Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


(DERAJAT MANUSIA)

DOSEN PEMBIMBING:
DRS. DELI ANHAR MAP

DISUSUN OLEH:

AMI SUHAIMY 15.31.0575


EKA PUTRIANI 15.31.0620

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
(UNISKA)
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
2016 / 1436 H
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan, kehadirat Allah SWT sang maha pencipta yang
telah memberikan limpahan rahmat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas ini. Adapun
makalah yang telah diselesaikan, berjudul. Sila Kedua dalam Konteks Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab . Makalah ini merupakan sebagai salah satu tugas pokok pada mata kuliah
Pendidikan Pancasila Makalah ini masih banyak kekurangan, mohon dimaklumi karena
penulis sendiri menyadari kemampuan penulis masih banyak sekali kekurangannya.
Untuk itu diharapkan kritik dari rekan-rekan semua terutama kepada dosen pembimbing
agar memberikan kritik kepada penulis, agar kedepannya penulis bisa lebih baik dan lebih
sempurna dalam membuat makalah.
Semoga nantinya makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun untuk generasi
berikutnya. Aamiin Yarabbal Alaamiin.

Banjarmasin, 12 April 2016

Penyusun

Ami Suhaimy & Eka Putriani


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang.....................................................................................................................
I.II Tujuan.................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
II.I Kemanusiaan yang Adil dan Beradab................................................................................
II.II Pengertian Manusia .........................................................................................................
II.III Kualitas Manusia ............................................................................................................
II.IV Perbudakan, Penghambaan,dan Pengabdian ...................................................................
II.V Pengertian Hak Asasi Manusia .........................................................................................
BAB III PENUTUP
III.I Kesimpulan .......................................................................................................................
III.II Saran ................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang

Pasal 1 : Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang
sama. Mereka di karuniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan.
Pasal 2 Ayat 1: Setiap orang berhak atas semua hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang
tercantum didalam pernyataan ini dengan tak ada kecuali apapun, seperti
bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pendapat lain, asal mula
kebangsaan atau kemasyarakatan, milik, kelahiran ataupun kedudukan.
Mengenai makalah ini kami buat karena supaya kita mengetahui tentang persamaan hak
dan bagaimana pelaksaan persamaan hak dalam kehidupan bermasyarakat, dan masi banyak
terjadi ketidak adilan dalam kehidupan ini,di sebabkan karena tradisi, tingkatan sosial,
kedudukan atau jabatan dan lain sebagainya.

I.II Tujuan

1.Agar kita memahami konsep persamaan hak


2.Agar kita mengetahui bagaimana persamaan hak dalam kehidupan bermasyarakat
3.Agar kita menghargai persamaan hak kita dan hak orang lain
4.Sebagai syarat perkuliahan filsapat pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

II.I Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sebagai mahluk tuhan manusia mempunyai sifat-sifat yang merupakan esensi dan
identitas manusia yang berpangkal pada potensi-potensi yang dimilikinya. Sifat-sifat yang
demikianlah yang disebut dengan kemanusiaan, atau dengan kata lain kemanusian berarti,
sifat manusia yang merupakan esensial dan identitas manusia karena martabat
kemanusiaanya. Dalam segala tindakan dan keputusan yang dibuatnya manusia itu haruslah
mendasarkan kepada norma-norma yang Objektif dalam arti bahwa semua tindakan dan
putusan haruslah menurut norma-norma baik norma agama dan norma hukum, itulah yang
disebut dengan keadilan.
Hubungan manusia dalam masyarakat harus dilihat dengan bertitolak dari keselarasan
dan keseimbangan. Harus ada keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara manusia
pribadi dengan masyarakatnya. Keselarasan, keseimbangan dan keserasian hubungan
manusia dalam masyarakat hanya mungkin dapat dipertahankan dan kembagkan bila setiap
insane Indonesia memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dan ini akan
mencerminkan dalam sikap hidup dan tingkah laku sebagai berikut:
Setiap insan Indonesia harus menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusian. Tidak
ada perbedaan derajat manusia. pengakuan terhadap persamaan hak dan derajat. Dan
persamaan hak kewajiban adalah mutlak dan perlu. Pengakuan terhadap persamaan manusia
harus terlihat dalam rasa cinta sesama manusia. dalam segala tindakan harus selalu
dikembangkan sikap tenggang rasa. Sikap hidup enak sendiri harus dibuang jauh-jauh.
Semua tindakan hendaknya enak bagi diri sendiri dan enak bagi orang lain.
Seperti pepatah minang mengatakan lamak dek awak, katuju dek urang. Sikap enak
sendiri akan menimbulkan perbuatan semena-mena dan ini akan dapat berakibat tindakan
menghakimi diri sendiri suatu sikap yang bertentangan dengan harkat kemanusiaan dan
keadilan. Sikap saling mencintai sesame manusia harus dijelmakan dalam kegemaran
melakukan kegiatan kemanusian dalam hubungan ini setiap orang harus berani membela
kebenran dan keadilan.
II.II Pengertian Manusia
Manusia sebagai mahluk ciptaan manusia pertama-tama berhubungan dengan khalifahya
yakni allah yang maha kuasa. Hubungan ini disebut hubungan pertikal. Hubungan manusia
dengan tuhan yang menciptakannya menimbulkan kesadaraan setaip insane untuk patuh dan
mengabdi kepada tuhan yang maha esa menurut tuntutan agama dan kepercayaannya
masing-masing. Lalu hubungan manusai dengan alam sekitar terutama dengan manusia
lainnya yang disebut hubungan horizontal, Manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain.
Hidup manusia baru mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusai lain, dengan kata lain
manusia baru bernama manusia kalau ia hidup dengan manusia lainnya.
Manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan diciptakan memiliki kedudukan dan martabat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahluk-mahluk lainya.hal ini disebapkan oleh
karena kepada manusia diberikan oleh tuhan potensi-potensi yang lebih dari pada apa yang
diberikan kepada mahluk-mahluk lainnya. Manusia memiliki potensi fikir, rasa,karsa dan
keyakinan. Dengan potensi-potensi itu manusia memiliki nafsu dan akal, mahluk lain hanya
memiliki satu potensi dari dua potensi yang dimiliki manusia itu. Demikianlah misalnya
malaikat hanya memili akal dan hewan hanya memiliki nafsu.
Kedua potensi yang dimiliki manusia itu adalah merupakan dua kekuatan yang
bertentangan satu sama lainnya. Ketingian martabat manusia itu terletak dalam
kemampuannya dalam mengendalikan, bahkan mengharmoniskan kedua potensi yang
bertentangan tersebut. Sebagai mahluk tuhan manusia mempunyai sifat-sifat yang
merupakan esensi dan identitas manusia yang berpangkal pada potensi-potensi yang
dimilikinya. Sifat-sifat yang demikianlah yang disebut dengan kemanusiaan, atau dengan
kata lain kemanusian berarti, sifat manusia yang merupakan esensial dan identitas manusia
karena martabat kemanusiaanya.
Dalam segala tindakan dan keputusan yang dibuatnya manusia itu haruslah mendasarkan
kepada norma-norma yang Objektif dalam arti bahwa semua tindakan dan putusan haruslah
menurut norma-norma baik norma agama dan norma hukum, itulah yang disebut dengan
keadilan.

