Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97% air asin di lautan, 2% masih berupa es,
0,0009% berupa danau, 0,00009% merupakan air tawar di sungai dan sisanya
merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup
mahasiswa, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air
merupakan barang yang paling dominan dibutuhkan di permukaan bumi ini.
(Nugroho, A. 2006).

Air merupakan senyawa yang paling melimpah di permukaan bumi. Sifat-sifat


dari air memiliki pengaruh yang berarti untuk penyediaan air, kualitas air dan teknik
pengolahan air. (Montgomery, J.M. 1985).

Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air
akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak
digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan
mudah dapat tercemar. Air tanah dapat terkontaminasi dari beberapa sumber
pencemar, baik lokal maupun regional. (Darmono, 2001)

Air alamiah dan bahan-bahan partikulat yang berhubungan merupakan sistem


elektrolit heterogen yang rumit dan mengandung sejumlah besar spesies organik dan
anorganik tersebar di antara fase cair dan padat. (Connel, D.W. 1995)

Polusi pada air adalah adanya senyawa organik ataupun senyawa anorganik di
dalamnya. Senyawa-senyawa tersebut dapat mengganggu kualitas air dan dapat
menimbulkan resiko penyakit. Maka analisis dari air sangat dibutuhkan. (Frei, R.W
and Brinkman, U.A. 1983).

Universitas Sumatera Utara


2.2. Standar Baku Kualitas Air Minum

Standar baku kualitas air minum merupakan parameter yang digunakan untuk
menentukan kualitas air minum. Dengan standar tersebut, dapat diketahui kualitas air
minum layak atau tidak untuk diminum. Standar baku kualitas air minum harus
memenuhi kualitas secara fisika, kimia dan biologi. Standar fisika menetapkan batasan
tentang sifat fisik air. Standar kimia menetapkan tentang batasan kandungan sifat dan
bahan kimia yang terkandung didalam air minum yang masih diperbolehkan dan tidak
berbahaya untuk dikonsumsi. Standar biologi menetapkan ada atau tidaknya
mikroorganisme patogen dan nonpatogen yang terkandung atau hidup didalam air
minum.

Kehadiran besi dan mangan dalam air yang mengendap mengubah penampilan
dari air, mengubahnya menjadi keruh kuning-coklat hingga hitam. Selain itu,
pengendapan presipitat ini akan menyebabkan pewarnaan perlengkapan pipa dan
binatu. Kondisi lain yang telah dikaitkan dengan kehadiran besi dan mangan dalam
persediaan air adalah pertumbuhan mikroorganisme dalam sistem distribusi.
Akumulasi pertumbuhan mikroba dapat menyebabkan penurunan daya dukung pipa
dan penyumbatan meter dan katup. Peluruhan dari akumulasi sering menyebabkan
kerugian konsumen termasuk keluhan pada listrik sering terjadi oleh laju aliran yang
meningkat menyebabkan kekeruhan tinggi.

Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan
berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/VII/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum tersebut disesuaikan dengan Standar Internasional yang dikeluarkan oleh
WHO. Ada banyak logam yang terkandung dalam air, namun dalam penelitian ini
hanya dibatasi pada logam mangan dan nikel dimana untuk logam mangan kadar
maksimum yang diperbolehkan adalah 0,4 mg/L dan untuk nikel 0,07 mg/L.
Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengolahan air atau
kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum.

Universitas Sumatera Utara


Dengan adanya standarisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber
air untuk keperluan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

2.3. Depot Air Minum

Depot air minum merupakan usaha industri yang melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Adapun air minum
yang dimaksud adalah air baku yang telah di proses dan aman untuk diminum.
Sementara air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses menjadi air
bersih yang memenuhi persyaratan mutu sesuai peraturan menteri kesehatan untuk
diolah menjadi produk air minum.

Setiap depot air minum menurut keputusan Menperindag No 651 Tahun 2004
harus berpedoman pada cara produksi air minum yang baik pada seluruh mata rantrai
produksi air minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke konsumen,
seperti dalam bagian-bagian berikut:

a. Desain dan konstruksi depot


b. Bahan baku, mesin, dan peralatan produksi
c. Proses produksi
d. Produk air minum
e. Pemilihan sarana produksi dan program sanitasi
f. Karyawan
g. Penyimpanan air baku dan penjualan (Kacaribu,K.2008).

2.4 Kandungan Logam Berat

Universitas Sumatera Utara


Istilah logam secara khas memberikan suatu unsur yang merupakan konduktor
listrik yang baik dan mempunyai konduktivitas panas, rapatan, kemudahan ditempa,
kekerasan, dan keelektropositifan yang tinggi. Istilah logam berat digunakan secara
luas dalam literatur ilmiah untuk memberikan terhadap logam beracun. Defenisi
logam berat terutama berdasarkan (1) gaya berat spesifik logam (lebih besar dari 4
atau 5), (2) tempatnya pada Tabel Periodik, sebagai contoh, unsur-unsur dengan
jumlah atom 22-34 dan 40-52, serta lantanida dan aktinida, dan (3) tanggapan spesifik
biokimiawi di dalam hewan dan tumbuhan (Connel, D.W. 1995)
.
Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup.
Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam logam tertentu
sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena
logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup. Disamping hal
tersebut, beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan makhluk hidup.
Dalam hal ini logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan
nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat menbantu di dalam proses
fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan
organ dari makhluk yang bersangkutan. Sedangkan logam nonesensial adalah logam
yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam
jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan merusak organ
organ tubuh makhluk yang bersangkutan (Vogel, A.I. 1994).

Logam berat (heavy metal) atau logam toksik (toxic metals) adalah bentuk
umum yang digunakan untuk menjelaskan sekelompok elemen-elemen logam yang
kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Logam
berat yang terdapat baik di lingkungan maupun di dalam tubuh manusia dalam
konsentrasi yang sangat rendah disebut juga sebagai trace metals. Trace metals seperti
Cadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) mempunyai berat jenis sedikitnya 5
kali lebih besar daripada air.

Logam-logam berat yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan yang


tercemar limbah industri adalah merkuri atau air merkuri (Hg), Nikel (Ni), Kromium
(Cr), Kadmium (Cd), Arsen (As) dan Timbal (Pb). Logam-logam tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara


mengumpul di dalam tubuh suatu organism dan tetap tinggal dalam jangka waktu
lama sebagai racun yang terakumulasi. (Nugroho, A. 2006).

Di dalam air biasanya logam berikatan dalam senyawa kimia atau dalam
bentuk logam ion, bergantung pada kompartemen tempat logam tersebut berada.
Tingkat kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi, bergantung
pada lokasi , jenis kopartemen dan tingkat pencemarannya. Telah banyak dilaporkan
mengenai konsentrasi logam dalam air dan biota yang hidup di dalamnya.

Tujuan utama untuk mengetahui konsentrasi logam dalam lingkungan perairan


ialah ;
a. Mengetahui konsentrasi logam yang tinggi dalam hewan air, baik ikan air laut
maupun air tawar, yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencegah
terjadinya toksisitas kronis maupun akut pada orang yang memakannya.
b. Mengetahui konsentrasi logam yang tinggi dalam air dan sedimen, yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk memonitor kualitas air yang mungkin
digunakan sebagai irigasi ataupun air minum, yang akhirnya berakibat buruk
bagi orang yang mengonsumsinya.

Karena itu suatu pencemaran logam berat dalam lingkungan perairan perlu
diperhatikan secara serius, mengingat akan timbulnya akibat buruk bagi keseimbangan
makhluk hidup. (Darmono, 2001)

2.5. Sumber Pencemaran

Kegiatan manusia juga merupakan suatu sumber utama pemasukan logam ke dalam
lingkungan perairan. Pemasukan logam berasal dari buangan langsung berbagai jenis
limbah yang mengganggu, gangguan pada cekungan-cekungan pengairan, presipitasi
dan yang berasal dari atmosfer. Sumber-sumber utamanya sebagai berikut :

1. Kegiatan Pertambangan
2. Cairan Limbah Rumah Tangga

Universitas Sumatera Utara


3. Limbah Dan Buangan Industri
4. Aliran Pertanian (Connel, D.W. 1995).

2.6. Mangan (Mn)

Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan, merupakan logam keras,
mudah retak, serta mudah teroksidasi. Senyawa Mn secara alami berbentuk padat di
lingkungan dan hanya sebagian kecil yang berada di air dan di udara sebagai debu.

Mangan (Mn) merupakan mikronutrien essensial bagi semua makhluk hidup.


Mn bersifat essensial bagi komponen lebih dari 36 jenis enzim untuk metabolism
karbohidrat, protein dan lipid, sebagai kofaktor beberapa kelompok enzim
oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, ligase, lektin, dan integrin.

Mangan dalam dosis tinggi bersifat toksik. Paparan dosis tinggi dalam waktu
singkat menunjukkan gejala berupa kegemukan, glukosa intoleransi, penggumpalan
darah gangguan kulit, gangguan skeleton, menurunnya kadar kolesterol,
mengakibatkan cacat lahir, perubahan warna rambut, gangguan sistem syaraf,
gangguan hati, jantung, dan pembuluh vaskuler, menurunnya tekanan darah,
mengakibatkan cacat pada fetus, kerusakan otak, serta iritasi alat pencernaan.
(Widowati, W. 2008).

Besi dan mangan yang teroksida dalam air berwarna kecoklatan dan tidak
larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari
larutan batu-batuan yang mengandung senyawa Fe atau Mn seperti pyrite, kematit,
mangan dan lain-lain. (Agusnar, H. 2008).

Ada beberapa metode yang umum digunakan untuk mengamati kadar besi dan
mangan dalam air yang digunakan untuk konsumsi masyarakat. Metode utama yang
dilakukan adalah pengendapan yang diikuti dengan filtrasi. Metode kedua yang

Universitas Sumatera Utara


dilakukan adalah dengan penukar ion, dan metode ketiga adalah menstabilisasi besi
dan mangan dalam suspensi. (Connor, J.T. 1971).

2.7. Nikel (Ni)

Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempah dan
sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1445oC dan bersifat sedikit magnetis
(Vogel,A.I. 1994).

Nikel terbentuk secara alami pada kerak bumi dan tersebar di lingkungan.
Kontaminasi Ni dalam makanan pada umumnya berasal dari polusi industri, peralatan
dan bahan yang digunakan selama pengolahan bahan makanan.

Nikel merupakan zat gizi esensial yang berfungsi menstabilisasi struktur asam
nukleat dan protein serta sebagai kofaktor berbagai enzim. Nikel juga berperan
mengatur kadar lipid dalam jaringan dan dalam sintesis fosfolipid. Nikel juga
merupakan nonspesifik aktifator enzim.

Logam nikel dan senyawa nikel mrtupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu
mengandung Ni-sulfida, Ni-subsulfida dapat mengakibatkan kanker paru-paru, kanker
rongga hidung, dan kanker pita suara, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Untuk mengetahui adanya paparan Ni, bisa dilakukan analisis terhadap kadar
Ni dalam darah, urin, feses dan rambut. Konsumsi makanan mengandung Ni 600
g/hari sudah menunjukkan toksisitas pada manusia. (Widowati, W. 2008).

2.8.Reverse Osmosis

2.8.1 Cara Kerja Reverse Osmosis

Universitas Sumatera Utara


Reverse osmosis adalah proses membran dalam pemurnian air dengan menggunakan
tekanan hidrostatik untuk membawa air melalui membran semipermeabel dimana
sejumlah besar zat kontaminan akan dihilangkan.

Proses reverse osmosis menggunakan tekanan tinggi agar air bisa melewati
membran, di mana kerapatan membran reverse osmosis ini adalah 0,0001 mikron. Jika
air mampu melewati membran reverse osmosis, maka air inilah yang akan kita pakai,
tapi jika air tidak bisa melewati membran semipermeable maka akan terbuang pada
saluran khusus.

.
Proses Reverse osmosis untuk pemurnian air tidak membutuhkan energi
termal. Aliran air dengan sistem Reverse osmosis dapat diatur dengan pompa tekanan
tinggi. Pemurnian air tergantung pada berbagai faktor termasuk ukuran membran,
ukuran pori membran, suhu, tekanan operasi dan luas permukaan membran.
(Montgomery, J.M. 1985)

Proses reverse osmosis terjadi ketika tekanan osmosis membawa molekul air
melalui membran permeable pada keadaan kesetimbangan. Keadaan seperti ini dapat
kembali dengan memberikan tekanan hidrostatik pada larutan air garam yang lebih
tinggi daripada tekanan osmosisnya. (Fair, G.M. 1968).

Reverse Osmosis menjadi proses yang ekonomis karena berhasilnya


pengembangan membran khusus. Ada dua jenis proses ini : jenis bundle kapiler halus
dan jenis lembaran balut spiral. (Austin, G.T. 1985). Adapun skema proses dari skema
proses reverse osmosis diperlihatkan pada gambar berikut .

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Skematis proses reverse osmosis
(http://airreverseosmosis.wordpress.com/2009/02/16/apa-itu-reverse-osmosis)

2.8.2 Tipe Membran

Secara praktek membran reverse osmosis untuk pengaplikasiannya pada air harus
memiliki beberapa karakteristik. Pertama dan paling utama adalah dapat ditembus air
yang mengandung senyawa-senyawa lainnya dalam larutan. Kedua, rata-rata air yang
menembus permukaan membran per unit (fluks air) harus tinggi untuk memperoleh
produk yang baik agar proses analisisnya ekonomis. Ketiga, membran harus tahan
lama, secara kimia, fisika, dan biologi sera memiliki daya pakai yang lama. (Belfort,
G. 1984).

Membran yang digunakan untuk reverse osmosis memiliki lapisan yang padat
dalam matriks polimer - baik kulit membran asimetrik atau lapisan interfasial
dipolimerisasi dalam membran tipis-film-komposit di mana pemisahan terjadi. Dalam
kebanyakan kasus, membran ini dirancang untuk memungkinkan air hanya melewati
lapisan padat, sementara mencegah bagian dari zat terlarut (seperti ion garam).

Ukuran pori membran dapat bervariasi dari 0,1 nanometer sampai 5.000
nanometer tergantung pada jenis filter. "Partikel filtrasi" menghilangkan partikel dari
1 mikrometer atau lebih besar. Mikrofiltrasi menghilangkan partikel dari 50 nm atau
lebih besar. "Ultrafiltrasi" menghilangkan partikel sekitar 3 nm atau lebih besar.
"Nanofiltrasi" menghilangkan partikel dari 1 nm atau lebih besar. Bahan yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan sebagai membran bisa berupa selulosa asetat (lebih cocok untuk air payau)
atau poliamida (cocok untuk air laut). (Austin, G.T. 1985)

2.8.2 Kelebihan dan Kekurangan Reverse Osmosis

Sistem pengolahan reverse osmosis jika dibandingkan dengan pengolahan air minum
lain seperti sistem ultra violet, perebusan, sedimentasi, ozonisasi dan pengolahan air
minum lainnya, teknologi pengolahan air sistem reverse osmosis (RO) adalah sistem
pengolahan air minum terbaik untuk menghasilkan air minum bersih, steril, sehat.
Kelebihan air hasil dari sistem reverse osmosis adalah bebas dari semua bahan
pencemar air seperti virus, bakteri, bahan kimia dan logam berat. Dengan kualitas air
yang baik maka sistem reverse osmosis memberikan jawaban atas tingginya
pencemaran air sekarang ini, sekaligus mampu memenuhi kebutuhan akan air bersih
dan sehat.

Berikut adalah perbandingan sistem reverse osmosis dengan pemurnian air


lainnya.

Tabel 2.1. Perbandingan Metode-metode Pemurnian Air

No Metode Pemurni Air Kekurangan dan Kelebihan


1. Air Murni Reverse a. Air murni dengan kandungan oksigen yang tinggi
dapat menguatkan sel-sel dan organ-organ tubuh,
Osmosis
meningkatkan daya tahan dan daya penyembuhan
tubuh.
b. Bebas dari segala jenis logam berat, kotoran dan
kuman. Mengandung zat mineral tanpa ion.
c. Dapat diminum langsung, nikmat rasanya, air
minum yang ideal untuk olahragawan.

2. Air Penukaran Ion a. Biaya operasi tinggi dan memerlukan


penyelengaraan yang profesional
b. Hanya membuang logam berat tetapi masih
mengandung banyak natrium yang dapat
mengakibatkan hipertensi, pengapuran pembuluh
darah dan masalah jantung.
c. Bahan-bahan organik, bakteri dan virus tidak
dapat disaring.

Universitas Sumatera Utara


3. Air Penyulingan a. Biaya tinggi, penggunaan secara terus menerus
akan memboroskan listrik dan harus selalu
membersihkan endapan yang tertinggal secara
rutin.
b. Hasilnya dianggap sebagai air mati karena
kekurangan oksigen dan berbau
c. Gagal untuk membuang bahan organik seperti
triklorometana.

4. Air dari Penyaringan a. Mutu berbeda dan terdapat perbedaan besar


dalam hasil.
Karbon Teraktif
b. Tidak dapat membuang virus, logam berat,
asbestos, nitrat dan bahan lain-lain.
c. Mudah menjadi tempat pembiakan kuman dan
bakteri

5. Pengendapan a. Kualitas tidak stabil, perbedaannya besar


b. Tidak dapat membuang bakteri, logam berat,
asbestos, nitrat, garam, dsb
c. Tempat pembiakan bakteri.

6. Air Mendidih a. Berfungsi untuk membunuh bakteri, tapi sisanya


tetap tertinggal dalam air.
b. Mempercepat reaksi antara bahan organik untuk
bergabung dengan klorin yang membentuk
triklorometana.
c. Pada saat mendidih terjadi uap air (penguapan).
Hal ini menyebabkan bertambahnya kepekatan
bahan pencemaran air dan sisa kalsium.

7. Sterilisasi Ozon a. Hanya dapat membunuh bakteri, hasilnya lebih


buruk dibandingkan dengan metode pendidihan.
b. Biaya tinggi, harus menukar tabung lampu setiap
3-6 bulan
c. Tidak dapat menyaring keluar bahan pencemar.

8. Air Hasil Cahaya Ultra a. Dapat membunuh bakteri, tetapi kurang efektif
dibandingkan dengan air mendidih.
Violet
b. Biaya tinggi, memerlukan penukaran tabung
lampu setiap 3-6 bulan
c. Selain membunuh bakteri, ia tidak dapat
menghapus kotoran lain.

9. Air Mineral a. 45% dari air mineral di pasaran mengandung


bahan fosforus
b. Mutu berubah dan kebersihan tidak terjamin.
c. Mahal.

Dari perbandingan di atas, dapat diketahui bahwa pengolahan air dengan


sistem reverse osmosis merupakan metode pemurnian yang lebih baik dibanding

Universitas Sumatera Utara


dengan metode pemurnian yang lain (http://yukiwaterfilter.wordpress.com/2011/01
/17/kelebihan-sistem-penyaringan-reverse-osmosis-dengan-sistem-penyaringan-yang-
lain).

