Anda di halaman 1dari 81

ANALISIS BIAYA KUALITAS UNTUK MENGURANGI

PRODUK CACAT PADA


PT. FAJAR UTAMA INTERMEDIA

SKRIPSI

OLEH:
SRY WAHYUNI
B1 C1 10 156

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

i
ANALISIS BIAYA KUALITAS UNTUK MENGURANGI
PRODUK CACAT PADA
PT. FAJAR UTAMA INTERMEDIA

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Halu Oleo
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana.

OLEH
SRY WAHYUNI
B1 C1 10 156

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

SRY WAHYUNI, 2016. Analisis Biaya Kualitas untuk Mengurangi Produk

Cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia. Skripsi. Jurusan

Akuntansi, Program Sarjana, Universitas Haluoleo.

Pembimbing : (1) Christian Rimporok SE., M.Si., (2) Tuti

Dharmawati, SE., Msi., Ak., QIA,. CA

Tujuan utama dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk


mengetahui penggunaan biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengurangi produk cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia. Penelitian ini
menggunakan data kualitatif dan kuantitatif dan alat analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari PT. Fajar Utama Intermedia, maka
dapat diambil kesimpulan yaitu penggunaan biaya kualitas yang dikeluarkan oleh
perusahaan rata-rata perbulannya ialah sebesar Rp 9.180.000 yang diambil dari
biaya perawatan preventif dan biaya penggunaan bahan supplies atau hanya
0,72% dari total penjualan Rp1.275.000.000/bulan. Dimana pendapatan
Rp1.275.000.000 ini didapatkan dari rata-rata penjualan Koran sebanyak 17.000
eksemplar/hari dengan harga penjualan satu eksemplar sebesar Rp 2.500,-.
Adapun biaya kualitas yang dikeluarkan PT. Fajar Utama Intermedia ialah biaya
perawatan preventif yang terdiri dari pelumasan seluruh bagian dinamo motor
mesin cetak dan inspeksi dan biaya penggunaan bahan supplies yang terdiri dari
pelumasan mesin dan bahan bakar generator.

Kata Kunci : Biaya Kualitas, Produk cacat.`

vi
ABSTRACT

SRY WAHYUNI. 2016. The Analysis of Quality Cost for Reducing Product

Defects at PT. Fajar Utama Intermedia. Thesis. Accounting

Department, Graduate Program, Halu Oleo University.

Conselors : (1) Christian Rimporok SE., M.Si., (2) Tuti

Dharmawati, SE., Msi., Ak., QIA,. CA.

The main objective of the research by the author is to know the use of
quality costs incurred by the company to reduce product defects at PT. Fajar
Utama Intermedia. This research uses qualitative data and quantitative data and
the analysis method used is descriptive analysis.

Based on the results obtained from the PT. Fajar Utama Intermedia, it
can be concluded that the use of quality costs incurred by companies on average
per month is Rp 9.180.000 taken from preventive maintenance cost and the cost of
materials use supplies or only 0.72% of the total sales Rp 1.275.000.000/month.
Where this revenue Rp 1.275.000.000 is derived from sales average 17.000
newspaper copies/day with a copy of the sales price is Rp 2.500,-. As for the cost
of quality issued by PT. Fajar Utama Intermedia is the cost of preventive
maintenance consisting of lubrication throughout the print engine motor armature
and inspection and the cost of using supplies of materials consisting of engine
lubricants and fuel generators.

Keywords : Quality Cost, Product Defects.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat pada Allah swt,

karena berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik sesuai yang diharapkan sekalipun

dalam bentuk yang sederhana.

Dari awal konsultasi judul, penyusunan proposal, pemaparan hasil

penelitian, hingga pada penyusunan skripsi penulis telah mengalami berbagai

tantangan dan hambatan. Akan tetapi atas rahmat Allah swt, bantuan dari

pembimbing dan dorongan dari berbagai pihak serta dengan segala ketabahan hati

dan berjiwa besar, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, dengan

selesainya penyusunan skripsi ini maka penulis tak lupa menyampaikan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Christian

Rimporok, SE., M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Tuti Dharmawati, SE., M.Si.,

Ak., QIA., CA selaku pembimbing II, yang dengan tulus, sabar dan ikhlas

meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan, arahan dan

petunjuk yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS selaku Rektor Universitas


Haluoleo.
2. Bapak Prof. DR. H. Muh Syarif, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, yang telah memberi berbagai arahan-arahan pada mahasiswa

khususnya mahasiswa Akuntansi.

viii
3. Bapak Dr. H. Arifuddin Masud, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan

Akuntansi, yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

arahan-arahan pada mahasiswa.

4. Ibu Nur Asni, SE., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

5. Ibu Dr. Muyati Akib, SE., M.Si., Ibu Kusmiyati, SE., M.Si, Bapak Dr. H.

Arifuddin Masud, SE., M.Si., Ak., CA, selaku dosen penguji, terima kasih

atas waktu yang telah diluangkan untuk memberikan arahan dan bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan Staf di lingkup Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UHO, yang telah memperkaya wawasan, menambah ilmu dan menempa

penulis agar kelak dapat menjadi orang yang berguna.

7. Pimpinan Cabang PT. Fajar Utama Intermedia dan Ibu Fitri selaku staf yang

telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan

data-data yang diberikan.

8. Staf Jurusan Akuntansi, Bu Nita, Pak Halifa dan Pak Saleh Terimakasih atas

bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Orang tuaku tercinta, Amir Jaya dan Rosdiana yang selalu tersenyum,

menyemangati, mensupport, mendukung, mendampingi, memberikan doa

serta selalu siap sedia membantu penulis secara moral dan materil dalam

penyusunan skripsi.

10. Saudara-saudaraku tersayang, Nurul Idhayani, Muh. Ikhsan Amir Jaya, Muh.

Naim, Nur Khafifah, dan Nabilaku cantik yang selalu tersenyum dan

ix
11. memberikan dukungan serta siap membantu penulis secara moral maupun

materiil.

12. Di akhir ucapan ini terima kasih untuk seluruh pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan.

Skripsi ini Penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta Rosdiana dan

Ayahanda Drs. Amir Jaya, M.Hum sebagai wujud penghargaan dan penghormatan

yang tak terhingga kepada mereka. Ibu, Ayah terima kasih yang sebanyak-

banyaknya atas doa, kasih sayang dan semua pengorbanan yang telah ibu dan

ayah berikan. Semoga setiap tetes keringat yang menetes dari tubuh ibu dan ayah

dalam mengais rezki untuk biaya pendidikanku, mendapat berkah dan ridho dari

Allah swt. Amin.

Kendari, 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 10
2.2. Landasan Teori ..................................................................................... 11
2.2.1. Biaya .......................................................................................... 11
2.2.2. Kualitas ...................................................................................... 14
2.2.3. Biaya Kualitas ............................................................................ 16
2.2.3.1. Kategori Biaya Kualitas .......................................................... 17
2.2.4. Faktor-faktor Mendasar Yang Mempengaruhi Kualitas ............. 21
2.2.5. Faktor Yang Menentukan Kualitas ............................................. 25
2.2.6. Standar Kualitas ......................................................................... 26
2.2.7. Pendekatan Pengendalian Kualitas ............................................ 27
2.2.7.1. Pendekatan Bahan Baku ......................................................... 27
2.2.7.2 Pendekatan Proses Produksi ................................................... 29
2.2.7.3. Pendekatan Produk Akhir ........................................................ 30
2.3. Produk Cacat ......................................................................................... 31
2.3.1. Faktor Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Cacat Produk .... 34
2.4. Kerangka Pikir ...................................................................................... 36

xi
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian ................................................................................... 38
3.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 38
3.2.1. Jenis Data .................................................................................... 38
3.2.2. Sumber Data ............................................................................... 38
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 39
3.4. Metode Analisis Data .......................................................................... 40
3.5. Definisi Operasional ............................................................................ 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................ 42
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................ 42
4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................. 43
4.2. Hasil Penelitian ................................................................................... 47
4.2.1. Sistem Persediaan Perusahaan .................................................... 47
4.2.2. Sistem Kerja ................................................................................ 48
4.2.3. Bahan Baku dan Mesin ............................................................... 49
4.2.4. Penggunaan Biaya Kualitas di PT. Fajar Utama Intermedia ....... 49
4.2.4.1. Perawatan Mesin ............................................................... 49
4.2.4.2 Biaya Penggunaan Bahan Supplies ................................... 51
4.2.5. Jenis Kerusakan yang Terjadi ..................................................... 52
4.2.6. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Produk Cacat ...................... 53
4.3. Pembahasan ........................................................................................ 55
4.3.1. Analisis Produk Cacat ................................................................. 55
4.3.2. Presentase Penggunaan Biaya Kualitas ...................................... 56
4.3.3. Biaya Kualitas .............................................................................. 56
4.3.4. Analisis Biaya Kualitas Untuk Mengurangi Produk Cacat pada
PT. Fajar Utama Intermedia ......................................................... 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 61
5.2. Saran ................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1.1. Kerusakan Produk & Produk Cacat PT. Fajar Utama Intermedia ...... 7
Tabel 4.1. Perawatan Preventif ............................................................................ 51
Tabel 4.2. Penggunaan Biaya pada Bahan Supplies ............................................ 52
Tabel 4.3. Pengamatan Proses Produksi .............................................................. 53

xiii
DAFTAR SKEMA

Nomor Halaman

Skema 2.1. Kerangka Pikir ..................................................................................... 37


Skema 4.1. Struktur Organisasi PT. Fajar Utama Intermedia Cab. Kendari ......... 43

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi membawa

dampak terhadap tatanan kehidupan dunia. Perubahan yang tepat dan

mendasar terjadi dalam kehidupan di segala bidang yang menuntut

kebebasan interaksi antar kehidupan yang ada di dunia tanpa mengenal

batas negara termasuk juga dalam kegiatan perdagangan dan bisnis. Salah

satu konsekuensi logis dari perubahan dunia kearah globalisasi adalah

adanya pergeseran cara pandang dalam pelaksanaan perdagangan

internasional yang mengarah kepada perdagangan global.

Fakhri (2010:1) menyatakan bahwa setiap usaha dalam persaingan

tinggi dituntut untuk berkompetisi dengan perusahaan lain dalam industri

yang sejenis. Salah satu cara untuk memenangkan kompetisi atau paling

tidak bertahan dalam kompetisi adalah dengan memberikan perhatian

penuh terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga

dapat mengungguli produk yang dihasilkan oleh pesaing. Hal ini

mengakibatkan munculnya pasar bebas dunia yang pada gilirannya akan

mengakibatkan meningkatnya persaingan di pasar internasional dan

kaitannya dalam dunia bisnis maka masalah yang dihadapi perusahaan

adalah semakin ketatnya persaingan. Oleh karena itu perusahaan harus

1
2

dapat menjalankan strategi bisnisnya yang tepat agar mampu bertahan

dalam menghadapi persaingan yang terjadi.

Gaspersz (2005:168) mengatakan bahwa perhatian pada kualitas

memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu, dampak

terhadap biayabiaya produksi dan dampak terhadap pendapatan. Setiap

usaha dalam persaingan tinggi selalu berkompetisi dengan industri yang

sejenis. Agar bisa memenangkan kompetisi, pelaku bisnis harus

memberikan perhatian penuh terhadap kualitas produk. Dampak terhadap

biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang memiliki

derajat konformasi yang tinggi terhadap standar-standar sehingga bebas

dari tingkat kerusakan yang mungkin. Dampak terhadap peningkatan

pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk yang

berkualitas yang berharga tinggi.

Alisjahbana 2005 dalam Fakhri (2010:1) memberikan penjelasan

bahwa kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian

suatu produk dengan pemakainya, dalam arti sempit kualitas diartikan

sebagai tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan.

Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi perusahaan

secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan bertahan

terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain yang sejenis.

Perusahaan yang menjadikan kualitas sebagai alat strategi akan

mempunyai keunggulan bersaing terhadap kompetitornya dalam

menguasai pasar karena tidak semua perusahaan mampu mencapai


3

superioritas kualitas. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk

menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, harga rendah dan pengiriman

tepat waktu.

Tujuan utama dari suatu perusahaan pada dasarnya adalah untuk

memperoleh laba yang optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan

dalam jangka panjang. Namun disamping itu, tuntutan konsumen yang

senantiasa berubah menuntut perusahaan agar lebih fleksibel dalam

memenuhi tuntutan konsumen yang dalam hal ini berhubungan langsung

dengan seberapa baiknya kualitas produk yang diterima oleh konsumen.

Hal ini menyebabkan perusahaan harus dapat mempertahankan kualitas

produk yang dihasilkanya atau bahkan lebih baik lagi (La Hatani 2007

dalam Fakhri, 2010:2).

Perusahaan dalam proses produksinya harus memperhatikan

kualitas agar menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Hal ini

dapat menghindarkan adanya pemborosan dan inefisensi sehingga biaya

produksi per unit dapat ditekan dan harga produk dapat menjadi lebih

kompetitif.

PT. Fajar Utama Intermedia juga menerapkan pengendalian

kualitas produk. PT. Fajar Utama Intermedia merupakan perusahaan

percetakan surat kabar yang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas produk yang dihasilkannya agar dapat memenuhi harapan

pelanggan. Dimana perusahaan tersebut terus berupaya mengembangkan

metode untuk dapat menghilangkan produk defect dan dalam upaya


4

peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Upaya tersebut terus

dilakukan guna mengurangi variasi terhadap ketidaksesuaian produk

terhadap ekspektasi pelanggan, rata-rata harapan pelanggan saat ini

sangatlah bervariasi, sehingga continous improvement dalam hal

pencapaian kesesuaian produk terhadap persepsi pelanggan harus menjadi

dasar dari setiap tindakan perusahaan dalam melakukan pengendalian dan

perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.

Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan

ditentukan berdasarkan ukuran-ukuran dan karakteristik tertentu. Suatu

produk dikatakan berkualitas baik apabila dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan pelanggan atau dapat diterima oleh pelanggan sebagai batas

spesifikasi, dan proses yang baik yang diberikan oleh produsen sebagai

batas kontrol. Barang yang kualitas atau prosesnya jelek menurut produsen

belum tentu ditolak oleh pelanggan, dan sebaliknya barang diluar batas

kontrol produsen, karena merupakan barang yang rusak atau cacat tetapi

oleh konsumen masih diterima. Sedangkan barang yang dikatakan baik

oleh produsen tetapi sudah ditolak oleh konsumen karena di luar batas

spesifikasi (Alisjahbana 2005 dalam Fakhri 2010:2). Produk yang

berkualitas akan memberikan keuntungan bisnis bagi produsen, dan

tentunya juga dapat memberikan kepuasan bagi konsumen dan

menghindari banyaknya keluhan para pelanggan setelah menggunakan

produk yang dibelinya.

Gaspersz 2005 dalam Fakhri (2010:3) menyatakan bahwa dengan


5

memberikan perhatian pada kualitas akan memberikan dampak yang

positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu dampak terhadap biaya

produksi dan dampak terhadap pendapatan. Meskipun proses produksi

telah dilakukan dengan baik dan benar, pada kenyataan yang ada masih

akan didapatkan produk cacat yang disebabkan oleh proses produksi

tersebut. Dimana produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang

telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan karena adanya

penyimpangan atau ketidaksesuaian standar dari berbagai faktor yang

mendukung proses produksi tersebut seperti: bahan baku, tenaga kerja

bahkan kualitas mesin yang digunakan dalam proses produksi.

Perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan yang akan

berdampak terhadap peningkatan kualitas produksi untuk menghasilkan

produk yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan sehingga akan

menurunkan tingkat produk cacat atau rusak. Selain itu, perusahaan harus

selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas

produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas

yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga

mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan pada akhirnya

meningkatkan laba.

Salah satu alat ukur yang dapat dipakai perusahaan utuk mengukur

keberhasilan program perbaikan kualitas adalah dengan menggunakan

biaya kualitas. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan perusahaan yang harus

selalu memantau dan melaporkan kemajuan dari program perbaikan


6

tersebut. Apabila suatu perusahaan ingin melakukan program perbaikan

kualitas, maka perusahaan harus mengidentifikasi biaya-biaya yang

dikeluarkan pada masing-masing dari keempat kategori biaya dalam

sistem pengendalian kualitas, untuk itu suatu perusahaan perlu membuat

laporan biaya kualitas (Gaspersz, 2005:172).

Informasi yang ada dalam laporan biaya kualitas secara garis besar

memberikan manfaat:

1. Sebagai alat untuk mngukur kinerja,

2. Sebagai alat analisis mutu proses,

3. Sebagai alat pemograman,

4. Sebagai alat penganggaran yaitu untuk membuat anggaran pengeluaran

dalam mencapai program pengendalian mutu,

5. Sebagai alat peramal yaitu untuk mengevaluasi dan menjamin prestasi

produk dalam memenuhi persaingan pasar (Freigenhaum dalam

Wahyuningtias 2013:2).

PT. Fajar Utama Intermedia merupakan perusahaan manufaktur

yang bergerak dalam bidang percetakan surat kabar. Hasil produksi dari

perusahaan ini yaitu surat kabar atau koran yang terbit setiap harinya

dengan berita-berita yang up to date. Koran yang dicetak oleh perusahaan

ini berjumlah lima harian surat kabar, yaitu Kendari Pos, Rakyat Sultra,

Buton Pos, Kolaka Pos, dan Berita Kota.

Berbagai program pengendalian kualitas dilakukan oleh

perusahaan sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan sesuai


7

dengan standar kualitas yang ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya

masih terdapat produk yang kualitasnya tidak sesuai standar. Data jumlah

produksi beserta produk rusak (misdruk) pada tahun 2015 dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1.
Kerusakan Produk dan Produk Cacat
PT. Fajar Utama Intermedia Tahun 2015
(15 Februari 2015 16 Maret 2015)
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Harga
Jenis
No Kerusakan Produk Cacat Harga Disatubulankan
Media
Produk (Kg/hari) (Eksemplar) (Rp) (Rp)
1. Kendari Pos 30 240 1.080.000 32.400.000
2. Rakyat Sultra 20 160 728.000 21.840.000
3. Buton Pos 20 160 728.000 21.840.000
4. Kolaka Pos 18 144 648.000 19.440.000
5. Berita Kota 12 96 432.000 12.960.000
Jumlah 100 800 3.600.000 108.000.000
Sumber : Data Primer yang diolah 2015

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa biaya kerusakan terbesar

adalah untuk pembuatan Koran kendari pos, diikuti oleh Rakyat Sultra dan

Buton Pos sebesar masing-masing Rp728.000/hari, Kolaka Pos sebesar

Rp648.000/hari, dan yang terkecil adalah Berita Kota sebesar

Rp432.000/hari. Jadi jumlah kerusakan per hari rata-rata sebesar

Rp3.600.000 atau sebanyak 800 eksemplar/hari.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis

kepada pihak perusahaan, maka didapatkan adanya kecacatan yang terjadi


8

selama proses produksi. Dalam proses produksinya, PT. Fajar Utama

Intermedia masih terdapat sejumlah produk yang rusak atau tidak sesuai

dengan standar produksi, jika produk rusak tersebut jumlahnya terus

meningkat maka dapat berdampak pada peningkatan harga pokok produksi

per unit barang. Hal ini akan berdampak buruk pada tingkat persaingan di

dunia usaha, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan harus

dapat menekan jumlah produk rusak seminimal mungkin. Alternatif yang

dapat digunakan perusahaan dalam mengendalikan jumlah produk rusak

yaitu dengan mengeluarkan biaya kualitas.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis termotivasi untuk

melakukan penelitian ini yang berjudul: Analisis Biaya Kualitas untuk

Mengurangi Produk Cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah penggunaan

biaya kualitas untuk mengurangi produk cacat pada PT. Fajar Utama

Intermedia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai sesuai dengan rumusan masalah

yang telah dikemukakan adalah untuk mengetahui penggunaan biaya

kualitas yang dikeluarkan untuk mengurangi produk cacat pada PT. Fajar

Utama Intermedia.

1.4. Manfaat Penelitian


9

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengelolaan kebijakan

perusahaan dalam menentukan strategi dan pengendalian kualitas pada

masa yang akan datang sebagai upaya peningkatan mutu atau kualitas

produk.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis

mengenai pentingnya penggunaan biaya kualitas dalam suatu

perusahaan. Selain itu juga dapat memberikan pengalaman kepada

penulis dalam mengumpulkan data, menganalisis data, serta menarik

kesimpulan berdasarkan teori-teori yang diperoleh selama masa

perkuliahan.

3. Bagi Pembaca

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan

literature atau referensi tambahan, terutama yang berkaitan dengan

masalah pengendalian kualitas produk.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Demi terarahnya penelititan ini dan untuk menghindari adanya

salah penafsiran, maka penulis membatasi pembahasannya hanya pada

penggunaan biaya kualitas untuk mengurangi produk cacat pada PT. Fajar

Utama Intermedia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini,

antara lain adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kiki Adelina Wahyuningtias (2013)

dengan judul penelitian Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk

Rusak Pada CV Ake Abadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

biaya kualitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk

rusak. Hal ini bisa terjadi mengingat tidak semua biaya pencegahan

dan terdapat hubungan yang lemah antara veriabel indepeden yang

diakui oleh CV Ake Abadi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Faiz Al Fakhri (2010) dengan judul

penelitian Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di PT Masscom

Graphy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk

Menggunakan Alat Bantu Statistik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa diketahui faktor penyebab kerusakan atau misdruk dalam

produksi yaitu berasal dari faktor manusia/pekerja, mesin produksi,

metode kerja, material/bahan baku dan lingkungan kerja.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Alex (2005) dengan judul penelitian

Evaluasi Pengendalian Biaya Kualitas Dalam Rangka Peningkatan

Mutu Produk Dengan Studi Kasus Pada PT Indomulti Plasindo. Hasil

10
11

penelitian menunjukan bahwa biaya kualitas pada perusahaan belum

efektif dan efisien, karena biaya kualitas yang efektif adalah apabila

biaya kegagalan turun dan penurunan biaya kegagalan lebih kecil dari

kenaikan biaya pencegahan dan penilaian. Biaya kualitas yang efisien

adalah 2,5% terhadap penjualan. Hal ini disebabkan karena biaya

kegagalan masih tinggi yaitu terletak pada sisa.

Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian

yang dilakukan di atas adalah sama-sama meneliti tentang analisis

pengendalian kualitas produk dengan menggunakan biaya kualitas untuk

mengurangi produk cacat ataupun untuk meningkatkan kualitas produk.

Sedangkan perbedaannya yaitu periode yang digunakan peneliti dan lokasi

penelitian yang digunakan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Biaya

Menurut (Mursyidi, 2010:14), biaya diartikan sebagai suatu

pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk

mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan saat ini maupun pada saat

yang akan datang. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut,

yaitu:

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

Diukur dalam satuan uang.

Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.

Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.


12

Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi 1993 dalam Saputra 2007:

9), biaya dapat digolongkan berdasarkan pada:

1) Obyek Pengeluaran

Dalam cara penggolongan biaya. Misalnya, nama obyek pengeluaran

adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan

dengan bahan bakar disebut Biaya Bahan Bakar.

2) Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi:

(a) Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

(b) Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk.

(c) Biaya Administrasi Umum

Biaya administrasi umum adalah biaya yang terjadi untuk

mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3) Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

(a) Biaya Langsung

Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi sebab satu-satunya

adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.

(b) Biaya Tidak Langsung


Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi karena tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.


13

4) Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume

kegiatan.

(a) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

(b) Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.

(c) Biaya Semi Tetap

Biaya semi tetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

volume kegiatan tertentu.

(d) Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam

kisaran volume kegiatan tertentu.

5) Jangka Waktu Manfaatnya

(a) Pengeluaran Modal

Pengeluaran modal merupakan biaya yang mempunyai manfaat

lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi

adalah satu tahun kalender).

(b) Pengeluaran Pendapatan

Pengeluaran pendapatan merupakan biaya yang hanya mempunyai

manfaat periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.


14

2.2.2. Kualitas

Kualitas adalah quality is fitness for use yang bila diterjemahkan

secara bebas berarti, kualitas (mutu produk) berkaitan dengan nyamannya

barang tersebut digunakan. Artinya, bila suatu barang secara layak dan

baik digunakan berarti barang tersebut bermutu baik (Prawirosentono

2007:5). Definisi kamus umum untuk kualitas adalah derajat atau tingkat

kesempurnaan; dalam hal ini, kualitas adalah ukuran relative dari

kebendaan (goodness). Menurut kamus besar bahasa Indonesia

mengartikan kualitas yaitu sebagai tingkat baik buruknya sesuatu. Kedua

makna tersebut tentunya tidak mutlak perlakuannya untuk segala bidang

perusahaan.

Secara umum, beberapa pakar mendefinisikan kualitas sebagai

berikut:

1. Philip B. Crosby berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian

terhadap persyaratan (Suardi, 2003:2).

2. W. Edwards Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan

masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus

(Suardi, 2003: 3).

3. Joseph M. Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan

penggunaan (Suardi, 2003: 3).

4. K. Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan

(Suardi, 2003: 3).


15

Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu

melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya,

sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Menurut (Hansen dan

Mowen, 2009: 5), kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan,

dalam hal ini kualitas merupakan ukuran relatif dari kebaikan.

Kualitas produk adalah driver kepuasan pelanggan yang

multidimensi. Bagi konsumen, kualitas mempunyai beberapa dimensi.

Paling tidak, terdapat delapan dimensi dari kualitas produk yang perlu

diperhatikan oleh setiap produsen yang ingin mengejar kepuasan

pelanggan terhadap kualitas produk. Menurut (Hansen dan

Mowen, 2009: 5-6) produk atau jasa yang berkualitas adalah memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan dimensi berkut:

1. Kinerja (Performance)

Yaitu karakteristik operasi dari produk inti.

2. Estetika (Esthetics)

Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (Servicetibility)

Meliputi kecepatan, kompetensi kenyamanan, mudah direparasi,

penanganan keluhan yang memuaskan.

4. Fitur (Features)

Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

5. Keandalan (Reliability)

Yaitu kemunginan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.


16

6. Tahan lama (Durability)

Berkaitan dengan berapa lama produk dapat terus digunakan.

7. Kualitas kesesuaian (Quality of performance)

Yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan

terhadapnya.

8. Kecocokan penggunaan (Fitness for use)

Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-

standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Secara operasional, produk atau jasa dikatakan berkualitas jika

produk tersebut memenuhi bahkan melebihi harapan konsumen.

2.2.3. Biaya Kualitas

Biaya mutu produk atau biaya kualitas adalah kegiatan

mengidentifikasi semua biaya yang timbul berkaitan dengan upaya

mengubah produk bermutu buruk (bad quality product) menjadi produk

bermutu baik (good quality product) (Prawirosentono, 2007: 25). Biaya

kualitas merupakan biaya-biaya yang timbul karena kualitas buruk

mungkin dan memang ada. Biaya kualitas berkaitan dengan dua sub

ketegori dari aktivitas yang berkaitan dengan kualitas, yaitu aktivitas

kontrol dan aktivitas gagal. Aktivitas kontrol adalah aktivitas yang

dilakukan oleh sebuah organisasi untuk menghindari atau mendeteksi

kualitas buruk.

Menurut (Hansen dan Mowen, 2009: 9), biaya kualitas bisa juga

dikelompokkan sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi. Biaya


17

kualitas yang dapat diamati (observable quality costs) adalah biaya-biaya

yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan,

misalnya biaya perencanaan kualitas, biaya pemeriksaan distribusi dan

biaya pengerjaan ulang. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs)

adalah biaya kesempatan atau opportunity yang terjadi karena kualitas

produk yang buruk dan biasanya biaya opportunity tidak disajikan dalam

catatan akuntansi, misalnya biaya kehilangan penjualan, biaya

ketidakpuasan pelanggan dan biaya kehilangan pangsa pasar.

2.2.3.1. Kategori Biaya Kualitas

Pada dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat

jenis, yaitu:

a. Biaya Pencegahan (Prevention Costs), merupakan biaya-biaya yang

berhubungan dengan upaya pencegahan yang terjadi di kegagalan

internal maupun eksternal, sehingga meminimumkan biaya kegagalan

internal dan biaya kegagalan eksternal. Contoh biaya pencegahan

adalah:

1. Perencanaan Kualitas merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan

aktivitas perencanaan kualitas secara keseluruhan, termasuk

penyiapan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk

mengkomunikasikan rencana kualitas ke seluruh pihak yang

berkepentingan.

2. Tinjau-Ulang Produk Baru (New Product review) merupakan biaya-

biaya yang berkaitan dengan rekayasa keandalan (reliability


18

engineering) dan aktivitas-aktivitas lain terkait dengan kualitas yang

berhubungan dengan pemberitahuan desain baru.

3. Pengendalian Proses merupakan biaya-biaya inspeksi dan pengujian

dalam proses untuk menentukan status dari proses (kapabilitas

proses), bukan status dari produk.

4. Audit Kualitas merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan

evaluasi atas pelaksanaan aktivitas dalam rencara kualitas secara

keseluruhan.

5. Evaluasi Kualitas Pemasok merupakan biaya-biaya yang berkaitan

dengan evaluasi terhadap pemasok sebelum pemilihan pemasok,

audit terhadap aktivitas-aktivitas selama kontrak, dan usaha-usaha

lain yang berkaitan dengan pemasok.

6. Pelatihan merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan penyiapan

dan pelaksanaan program-program pelatihan yang berkaitan dengan

program reduksi biaya terus menerus melalui perbaikan kualitas.

(Alex 2005:24-28)

b. Biaya Penilaian (Appraisal Costs), merupakan biaya-biaya yang

berhubungan dengan penentuan derajat konformansi terhadap

persyaratan kualitas (spesifikasi yang ditetapkan). Contoh dari biaya

penilaian adalah :

1. Inspeksi dan Pengujian Kedatangan Material merupakan biaya-biaya

yang berkaitan dengan penentuan kualitas dari meterial yang dibeli,

apakah melalui inspeksi pada saat penerimaan, melalui inspeksi yang


19

dilakukan pada pemasok, atau melalui inspeksi yang dilakukan pihak

ketiga.

2. Inspeksi dan Pengujian Produk Dalam Proses merupakan biaya-

biaya yang berkaitan dengan evaluasi tentang konformansi produk

dalam proses terhadap persyaratan kualitas yang ditetapkan.

3. Inspeksi dan Pengujian Produk Akhir merupakan biaya-biaya yang

berkaitan dengan evaluasi tentang konformansi produk akhir

terhadap persyaratan kualitas yang ditetapkan.

4. Audit Kualitas Produk adalah biaya-biaya untuk melakukan audit

kualitas pada produk dalam proses atau produk akhir.

5. Pemeliharaan akurasi Peralatan Pengujian merupakan biaya-biaya

dalam melakukan kalibrasi untuk mempertahankan akurasi

instrumen pengukuran dan peralatan.

6. Evaluasi Stok merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan

pengujian produk dalam penyimpanan untuk menilai degradasi

kualitas.

c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs), merupakan biaya-

biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (errors

and nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk

itu ke pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak

ditemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam produk sebelum

pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan internal adalah :


20

1. Scrap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja,

material, dan biasanya overhead pada produk cacat yang secara

ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali. Terdapat banyak ragam

nama dari jenis ini, yaitu: scrap, cacat, usang, dll.

2. Pekerjaan Ulang (Rework) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memperbaiki kesalahan produk agar memenuhi spesifikasi yang

ditentukan.

3. Analisis Kegagalan (Failure Analysis) adalah biaya yang

dikeluarkan untuk menganalisis kegagalan produk guna menentukan

penyebab-penyebab kegagalan itu.

4. Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang

telah mengalami pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.

5. Downgrading merupakan selisih diantara harga jual normal dan

harga yang dikurangi karena alasan kualitas.

6. Avoidable Process Losses merupakan biaya-biaya kehilangan yang

terjadi, meskipun produk itu tidak cacat, sebagai contoh: kelebihan

bobot produk yang diserahkan ke pelanggan karena variabilitas

dalam peralatan pengukuran, dll.

d. Biaya Kegagalan Eksternal (Exsternal Failure Cost), merupakan biaya-

biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi yang

ditemukan setelah produk itu diserahkan ke pelanggan. Biaya-biaya ini

tidak akan muncul apabila tidak diketemukan kesalahan atau


21

nonkonformasi dalam produk setelah pengiriman. Contoh dari biaya

kegagalan eksternal adalah:

1. Jaminan (Warranty) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

penggantian atau perbaikan kembali produk yang masih berada

dalam masa jaminan.

2. Penyelesaian Keluhan (Complaint adjustment) adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan untuk penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang

berkaitan dengan produk cacat.

3. Produk Dikembalikan (Returned Product) yaitu Biaya-biaya yang

berkaitan dengan penerimaan dan penempatan produk cacat yang

dikembalikan oleh pelanggan.

4. Allowances merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi

pada pelanggan karena produk yang berada di bawah standar

kualitas yang sedang diterima oleh pelanggan atau yang tidak

memenuhi spesifikasi dalam penggunaan.

2.2.4. Faktor-Faktor Mendasar Yang Mempengaruhi Kualitas

Kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar

atau 9 M. Pada masa sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada

sejumlah besar kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara yang

tidak pernah dialami dalam periode sebelumnya (Freigenghaum,

1992; 54-56).
22

1. Market (Pasar)

Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh

pada laju yang eksplosif. Konsumen diarahkan untuk mempercayai

bahwa ada sebuah produk yang dapat memenuhi hampir setiap

kebutuhan. Pada masa sekarang konsumen meminta dan memperoleh

produk yang lebih baik memenuhi ini. Pasar menjadi lebih besar ruang

lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang

yang ditawarkan. Dengan bertambahnya perusahaan, pasar menjadi

bersifat internasional dan mendunia. Akhirnya bisnis harus lebih

fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat.

2. Money (Uang)

Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan

fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (marjin) laba. Pada

waktu yang bersamaan, kebutuhan akan otomasi dan pemekanisan

mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan

perlengkapan yang baru. Penambahan investasi pabrik, harus dibayar

melalui naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang besardalam

memproduksi disebabkan oleh barang afrikan dan pengulangkerjaan

yang sangat serius. Kenyataan ini memfokuskan perhatian pada manajer

pada bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari titik lunak tempat

biaya operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.

3. Management (Manajemen)
Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa

kelompok khusus. Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi


23

perencanaan produknya, harus membuat persyaratan produk. Bagian

perancangan bertanggung jawab merancang produk yang akan

memenuhi persyaratan itu. Bagian produksi mengembangkan dan

memperbaiki kembali proses untuk memberikan kemampuan yang

cukup dalam membuat produk sesuai dengan spesifikasi rancangan.

Bagian pengendalian kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada

seluruh aliran proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi

persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan, setelah produk sampai pada

konsumen menjadi bagian yang penting dari paket produk total. Hal ini

telah menambah beban manajemen puncak, khususnya bertambahnya

kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab yang tepat untuk

mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas.

4. Men (Manusia)

Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan

seluruh bidang baru seperti elektronika komputer menciptakan suatu

permintaan yang besar akan pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada

waktu yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli teknik

sistem yang akan mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama

merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang

akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.

5. Motivation (Motivasi)

Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai

hadiah tambahan uang, para pekerja masa kini memerlukan sesuatu


24

yang memperkuat rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan

pengakuan bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan atas

tercapainya sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini

membimbing kearah kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu

pendidikan kualitas dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran

kualitas.

6. Material (Bahan)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli

teknik memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada

sebelumnya. Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan

keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.

7. Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanise)

Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan volume

produksi untuk memuaskan pelanggan telah terdorong penggunaan

perlengkapan pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada

kualitas bahan yang dimasukkan ke dalam mesin tersebut. Kualitas

yang baik menjadi faktor yang kritis dalam memelihara waktu kerja

mesin agar fasilitasnya dapat digunakan sepenuhnya.

8. Modern Information Metode (Metode Informasi Modern)

Evolusi teknologi komputer membuka kemungkinan untuk

mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi

informasi pada skala yang tidak terbayangkan sebelumnya. Teknologi

informasi yang baru ini menyediakan cara untuk mengendalikan mesin


25

dan proses selama proses produksi dan mengendalikan produk bahkan

setelah produk sampai ke konsumen. Metode pemrosesan data yang

baru dan konstan memberikan kemampuan untuk memanajemeni

informasi yang bermanfaat, akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan

mendasari keputusan yang membimbing masa depan bisnis.

9. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi)

Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk, memerlukan

pengendalian yang lebih ketat pada seluruh proses pembuatan produk.

Meningkatnya persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk

menekankan pentingnya keamanan dan keterandalan produk.

2.2.5. Faktor Yang Menentukan Kualitas

Dalam menentukan standar kualitas perlu diketahui beberapa faktor

yang menentukan kualitas suatu produk. Menurut (Meredith 1992:58) ada

tiga hal pokok yang digunakan untuk menentukan biaya kualitas suatu

produk, yaitu :

1. Desain atau bentuk produk

Desain atau bentuk produk ini merupakan daya tarik utama agar dapat

mengundang minat konsumen untuk membelinya. Hal ini dapat

tercapai apabila wujud luar produk tersebut seperti warna, bentuk,

kemasannya baik dan sesuai dengan selera konsumen.

2. Kemampuan untuk bertahan

Kualitas dari produk dapat dilihat dari keawetan produk-produk

tertentu yaitu daya tahan produk sejak dalam proses pembuatan,


26

produk siap pakai, sampai lamanya produk tersebut dikonsumsi

hingga rusak.

3. Kegunaan atau manfaat produk

Suatu produk yang dihasilkan hendaknya memenuhi fungsi untuk apa

produk tersebut digunakan termasuk didalamnya daya tahan,

ketidaktergantungan komponen lain, eksklusifitas, kenyamanan,

wujud luar, dan harga yang ditentukan oleh biaya produk.

2.2.6. Standar Kualitas

Suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang dapat berjalan

dengan baik biayanya tidak lebih 2,5% dari penjualan (Hansen & Mowen,

1994: 398). Bila kualitas kesesuaian rendah, maka biaya kualitas total

tinggi dan sebagian besar biayanya akan terdiri dari biaya kegagalan

internal dan eksternal. Meskipun demikian, pada saat perusahaan

meningkatkan aktivitas pencegahan dan penilaian, presentase unit cacat

menjadi rendah (presentase unit yang tidak cacat meningkat). Hal ini

menyebabkan biaya kegagalan internal dan eksternal menjadi lebih

rendah. Biasanya biaya kualitas total turun drastis pada saat kualitas

kesesuaian meningkat. Oleh karena itu, perusahaan dapat mengurangi

biaya kualitas total dengan memfokuskan pada usaha pencegahan dan

penilaian.

Penghematan biaya dari pengurangan produk cacat biasanya

digunakan untuk menutup penambahan biaya pencegahan dan penilaian.

Bila program kualitas perusahaan menjadi lebih baik dan biaya kegagalan
27

menurun, aktivitas pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan

penilaian. Penilaian dapat menemukan cacat sedangkan pencegahan dapat

menghilangkannya.

2.2.7. Pendekatan Pengendalian Kualitas

Pihak manajemen perusahaan dalam melaksanakan pengendalian

perlu menerapkan melalui apa pengendalian kualitas tersebut akan

dilakukan. Hal ini disebabkan oleh faktor yang menentukan atau

berpengaruh terhadap baik dan tidaknya kualitas produk perusahaan akan

terdiri dari beberapa macam misal bahan bakunya, tenaga kerja, mesin dan

peralatan produksi yang digunakan, dimana faktor tersebut akan

mempunyai pengaruh yang berbeda, baik dalam jenis pengaruh yang

ditimbulkan maupun besarnya pengaruh yang ditimbulkan. Dengan

demikian agar pengendalian kualitas yang dilaksanakan dalam perusahaan

tepat mengenai sasarannya serta meminimalkan biaya pengendalian

kualitas, perlu dipilih pendekatan yang tepat bagi perusahaan (Ahyari,

1990: 225-325).

2.2.7.1. Pendekatan Bahan Baku

Didalam perusahaan umumnya baik dan buruknya kualitas bahan

baku mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kualitas produk akhir,

bahkan beberapa jenis perusahaan pengaruh kualitas bahan baku yang

digunakan untuk pelaksanakan proses produksi sedemikian besar sehingga

kualitas produk akhir hampir seluruhnya ditentukan oleh bahan baku yang

digunakan. Bagi beberapa perusahaan yang memproduksi suatu produk


28

dimana karakteristik bahan baku akan menjadi sangat penting di dalam

perusahaan tersebut. Dalam pendekatan bahan baku, ada beberapa hal

yang sebaiknya dikerjakan manajemen perusahaan agar bahan baku yang

diterima dapat dijaga kualitasnya:

a) Seleksi Sumber Bahan Baku (Pemasok)

Untuk pengadaan bahan baku umumnya perusahaan melakukan

pemesanan kepada perusahaan lain (sebagai perusahaan pemasok).

Pelaksanakan seleksi sumber bahan baku dapat dilakukan dengan cara

melihat pengalaman hubungan perusahaan pada waktu yang lalu atau

mengadakan evaluasi pada perusahaan pemasok bahan dengan

menggunakan daftar pertanyaan atau dapat lebih diteliti dengan

melakukan penelitian kualitas perusahaan pemasok.

b) Pemeriksaaan dokumen pembelian.

Setelah menentukan perusahaan pemasok, hal berikutnya yang perlu

dilaksanakan adalah pemeriksaan dokumen pembelian yang ada. Oleh

karena itu dokumen pembelian nantinya menjadi referensi dari

pembelian yang dilaksanakan tersebut, maka dalam penyusunan

dokumen pembelian perlu dilakukan dengan teliti. Beberapa hal yang

diperiksa meliputi tingkat harga bahan baku, tingkat kualitas bahan,

waktu pengiriman bahan, dan pemenuhan spesifikasi bahan.

c) Pemeriksaan Penerimaan Bahan

Apabila dokumen pembelian yang disusun cukup lengkap maka

pemeriksaan penerimaan bahan dapat didasarkan pada dokumen


29

pembelian tersebut. Beberapa permasalahan yang perlu diketahui dalam

hubungannya dengan kegiatan pemeriksaan bahan baku didalam

gudang perusahaan antara lain rencana pemeriksaan, pemeriksaan

dasar, pemeriksaan contoh bahan, catatan pemeriksaan dan penjagaan

gudang.

2.2.7.2. Pendekatan Proses Produksi

Pada beberapa perusahaaan proses produksi akan lebih banyak

menentukan kualitas produk akhir. Artinya di dalam perusahaan ini

meskipun bahan baku yang digunakan untuk keperluan proses produksi

bukan bahan baku dengan kualitas prima, namun apabila proses produksi

diselenggarakan dengan sebaik-baiknya maka dapat diperoleh produk

dengan kualitas yang baik pula. Pengendalian kualitas produk yang

dihasilkan perusahaan tersebut lebih baik bila dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan proses produksi yang disesuaikan dengan

pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Pada umumnya

pelaksanaan pengendalian kualitas proses produksi di dalam perusahaan

dipisahkan menjadi 3 tahap:

a) Tahap Persiapan

Pada tahap ini akan dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan

dengan pelaksanaan pengendalian proses tersebut. Kapan pemeriksaan

dilaksanakan, berapa kali pemeriksaan proses produksi dilakukan pada

umumnya akan ditentukan pada tahap ini.

b) Tahap Pengendalian Proses


30

Dalam tahap ini, upaya yang dilakukan adalah mencegah agar jangan

sampai terjadi kesalahan proses yang mengakibatkan terjadinya

penurunan kualitas produk. Apabila terjadi kesalahan proses produksi

maka secepat mungkin kesalahan tersebut diperbaiki sehingga tidak

mengakibatkan kerugian yang lebih besar atau barang dalam proses

tersebut dikeluarkan dari proses produksi dan diperlakukan sebagai

produk yang gagal.

c) Tahap Pemeriksaaan Akhir

Pada tahap ini merupakan pemeriksaan yang terakhir dari produk yang

ada dalam proses produksi sebelum dimasukkan ke gudang barang jadi

atau dilempar ke pasar melalui distributor produk perusahaan.

2.2.7.3. Pendekatan Produk Akhir

Pendekatan produk akhir merupakan upaya perusahaan untuk

mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya dengan melihat

produk akhir yang menjadi hasil dari perusahaan tersebut. Dalam

pendekatan ini perlu dibicarakan langkah yang diambil untuk dapat

mempertahankan produk sesuai dengan standar kualitas yang berlaku.

Pelaksanaan pengendalian kualitas dengan pendekatan produk akhir dapat

dilakukan dengan cara memeriksa seluruh produk akhir yang akan

dikirimkan kepada para distributor atau toko pengecer. Dengan demikian

apabila ada produk yang cacat atau mempunyai kualitas dibawah standar

yang ditetapkan maka perusahaan dapat memisahkan produk ini dan tidak

ikut dikirimkan kepada para konsumen. Untuk masalah kerusakan produk


31

perusahaan harus mengambil tindakan yang tepat bagi peningkatan

kualitas produk akhir serta kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh

sebab itu perusahaan harus mengumpulkan informasi tentang berbagai

macam keluhan konsumen. Kemudian diadakan analisa tentang berbagai

kelemahan dan kekurangan produk perusahaan sehingga untuk proses

berikutnya kualitas produk dapat lebih dipertanggungjawabkan.

2.3. Produk Cacat

Produk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu barang atau

jasa yang dibuat atau ditambah gunanya atau nilainya dalam proses

produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Sedangkan cacat

mengandung pengertian kekurangan yang menyebabkan nilai atau

mutunya kurang baik atau kurang sempurna. Dari kedua pengertian

tersebut jika digabungkan mengandung pengertian, bahwa produk cacat

berarti barang atau jasa yang dibuat dalam proses produksi namun

memiliki kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik

atau kurang sempurna.

Menurut Hansen dan Mowen (2005:7) produk cacat adalah produk

yang tidak memenuhi spesifikasinya. Hal itu berarti juga tidak sesuai

dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Kesesuaian dengan kualitas

mangasumsikan bahwa terdapat suatu cakupan nilai yang diterima untuk

setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. Produk cacat yang terjadi

selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak diterima oleh
32

konsumen, tetapi dalam perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali

produk cacat adalah mirip dengan yang produk rusak.

Produk rusak yang terjadi selama proses produksi mengacu pada

produk yang tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat

dikerjakan ulang. Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar

mutu yang telah ditetapkan secara ekonomis tidak dapat diperbaharui

menjadi produk yang baik (Mulyadi, 2011:324).

Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana

memperlakukan biaya tambahan untuk mengerjakan kembali (rework cost)

produk cacat tersebut. Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa

dalam proses produksi, tetapi karena karakterisrik pengerjaan pesanan

tertentu. Maka biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan

sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jika produk

cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk

maka biaya pengerjaan kembali tersebut kedalam tarif biaya overhead

pabrik. Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi

didebitkan kedalam rekening biaya overhead pabrik sesengguhnya.

Pengertian product liability (produk cacat) menurut Black's Law

Dictionary adalah Product liability disini diartikan sebagai tanggung

jawab secara hukum dari produsen dan penjual untuk mengganti kerugian

yang diderita oleh pembeli, pengguna ataupun pihak lain, akibat dari cacat

dan kerusakan yang terjadi karena kesalahan pada saat mendapatkan

barang, khususnya jika produk tersebut dalam keadaan cacat yang


33

berbahaya bagi konsumen dan pengguna. Menurut Az. Nasution dalam

bukunya "Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar" memberikan

pengertian bahwa product liability diterjemahkan sebagai tanggung jawab

produk cacat. Tanggung jawab produk cacat berbeda dengan tanggung

jawab yang sudah dikenal selama ini, karena tanggung jawab ini

disebabkan oleh keadaan tertentu produk, barang dan/atau jasa, yang

meletakkan tanggung jawab produk kepada pelaku usaha pembuat produk

(produsen).

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil intisari bahwa produk

cacat adalah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga tidak

memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan yang menyebabkan nilai

atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna.

Biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas barang disebut

dengan biaya kualitas. Dengan pelatihan dan keahlian yang dimiliki dalam

hal analisis, pengukuran dan pelaporan informasi, akuntan manajemen

dapat membantu merancang dan melakukan pengumpulan informasi

kualitas secara komprehensif, melakukan pengukuran dan merancang

sistem pelaporan. Akuntansi manajemen dapat memperbaiki manajemen

kualitas total (TQM) dengan cara mengintegrasikan informasi biaya

kualitas ke dalam sistem pengukuran dan pelaporan manajemen yang

sudah ada. Integrasi ini membantu memberikan perhatian secara konstan

dan terus menerus dalam rangka memperbaiki kualitas dengan cara

melakukan pengukuran, pelaporan dan evaluasi terhadap kualitas secara


34

reguler merupakan aktivitas rutin dari pada harus melakukan upaya khusus

yang akan dihentikan jika sudah tidak diperlukan lagi (Blocher et al,

2011:185).

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Cacat Produk

Kualitas ialah konsistensi peningkatan atau perbaikan dan

penurunan variasi karakteristik dari suatu produk, baik barang maupun

jasa yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah

dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun

eksternal (Gaspersz, 2005:127). Kualitas berbanding terbalik dengan

variabilitas. Definisi tersebut menyatakan secara tidak langsung bahwa

apabila variabilitas dalam karakter-karakter penting pada produk menurun,

kualitas dari produk akan meningkat (Montgomery, 2001:2).

Proses produksi untuk menghasilkan sejenis output sulit

menghindari terjadinya variasi pada proses. (Gaspersz, 2005:130)

mendefinisikan variasi sebagai kecenderungan dalam sistem produksi atau

operasional sehingga perbedaan dalam kualitas pada output (barang dan

jasa yang dihasilkan). Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab

timbulnya variasi, yaitu variasi penyebab khusus dan variasi penyebab

umum. (Gaspersz, 2005:133) menjelaskan lebih lanjut tentang jenis variasi

tersebut sebagai berikut:

Variasi penyebab khusus adalah kejadian-kejadian di luar sistem yang

mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber

dari manusia, material, lingkungan, metode kerja, dan lain-lain.


35

Penyebab khusus ini mengambil pola-pola non acak sehingga dapat

diidentifikasikan/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam

proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga

menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal

menggunakan peta kendali (control chart), jenis variasi ini sering

ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau keluar dari

batas-batas pengendalian yang didefinisikan (defined control limit).

Sedangkan variasi penyebab umum adalah faktor-faktor didalam sistem

atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi

dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga

penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem (system causes).

Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk

menghilangkannya harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu

dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak

manajemen yang mengendalikan sistem itu. Dalam konteks

pengendalian proses statistik dengan menggunakan peta-peta kendali,

jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang

berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan.

Kelemahan dan penyimpangan yang terjadi pada proses ditelusuri

sebab-sebabnya dengan menggunakan analisis diagram sebab akibat.

Faktor-faktor yang memengaruhi kelemahan proses sehingga

menimbulkan adanya produk cacat di antaranya ditelusuri dari mesin,


36

karyawan, dan bahan baku. Faktor-faktor yang menjadi sebab terjadinya

produk cacat adalah mesin, manusia, material, metode dan lingkungan.

2.4 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menggambarkan bagaimana pengendalian kualitas yang dilakukan dengan

mengunakan biaya kualitas untuk mengurangi tingkat kerusakan produk

yang dihasilkan oleh PT. Fajar Utama Intermedia. Berdasarkan tinjauan

landasan teori dan penelitian awal pada perusahaan, maka dapat disusun

kerangka dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar berikut:


37

Skema 2.1.
Kerangka Pikir

Fakta Empirik
Studi Teoritis
Wahyuningtias (2013), menunjukan
Biaya Kualitas bahwa biaya kualitas tidak
Produk Cacat berpengaruh secara signifikan
terhadap produk rusak.
Fakhri (2013) menunjukan
lingkungan kerj diketahui faktor
penyebab kerusakan dalam produksi
berasal dari faktor manusia, mesin,
metode kerja, bahan baku dan
lingkungan kerja.
Alex (2005), menunjukan bahwa
biaya kualitas perusahaan belum
efektif dan efesien.

Rumusan Masalah

Analisis Deskriptif

Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah biaya kualitas

untuk mengurangi produk cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia yang

berlokasi di Jalan Malik Raya, Kendari.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka mengenai jumlah

produksi dan data produk cacat.

2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi tertulis yaitu informasi

mengenai jenis produk cacat, penyebab terjadinya produk cacat, bahan

baku yang digunakan serta informasi yang berkaitan dan relevan

dengan judul skripsi ini.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data secara keseluruhan diperoleh dari dalam institusi yang

menjadi tempat penelitian yang terdiri dari:

1. Data primer yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan secara

langsung di PT. Fajar Utama Intermedia.

38
39

2. Data sekunder yang diperoleh dari dokumen/ arsip bagian produksi dan

bagian personalia PT. Fajar Utama Intermedia.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan yang

menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan

tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang

objek yang diteliti. Dalam hal ini adalah dengan pihak manajemen/

karyawan PT. Fajar Utama Intermedia yaitu data mengenai jenis-jenis

produk cacat dan penyebabnya, proses produksi serta bahan baku yang

digunakan.

2. Observasi

Yaitu pengamatan atau peninjauan secara langsung di tempat

penelitian yaitu di PT. Fajar Utama Intermedia dengan mengamati

sistem atau cara kerja pegawai yang ada, mengamati proses produksi

dari awal sampai akhir, dan kegiatan pengendalian kualitas.

3. Dokumentasi

Yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang berupa

laporan kegiatan produksi, laporan jumlah produksi dan jumlah produk

cacat, rencana kerja, serta dokumen kepegawaian.


40

3.4 Metode Analisis Data

Permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode dengan cara

mengumpulkan data dan mendeskriptifkan atau menjelaskan data-data

tersebut berdasarkan kriteria-kriteria umum yang berlaku dan hal-hal yang

ditemukan di lapangan.

3.5 Defenisi Operasional

1. Biaya Kualitas adalah semua biaya yang timbul akibat adanya upaya

untuk peningkatan kualitas produk dari yang berkualitas rendah

menjadi kualitas baik. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi

empat golongan, yaitu :

1) Biaya Pencegahan (prevention cost)

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah

kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang

berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan

sistem kualitas.

2) Biaya penilaian (appraisal cost)

Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan

apakah produk atau jasa sudah selesai dengan persyaratan-

persyaratan kualitas. Tujuan utama fungsi deteksi ini adalah untuk

menghindari kesalahan dan kerusakan pada sepanjang proses

perusahaan, misalnya memeriksa produk jadi agar kualitasnya

selalu terjaga.
41

3) Biaya kegagalan internal (internal failure)

Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada

ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang

atau jasa dikirim ke pihak luar (pelanggan). Pengukuran biaya

kegagalan internal dilakukan dengan menghitung keruksakan

produk sebelum meninggalkan pabrik.

4) Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure)

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk

atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan, yang diketahui

setelah produk tersebut dikirim kepada konsumen. Biaya ini

merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat

menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan, dan

penurunan pangsa pasar.

2. Produk Cacat adalah produk yang rusak selama proses produksi yang

tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat dikerjakan ulang,

yang mana mutu dari produk tersebut tidak sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Fajar Utama Intermedia Cab. Kendari didirikan pada tanggal

15 Agustus 2003 sebagai suatu perusahaan cabang. Perusahaan ini

bergerak di bidang percetakan surat kabar. Perusahaan ini sebenarnya telah

didirikan sejak tanggal 4 September 1995 tetapi bukan dengan nama PT.

Fajar Utama Intermedia melainkan Kendari Intermedia yang masih berada

di bawah pengawasan harian Media Kita yang sekarang dikenal dengan

nama harian Kendari Pos. Kendari Intermedia juga sejak awal bergerak di

bidang percetakan.

PT. Fajar Utama Intermedia Cab. Kendari didirikan dan

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan penerbitan surat kabar

baik yang bersifat harian, mingguan maupun bulanan. Pada awalnya hasil

produk yang dikeluarkan berupa surat kabar atau koran ini masih sangat

sederhana karena hanya satu warna yaitu hitam. Hal ini disebabkan karena

terbatasnya peralatan yang ada. Namun seiring dengan perkembangan dan

persaingan yang ada serta untuk meningkatkan kualitas hasil produk maka

sejak diubahnya nama dari PT. Kendari Intermedia ke PT. Fajar Utama

Intermedia Cab. Kendari maka seluruh peralatan yang ada pun

42
43

diperbaharui sehingga hasil produk yang dikeluarkan pun lebih baik lagi

karena dapat menghasilkan surat kabar yang berwarna.

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Manajemen yang baik di dalam suatu perusahaan akan

mempengaruhi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan

perusahaan. Manajemen yang baik dapat dilihat dari struktur organisasi

perusahaan yang memperlihatkan dengan jelas adanya pembagian tugas,

jalur komunikasi, garis wewenang dan tanggungjawab, serta hirarki

perusahaan. Struktur organisasi dapat membantu perusahaan dengan:

1. Memperlancar kerjasama antar bagian.

2. Memperoleh hubungan kerja antara bagian satu dengan lainnya.

3. Menjelaskan wewenang dan tanggung jawab atasan dan bawahan.

4. Memudahkan melakukan control setiap bagian.

5. Menjelaskan bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.

6. Menjelaskan tingkatan manajemen dan posisi dari masing-masing

bagian.

Bentuk struktur organisasi setiap perusahaan berlainan, tergantung

kepada jenis usaha perusahaan dan besarnya perusahaan. PT. Fajar Utama

Intermedia Cab. Kendari merupakan perusahaan yang menerapkan struktur

organisasi fungsional, hal ini dapat dilihat pada skema 4.1 berikut:
44

Skema 4.1

Struktur Organisasi PT. Fajar Utama Intermedia Cab. Kendari

PT. Fajar Utama Intermedia

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR

DIREKTUR CABANG KENDARI

WAKIL DIREKTUR CABANG STAF ADMIN DAN KEUANGAN

KOORDINATOR CETAK

OPERATOR CETAK

\Sumber: PT. Fajar Utama Intermedia Cab. Kendari

Berdasarkan struktur organisasi PT. Fajar Utama Intermedia Cab.

Kendari dapat terlihat dengan jelas bahwa dalam pelaksanaan tugas

organisasi, setiap bagian langsung dari pimpinan kepada bawahan. Adapun

tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut:


45

1. Direktur Utama

Memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang sebagai berikut:

a. Mengelola perusahaan sesuai dengan bidang bisnis yang

dijalaninya dan usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan

maksud dari pendirian perusahaan ini.

b. Melakukan perjanjian kredit dengan bank bersama-sama dengan

komisaris.

c. Menerima pertanggungjawaban Direktur Perusahaan.

d. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas

Direksi serta mewakili perusahaan.

e. Direktur Utama berhak mengangkat seorang atau lebih sebagai

wakil atau kuasanya dengan memberikan kepadanya kekuasaan

yang diatur dalam surat kuasa.

f. Menjalankan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah

Tangga (ART) perusahaan dengan baik dan benar.

2. Direktur

Memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang sebagai berikut:

a. Membantu Direkutr Utama dalam pengelolaan perusahaan

khususnya yang menyangkut bidang operasional teknis.

b. Berhak mewakili Direktur Utama apabila Direktur Utama

berhalangan.

c. Membawahi beberapa Direktur Cabang.


46

d. Menerima laporan pertanggungjawaban para Direktur Cabang

untuk dibahas bersama-sama dengan Direktur Utama.

3. Direktur Cabang

Memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang sebagai berikut:

a. Membantu Direktur dalam pengelolaan perusahaan khususnya

yang menyangkut bidang operasional dan teknis yang ada di tiap

cabang perusahaan.

b. Membuat laporan pertanggungjawaban operasional dan teknis

perusahaan kepada Direktur setiap periodenya.

c. Membawahi 2 bagian yaitu bagian administrasi/ keuangan dan

operator.

d. Menerima laporan pertanggungjawaban dari bagian-bagian untuk

dibahas bersama-sama dengan Direktur.

4. Administrasi/ Keuangan

Memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang sebagai berikut:

a. Mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran kas atau mencatat

semua transaksi keuangan setiap hari.

b. Mengorganisasi dan mengawasi penyelenggaraan pembukuan

perusahaan.

c. Mencatat setiap pesanan yang masuk dan kemudian

menyampaikan pada bagian operator.

d. Bertanggung jawab kepada pimpinan atas pelaksanaan tugasnya

dan mengajukan usul dan saran kepada pimpinan.


47

5. Operator

Memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang sebagai berikut:

a. Melakukan proses produksi.

b. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas segala kegiatan

proses produksi termasuk pemeliharaan mesin.

c. Mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kerja pada bagian

produksi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Sistem Persediaan Perusahaan

PT. Fajar Utama Intermedia Cab. Kendari adalah perusahaan

manufaktur yang bergerak dalam bidang percetakan, yang dimaksudkan

untuk memenuhi kebutuhan perusahaan penerbitan surat kabar, baik yang

bersifat harian, mingguan maupun yang berada di Sulawesi Tenggara.

Dalam memenuhi permintaan barang dari perusahaan penerbitan

dan didalam melakukan kegiatan produksinya, PT. Fajar Utama

Intermedia Cab. Kendari memerlukan bahan baku sebagai berikut:

1. Kertas Koran

2. Plate

3. Tinta Cetak

PT. Fajar Utama Intermedia dalam memperoleh bahan baku di atas

melakukan pembelian dari supplier-supplier yang berada diluar Kota

Kendari. Pengadaan bahan baku ini dilakukan tiga bulan sekali atau

triwulan dengan biaya modal/investasi yang dikeluarkan berkisar


48

Rp 450.000.000,- sampai Rp 660.000.000,-. Dimana untuk Kertas Koran

didatangkan dari supplier yang berada di Surabaya, dalam hal ini PT. Adi

Prima dengan menggunakan jasa kontainer (Meratus). Sedangkan untuk

Plate dan Tinta Cetak didatangkan dari supplier yang berada di Makassar,

dalam hal ini CV. Karya Jaya dan CV. Astakona Sejahtera dengan

menggunakan jasa angkutan ekspedisi darat (Putri Unaaha, Cahaya Ujung,

dan Putra Bajoe)

PT. Fajar Utama Intermedia dalam memproduksi barang hanya

melakukan produksi sesuai dengan pesanan dari pelanggan sehingga tidak

ada persediaan barang jadi.

4.2.2. Sistem Kerja

PT. Fajar Utama Intermedia mempunyai lima (5) hari kerja

dalam seminggu yaitu mulai hari Senin sampai Jumat. Sedangkan untuk

bagian produksi cetak Koran/operator waktu kerja adalah setiap hari

kecuali hari besar (tanggal merah). Perincian waktu kerjanya adalah

sebagai berikut:

1. Karyawan bagian umum;

Sift 1 (Senin-Jumat ) : 08.00-14.00 WITA

Istirahat : 12.00-13.00 WITA

2. Karyawan bagian operator;

Shift 2 (Senin-minggu) : 22.00-06.00 WITA

Adapun jumlah karyawan bagian operator PT. Fajar Utama

Intermedia berjumlah 7 orang bagian proses produksi dan 1 orang


49

maintenance.

4.2.3. Bahan Baku Dan Mesin

Bahan baku yang digunakan PT. Fajar Utama Intermedia untuk

proses produksinya antara lain:

1. Tinta dengan merek cimani jenis WRON dengan 4 warna utama.

2. Kertas yang digunakan gulungan Kualitas Prima dengan lebar 690 mm,

panjang per 1 gulungan 13920 m dan berat per 1 gulung 440 Kg.

3. Mesin yang digunakan mesin dengan jenis wibe, merek goss company

chikagho dengan kapasitas produksi 10.000 koran/jam.

4.2.4. Penggunaan Biaya Kualitas di PT. Fajar Utama Intermedia

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka

perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas

tinggi, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan

permintaan konsumen. Oleh karena itu, maka perusahaan harus

melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas secara terus-menerus

terhadap produk yang dihasilkannya.

Penggunaan biaya kualitas di PT. Fajar Utama Intermedia

mencakup biaya pencegahan (Prevention Costs) yang terdiri dari

perawatan mesin dan penggunaan bahan supplies.

4.2.4.1 Perawatan Mesin

Perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan

yang dilakukan untuk menjaga suatu barang, memperbaikinya sampai

pada suatu kondisi yang dapat diterima. Perawatan di suatu industri


50

merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu

proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang

dibuat industri harus mempunyai hal-hal berikut:

Kualitas baik, dimana barang yang dihasilkan telah sesuai dengan

keinginan dan harapan konsumen.

Harga pantas, dimana biaya yang dikeluarkan untuk membayar

barang atau produk telah sesuai dengan spesifikasi dan kegunaan

yang didapatkan konsumen.

Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat

Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh

peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal. Untuk mencapai

hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini harus

selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.

Biaya perawatan di PT. Fajar Utama Intermedia terdiri atas

dua jenis perawatan yaitu perawatan preventif dan perawatan berjalan.

1. Biaya Perawatan Preventif

Biaya perawatan preventif adalah pekerjaan perawatan yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara

perawatan yang direncanakan untuk pencegahan. Ruang lingkup

pekerjaan preventif termasuk: pelumasan, inspeksi dan penyetelan,

sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar

dari kerusakan.
51

Tabel 4.1. Perawatan Preventif

No Jenis perawatan Biaya Tujuan

1 Pelumasan seluruh Rp 30.000/jam Menjaga dinamo


bagian dinamo motor mesin
motor mesin
2 Inspeksi dan Rp 30.000/jam Menjaga kelainan
penyetelan mesin mesin

Perawatan preventif di PT. Fajar Utama Intermedia tidak terhitung

sebagai kegiatan produksi tetapi dihitung sebagai kerja lembur dan

dihitung per satu jam kerja dengan biaya Rp 30.000/ jam. Adapun

perawatan preventif dilakukan 4 kali per bulan dengan presentasi

kerja 4 jam tiap 1 kali perawatan jadi biaya perawatan preventif

perbulan sebesar Rp 960.000 untuk 1 orang pekerja dan untuk

keseluruhan 8 (delapan) orang pekerja sebesar Rp 7.680.000.

2. Perawatan Berjalan

Pekerjaan perawatan berjalan dilakukan ketika fasilitas atau

peralatan dalam keadaan berproduksi. Perawatan berjalan

diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus

menerus dalam melakukan proses produksi dan tidak menggunakan

biaya karena perawatan hanya meliputi kegiatan setting mesin.

4.2.4.2 Biaya Penggunaan Bahan Supplies

Bahan Supplies yaitu bahan yang digunakan untuk proses

produksi tetapi bukan dari bagian produksi.


52

Tabel 4.2. Penggunaan Biaya pada Bahan Supplies

No Jenis Biaya/bulan Keterangan

1 Pelumas Diesel Rp 500.000 Penggunaannya disesuaikan


Engine pada saat mesin mulai
dioperasikan.

2 Bahan bakar Rp 1.000.000 Penggunaan disesuaikan dan


generator dioperasikan saat listrik
padam sebagai pembantu.

Penggunanan biaya bahan supplies ini digunakan hanya pada

saat keadaan tertentu ketika kondisi produksi menghadapi hambatan,

namun penggunaan biaya harus tetap disiapkan perusahaan dengan

kisaran biaya per bulan sebesar Rp 1.500.000.

4.2.5. Jenis Kerusakan yang Terjadi

Dalam proses produksi di PT. Fajar Utama Intermedia, kerusakan

atau cacat pada koran masih sangat tinggi yakni 800 eksemplar koran per

hari. Rata-rata jenis kerusakan diakibatkan antara lain sebagai berikut:

1. Warna kabur

Warna kabur adalah kondisi dimana penyerapan warna pada tulisan dan

gambar di koran tidak merata sehingga terlihat kabur. Kerusakan ini

biasa terjadi pada awal cetak karena tinta masih sangat pekat dan belum

tercampur secara merata sehingga menjadikan warna tidak terserap

secara sempurna.
53

2. Posisi lipatan tengah tidak register (persisi)

Kerusakan ini terjadi karena layout koran tidak persisi dimana tanda

acuan register yang terletak di pertengahan yang menjadi lipatan koran

tidak berada tepat sejajar atau melebar.

4.2.6. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Produk Cacat

Pengidentifikasian penyebab produk cacat pada PT. Fajar Utama

Intermedia dilakukan peneliti dengan mengamati langsung proses produksi

di perusahaan tersebut dengan melihat empat faktor yang mempengaruhi

hasil produksi yaitu man (manusia), method (metode), machine (mesin),

dan environment (lingkungan) yang dapat ditunjukan dengan tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.3. Pengamatan Proses Produksi

Bentuk Standar Usulan


Faktor
Kesalahan Normal Tindakan
Man 1. Pekerja/ Operator 1. Pekerjaan harus 1. Mengadakan
(Manusia) yang kurang dilakukan sesuai program pelatihan
terampil dan dengan yang bagi pekerja baik
sering melakukan terdapat pada SOP yang lama
kesalahan dalam (Standard maupun yang baru
penyetelan mesin Operating secara berkala.
pada proses Procedure) kerja 2. Memberikan
produksi. yang ditetapkan pengarahan dan
2. Operator salah perusahaan. peringatan kepada
memasang layout. 2. Setting layout pekerja apabila
3. Penetapan masing- yang merupakan melakukan
masing tugas tidak lembaran koran kesalahan.
terstruktur sering dalam bentuk film 3. Menetapkan
berganti tugas harus terpasang bagian masing-
antara operator. persisi di plate dan masing operator
tidak boleh dan menambah
miring. jumlah karyawan
3. Penetapan tugas
harus terstruktur.
54

Bentuk Standar Usulan


Faktor
Kesalahan Normal Tindakan
Method 1. Instruksi kerja 1. Instruksi kerja 1. Instruksi kerja
(Metode) kurang jelas diberikan oleh diberikan secara
sehingga atasan melalui tertulis dengan
kurangnya briefing singkat disertai penjelasan
koordinasi antar dan tertulis pada lisan secara
pekerja. dokumen standar terperinci yaitu
operasional kerja. dengan
melaksanakan
briefing secara
rutin disetiap awal
dan akhir kerja.

Machine 1. Tinta belum 1. Tinta harus sudah 1. Melakukan


(Mesin) tercampur tercampur pada pengecekan
merata. takaran yang sama kesiapan mesin
2. Register koran agar hasil bagus. dengan telitii
bergeser. 2. Register warna sebelum
dan halaman harus digunakan dan
dalam kondisi juga ketika selesai
yang baik ketika digunakan.
akan digunakan 2. Melakukan
dan terpasang perawatan mesin
tepat pada secara rutin, tidak
tempatnya. hanya dilakukan
ketika mesin
mengalami
kerusakan.

Environment 1. Tempat 1. Penyimpanan 1. Pembuatan


(Lingkungan) penyimpanan bahan baku penyimpanan
bahan baku tidak dipisah dengan bahan baku yang
terpisah dengan tempat proses lebih aman.
tempat produksi. porduksi.
55

Bentuk Standar Usulan


Faktor
Kesalahan Normal Tindakan
Environment 2. Keadaan di ruang 2. Sesuai dengan 2. Menambah
(Lingkungan) produksi yang persyaratan fasilitas di ruang
sangat ribut yang kesehatan produksi untuk
ditimbulkan dari lingkungan kerja mengurangi
suara mesin, industri yang dampak buruk
sedikit banyak ditetapkan yang ditimbulkan
berpengaruh pemerintah dari suara bising
terhadap (Kementerian mesin dengan
konsentrasi Kesehatan RI) : memberikan para
pekerja terutama Tingkat pajanan pekerja alat
sewaktu mengatur kebisingan pengaman telinga
layout dan register maksimal selama agar melindungi
yang 1 hari pada ruang pekerja dari
membutuhkan proses produksi kerusakan
ketelitian dan adalah sebesar 85 gendang telinga
kecermatan. dB(A) dalam akibat suara
rata-rata mesin.
pengukuran 8 jam
sehari dan 40 jam
seminggu.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Analisis Produk Cacat

Berdasarkan hasil yang telah dijelaskan dapat kita ketahui bahwa

dalam menjalankan operasional usahanya, perusahaan PT. Fajar Utama

Intermedia memiliki tujuh (7) orang karyawan dibidang operasional

produksi dengan jam kerja tujuh jam per hari selama satu minggu. Untuk

mengoperasikan percetakannya, PT. Fajar Utama Intermedia

menggunakan 1 mesin produksi merek goss company chikagho dengan

kapasitas produksi 10.000 koran/jam serta mengunakan kertas gulungan

kualitas prima dan tinta merek cimani jenis WRON.


56

Selama proses percetakan berlangsung, cacat atau kerusakan

produk cetakan merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan guna mendapat

kualitas cetakan yang baik. Jenis kerusakan yang biasa terjadi adalah

warna kabur dan posisi lipatan tidak register. Adapun faktor-faktor yang

menyebabkan adanya produk cacat diantaranya adalah kondisi tinta cetak

pada awal proses pencetakan yang masih pekat dan belum tercampur

secara merata serta posisi dimana tanda acuan register yang terletak di

pertengahan Koran tidak berada tepat sejajar atau melebar.

4.3.2 Presentase Penggunaan Biaya Kualitas

Berdasarkan hasil wawancara tentang laporan biaya kualitas,

rata-rata penjualan di PT. Fajar Utama Intermedia per harinya sebanyak

17.000 eksemplar/hari dengan masa 30 hari kerja dan harga penjualan

untuk satu eksemplar sebesar Rp 2.500,- sehingga diperoleh total

pendapatan rata-rata per bulan perusahaan tersebut sebesar

Rp 1.275.000.000. Sementara itu total biaya kualitas yang dikeluarkan

perusahaan ialah hanya sebesar Rp 9.180.000 atau 0,72% penggunaan

biaya kualitas dari total penjualan per bulannya. Biaya kualitas sebesar

Rp 9.180.000 dilihat dari penjumlahan penggunaan biaya kualitas yang

terdapat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.

4.3.3 Biaya Kualitas

4.3.3.1 Biaya Penggunaan Bahan Supplies


a. Pelumas Mesin

Biaya pelumasan diesel engine ini adalah biaya pembelian

pelumas mesin produksi yang digunakan setiap kali mesin


57

beroperasi. Pelumasan mesin ditujukan untuk menjaga kondisi

perputarana mesin selama berproduksi, dan untuk biaya

pelumasan ini PT. Fajar Utama Intermedia menganggarkan biaya

sebesar Rp 500.000 per bulannya.

b. Bahan bakar generator

Biaya bahan bakar generator adalah biaya bahan bakar mesin

generator yang dianggarkan untuk mengantisipasi kondisi

pemadaman listrik yang tentu saja dapat mengganggu proses dan

kualitas percetakan, dan untuk biaya pelumasan ini PT. Fajar

Utama Intermedia menganggarkan biaya sebesar Rp 1.000.000

per bulannya.

4.3.3.2 Biaya Perawatan Preventif

1. Pelumasan seluruh bagian dinamo motor mesin cetak

Biaya Pelumasan seluruh bagian dinamo motor mesin cetak

adalah biaya yang dianggarkan untuk pegawai yang telah

ditetapkan dalam kegiatannya melakukan pelumasan pada mesin

cetak dimana kegiatan ini dilakukan sebanyak empat (4) kali

dalam satu bulan sehingga biaya kualitas yang digunakan sebesar

4 jam x 4 kali perawatan dalam 1 bulan x Rp 30.000 = Rp 48.000.

2. Inspeksi

Biaya inspeksi adalah biaya yang dianggarkan untuk pegawai

yang telah ditetapkan dalam kegiatannya melakukan akifitas

inspeksi atau pengecekan kembali mesin operasional percetakan


58

setiap kali telah dilakukan percetakan. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk menjaga agar tidak ada kelainan pada kondisi mesin

pecetakan, dimana kegiatan ini dilakukan sebanyak empat (4) kali

dalam satu bulan sehingga biaya kualitas yang digunakan sebesar

4 jam x 4 kali perawatan dalam 1 bulan x Rp 30.000 = Rp 48.000.

4.3.4 Analisis Biaya Kualitas untuk Mengurangi Produk Cacat pada


PT. Fajar Utama Intermedia
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang percetakan surat

kabar terbesar di Kota Kendari, PT. Fajar Utama Intermedia Cab. Kendari

dituntut untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan

beroperasi di waktu siang dan malam, perusahaan diharuskan dapat

menyelesaikan seluruh order tepat waktu sesuai target. Oleh karena itu

perusahaan harus menerapkan sistem produksi yang tepat dan sistematis

yaitu dengan menerapkan program pengendalian kualitas terhadap produk

yang dihasilkan oleh perusahaan.

Setiap awal tahun buku, PT. Fajar Utama senantiasa membuat

sasaran mutu sebagai pedoman dalam melakukan pekerjaan. Dalam upaya

menerapkan pengendalian kualitas untuk menekan tingkat kerusakan

produk (misdruk), perusahaan menetapkan biaya pencegahan (Prevention

Costs) yang terdiri dari perawatan mesin dan penggunaan bahan supplies.

Biaya perawatan di PT. Fajar Utama Intermedia terdiri atas dua yaitu

perawatan preventif dan perawatan berjalan. Biaya perawatan preventif

tidak terhitung sebagai kegiatan produksi tetapi dihitung sebagai kerja

lembur dan dihitung per satu jam kerja dengan biaya Rp 30.000/jam.
59

Adapun perawatan preventif dilakukan 4 kali per bulan dengan presentasi

kerja 4 jam tiap 1 kali perawatan jadi biaya perawatan preventif perbulan

sebesar Rp 960.000 untuk 1 orang pekerja dan untuk keseluruhan 8

(delapan) orang pekerja sebesar Rp 7.680.000. Sedangkan perawatan

berjalan tidak membutuhkan biaya karena termasuk dalam kegiatan

produksi yang meliputi kegiatan setting mesin. Penggunanan biaya bahan

supplies ini digunakan hanya pada saat keadaan tertentu ketika kondisi

produksi menghadapi hambatan, namun penggunaan biaya harus tetap

disiapkan perusahaan dengan kisaran biaya per bulan sebesar

Rp 1.500.000.

Suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang dapat berjalan

dengan baik biayanya tidak lebih 2,5% dari penjualan (Hansen & Mowen,

1994: 398). Dari pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan,

diketahui bahwa misdruk yang terjadi cukup tinggi, untuk pencetakan

koran Kendari Pos, Rakyat Sultra dan Buton Pos sebesar masing-masing

Rp 728.000/hari, Kolaka Pos sebesar Rp 648.000/hari, dan yang terkecil

adalah Berita Kota sebesar Rp 432.000/hari. Total biaya kualitas yang

dikeluarkan untuk mencegah jumlah produk cacat hanya sebesar

Rpu9.180.000 atau 0,72% dari total penjualan sebesar

Rpu1.275.000.000/bulan. Tingginya angka kerusakan produk tentunya

menjadi sebuah kerugian bagi perusahaan karena akan menciptakan

pemborosan. Perusahaan membutuhkan suatu tindakan yang dapat

mengatasi permasalahan tersebut. Sedangkan tindakan pencegahan


60

(preventive maintenance) yang berlaku hanya sebatas pemeliharaan rutin

sederhana seperti adanya inspeksi dan perawatan harian seperti

pembersihan, pelumasan dan pengencangan komponen mesin. Dengan

penelusuran lebih lanjut kemudian dapat disusun rekomendasi usulan

tindakan yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk menekan tingkat

misdruk yang terjadi, salah satunya yaitu meningkatkan kualitas SDM

(Sumber Daya Manusia) dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengawasan atas para pekerja dengan lebih ketat dan memberikan

pelatihan kepada para pekerja serta membuat sistem penilaian kerja yang

baru dengan tujuan untuk memotivasi kinerja para pekerja agar lebih baik.

Hasil ini cukup untuk dapat membuka pandangan perusahaan

untuk meningkatkan kinerja manufakturnya terutama dalam hal

melakukan pengendalian kualitas produksi secara total agar secara

konsisten dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan menekan

tingkat kerusakan menjadi serendah mungkin.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang dapat berjalan

dengan baik biayanya tidak lebih 2,5% dari penjualan (Hansen & Mowen,

1994: 398). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari PT. Fajar Utama

Intermedia, maka dapat diambil kesimpulan yaitu penggunaan biaya

kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan rata-rata perbulannya ialah

sebesar Rp9.180.000 yang diambil dari biaya perawatan preventif dan

biaya penggunaan bahan supplies atau hanya 0,72% dari total penjualan

Rp1.275.000.000/bulan. Dimana pendapatan Rp 1.275.000.000 ini

didapatkan dari rata-rata penjualan Koran sebanyak 17.000 eksemplar/hari

dengan harga penjualan satu eksemplar sebesar Rp 2.500,-. Adapun biaya

kualitas yang dikeluarkan PT. Fajar Utama Intermedia ialah biaya

perawatan preventif yang terdiri dari pelumasan seluruh bagian dinamo

motor mesin cetak dan inspeksi dan biaya penggunaan bahan supplies

yang terdiri dari pelumasan mesin dan bahan bakar generator.

Perusahaan dapat melakukan suatu tindakan untuk menekan

tingkat kerusakan yang terjadi, salah satunya yaitu meningkatkan kualitas

SDM (Sumber Daya Manusia) dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengawasan atas para pekerja dengan lebih ketat dan memberikan

pelatihan kepada para pekerja serta membuat sistem penilaian kerja yang

61
62

baru dengan tujuan untuk memotivasi kinerja para pekerja agar lebih baik.

Perusahaan harus melakukan pengendalian kualitas produksi secara total

agar secara konsisten dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan

menekan tingkat kerusakan menjadi serendah mungkin.

5.2 Saran

Perusahaan perlu mengantisipasi faktor penyebab terjadinya

produk cacat dari ke empat unsur-unsur penyebab.

1. Man (manusia)

Perusahaan perlu mengadakan pelatihan-pelatihan baik bagi pekerja

lama maupun pekerja baru secara berkala.

2. Method (metode)

Perusahaan perlu memberikan instruksi kerja secara tertulis dengan

disertai penjelasan lisan secara terperinci yaitu dengan melaksanakan

briefing secara rutin disetiap awal dan akhir kerja.

3. Machine (mesin)

Melakukan pengecekan kesiapan mesin dengan teliti sebelum

digunakan dan ketika selesai digunakan.

4. Environment (lingkungan)

Perusahaan perlu membuat tempat penyimpanan bahan baku dan


menambah fasilitas dengan memberikan para pekerja alat pengaman
telinga agar melindungi pekerja dari suara bising yang ditimbulkan
oleh suara mesin.
Dengan demikian sekiranya perusahaan perlu menambahkan biaya

kualitas untuk mengantisipasi kerusakan produk.


DAFTAR PUSTAKA

Ahyari. 1990. Manajemen Produksi. Yogjakarta : Edisi keempat. Jilid kedua.


BPFE.
Alex. 2005. Evaluasi Pengendalian Biaya Kualitas Dalam Rangka Peningkatan
Mutu Produk Dengan Studi Kasus Pada PT. Indomulti Plasindo. Skripsi,
Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
Alisjahbana, Juita. 2005. Evaluasi Pengendalian Kualitas Total Produk Pakaian
Wanita Pada Perusahaan Konveksi. Jurnal Ventura, Vol. 8, No. 1, April
2005.
Blocher Edward J., David E. Stout, dan Garu Cokins. 2011. Manajemen Biaya
Dengan Tekanan Strategic, Terjemahan David Wijaya. Salemba Empat.
Jakarta.
Fakhri, Faiz Al. 2010. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di PT. Masscom
Grahpy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk
Menggunakan Alat Bantu Statistik. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. Semarang.
Freigenghaum, A.V. 1992. Kendali Mutu Terpadu. Salemba Empat. Erlangga.
Jakarta.
Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Hansen, Don R., & Mowen, Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen,
Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnor Kwary, 7th ed. Salemba
Empat. Jakarta.
Hansen, Don R., & Mowen, Maryanne M. Mowen, 2009. Akuntansi Manajemen,
Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnor Kwary, 7th ed. Salemba
Empat . Jakarta.
Hatani, La. 2008. Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui
Pendekatan Statistical Quality Control (SQC). Diakses 12 Maret 2010,
dari www.google.com/JurusanManajemenFEUnhalu. Universitas
Haluoleo. Kendari.
Meredith, Jack R. 1992. The Management of Operations Aconceptual Emphasis
Fourth Edition Canada. Plublished Simultaneously.
Montgomery, Douglas C. 2001. Introduction to Statistical Quality Control. 4th
Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media.
Mulyadi. 2008. Akuntansi Biaya, Edisi kelima. STIE-YKPN. Yogyakarta.
Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya, Bandung: Refika Aditama.
Prawirosentono Suyadi. 2007. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu
Abad 21, Kiat Membangun Bisnis Kompetitif. Bumi Aksara. Jakarta.
Suardi Rudi. 2003. Sistem manajemen Mutu ISO 9000:2000. PPM. Jakarta.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality, Edisi Kelima,
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Wahyuningtias, Kiki Adelina. 2013. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk
Rusak Pada CV. Ake Abadi. Jurnal Emba Vo. 1 No.3. Fakultas Ekonomi
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
LAMPIRAN
62
63

Anda mungkin juga menyukai