Pada reaksi pertama, karbon dioksida dikonversi menjadi amonium karbamat dan
reaksi berlangsung dengan cepat dan bersifat eksotermis. Pada reaksi kedua, amonium
karbamat diurai untuk membentuk urea dan air. Reaksi kedua berlangsung dengan lambat
dan bersifat endotermik. Konversi karbon dioksida menjadi urea yang didapatkan sekitar
60%.
Reaksi samping, yaitu pembentukan biuret, dapat terjadi saat recovery dan
purifikasi urea akibat dari temperatur yang tinggi, waktu tinggal yang tinggi atau rendahnya
jumlah air. Reaksi pembentukan biuret adalah
2. Bahan Baku
a. Amonia
Ammonia merupakan senyawa berbentuk gas yang cukup stabil pada suhu
kamar dengan titik didih -33oC. Gas ammonia lebih ringan daripada udara dan
mempunyai bau yang khas dan tajam. Ammonia bereaksi dengan air menghasilkan ion
ammonium (NH4)+ dan ion hidroksida (OH)-.
Ammonia merupakan basa lemah, pada suhu kamar hanya 1 dari 200 molekul
ammonia yang berupa ion (NH4)+ dalam air. Sebagian besar (80%) ammonia yang
diproduksi di dunia digunakan sebagai bahan pupuk, sisanya digunakan di berbagai
jenis industri antara lain fiber, pakan ternak, dan peledak.
Reaktor sintesis urea selalu mengandung karbamat yang tidak bereaksi dan sisa
amonia yang jumlahnya bergantung pada komposisi feed. Masalah ini dapat diatasi dengan
memisahkan material yang tidak bereaksi dari larutan urea dan menggunakan kembali
material yang tidak bereaksi tersebut. Berdasarkan metode untuk penggunaan kembali
material yang tidak bereaksi, proses sintesis urea secara komersial dibagi menjadi beberapa
kategori:
c. Proses Daur Ulang Karbamat Internal (Internal Carbamate Recycle Urea Process)
Karbamat yang tidak bereaksi dan sisa amonia dipisahkan dari efluen reaktor
sintesis urea dengan menggunakan gas karbon dioksida atau amonia panas pada tekanan
reaktor. Gas karbon dioksida dan amonia kemudian dikondensasi dan dikembalikan ke
reactor dengan aliran gravitasi.
Snamprogetti (Italia)
Gambar 2. Proses Snamprogetti
Proses ini berdasarkan prinsip dari teknik daur ulang karbamat internal dan
biasanya disebut proses stripping Snam NH3. Perbedaan antara proses Snam dan
proses daur ulang larutan karbamat konvensional adalah pada proses Snam,
karbamat yang tidak terkonversi dipisahkan (stripped) dan didapatkan kembali dari
larutan efluen reaktor sintesis urea pada tekanan reaktor, kemudian dikondensasi
menjadi larutan dengan kondenser steam bertekanan tinggi dan dikembalikan ke
reaktor dengan gravitasi. Sebagian dari feed reaktor amonia cair, yang divaporisasi
dalam alat penukar panas steam, akan digunakan sebagai gas inert untuk
mendekomposisi dan memisahkan (strip) amonium karbamat dalam stripper
bertekanan tinggi.
Reaktor beroperasi pada tekanan sekitar 130 atm dan temperatur 180-190 OC.
Stripper beroperasi pada tekanan 130 atm dan temperatur 190 OC. Gas stripper akan
dikondensasi dalam kondenser shell dan tube vertikal, yang beroperasi pada
tekanan 130 atm dan temperatur 148-160 OC. Steam dengan tekanan rendah
diproduksi dalam kondenser karbamat bertekanan tinggi. Larutan produk urea, yang
meninggalkan stripper dan masih mengandung 2-3% karbamat tidak bereaksi, akan
dihilangkan gasnya dalam sistem dekomposisi-absorpsi tekanan rendah. Larutan
amonium karbamat yang didapatkan akan dipompa kembali ke dalam reaktor.
Stamicarbon (Belanda)
Gambar 3. Proses Stamicarbon
Proses stripping CO2 dilakukan pada tekanan sintesis oleh aliran umpan reaktor
gas CO2 dalam alat penukar panas vertikal. Stripper tekanan tinggi beroperasi pada
tekanan 140 atm dan temperatur 190 OC. Larutan urea yang mengalami proses
stripping masih mengandung 15% karbamat yang tidak terkonversi dan selanjutnya
diturunkan tekanannya sampai 3 atm untuk menghilangkan gas lebih lanjut dalam
dekomposer tekanan rendah pada temperatur 120 OC. Gas stripping akan
dikondensasi dengan air pendingin dalam kondenser tekanan rendah yang
beroperasi pada 65 OC dan 3 atm. Larutan kondensat kemudian dipompa menuju
kondenser bertekanan tinggi dengan menggunakan pompa karbamat bertekanan
tinggi. Gas dari stripper bertekanan tinggi akan dikondensasi dalam kondenser
bertekanan tinggi yang beroperasi pada 170 OC dan 140 atm. Kalor kondensasi
dihilangkan dari shell kondenser dengan menguapkan jumlah kondensat yang
ekuivalen. Steam 3.4 yang diproduksi dapat digunakan kembali di bagian lain
pabrik.
Campuran gas dan cairan dari kondenser bertekanan tinggi akan diumpankan
ke reaktor untuk kondensasi total CO2 menjadi karbamat dan konversi selanjutnya
menjadi urea. Inert akan dihilangkan dari reaktor melalui kondenser vent.
c. Konsentrasi Urea
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air sampai 1%. Alat yang
digunakan adalah konsentrator vakum dalam dua tahap. Larutan yang meninggalkan
Low Pressure Decomposer bagian bawah dengan urea sekitar 72% akan dikirim menuju
konsentrator vakum pertama yang beroperasi pada tekanan 0.23 ata. Campuran dua fasa
akan keluar kemudian masuk ke dalam separator gas cair. Gas (uap) akan dipisahkan
oleh sistem konsentrator pertama dan cairan akan masuk ke dalam konsentrator kedua
yang beroperasi pada tekanan 0.03 ata. Kedua konsentrator menggunakan steam pada
tekanan 4.5 ata.
d. Prilling Urea
Urea cair yang meninggalkan separator vakum kedua akan diumpankan ke
dalam prilling bucket dengan menggunakan pompa sentrifugal. Urea yang keluar dari
prilling bucket akan berbentuk tetesan yang jatuh di sepanjang menara prilling dan
berkontak dengan aliran udara dingin yang menyebabkan pengerasan (solidifikasi).
Hasil urea padat akan dikirimkan dengan menggunakan screening untuk menahan
gumpalan urea. Hasil tersebut kemudian dibawa ke mesin penimbangan dengan
menggunakan konveyor dan menuju bagian penyimpanan.