diketahui sebagai thrush,
yang merupakan bentuk yang sering terdapat pada neonatus. Ini juga dapat terlihat
pada pasien yang menggunakan terapi kortikosteroid atau pada pasien dengan
imunosupresi. Kandidiasis pseudomembran memiliki presentasi dengan plak putih
yang multipel yang dapat dibersihkan. Plak putih tersebut merupakan kumpulan
dari hifa. Mukosa dapat terlihat eritema. Ketika gejala-gejala ringan pada jenis
kandidiasis ini pasien akan mengeluhkan adanya sensasi seperti tersengat ringan
atau kegagalan dalam pengecapan (Jurnal Kandidiasis Oral).
Plak atau bercak putih seperti cotton wool / gumpalan susu yang
dikelilingi warna kemerahan, biasanya terletak di mukosa bukal, mukosa labial,
gingiva, dan lidah. Lunak, melekat pada mulut,. Terasa sakit, rasa terbakar /
kering, dan perubahan rasa. Dapat dikerok, meninggalkan daerah lecet kemerahan,
terasa perih dan mudah berdarah (Lewis, 1994).
25
2. Acute Erythematous Candidiasis (Kandidiasis atropik)
Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya kemerahan difus, sering
dengan mukosa yang relatif kering. Area kemerahan biasanya terdapat pada
mukosa yang berada dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26% pasien
dengan gigi palsu terdapat kandidiasis atropik.(Jurnal Kandidiasis Oral).
Bercak merah yang halus pada dorsal lidah, bagian tengah. Selain pada
lidah terjadi inflamasi dapat terjadi pada bibir dan mukosa pipi. Selalu
memberikan keluhan sakit. Kadang tampak adanya inflamasi pada bibir, disertai
angular cheilitis. Sensasi terbakar dengan kehilangan difus papila filiformis dorsal
lidah yang kemerahan. Mulut terbakar, rasa tidak enak / sakit pada tenggorokan
selama atau setelah terapi antibiotik spektrum luas.(Lewis, 1994).
26
tetapi daerah yang paling sering terkena adalah lidah, mukosa bukal, dan palatum.
Kandidiasis eritematosa dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu :
Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint hiperemia.
Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang umum eritema lebih tersebar
meliputi sebagian atau seluruh mukosa yang tertutup gigi tiruan.
Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papila hiperplasia) umumnya
meliputi bagian tengah palatum durum dan alveolar ridge.
Eritema difus pada palatum atau mukosa penyangga gigi tiruan, tidak
terasa sakit, sering disertai angular cheilitis. Biasanya terdapat pada orang yang
menggunakan gigi tiruan, yang tidak dapat menjaga oral hygiene. Hal ini
dikarenakan pH yang rendah, lingkungan yang anaerob, dan oksigen yang sedikit
menyebabkan kandida dapat tumbuh dengan cepat. Saliva yang mengandung sIgA
dan albumin, amylase, lysozyme, high molecular weight mucin (MGI) tidak dapat
mencapai permukaan mukosa (Jurnal Kandidiasis Oral).
27
dapat dikerok karena invasi hifa sampai lebih dalam dari permukaan mukosa atau
kulit. Biasanya terletak di mukosa bukal kiri atau kanan terutama bagian anterior,
bibir, dan lidah. Paling sering diderita oleh perokok (Jurnal Kandidiasis Oral).
2. Kheilosis candida
Sinonim perleche, angular cheilitis, angular stomatitis.Khas ditandai
eritema, fisura, maserasi dan pedih pada sudut mulut. Biasanya pada mereka
yang mempunyai kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut
dengan kulit yang kendur pada komisura mulut dan karena hilangnya dimensi
vertical pada 1/3 bawah muka karena hilangnya susunan gigi atau pemasangan
gigi palsu yang jelek dan oklusi yang salah. Penyakit ini dihubungkan dengan
kandidiasis atrofi kronis karena pemakaian protesa.
28
LO 5: PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui keadaan lesi termasuk durasi,
perawatan sebelumnya, dan rekurensi jika ada. Selain itu, anamnesis juga penting
untuk mendapatkan informasi dengan menanyakan langsung pada pasien tentang
riwayat penyakit sistemik seperti anemia, penyakit diabetes mellitus, pemakaian
obat-obatan dan alergi.