Kekurangan Reverse Osmosis antara lain adalah :


Investasi dan biaya operasional tinggi
Kapasitas air terbuang besar
Diperlukan pretreatment yang baik
Resiko pemampatan pada membran
Toleransi terhadap kenaikan debit air
Daya listrik lebih besar

Resiko pemampatan membran reverse osmosis adalah terjadinya fouling dan


scalling. Fouling dapat didefinisikan sebagai proses terbentuknya lapisan oleh material
yang tidak diinginkan pada permukaan membran. Secara teknis, scaling didefinisikan
sebagai akumulasi kerak (scale) akibat adanya peningkatan konsentrasi dari materi
anorganik yang melewati hasil kali kelarutannya pada permukaan membran dan
menyebabkan penurunan kinerja membran sehingga definisi fouling sudah termasuk
scaling. Dalam penggunaannya, istilah fouling lebih banyak pada materi biologis dan
koloid, sedangkan istilah scaling digunakan untuk pengendapan garam atau mineral
anorganik. (Tzotzi, C, 2007)

2.9. Spektrofotometri Serapan Atom

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5
nm, sedang kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu

Universitas Sumatera Utara


unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak
energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi.

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propana, butana, hidrogen dan
asetilen, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, N2O dan asetilen. Logam-
logam yang mudah diuapkan seperti Cu, Pb, Zn, Cd, umumnya ditentukan pada suhu
rendah sedangkan untuk unsur-unsur yang tak mudah diatomisasi diperlukan suhu
tinggi. Suhu tinggi dapat dicapai dengan menggunakan suatu oksidator bersama
dengan gas pembakar, contohnya atomisasi unsur seperti Al, Ti, Be perlu
menggunakan nyala oksida asetilena atau nyala nitrogen oksida asetilena sedangkan
untuk atomisasi unsur alkali yang membentuk refraktori harus menggunakan
campuran asetilena udara. (Khopkar, S.M. 2007)

Perbedaan prinsip dengan spektrofotometri emisi atom menyangkut metode


dan instrumentasi. Pada Spektrofotometri serapan atom terjadi penyerapan sumber
radiasi (di luar nyala) oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang berada dalam
nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas tadi biasanya
radiasi sinar tampak atau ultraviolet. Spektrofotometri serapan atom kegunaannya
lebih ditentukan untuk analisis kuantitatif logam-logam alkali dan alkali tanah. (Mulja,
M. 1995).

Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan spektrofotometer serapan atom,


maka sampel harus dalam bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus
diperlakukan sedemikian rupa yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis
sampel. Yang penting untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dianalisis
haruslah sangat encer.
Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu :
Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai
Sampel dilarutkan di dalam suatu asam
Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur dahulu dengan basa kemudian
hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara


Metode pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan
spektrofotometer serapan atom, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan
harus jernih, stabil dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. (Rohman, A.
2007).
Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Tabung Penguat arus
katoda Pemotong M onokrom ator D etektor Pencatat
searah
cekung berputar Nyala

M otor B ahan
Sum ber C ontoh O ksigen
bakar
tenaga

Gambar 2.2. Komponen-komponen spektrofotometer serapan atom (Day,


R.A.Jr.,Underwood A.L. 1988).

1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri
atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri
berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam
tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan
rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu
yang lebih rendah.

2. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis
harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada
berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi
uap atom-atom yaitu dengan nyala dan tanpa nyala.
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi
bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.

Universitas Sumatera Utara


b. Tanpa nyala (flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala,
tetesan sampel yang masuk kedalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi kurang
sempurna. Oleh karena itu muncullah suatu teknik atomisasi yang baru yakni
atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit. Sampel
diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan system
elektris dengan cara melewatkan arus listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat
yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral (Rohman, A. 2007).

3. Monokromator
Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari radiasi
energi yang mencapai detektor. Pada hakekatnya mungkin saja dapat dianggap
sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah yang spesifik,
yang mana spectrum transmisi yang tidak sesuai akan ditolak. Idealnya monokromator
harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena ada beberapa unsur yang mudah
dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell, 1991).

4. Detektor
Detektor dapat diatur sedemikian rupa pada nilai frekuensi tertentu, sehingga tidak
memberikan respon terhadap nilai emisi yang berasal dari eksitasi termal.

5. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem
beberapa pencatat hasil (Khopkar, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai