Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 65 lansia

tentang hubungan dukungan keluarga dengan Self Care Mangement

Hipertensi Pada Lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari

Kota Bandung. Analisis yang digunakan yaitu univariat dan uji chi square.

Analisis yang telah dilakukan dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut :
1. Gambaran dukungan keluarga pada Self Care Mangement

Hipertensi Lansia

Tabel 4.1 Gambaran dukungan keluarga pada Self Care Mangement

Hipertensi Lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas

Babakan Sari Kota Bandung (n=65)

Dukungan keluarga f %
Mendukung 22 33.8
Tidak Mendukung 43 66.2
Total 65 100

Tabel 4.1 didapatkan bahwa dukungan keluarga pada Self Care

Mangement Hipertensi Lansia menunjukan paling banyak 43 (66,2%)

tidak mendukung.

2. Gambaran Self Care Management Hipertensi lansia


Tabel 4.2 Gambaran Self Care Management Hipertensi lansia di

wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari Kota

Bandung (n=65)

Self Care Management Hipertensi f %

lansia
Baik 30 46.2
Kurang Baik 35 53.8
Total 65 100

Tabel 4.2 menunjukan Self Care Management Hipertensi lansia

yang didapatkan kurang baik sebanyak 35 orang (53,8%)

3. Hubungan dukungan keluarga dengan Self Care Management

Hipertensi lansia
Tabel 4.3 Hubungan dukungan keluarga dengan Self Care

Management Hipertensi lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung (n=65)

Self Care Management


Nila
OR
Hipertensi lansia
Dukungan keluarga
Kurang i
(CI 95%)
Baik Total p
baik
f % f % f %
Medukung 1 56, 5 14, 22 33,

7 7 3 8
7,8
Tidak mendukung 1 43, 30 85, 43 66, 0,00
(2,38-
3 3 7 2 1
25,8)
Total 3 10 35 10 65 10

0 0 0 0
Tabel 4.3 menunjukan hubungan dukungan keluarga yang tidak

mendukung dengan self care management hipertensi lansia kurang baik

yaitu sebanyak 30 orang (85,7%). Hasil uji chi square didapatkan

0,001<(0,05) yang berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga

dengan self care management hipertensi lansia, dan OR 7,8 artinya lansia

yang tidak mendapat dukung keluarga berisiko lebih besar 7,8 terhadap

self care management hipertensi lansia kurang baik, dibandingkan

dengan lansia yang mendapat dukungan.

B. Pembahasan
1. Gambaran dukungan keluarga pada Self Care Mangement

Hipertensi Lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari

Kota Bandung
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa dukungan

keluarga pada Self Care Mangement Hipertensi Lansia paling banyak

43 (66,2%) tidak mendukung. Hal ini ditunjukan oleh sikap, tindakan

penerimaan keluarga dan anggota keluarganya, berupa dukungan

informasionl, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan

dukungan emosional pada suatu bentuk hubungan interpersonal antara

lansia dengan anggota keluarganya sehingga lansia merasa ada yang

memperhatikan.
Sejalan dengan hasil penelitian Mulyadi (2017) tentang hubungan

dukungan keluarga dengan perawatan derajat hipertensi pada pasien

hipertensi di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. Hasil penelitianya


menunjukan bahwa pasien hipertensi tidak mendapat dukungan

sebagai memotivasi pasien hipertensi itu sendiri.


Dukungan merupakan bentuk motivasi lansia yang sangat

diperlukan dalam penanganan penderita hipertensi. Dukungan keluarga

adalah faktor terpenting dalam membantu individu menyelesaikan

masalah yaitu suatu bentuk dukungan keluarga akan menambah rasa

percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan

meningkatkan kepuasan hidup. Dalam hal ini keluarga harus dilibatkan

dalam program pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi

kebutuhan pasien, mengetahui kapan keluarga harus mencari

pertolongan dan mendukung kepatuhan terhadap pengobatan. Keluarga

menjadi support system dalam kehidupan penderita hipertensi, agar

keadaan yang dialami tidak semakin memburuk dan terhindar dari

komplikasi akibat hipertensi. Dukungan keluarga juga diperlukan

untuk mengurangi resiko kekambuhan. Keluarga dapat membantu

dalam perawatan hipertensi yaitu dalam mengatur pola makan yang

sehat, mengajak berolah raga, menemani dan meningkatkan untuk

rutin dalam memeriksa tekanan darah (Setiadi, 2008).


Sumber dukungan keluarga merupakan atribut dan dukungan yang

ada dan digunakan keluarga saat situasi krisis. Secara umum terdapat

tiga macam sumber, yaitu individu, unit keluarga, dan komunitas.

