Anda di halaman 1dari 2

Menulis Sebagai Obat Pegal Linu

Tadi malam terasa spesial karena merupakan jadwal pertemuan pertama grup yang luar
biasa di telegram yang saya ikuti yaitu Pelatihan Menulis Bahan Ajar Batch 3. Dari sore
hari saya sudah sangat antusias menunggu dimulainya kelas, meskipun sebetulnya masih
awam menggunakan aplikasi telegram sehingga masih sedikit meraba-raba dalam
penggunaan fiturnya.

Selain masalah gaptek, masalah lainnya adalah signal. Signal yang tampak timbul
tenggelam dalam cuaca kurang mendukung mengharuskan saya mencari tempat yang
lebih strategis. Sehari sebelumnya saya sudah ganti provider operator seluler dengan
harapan signal telegramnya lebih baik tapi ternyata tidak terlalu berpengaruh signifikan.
Setelah berkeliling sebentar di dalam rumah, akhirnya saya mendapatkan tempat
dengan signal yang cukup kuat yaitu di balkon loteng rumah. Jadilah untuk sementara
waktu saya nongkrong di balkon, dengan sedikit mengabaikan udara yang dingin karena
gerimis. Ternyata dinginya udara belum seberapa dibandingkan dinginnya tatapan aneh
tetangga yang lewat, mungkin sedikit heran tidak biasanya saya sibuk main handphone
di balkon, malam-malam pula.

Benar kata pepatah tidak ada perjuangan yang sia-sia. Di grup saya bertemu dengan
orang-orang hebat terutama suhu-nya yaitu Dr Ngainun dan Dr Amie yang memang
sangat kompeten dalam bidang menulis. Baru membaca biodatanya saja mata saya
sedikit perih saking panjangnya deretan karya tulis dan banyaknya pengalaman menjadi
pembicara di seminar-seminar, belum termasuk aktivitas penggiat komunitas-komunitas
menulis dan aktivitas sosial kemasyarakatan lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut
menunjukan mereka sangat produktif dalam menghasilkan karya yang berkualitas.

Materi yang disampaikan sangat mudah dipahami karena disampaikan dengan bahasa
sederhana yang mudah dicerna oleh pemula seperti saya. Misalnya saja pada awalnya
saya masih kurang paham membedakan antara buku referensi, bahan ajar, buku ajar,
diktat, dan modul. Setelah diberi penjelasan yang sistematis akhirnya ada pencerahan
tentang masing-masing perbedaan karya tulis tersebut ditinjau dari kompleksitas
cakupan pokok bahasan, gaya dan metode penulisan serta keluasan jangkauan
penggunaanya.

Selain itu, penjelasan yang disampaikan sangat memotivasi saya untuk terus menerus
menulis. Banyak jurus sederhana yang beliau berikan sebagai kunci keberhasilan
menjadi penulis. Salah satunya adalah menikmati proses menulis, sehingga tidak
menjadi beban apalagi menjadi penyebab setres. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menulis secara bertahap dan sedikit demi sedkit untuk kemudian dikumpulkan menjadi
sebuah buku. Ide-ide untuk menulis dapat muncul kapan saja dan dimana saja. Ide-ide
yang berlarian di kepala tersebut harus segera ditangkap dan ditulis agar tidak lupa.
Menuliskannya bisa dicatat dulu di handphone atau bahkan di buku tulis secara manual
lalu kemudian nanti bisa dipindahkan ke komputer untuk diedit dan dikembangkan
menjadi tulisan yang utuh.
Pada pelaksanaanya mungkin saja tidak mudah dan serta merta dapat dilakukan oleh
pemula. Perlu dilatih sehingga menulis bisa menyebabkan kecanduan, dan mendarah
daging serta membuat orang ketagihan dan ingin terus menerus menulis. Sehari tidak
menulis seperti ada yang kurang, ibarat sayur tanpa garam atau mie bakso tanpa saus
sambal.

Setelah mendengarkan penjelasan tentang jurus menulis tersebut, memunculkan ide


sendiri untuk melatih kemampuan menulis yaitu mencoba menerapkan menulis sebagai
obat pegal linu. Saya akan mencoba menulis seperti resep dokter yaitu minum obat
tiga kali sehari pagi, siang dan malam minimal satu paragraf saja. Sehingga jika terlewat
satu kali saja mungkin tangan saya yang jadi pegal linu ingin segera menulis. Bisa
dibayangkan sehari minimal tiga paragraf maka dalam tiga bulan saja sudah bisa
mencetak buku ajar tanpa harus gerasak gerusuk dikejar deadline. Salah satu kesalahan
saya selama ini dalam menulis adalah selalu mengandalkan the power of kepepet yaitu
selalu mengerjakan tulisan di akhir batas waktu pengumpulan sehingga kadang menjadi
kurang maksimal hasilnya.

Niat sudah tumbuh, rencana sudah matang, kesempatan sudah ada tinggal
melaksanakan jurus selanjutnya yang lebih tinggi lagi tingkatannya yaitu disiplin
sehingga menulis dapat dilakukan secara konsisten. Semua jurus tersebut menurut Prof.
Dr. Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dr Ngainun dapat dirangkum menjadi 6 M yaitu : M
pertama Menulis, M kedua Menulis, M ketiga Menulis , M keempat Menulis, M kelima
Menulis dan M keenam Menulis.

Didalam kesimpulan pertemuan pertama pelatihan ini jika boleh saya coba tambahkan
6M dengan M ketujuh yaitu MULAILAH, karena kalau sekedar dibayangkan dan
dibicarakan tidak akan pernah terwujud menjadi sebuah tulisan. Jadi tidak sabar
menunggu jadwal sharing selanjutnya, semoga menjadi jalan mewujudkan salah satu
keinginan saya membuat bahan ajar yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai