Anda di halaman 1dari 19

Manfaat Teori Perdagangan

Disusun Oleh :

Ami Suhaimy (15.31.0575)

Gt. Firdha Biyandra S (15.31.0541)

Ariyadi Putra (15.31.)

Dosen Pembimbing:

Deli Anhar M,Ap

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
menjadikan bumi beserta isinya dengan begitu sempurna dserta hidayah Nya,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan dengan mempersembahkan sebuah makalah
yang berjudul MANFAAT TEORI PERDAGANGAN . Ucapan terima kasih dan
rasa hormat Penulis kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini.Akhir kata, Penulis sampaikan bahwa tiada
makalah yang sempurna tanpa uluran tangan pemerhatinya. Oleh karena itu, kritik
serta saran sangat Penulis harapkan dari pembaca sekalian yang bersifat membangun,
agar demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang. Semoga makalah ini
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi
semua pihak.

Banjarmasin, 23 Oktober 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Pembatasan masalah............................................................................
C. Rumusan masalah................................................................................
D. Tujuan...................................................................................................
E. Manfaat................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................
Teori perdagangan internasional....................................................................
a. Teori klasik............................................................................................
1. Merkantilis.............................................................................................
2. Adam smith...........................................................................................
b. Teori modern.........................................................................................
1. John Stuart Mill dan David Ricardo.....................................................
2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)...............................................................
1.1 Produk Domestik Bruto (PDB)...............................................................
1.2 PDB Atas Harga Berlaku dan Harga Konstan........................................
1.3 Teori Konsumsi........................................................................................
1.4 Teori Pajak................................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori perdagangan adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi


perdagangan serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara.
Disamping itu, teori perdagangan juga dapat menunjukkan adanya
keuntungan yang timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from
trade). Teori yang menjelaskan tentang perdagangan pada dasarnya dibagi
atas tiga kelompok besar, yaitu: teori praklasik merkantilis, Teori Klasik, dan
teori modern.

Negara-negara yang melakukan perdagangan seperti perdagangan


internasional antara lain disebabkan dua alasan berikut.Pertama, negara-
negara yang berdagang karena berbeda satu sama lain (berbeda dalam
kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya), setiap
negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui
pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih
baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai
skala ekonomi (economies of scale) dalam produksinya. Maksudnya, Jika
setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka
dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar
dan karenanya lebih efisien dibandingkan mereka menghasilkan segala jenis
barang.

Secara lengkap perkembangan teori perdagangan adalah sebagai


berikut :
1. Teori pra-klasik merkantilisme

2. Teori klasik

a) Keuntungan absolut (absolute advantage) oleh Adam Smith

b) Keuntungan relatif (comparative advantage) oleh John Stuart Mill

c) Biaya relatif (comparative cost) oleh David Ricardo

3. Teori Modern

a) Faktor proporsi oleh Hecksher-Ohlin

b) Kesamaan harga faktor produksi (factor price equalizati-on) oleh


Paul Samuelson

c) Permintaan dan penawaran (teori parsial).

B. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman maka pembahasan masalah, kami


membatasi dan menetapkan objeknya yaitu hanya mengenai tentang
perkembangan teori perdagangan internasional mulai dari teori merkantilis,
teori klasik sampai dengan teori modern.( heckscher-ohlin )

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, kami merangkum beberapa


rumusan masalah yang diangkat antara lain :

1. Siapa sajakah yang mencetuskan beberapa teori mengenai perdagangan?


2. Bagaimanakah perkembangan teori perdagangan ?

3. Bagaimanakah pendapat para ahli mengenai perdagangan internasional ?

D. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah yang mengenai tentang perkembangan teori


perdagangan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Membekali mahasiswa dalam mengetahui teori-teori yang dicetuskan oleh


beberapa tokoh mengenai teori perdagangan internasional

2. Untuk mengetahui perkembangan teori perdagangan internasional

3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pencetus teori perdagangan internasional

4. Untuk mengetahui aspek-aspek apa sajakah yang dibahas dalam setiap teori
yang dikemukakan oleh para ahli.

E. Manfaat Penulisan

1. Memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai perkembangan teori


internasional

2. Memberikan referensi tambahan bagi mahasiswa selain literature yang


dipakai dalam mengajar.

3. Memberikan pengkajian yang lebih signifikan mengenai teori


perdagangan internasional.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Perdagangan

Perdagangan dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek


ekonomi yang satu dengan subyek ekonomi yang lain, baik mengenai barang
ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk
yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor,
perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang
dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000).

Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar


menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.
Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung
rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan
kemudian menetukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak
(Boediono, 2000). Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan tentang
timbulnya perdagangan internasional.

a. Teori Klasik

1. Merkantilis

Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya


cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah
dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit
mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya
akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam
mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan
perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan
kuatlah negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah harus
menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan
mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-
barang mewah). Namun, oleh karena setiap negara tidak secara
simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, juga karena jumlah
emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah
Negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan
mengorbankan negara lain.

Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia


ini sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama
kaum merkantilis adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin
kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak emas
dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan
bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat
melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan
angkatan bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan
sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni. Selain
itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam
sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis.

Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor,


pemerintah akan dapat mendorong output dan kesempatan kerja
nasional.

2. Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan
adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi.
Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis
yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari
surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai
dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan
dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan
tersebut. Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang
tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan
biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu
karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang
tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith
merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu
barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang
lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada


besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal
dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional.
Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada
variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan
banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin
tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of value).

Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana


menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat
sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga
kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan satu-satunya faktor
produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen,
faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak
bebas, dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya
hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor
produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang
yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum
dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit
tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-
masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.

b. Teori Modern

1. John Stuart Mill dan David Ricardo

Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan


menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang
memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang
yang dimiliki comparative disadvantage (suatu barang yang dapat
dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau
dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar). Teori ini
menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya
tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang
tersebut.

Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat


menerangkan berapa nilai tukar dan berapa keuntungan karena
pertukaran di mana kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh
teori absolute advantage. David Ricardo (1772-1823) seorang
tokoh aliran klasik menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau
barang tersebut memiliki nilai kegunaan.
2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola


perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk
mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi
yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin,
suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu
keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi.

a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan


oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang


dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan
proporsi faktor produksi yang dimilikinya.

c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan


spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena
negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan
murah untuk memproduksinya.

d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-


barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi
yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.

2. Produk Domestik Bruto (PDB)


PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai
perkembangan ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini
mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara. Pada
umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat dari pendapatan
nasionalnya sebagai gambaran, Bank Dunia menentukan apakah suatu negara
berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui
pengelompokan besarnya PDB, dan PDB suatu negara sama dengan total
pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian.

Menurut Samuelson (2002), PDB adalah jumlah output total yang


dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB
mengukur nilai barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara
tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu.
Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya
tidak dimasukkan ke dalam PDB. Sebagai gambaran PDB Indonesia baik oleh
warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada
di Indonesia tetapi tidak diikuti sertakan produk WNI di luar
negeri (Herlambang, 2001). Sukirno (2002) mendefinisikan PDB sebagai
nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor
produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing. Sedangkan
Wijaya (1997) menyatakan bahwa PDB adalah nilai uang berdasarkan harga
pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu
perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu biasanya satu tahun. Secara
umum PDB dapat diartikan sebagai nilai akhir barang-barang dan jasa yang
diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu (biasanya satu
tahun).

3. PDB Atas Harga Berlaku dan Harga Konstan


Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah
ditetapkan pasar.

1) PDB Harga Berlaku. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah


nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam
periode tertentu menurut/berdasarkan harga yang berlaku pada periode
tersebut.

2) PDB Harga Konstan. Pendapatan nasional pada harga konstan adalah


nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam
periode tertentu, berdasarkan harga yang berlaku pada suatu tahun
tertentu yang dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya dalam
menilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan pada periode/tahun
berikutnya. Pendapatan nasional pada harga konstan = Pendapatan
Nasional riil. Menurut Mulyono dalam Hanton (2002),

3. Teori Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang


dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang
yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan,
pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan
pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan
oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi
(Dumairy, 2004).

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat


dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual.
Pertama dan terpenting, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi
marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap
tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi
marginal merupakan rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan
pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi
perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari
umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa
rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia
percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya
menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si
miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan
konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes
menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.

4. Teori Pajak

Teori klasik tentang sistem perpajakan yang baik dimulai sejak Adam Smith
dalam bukunya .The Wealth of Nations. (Waluyo, 2006) yang menyatakan bahwa
penungutan pajak hendaknya didasarkan pada:

a. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang
pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to
pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib
pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan
kepentingan dan manfaat yang diminta.

b. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,


wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang

terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

c. Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat

yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat wajib pajak

memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn.

d. Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak
diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.
Azas keadilan dalam sistem perpajakan telah banyak didiskusikan secara luas, dan hal
ini merupakan bagian terpenting dalam mengevaluasi setiap pengajuan dalam
pembuatan kebijakan perpajakan. Musgrave Laksana (2001) memberikan pandangan
yang adil tentang distribusi beban pajak, beban administrasi dan pengaruh insentif
pajak terhadap penerimaan pajak. Diantara keempat azas di atas, Musgrave juga
menekankan pada tiga azas lainnya yaitu: azas netralitas (neutrality), azas perbaikan
(reformation), dan azas kestabilan dan pertumbuhan (growth and stability).

Di negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya


berasal dari pajak langsung dan pajak tak langsung. Menurut Nafziger
(1990) dalam Yuzrat and Makhfatih (Nasution, 2003) menyebutkan bahwa proporsi

PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang lebih rendah daripada
pajak langsung dari negara-negara maju. Hal ini dikarenakan pada negara-negara
yang sedang berkembang lebih rendah golongan berpenghasilan tingginya. Dalam
perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung
menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diiringi dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduknya. Dalam jangka
panjang peranan pajak langsung akan semakin penting seiring dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin pesat dan ditunjang pula dengan teknologi canggih menuju
era globalisasi. Selain berfungsi sebagai pemerataan karena struktur tarifnya bersifat
progresif, perkembangan hubungan internasional yang semakin maju kearah liberal
dan global mengharuskan pemerintah untuk menurunkan tarif impornya dalam rangka
peningkatan daya saing ekonomi domestic di ekonomi dunia. Konsekuensinya
penerimaan pajak tidak langsung akan menjadi turun. Alternatifnya adalah
memobilisasi penerimaan pajak yang bertumpu pada pajak langsung seperti pajak
penghasilan.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas,maka kami dapat menyimpulkan bahwa:

1. Dalam perjalanannya pemikiran Adam Smith maupun David Ricardo sedikit


banyak mempegaruhi teori perekonomian dunia. Teori Komparatif Ricardo bisa
dikatakan menjadi sebuah titik awal ekspansi perusahaan-perusahaan untuk
melakukan transaksi maupun perdagangan dengan dunia di luar negara asalnya. Jika
dilihat dari perspektif hubungan internasional, semakin maraknya Multinational
Corporations (MNCs) maupun Transnational Corporations (TNCs) berkembang di
dunia ini, yang di dalam ilmu hubungan internasional merupakan sebuah kajian
dalam diskurus Transnasionalisme sedikit banyak juga bisa dikatakan terpengaruh
oleh pemikiran Ricardo maupun Smith.

2. Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang


menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan
negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak
memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan
perdagangan internasional.

3. Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin


merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam
Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang
mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini
memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh
dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian
tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh
dan modal dalam negara.

4. Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan


dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih
rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari
sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan
dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan
internasional.

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh
perbedaan dalam faktorpendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara
akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh
kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang
langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks
Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan
bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif
dibanding memiliki kecukupan modal dan sebagainya.

B. Saran

Sebaiknya teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli diterapkan sebagai fundamen
agar ekonomi Indonesia bias membaik. Pengelolaan dan tata cara serta penerapannya
harus di aplikasikan kedalam system prekonomian Indonesia sehingga teori-teori ini
tidak menjadi sekedar teori, akan tetapi dapat dipahami dan diterapkan secara
maksimal mengingat ekonomi RI masih lemah.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional 1 : Konsep dan Teori, Refika
Aditama, Bandung, 2006, hal. 41 bid, hal. 41

Lia Amalia, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal. 10

Ir. Sahibul Munir, SE, M.Si, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta, Pusat
Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana (UMB),

http://www.scribd.com/doc/46099191/Perkembangan-Perdagangan

http://trionoakhmadmunib.blogspot.com/2011/02/teori-perdagangan.html

Anda mungkin juga menyukai