II.III. Kualitas Manusia


Oleh karena manusia itu memiliki potensi fikir dan rasa dan sebagainya itu maka manusia
di sebut sebagai mahluk berbudaya dalam arti beradap, memilki rasa kesopanan, kesusilaan
atau moral. Oleh karenanya disamping didarkan kepada norma-norma agama dan norma-
norma hukum tindakan dan keputusan selalu berdasarkan nilai-nilai budaya, terutama norma-
norma sosial dan kesusilaan atau moral.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemanusiaan yang adil dan beradap adalah
kesadaraan sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani
manusia dalam hubungannya dalam norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik
terhadap pribadi, sesama manusia manusia maupun terhadap alam dan hewan. Oleh kerena
semua manusia itu seperti sudah diyakini adalah ciptaan tuhan, maka semua manusia itu
adalah sama. Manusia diciptakan oleh tuhan sebagai suatu umat. Tidak ada perbedaan derajat
antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Manusia mempunyai derajat yang sama, tidak ada manusia yang tinggi derajatnya dan
ras, warna kulit, bahasa, adat istiadat dan lain-lain, sebagainya tidak menyebapkan perbedaan
derajat manusia. Kalau ada perbedaan derajat manusia yang satu dengan yang lainnya, maka
perbedaan itu terletak dalam hal ketakwaannya terhadap tuhan.
Sila kemanusian yang adil dan beradap mengakui persamaan derajat manusia, sila
kemanusiaan yang adil dan beradap pada prinsipnya ingin memanusiakan manusia
menempatkan manusia sesuai dengan harkatnya sebagai mahluk tuhan. Manusia dilahirkan
kedunia dengan membawa kebebasan-kebasan yang melekat pada dirinya.
Kebebasan ini lazim disebut kebebasan daser atau yang lebih popular disebut hak-hak
asasi. Hak asasi ini harus diakui dan dihormati oleh setiap manusia. sila kemanusiaan yang
adil dan beradap tidak lain dari pada pengakuan terhadap hak asasi manusia itu.

II.IV. Perbudakan, Penghambaan,dan Pengabdian Dalam Konteks Sila Kedua


Perbudakan adalah sebuah kondisi di saat terjadi pengontrolan terhadap seseorang
(disebut budak) oleh orang lain. Perbudakan biasanya terjadi untuk memenuhi keperluan
akan buruh atau kegiatan seksual. Para budak adalah golongan manusia yang dimiliki oleh
seorang tuan, bekerja tanpa gaji dan tidak mempunyai hak asasi manusia.
Menurut pendapat kami dalam konteks kemanusiaan yang adil dan beradap, Perbudakan
merupakan pelanggaran HAM dan juga menghilangkan nilai-nilai kemanusian, keadilan dan
kesejahteraan. Yang mana manusia sebagai mahluk Pribadi dan Sosial itu memiliki
persamaan hak dan kewajiban untuk mendapatkan ke adilan yang sama. Maka tidak
pantaslah seseorang mendapatkan perlakuan yag tidak dalam perbudakan.
Penghambaan merupkan suatu pengabdian yang ikhlas, namun didalam ada kepentingan,
sama dengan penghambaan dalam sila kedua, seseorang rela menghambakan dirinya, namun
II.V. Persamaan hak dan martabat
Mengenai persamaan hak ini, selanjutnya di cantumkan dalam pernyataan sedunia hak
asai manusia tahun 1948 dalam pasal-pasalnya, seperti:
Pasal 1 : Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai marrtabat dan hak yang
sama. Mereka di karuniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan.
Pasal 2 Ayat 1:Setiap orang berhak atas semua hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang
tercantum didalam pernyataan ini denga tak ada kecuali apapun, seperti
bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pendapat lain, asal mula
kebangsaan atau kemasyarakatan, milik, kelahiran ataupun kedudukan.
Pasal 7 : Sekalian orang adalah sama terhadap UU dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama dengan tak ada perbedaan. Sekalian orang berhak atas
perlindubgan yang sama terhadap setiap perbedaan yang memperkosa
pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang ditujukan kepada perbedaan
semacam ini.

PERSAMAAN DERAJAT
Arti Prinsip Persamaan Derajat
Persamaan harkat adalah persamaan nilai, harga, taraf yang membedakan makhluk yang
satu dengan makhluk yang lain. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan
yang dibekali rasa, karsa dan hak-hak serta kewajiban azasi manusia. Martabat adalah tingkatan
harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat. Sedangkan derajat kemanusiaan adalah
tingkatan, martabat dan kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan
kodrat, hak dan kewajiban azasi. Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat
manusia, setiap orang harus mengakui serta menghormati akan adanya hak-hak, derajat dan
martabat manusia. Sikap ini harus ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan,
baik dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan maupun di lingkungan pergaulan
masyarakat. Manusia dikarunian potensi berpikir, rasa dan cipta, kodrat yang sama sebagai
makhluk pribadi (individu) dan sebagai makhluk masyarakat (sosial). Manusia akan mempunyai
arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat.
Dalam UUD 1945, hak dan kebebasan yang berkaitan dengan adanya persamaan derajat
dan hak juga tercantum dalam pasal secara jelas yakni pasal 27, 28, 29, dan 31. Empat pokok hak
asasi dalam empat pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut:
Pokok pertama, tentang persamaan kedudukan dan kewajiban kewarga negara didalam
hukum dan dimuka pemerintahan.
Pasal 27 ayat 2 menetapkan segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
pengecualian.
Pokok kedua, selanjutnya dalam pasal 28 ditetapkan bahwa keemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh
UU.
Pokok ketiga, dalam pasal 29 ayat 2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memeluk agama
bagi penduduk yang dijamin oleh negara, yang berbunyi Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan un tuk beribadah menurut agama
dan kepercayaannya.
Pokok keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran yang
berbunyi (1) tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan (2) pemerintahan
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya. Maknanya adalah tidak ada perbedaan di antara mereka dalam status
derajat, hak dan kewajiban dengan sebab dien (agama).

II.VI Pengertian Hak Asasi Manusia


Bertitik tolak dari pengertian-pengertian di atas maka dalam Negara republic Indonesia
yang berdasarka pancasila dan salah satu dari silanya adalah sila kemanusiaan yang adil dan
beradap, pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia itu haruslah mendapatkan
tempatnya. Adalah menjadi kewajiban Negara untuk menjamin dan melindungi HAM.
Jaminan dan perlindungan yang dimaksud secara tegas dinyatakan dalam undang-undang
dasar 1945, baik dalam pembukuan maupun dalam batang tubuh atau pasal-pasalnya.
Dalam pembukaan UUD 1945 pengakuan terhadap HAM itu dicantumkan pada alenia
pertama. Dalam alenia itu justru dimuat pengakuan terhadap hak asasi bangsa, tidak hak asasi
pribadi. Hal ini terlihat dalam rumisan yang berbunyai : bahwa sesungguhya kemerdekaan
adalah hak segala bangsa.
Selanjutnya dalam alenia ketiga juga terdapat pengakuan terhadap hak asasi manusia
yakni dengan rumusan Berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan didorong oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. akhirnya dalam alinea ke Empat
pengakuan HAM ini dapat dilihat dalam rumusan mengenai tujuan maupun dasr Negara.
Pasal 27 : Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan fikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 29 Ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
Angamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaanya itu.
Pasal 30 Ayat 1: Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
Negara.
Pasal 31 Ayat 1: Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.
Pasal 34 : Fakir miskin dan ank-anak dipelihara oleh Negara.
Kalau kita perhatikan secara sepintas lalu memang tidak banyak pasal undang-undang
dasar 1945 memuat jaminan terhap hak asasi manusia dan dengan demikaian tidak banyak
pula beban/ kewajiban yang terpikul dipundak Negara/ pemerintahan mengenai hak asasi
manusia itu. Dalam hakekatnya tidaklah demikain. Apa yang diatur dalam UUD adalah hak-
hak asasi manusia yang pokok saja, karena memang undang-undang 1945 hanya memuat hal-
hal yang pokok saja sesuai dengan sifatnya yang ringkas dan fleksibel.
BAB III

PENUTUP

III.I.Kesimpulan
Sebagai mahluk tuhan manusia mempunyai sifat-sifat yang merupakan esensi dan
identitas manusia yang berpangkal pada potensi-potensi yang dimilikinya. Sifat-sifat yang
demikianlah yang disebut dengan kemanusiaan, atau dengan kata lain kemanusian berarti,
sifat manusia yang merupakan esensial dan identitas manusia karena martabat
kemanusiaanya. Dalam segala tindakan dan keputusan yang dibuatnya manusia itu haruslah
mendasarkan kepada norma-norma yang Objektif dalam arti bahwa semua tindakan dan
putusan haruslah menurut norma-norma baik norma agama dan norma hukum, itulah yang
disebut dengan keadilan.

III.II.Saran
Dalam makalah yang kami buat ini,kami berharap semua elemen masyarakat baik itu
pemerintahan maupun rakyat bisa menghargai dan melindungi harkat dan martabat kita
sesama manusia dan menjunjung tinggi rasa persaudaraan, rasa kepedulian, rasa hormat dan
rasa iba/empati kepada sesame manusia.

Anda mungkin juga menyukai