I. LATAR BELAKANG
Gizi memiliki peranan penting dalam pembangunan. Hubungan gizi dengan pembangunan bersifat
timbal balik, yang artinya bahwa gizi akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula sebaliknya
kondisi suatu bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya. Gizi dalam kaitannya dengan
pembangunan suatu bangsa berkaitan dengan sumber daya manusia, karena gizi sebagai sentra untuk
pembangunan manusia. Kekurangan gizi menyebabkan lambatnya pertumbuhan tubuh (terutama pada
anak), daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah sakit, kurangnya kecerdasan, dan produktivitas yang
rendah. Kekurangan gizi muncul akibat dari pola makan yang tidak seimbang, dimana asupan gizi yang lebih
sedikit daripada kebutuhan. Selain akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, kekurangan gizi juga disebabkan
oleh buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang memudahkan terjadinya infeksi, seperti diare dan
ISPA.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2010), persentase BBLR di Indonesia
sebesar 8,8 persen, anak balita pendek sebesar 35,6 persen, anak balita kurus sebesar 13,3 persen, anak
balita gizi kurang sebesar 17,9 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 12,2 persen. Dengan demikian
Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, di satu pihak mengalami kekurangan gizi di pihak lain mengalami
kelebihan gizi. Berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita Tahun 2013 Status gizi menurut indikator BB
menurut umur jumlah balita sangat kurang sebanyak 0,15 %, status gizi kurang sebanyak 4,19 %, normal
93,43 % dan lebih 1,83 %. Berdasarkan indikator BB/U yang merupakan masalah yaitu status gizi balita yang
lebih.Balita dengan status gizi sangat kurus / gizi buruk sebanyak 0,7 %. Untuk status gizi kurus sebanyak
3,32 %,. Untuk balita dengan status gizi gemuk sebanyak 8,41 %. Prevalensi balita sangat pendek 3,63 %
dan pendek 12,70 %, jika digabung maka prevalensi stunting sebanyak 16,33 %. Tetapi ada 11 puskesmas
yang prevalensi balita pendeknya > 20 %. Berdasarkan data data tersebut, Kabupaten Karawang pun
menghadapi masalah yang sama.
Mencermati perkembangan masalah gizi dan pengalaman di dalam pelaksanaan program
perbaikan gizi, maka diperlukan pergeseran orientasi program perbaikan gizi yang mengacu pada
paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan bukan hanya penyembuhan orang sakit/pemulihan kesehatan tetapi
menjadikan orang tetap dalam kondisi sehat.
Upaya perbaikan gizi mempertimbangkan beberapa hal penting sebagai berikut : Arah
perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga, untuk mencegah dan
menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih. Selain itu, sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup
seluruh kelompok siklus hidup, meliputi: bayi, balita, usia sekolah, remaja, usia produktf, dan usia
lanjut. Serta pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga, pemberdayaan
masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas sektor. Oleh
karena itu, Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) merupakan alternatif pemecahan masalah gizi di
Indonesia yang menggambarkan keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan
memecahkan masalah gizi anggota keluarganya (Depkes, 2004).
II. Pengertian
KADARZI adalah keluarga yang telah mempraktekkan perilaku gizi yang baik dan benar sesuai
kaidah ilmu gizi, dapat mengenali masalah gizi yang ada dalam keluarga atau lingkungan, serta
mampu melakukan tindak lanjut untuk mengatasi masalah gizi yang ada berdasarkan potensi yang
dimilikinya (Depkes RI 2000). Depkes RI (2007) lebih menjabarkan lagi pengertian KADARZI adalah
suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Satu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal
dengan :
1. Menimbang berat badan secara teratur
2. Memberi Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bualan (ASI eksklusif)
3. Makan beraneka ragam
4. Menggunakan garam beryodium
5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.
Maka keluarga dikategorikan pada dua kategori yaitu (1) belum KADARZI bila keluarga belum
melaksanakan kelima indikator KADARZI secara baik; dan (2) sudah KADARZI bila keluarga telah
melaksanakan kelima indikator KADARZI secara baik.
Kelima perilaku KADARZI di atas memiliki alasan masing-masing sehingga dipilih menjadi perilaku
yang sangat penting. Alasan perlunya menimbang berat badan secara teratur adalah :
- perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan
kesehatan
- menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja
- keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya
- keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas
Alasan perlunya makan beraneka ragam :
- Tubuh manusia memerlukan semua zat gizi (energi, lemak, protein, vitamin, dan mineral) sesuai
kebutuhan
- Tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap kandungan zat gizinya
- Mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung sumber energi, lemak, protein,
vitamin dan mineral untuk menjamin pemenuhan kebutuhan gizi
- Apabila tersedia pilihlah makanan yang telah diperkaya dengan zat gizi tertentu
Alasan perlunya mengkonsumsi garam beryodium :
- Zat yodium diperlukan tubuh setiap hari
- Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) menimbulkan penurunan kecerdasan, gangguan
pertumbuhan dan pembesaran kelenjar gondok
- Kandungan zat yodium dalam air dan tanah di beberapa daerah belum mencukupi kebutuhan
Alasan memberikan ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan
- ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih, dan sehat
- ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai
berusia 6 bulan (ASI Eksklusif)
- Praktis karena lebih mudah diberikan setiap saat
- Meningkatkan kekebalan tubuh bayi
- Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
Alasan pentingnya suplementasi zat gizi
- Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui meningkat dan
seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk balita, zat besi
untuk ibu hamil.
- Suplementasi zat gizi (tablet, kapsul, atau bentuk lain) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi tersebut
- Apabila kebutuhan zat-zat gizi tersebut dipenuhi dari pengkayaan makanan, maka suplementasi
zat gizi dapat dihentikan secara bertahap.
1.Baik : bila
ATAU (bila tidak ada anak sekurangnya dalam
balita) ATAU (bila tidak ada satu hari keluarga
Keluarga mengkonsumsi anak balita) makan lauk hewani
makanan pokok, lauk pauk, Menanyakan kepada ibu dan buah
sayur dan buah setiap hari tentang konsumsi lauk 2.Belum baik : bila
hewani dan buah dalam tidak makan lauk
menu anak keluarga hewani dan buah
selama 3 (tiga) hari
terakhir
1. Baik : bila garam
Menggunakan garam Keluarga menggunakan garam yang digunakan
4. beryodium beryodium untuk memasak Menguji contoh garam beryodium (warna
setiap hari yang digunakan ungu)
keluarga dengan Yodina 2.Belum baik : tidak
test / tes amilum beryodium (warna tidak
berubah/muda)
1.Baik :
Memberikan a. Bayi 6-11 bulan mendapat Lihat catatan pada bila mendapat kapsul
5. suplemen gizi sesuai kapsul vitamin A biru pada KMS/catatan biru setiap bulan Feb
anjuran bulan Februari atau Agustus posyandu/buku KIA, bila atau Agt (6-11 bln)
tidak ada tanyakan bila mendapat kapsul
kepada ibu merah setiap bulan
Feb &Agt (12-59 bln)
2.Belum baik : bila
tidak mendapat kapsul
biru/merah