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat
dengan observasi langsung lesi yang ditandai dengan eritema dan fisur pada sudut
mulut pasien. Pemeriksaan intra oral juga dilakukan untuk melihat kehilangan gigi
dan pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat yaitu gigi tiruan dengan tinggi
dimensi vertikal yang berkurang.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikrobiologi pada lesi dapat membantu dalam menentukan
jenis mikroorganisme yang menyebabkan lesi tersebut. Pada beberapa kasus juga
dianjurkan swab dan smear dari gigi tiruan yang dipakai oleh pasien untuk
mengidentifikasikan mikroorganisme yang terlibat karena kebanyakan etiologi
yang menyebabkan angular cheilitis pada pemakaian gigi tiruan adalah kandida.
Pemeriksaan hematologi diperlukan untuk mendiagnosis angular cheilitis yang
disebabkan oleh anemia defisiensi besi dengan cara mengukur jumlah serum besi
atau ferritin, dan serum vitamin B12.
29
cell) yang karakteristik untuk candida. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
mendeteksi candida pada sediaan apus darah adalah 1-5 x 107 colony-forming
units (CFU)/ml, batasan ini dapat diturunkan sampai 1-5 x 105 CFU/ml. jika
mikroskop dikhususkan untuk mencari jamur.Kerokan kulit atau kuku diletakkan
pada tetesan kalium hidroksida 10%. Dengan cara pemeriksaan ini dapat
membantu menegakkan diagonosis dengan lebih cepat. Kerokan kulit atau kuku
diletakkan pada tetesan kalium hidroksida 10% (Brooks, 2007)
Kultur : semua bahan termasuk kultur darah, kultur spesimen biposi,
aspirasi, kultur dari permukaan yang terlibat, urin, luka operasi, drainase luka,
cairan peritoneum, sputum, specimen bronchoalveolar lavage (BAL) atau cairan
cerebrospinal. Isolasi Candida dari kulit, urin, luka, sputum atau spesimen feses
tidak bersifat diagnostik, tetapi pertumbuhan spesies Candida dari spesimen yang
steril (darah, cairan serebrospinal) hampir selalu bersifat diagnostic (Brooks,
2007).
Semua bahan dibiak pada agar Sabauraud pada suhu kamar dan pada suhu
37c; koloni-koloni khas diperiksa untuk adanya sel-sel dan pseudomiselium yang
bertunas. Pembentukan klamidokonidia Candida albicans pada agar tepung jagung
atau perbenihan lain yang menyuburkan konidia merupakan tes diferensiasi yang
penting.5 Diagnosis infeksi Candidiasis invasif secara historis bergantung pada
hasil kultur, tetapi pada kultur darah hanya ditemukan angka positif kurang dari
50% dengan hasil otopsi yang positif . Teknik terbaru dengan sistem kultur
otomatis dan monitor secara terus menerus, contoh dengan BACTEC sistem dan
dengan metode sentrifugasi lisis telah secara bermakna meningkatkan kemampuan
untuk mendeteksi candidemia. Candida albicans biasanya tumbuh dalam jangka
waktu 3 hari.
Metode yang paling umum untuk mengidentifikasi spesies Candida adalah
tes untuk isolat Candida albicans, karena organisme ini yang paling banyak
ditemukan tumbuh dari sampel klinik. Tes-tes ini merupakan tes yang sederhana
dan cepat, termasuk :
Profil asimilasi karbohidrat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi
sampai level spesies
30
Tes germ tube yang bergantung pada kemampuan Candida albicans
untuk memproduksi germ tube pada serum.
Waktu yang dibutuhkan untuk identifikasi spesies Candida dapat
diperpendek dengan pendekatan ini, yaitu :
Menggunakan media agar yang memungkinkan untuk mendiferensiasi
spesies Candida dari warna koloni. Metode molekular yaitu Candida albicans
Peptide Nucleic Acid Fluorescence in situ Hybridization (PNA FISH) tes yang
memungkinkan identifikasi yang sangat cepat (2,5jam) untuk membedakan
spesies Candida albicans dari spesies non albicans dari botol kultur darah. Tes ini
sangat sensitif dan spesifik, diluar dari sistem kultur darah atau formula kaldu
yang digunakan. Dengan tes ini dapat menghemat biaya karena hasil dapat
diperoleh lebih cepat dan terapi antijamur dapat menjadi lebih spesifik.
Serologi : Ekstrak karbohidrat Candida kelompok A memberikan reaksi
presipitin yang positif dengan serum pada 50% orang normal dan pada 70% orang
dengan kandidiasis mukokutan. Pada kandidiasis sistemik, peningkatan titer
antibodi terhadap Candida dapat ditemukan melalui macam-macam tes,misalnya
aglutinasi, presipitasi gel, imunonoassay enzim, imunoelektroforesis. Deteksi
antigen spesifik Candida pada serum (free mannan) memungkinkan dengan
menggunakan reaksi aglutinasi dengan partikel lateks yang terikat dengan antibodi
monoclonal (Brooks, 2007).
Tes serologi terbaru yaitu dengan (1,3)-beta-D glucan. Dimana beta-D
glucan adalah komponen yang penting dari dinding sel Candida dan dapat di
deteksi dan di kuantifikasi pada aliran darah pasien dengan candidiasis
hematogen. Pemeriksaan komponen enzim ini dilakukan secara serial (2 kali
seminggu), hasilnya cepat dengan angka sensitivitas dan spesifisitas 70% dan
87%. Keterbatasan tes ini adalah hasil yang negatif semu pada pasien dengan
hiperbilirubinemia, hipertrigliserida dan hasil yang positif semu pada manipulasi
sampel yang berlebihan, terpapar pada pembalut atau material lain yang
mengandung glucan, bacteremia gram positif, hemolisis, hemodialisis dengan
membrane selulose dan terapi dengan imunoglobulin atau albumin secara
intravena. Tes harus dikerjakan dengan manipulasi sampel yang seminimal
31
mungkin dan dua buah serial yang positif untuk mendapatkan hasil tes yang
positif sejati.
Histopatologi : keuntungan yang utama dari pemeriksaan ini adalah cepat,
biaya rendah, identifikasi presumtif dari jamur yang spesifik dan demonstrasi dari
reaksi jaringan. Tetapi kalau tidak menggunakan teknik spesial, misal
imunofluoresen atau organisme nya memiliki struktur yang unik, sulit untuk
melakukan diagnosis histopatologi. Pewarna histologi yang digunakan untuk
visualisasi jamur termasuk Gomori methenamine silver (GMS) dan PAS, GMS
lebih disukai karena dapat mewarnai elemen jamur lebih efisien dari yang lainnya.
Hematoxylin dan eosin (H&E) sangat berguna untuk visualisasi respon tubuh
inang tetapi tidak dapat mewarnai kebanyakan jamur. Sehingga GMS dan H&E
biasanya digunakan bersamaan untuk melihat komponen jamur dan reaksi
jaringan.
LO 6: TANDA KLINIS
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa
tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur yang diikuti dengan rasa
terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema
yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema,
ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi
jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. Kadang-kadang lesi dapat
menyeliputi vermilion ke kulit dalam bentuk fisur atau garis lurus yang dalam
berasal dari sudut mulut disebut rhagades, dalam bentuk yang lebih parah
terutama pada pemakaian protesa.
Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks
berbeda dari lesi lain. Ketika terjadi penurunan kadar riboflavin dalam tubuh,
dapat terlihat dari tanda-tanda fisik terutama didaerah mulut, bibir dan hidung.
Dimana bibir terinflamasi dan terjadi maserasi disertai dengan adanya retak retak
dan berkembangnya lesi pada sudut mulut. Lesi disudut mulut ini akan meluas
kearah lateral dari mukosa pipi dan biasanya lokasinya bilateral. Dasal lesi basah
dan mengalami maserasi, terlihat juga fisur vertical halus pada batas vermillion
32
bibir dan pada daerah kulit yang berdekatan. Biasanya pada permukaan lesi tidak
di jumpai inflamasi.
33
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
LanglaisRP dan Craig SM.2003. Atlas Berwarna : Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim.1st ed. Jakarta:Hipokrates
Birnbaum, Warren. 2009. Diagnosis Kelainan dalam Mulut : Petunjuk bagi
Klinisi/Penulis. Jakarta : EGC
Decker RT. 2006.Oral manifestation of nutrient deficiencies. ADA Journal
2006;65:355-361
Kuswadji. 2004. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Sutanto. 2008. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI.
A. Akpan & R. Morgan. 2002. Oral Candidiasis. Postgrad Med J 2002;78:455
459
Komariah, Ridhawati Sjam. 2012. Kolonisasi Candida dalam Rongga Mulut.
Jakarta: Universitas Indonesia. Vol XXVIII No.1
Shoham, S., and Levitz, S.M., 2005. The immune response to fungal infections.
British Journal of Haematology. 129: 569582.
Brooks G. F, Carrol K.C., Butel J.S., Morse S.A., 2007. Medical Microbiology
24th ed. Mc Graw Hill.
35