Sumber untuk dukungan keluarga dapat berupa organisasi,

keterampilan pengambilan keputusan, dan kemapuan resolusi konflik

yang didapatkan melalui dukungan internal dan eksternal. Dukungan


keluarga internal seperti dukungan dari suami atau istri, atau dukungan

dari saudara kandung. Sedangkan dukungan keluarga eksternal bagi

keluarga inti adalah sistem pendukung sosial keluarga atau diluar

keluarga (Friedman, Bowen, James, 2010).


Sesuai dengan fungsi pemeliharan kesehatan, keluarga mempunyai

tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Tugas

keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman, Bowen, James,

(2010) yaitu mengenal masalah kesehatan, memutuskan tindakan

kesehatan yang tepat, merawat, memodifikasi lingkungan keluarga dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga.
Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh dari jawaban

responden bahwa keluarga tidak melibatkan lansia dalam musyawarah,

sehingga lansia merasa dirinya ditelantarkan, seperti tidak

memperhatikan lansia untuk beristirahat dan keluarga tidak pernah

mengingatkan lansia untuk control hipertensi.


Menurut pandangan peneliti menunjukan hasil penelitian tidak

mendukung terhadap self care diantaranya dukungan penilaian dan

dukungan informasi terhadap lansia hipertensi, karena secara fisiologis

lansia mengalami penurunan dalam fungsi kognitif, mudah lupa dan

lambat dalam menerima stimulus. Oleh karena itu lansia membutuhkan

informasi yang adekuat dari orang lain terutama keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan dalam perawatan kesehatan dalam

pengendalian hipertensi.
2. Gambaran Self Care Management Hipertensi lansia di wilayah

kerja UPT Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung


Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa Self Care

Management Hipertensi lansia menunjukan kurang baik sebanyak 35

orang (53,8%). Hal ini ditunjukan oleh keterbatasan lansia dalam hal

pengetahuan seperti lansia banyak mengkonsumsi makanan yang

megandung banyak garam pada setiap makan, selalu minum kopi dan

tidak melakukan olahraga.


Sejalan dengan penelitian Pattelongi (2017) tentang gambaran

tingkat self care dan faktor yang faktor yang berhubungan dengan self

care diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poli Interna RSUD

H. Padjonga Dg. Ngalle Kabupaten Takalar. Hasil penelitianya

menunjukan tingkat self care pada pasien masih kurang. Disimpulkan

bahwa self care merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

dimana seseorang tersebut memulai dan melakukan suatu tindakan

berdasarkan keinginannya dengan tujuan untuk mempertahankan hidup

dan kesehatan serta kesejahteraan.


Self care management pada hipertensi merupakan salah satu bentuk

usaha positif klien. Self care management hipertensi bertujuan untuk

mengoptimalkan kesehatan, mengontrol dan memanajemen tanda dan

gejala yang muncul, mencegah terjadinya komplikasi, meminimalisir

gangguan yang ditimbulkan pada fungsi tubuh, emosi, dan hubungan

interpersonal dengan orang lain yang dapat mengganggu kehidupan

klien (Mulyati, 2013 ; Akhter, 2010).


Lin dalam Akhter menambahkan bahwa self care management

sebagai intervensi secara sistematik pada penyakit kronis, adalah

dengan mengontrol keadaan diri dan mampu membuat keputusan

dalam perencanaan pengobatan (Akhter, 2010). Hipertensi dapat

dikendalikan dengan beberapa cara, yaitu patuh terhadap terapi

pengobatan, perubahan gaya hidup, dan perilaku kesehatan yang

positif (Mulyati, 2013).


Self care management klien hipertensi dapat dilakukan dengan

menerapkan 5 komponen self care pada klien hipertensi, yaitu integrasi

diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya,

pemantauan tekanan darah, dan kepatuhan terhadap aturan yang

dianjurkan (Akhter, 2010). 5 kompenen tersebut adalah : Integrasi diri

mengacu pada kemampuan pasien untuk peduli terhadap kesehatan,

regulasi diri mencerminkan perilaku mereka melalui pemantauan tanda

dan gejala yang dirasakan, interaksi dengan tenaga kesehatan dan

lainnya didasarkan pada konsep yang menyatakan bahwa kesehatan,

pemantauan tekanan darah dilakukan untuk mendeteksi tingkat tekanan

darah dan kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan mengacu pada

kepatuhan pasien terhadap konsumsi obat anti-hipertensi dan

kunjungan klinik.
Hasil kuesioner yang diperoleh dari hasil jawaban responden

menunjukan lansia saat ini yaitu masih selalu mengkonsumsi garam,

kopi dan rokok, sehingga hipertensi yang dilihat berdasarkan data

prolanis yaitu meningkat.


Pandangan peneliti Self care management klien hipertensi kurang

baik karena lansia tidak mengetahui pemantauan tekanan darah, dan

kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan menunjukan Integrasi diri

pada kemampuan pasien untuk peduli terhadap kesehatan terhadap

perilaku mereka masih kurang, sehingga hipertensi cenderung

meingkat.
3. Hubungan dukungan keluarga dengan Self Care Management

Hipertensi lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari

Kota Bandung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan uji chi square yang

didapatkan 0,001<(0,05) yang berarti terdapat hubungan antara

dukungan keluarga dengan self care management hipertensi lansia, dan

OR 7,8 artinya lansia yang tidak mendapat dukung keluarga berisiko

lebih besar 7,8 terhadap self care management hipertensi lansia kurang

baik, dibandingkan dengan lansia yang mendapat dukungan.


Sejalan dengan hasil penelitian Darmiyati (2017) tentang hubungan

dukungan sosial keluarga dengan Self Care Management Penderita

Hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto

Kabupaten Wonosobo. Disimpulkan hasil penelitianya yaitu

menunjukan ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan

Self Care Management.


Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya

pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai

pengontrolan tekanan darah secara optimal. Salah satu faktor yang


mempengaruhi self care management adalah keluarga (Flynn et al.,

2013).
Dampak dari penyakit hipertensi yang tidak terkontrol menurut

Rahajeng (2009), akan menyerang target organ, dan dapat

menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta

kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit

hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali

lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart

failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung, dan menurut

Liang et al (2013), timbulnya simptom-simptom hipertensi dapat

mengakibatkan menurunnya fungsi fisik pada individu, sehingga

aktivitas menjadi terbatas dan kesulitan dalam melakukan perawatan

diri atau self care management pada dirinya sendiri yang dapat

memperburuk status kesehatannya.


Menurut McCulloch (2010), self care management pada penderita

hipertensi terdiri dari monitoring tekanan darah, mengurangi rokok,

diet, manajemen berat badan dan mengurangi konsumsi alkohol. Self

care management yang harus dilakukan oleh klien hipertensi sesuai

dengan kategori yang telah ditentukan oleh Orem yaitu keharusan self

care akibat perubahan kesehatan. Akhter dalam penelitiannya

mengungkapkan bahwa self care management klien hipertensi dapat

dilakukan dengan menerapkan 5 komponen self care management pada

klien diabetes yang disesuaikan dengan perawatan diri pada klien

hipertensi. Kelima komponen tersebut yaitu integrasi diri, regulasi diri,


interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya, pemantauan tekanan

darah, dan kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan. Hal tersebut

dikarenakan hipertensi dan diabetes merupakan penyakit kronis yang

membutuhkan pengontrolan pada darah (Akhter, 2010).


Dukungan keluarga menjadi hal yang sangat penting dalam self

care management pada penderita hipertensi. Hal ini sejalan dengan

teori yang diungkapkan Orem yang menyebutkan bahwa dukungan

keluarga merupakan faktor dasar yang mempengaruhi self care agency

seseorang untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan self care

management (Nwinee, 2011; Schnall, 2005).


Hayes (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

manajemen hipertensi yang efektif salah satunya dengan menghentikan

kebiasaan merokok, mempertahankan diet yang sehat, dan melakukan

aktifitas fisik yang sehat, sedangkan menurut Canadian Hypertension

Education Program, pelaksanaan pencegahan dan pengobatan pada

hipertensi adalah dengan aktif melakukan kegiatan fisik (olahraga),

menurunkan atau mengendalikan berat badan, konsumsi alkohol, diet,

mengurangi stres, dan berhenti merokok.


Dukungan keluarga berupa dukungan informasi, instrumental,

emosional dan penghargaan. Penelitian yang dilakukan Flynn et al.,

(2013) menjelaskan bahwa dukungan keluarga akan membantu

meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dan memberikan

motivasi untuk mencapai tujuan dari self care management hipertensi,

dukungan keluarga akan meminimalisir kejadian hipertensi (Nwinee,


2011; Schnall, 2005). Dukungan keluarga yang kuat akan berdampak

positif terhadap perilaku self care management penderita hipertensi.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Menunjukan dukungan keluarga lansia didapatkan 43 (66,2%)

Tidak Mendukung.
2. Menunjukan Self Care Management Hipertensi didapatkan 35

orang (53,8%) lansia kurang baik


3. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan self care

management hipertensi lansia (p-value0,001 & OR 7,8)

B. Saran
1. Bagi keluarga
Masyarakat khususnya keluarga penderita hipertensi berperan aktif

dalam upaya pencegahan meningkatnya tekanan darah pada anggota

keluarga yang mengalami hipertensi dengan cara membuatkan

masakan sesuai kebutuhan diet penderita hipertensi dan memberikan

pujian pada penderita hipertensi.


2. Bagi Lansia
Dupayakan lansia dapat mencegah hipertensi dengan cara mengurangi

konsumsi garam berlebih, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi

minum kopi, sehingga management self care pencegahan hipertensi

baik.
3. Penelitian Selanjutnya
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang hubungan

motivasi keluarga dengan self care management hipertnsi, sehingga

dapat menemukan penomena yang baru dengan waktu dan tempat

yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai