Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem hematologi terdiri dari darah beserta tempat produksi darah, sum-sum
tulang, dan kelenjar getah bening. Dan terdiri dari 3 sel utama yaitu sel darah merah
(RBC), sel darah putih (WBC) dan platelet. Setiap jenis sel darah menjalani beberapa
tahap kematangan dan diferensiasi yang kompleks ketika berkembang dari sistem sel (sel
induk) menjadi sel matur (matang). Pada orang dewasa, pembentukan sel darah merah
berada dalam sum-sum tulang. Darah terdiri dari komponen-komponen sel yang
terkandung dalam plasma (bagian cairan darah). Anemia adalah berkurangnya secara
signifikan masa RBC sehingga kapasitas darah membawa oksigen menjadi berkurang.
Selama siklus hidup RBC, RBC yang tua dipecah oleh liver dan limpa, dan dirubah
menjadi bilirubin. Gangguan dalam rentang hidup RBC akibat dari perusakan,
underproduksi, atau pendarahan bisa menyebabkan anemia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit anemia ?
2. Apa jenis-jenis dari penyakit anemia ?
3. Apa etiologi dari penyakit anemia ?
4. Apa patofisiologi dari penyakit anemia ?
5. Apa pathway dari penyakit anemia ?
6. Apa komplikasi dari penyakit anemia ?
7. Apa manifestasi klinis dari penyakit anemia ?
8. Apa penatalaksanaan medis dari penyakit anemia ?
9. Apa konsep asuhan keperawatan dari penyakit anemia ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit anemia.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari penyakit anemia.
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit anemia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit anemia.
5. Untuk mengetahui pathway dari penyakit anemia.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit anemia.
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit anemia.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari penyakit anemia.
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari penyakit anemia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah keadan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksien) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel darah
merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh.Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangnan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penururnan kapasitas pengangkut oksigen darah.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doengoes, 1999).
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah krang dari
normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Batas normal dari
kadar Hb dalam darah menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut:

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)


Anak-anak 6 59 bulan 11,0
5 11 tahun 11,5
12-14 tahun 12,0
Dewasa Wanita > 15 tahun 12,0
Wanita hamil 11,0
Laki-laki > 15 tahun 13,0

3
Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi
esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah
merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi
cacing tambang.
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh
dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

B. Jenis-Jenis Anemia
1. Anemia Pascaperdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan, atau perdarahan yang menahun seperti pada penyakit
cacingan.Akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi refleks kardiovaskular fisiologis
berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah atau komponennya ke organ
tubuh yang kurang vital (anggota gerak, ginjal, dan sebagainya) dan penambahan
aliran darah ke organ vital (otak jantung).Gejala yang timbul tergantung dari cepat
dan bayaknyadarah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat mengadakan
kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan gejala pucat,
transpirasi, takikardia, tekanan darah normal atau merendah. Kehilangan darah
sebanyak 15-20% akan mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi
renjatan yang masih reversible. Kehilangan lebih dari 20% akan menimbulkan
renjatan yang ireversible dengan angka kematian tinggi.
2. Anemia Defisiensi
Anemia defisiensi yang paling sering adalah defisiensi zat besi dan asam folat.
Anemia defisiensi yang di sebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang
diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Klasifikasi anemia defisiensi :
a. Mikrositik hipokromik, terjadi akibat kekurangan zat besi, piridoksin atau
tembaga.

4
b. Makrositik normokromik (megaloblastik), terjadi akibat kekurangan asam folat
dari vitamin B12.
Di samping dari kedua bentuk tersebut, sering pula didapatkan bentuk campuran
yang disebabkan anemia dimorfik.
3. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik ialah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran
sel darah merah dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek. Umur
eritrosit ialah 100-200 hari.
Penyebab hemolisis dapat karena kongenital (faktor eritrosit sendiri, gangguan
enzim, hemoglobinopati) atau didapat.
4. Anemia Aplastik
Anemia aplastik di sebabkan oleh rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau
ketiga sistem hemopoetik (eritropoietik, granulopoietik dan trombopoietik). Aplasia
yang hanya mengenai sistem eritropoietik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik), yang mengenai sistem granulopoietik disebuta granulosistosis (penyakit
Schultz), dan yang mengenai sistem trombopoietik disebut amegakariositik
trombositopenik purpura (ATP). Bila mengenai ketiga sistem disebut panmieloptisis
atau lazimnya disebut anemia aplastik.
Anemia aplastik selain jenis kongenital, dapat ditemukan pada anak yang lebih
besar misalnya umur 6 tahun, dimana terjadi depresi sumsum tulang oleh obat atau
bahan kimia, meskipun dengan dosis rendah tetapi berlasung lama sejak usia muda
secara terus menerus. Pengaruhnya baru akan terlihat setelah beberapa tahun
kemudian. Sebagai contoh, pemberian kloramfenikol yang terlampau sering pada
masa bayi (umur 2-3 bulan), gejala anemia aplastik baru terlihat setelah anak berumur
lebih 6 tahun. Tetapi ada beberapa kasus gejala sudah timbul hanya beberapa saat
setelah ia kontak dengan agens penyebabnya.

5
C. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang dierlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik,
keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
a. Perdarahan hebat
b. Akut (mendadak)
c. Kecelakaan
d. Pembedahan
e. Persalinan
f. Pecah pembuluh darah
g. Penyakit kronik (menahun)
h. Perdarahan hidung
i. Tumor ginjal atau kandung kemih
j. Kanker atau polip di saluran pencernaan
k. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
l. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
m. Kekurangan zat besi
n. Kekurangan vitamin B12
o. Kekurangan asam folat
p. Kekurangan vitamin C
q. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
r. Pembesaran limpa

D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel

6
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam
sistem retuleonotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubim yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1.5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang maka asupan oksigen pun
akan kurang akibanya dapat menghambat kerja organ-organ penting, salah satunya otak.
Otak terdiri dari 2.5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap. Dan jika sudah rusak tidak
bisa diperbaiki.

7
E. Pathway

Kekurangan nutrisi Perdarahan Hemolisis


(destruksi sel darah merah)

Kegagalan sum-sum tulang Kehilangan sel darah merah

Anemia (Hb)

Resistensi aliran darah Pertahan sekunder tidak


perifer adekuat

Penurunan transport O2 Resiko Infeksi

Hipoksia Lemah lesu

Intoleransi aktivitas

Ketidakefektifan perfusi Gangguan fungsi otak


jaringan perifer

Intake nutrisi turun


Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

8
F. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk pilek, gampang flu, atau gampang
terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus
memompa darah lebih kuat.

G. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica,
serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung.Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.

H. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum:
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1. Transpalasi sel darah merah
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

9
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi:
a. Aktivitas / istirahat
Gejala:
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja.
Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda:
Takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat.
b. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda:
TD:peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural.
Disritmia: abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung: murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (Catatan: pada pasien kulit hitam, pucat

10
dapat tampak sebagai keabu-abuan) kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP)
atau kuning lemon terang (AP).
Sklera: biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi)
Kuku: mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut: kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala:
Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda:
Depresi.
d. Eliminasi
Gejala:
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda :
Distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala:
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB).
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dispepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan.

11
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung,
cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda:
Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat.
Turgor kulit: buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir: selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB).
f. Neurosensori
Gejala:
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah; parestesia tangan/kaki (AP);
klaudikasi.
Sensasi manjadi dingin.
Tanda:
Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental: tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik: hemoragis retina (aplastik, AP).
Epitaksis: perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala:
Riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

12
Tanda:
Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan .
Gejala:
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,.
Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda:
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Petekie dan ekimosis (aplastik).

2. Diagnosa
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.

13
3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel.
Tujuan: peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil:
Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil, membran mukosa
warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat.

Intervensi:

1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membrane mukosa,
dasar kuku.
Rasional: memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional: meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan: kontraindikasi bila ada hipotensi.
3) Awasi upaya pernapasan; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional: dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena
regangan jantung lama atau peningkatan kompensasi curah jantung.
4) Selidiki keluhan nyeri dada atau palpitasi.
Rasional: iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial atau potensial
risiko infark.
5) Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer.
Rasional: termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
6) Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah
merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional: mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.

14
7) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional: memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan


untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan:kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.

Intervensi :

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.


Rasional: mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional: mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional: mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan.
Rasional: menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster
5) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional: gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

15
6) Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut
yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional: meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.Teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
berat.
7) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional: membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
8) Kolaborasi; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional: meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
9) Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional: kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan
demam.

Intervensi:

1) Tingkatkan cuci tangan yang baik; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional: mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bakterial.
2) Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur atau perawatan luka.
Rasional: menurunkan risiko kolonisasi atau infeksi bakteri.
3) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

16
Rasional: menurunkan risiko kerusakan kulit atau jaringan dan infeksi.
4) Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam.
Rasional: meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5) Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional: membantu dalam pengenceran sekret pernapasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal.
6) Pantau atau batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional: membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
7) Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.
Rasional: adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkanevaluasi/pengobatan
8) Amati eritema atau cairan luka.
Rasional: indikator infeksi lokal. Catatan: pembentukan pus mungkin tidak ada
bila granulosit tertekan.
9) Ambil spesimen untuk kultur atau sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional: membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
10) Berikan antiseptik topikal ; antibiotik sistemik (kolaborasi).
Rasional: mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.

17
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan: dapat mempertahankan atau meningkatkan ambulasi atau aktivitas.
Kriteria hasil:
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan,
dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

Intervensi:

1) Kaji kemampuan ADL pasien.


Rasional: mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan.
2) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional: B12 mempengaruhi keamanan pasien atau risiko cedera.
3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional: manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional: meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5) Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri).
Rasional: meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol.

18
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall
Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
a. Infeksi tidak terjadi.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
d. Peningkatan perfusi jaringan.
e. Dapat mempertahankan integritas kulit.
f. Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
g. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya kosentrasi sel darah merah atau
menurunnya kadar haemoglobin dalam darah di bawah normal yang disebabkan oleh
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12
dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,
kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Yang ditandai dengan
penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anoreksia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan,
gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal
anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa
dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan,
kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.

B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai