Anda di halaman 1dari 53

1

PROPOSAL PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI BELAJAR

PADA SISWA SMA N 1 BONTORAMBA KABUPATEN JENEPONTO

TAHUN2017

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abraham Maslow dalam Hidayat, A. A. dan Uliyah, M membagi

kebutuhan dasar manusia menjadi 5 tingkatan diantaranya kebutuhan

fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta,

memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuha fisiologis terdiri atas kebutuhan pemenuhan oksigen dan pertukaran

gas, cairan, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, aktifitas, keseimbangan

temperatur tubuh dan seksual.

Jean Waston dalam Hidayat, A. A. dan Uliyah, M membagi

kebutuhan dasar manusia menjadi 4 cabang diantaranya kebutuhan dasar

bifisikal, kebutuhan psikofisikal, kebutuhan psikososial, kebutuhan intra dan

interpersonal. Kebutuhan dasar bioffisikal (kebutuhan untuk hidup) yang

meliputi kebutuhan makan dan cairan, kebutuhan eliminasi (buang air kecil,

dan besar) dan kebutuhan (ventilasi) bernafas. Kebutuhan psikofisikal

(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,


2

kebutuhan seksual. kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yaitu

kebutuhan berprestasi dan berorganisasi. kebutuhan intra dan interpersonal

(kebutuhan untuk pengembangan) termasuk kebutuhan aktualisasi diri.

Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan

periodik. Dengan tidur, maka akan diperoleh kesempatan untuk beristirahat

dan memulihkan kondisi tubuh baik secara fisiologis maupun psikis. Tidur

dapat dianggap sebagai suatu perlindungan bagi tubuh untuk menghindarkan

pengaruh-pengaruh yang merugikan kesehatan akibat kurang tidur (Layawati.

E. 2001).

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu tidak

dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensiri yang sesuai (Guyton, 1986

dalam A. Aziz Alimul H dan Musrifatul U, 2012), dapat juga dikatakan suatu

keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, yang bukan hanya keadaan penuh

ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus

yang berulang, dengan ciri minimnya aktifitas, memiliki kesadaran yang

berfariasi, terdapat perubahan-perubaha proses fisiologis dan terjadi

penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang menurut

para ahli fungsinya justru lebih penting dari makanan. Sebab seseorang akan

dapat lebih lama bertahan hidup tanpa makanan dibandingkan tanpa tidur.

Dengan tanpa makanan sama sekali, seseorang masih mampu bertahan hidup

sekitar 40 hari, tanpa minuman seseorang mampu bertahan hidup sekitar 3

hari, tanpa udara kemampuan bertahan hidup seseorang hanya dalam


3

hitungan menit, sedang tanpa tidur seseorang hanya mampu bertahan hidup

selama 11 hari (Marpaung, dkk, 2013 dalam Jurnal Andriani, 2016).

Secara umum, proses tidur normal diawali dengan tahap mengantuk,

yaitu suatu keadaan saat hubungan antara kesadaran dengan lingkungan

berkurang. Pada saat mengantuk ini, rangsangan-rangsangan dari luar masih

dapat diterima dengan mudah dan membut terbangun dan tersadar kembbali.

Kemudian, jika proses tidur berlanjut, maka kesadaran semakin berkurang

dan timbullah satu tahap yang sering disebut sebagai tahap tidur ayam. Pada

tahap ini rangsangan indrawi masih sedikit dapat diterima (sayu-sayup),

namun tidak menganggu kesadaran. Tahap berikutnya merupakan tahap yang

terakhir, yaitu tahap tidur nyenyak (Layawati. E. 2001).

Waktu yang diperlukan untk tidur bagi anak-anak lebih banyak

dibandingkan dengan orang tua. Pada mulanya, bayi yang baru lahir akan

menghabiskan waktunya untuk tidur, dan hanya akan terbangun jika merasa

lapar, ngompol, ataupun kedinginan. Namun, seiring bertambahnya usia,

kebutuhan waktu untuk tidur akan berkurang. Jika bayi memerlukan tidur

selama 16 jam, maka orang dewasa memerlukan waktu 8 jam, dan orang

yang sudah tua (berusia 50 tahun) memerlukan waktu rata-rata 5-6 untuk

tidur (Layawati. E. 2001).

Kurang tidur bisa membuat anda mudah lupa itu benar. Sebalikny,

tidur yang cukup akan membantu kemampuan daya ingat. Kayantaan itulah

yang di ungkap dalam penelitian yang dilakukan para penelitis di Swiss, yang

menemukan bahwa tidur pada malam hari memberi dampak yang dramatis
4

dalam mendukung fungsi otak pada keesokan harinya. Tidur malam, kata

peneliti, dapat memperkuat hubungan antara sel-sel saraf orak, tempat

terjadinya proses belajar dan mengingat (Huda.N. 2016).

Menurut data dari WHO (World Health Organizatio) pada tahun 1993,

18% penduduk di dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan

keluhan yang sedemikian hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi

penderitanay (Layawati. E. 2001).

Menurut Marpaung,dkk.2013 dalam Andriani.2016, Faktor-faktor

yang meghambat dalam belajar salah satunya adalah yang berhubungan

dengan jamania misalnya faktor kesehatan yang sanagt mempengaruhi diri

anak dan prestasi belajar, sebab anak yang sakit atau lemah karena kurang

tidur akan sukar belajar, menurut hasil survai sebuah studi di inggris didapati

bahwa orang yang kurang tidur cenderung 3 kali lebih besar menderita

gangguan konsentrasi, 2 kali menderita kelelahan, gangguan mood,

produktivitas, dan lain-lain.

Menurut sadeh & Andres (1993) dalam Masyeni.C & Syaifudin

(2010), kualitas tidur yang terganggu diakibatkan oleh banyak faktor.

Kualitas tidur yang terganggu biasanya berhubungan dengan penurunan

kondisi psikologis, tingkah laku dan fungsi somatik secara menunjukkan

adanya penrunan pada fungsi psikososial dan interpersonal.

Faktor penghambat terjadinya konsentrasi belajar menjadi penyebab

terjadinya gangguan konsentrasi belajar. Menurut Setiani (2014 dalam

Andriani 2014). Dua faktor yang menjadi penghambat konsentrasi belajar


5

tersebut ialah faktor internal yang berasal dari dalam diri seseorang yaitu

mengalami gangguan kesehatan dan mental, seperti mengantuk karena kurang

tidur dan istirahat (kualitas tidur yang buruk), laparr, haus, tidak tenang,

emosional, mudah cemas, stres, depresi, dan sejenisnya. Serta faktor eksternal

yang berasal dari luar diri seseorang yaitu lingkungan di sekitar.

Faktor lainya adalah pengaruh tidur yang dialami siswa seperti bangun

tengah malam karena kedinginan, ingin buang air kecil, dan mengorok.

Penggunaan obat juga dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat

yang dapat memengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat anti

depresan dapat menekan REM. Kafein dapat meningkatkan saraf simpatis

yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan histamin dapat menekan

REM sehingga mudah mengantuk (Masyeni.C & Syaifudin. 2010).

Dalam presentasi di konferensi federation European Neuroscience

societies, para peneliti dari Universitas of geneva menjelaskan penelitian

tersebut. Para relawan yang dilibatkan dalam riset diajarin suatu permainan,

dan kepada mereka juga ditunjukkan berbagai gambar yang harus diingat

baik-baik. Pada permainan tersebut, partisipan harus mengikiti titi-titik yang

bergerak pada sebuah layar komputer menggunakan joy stick (Huda.N.2016).

Dr. Sophie Schwartz, pemimpin pempin penelitian tersebut,

mengatakan hasil study kami mengumgkapkan, suatu periode tidur yang

diikuti pengalaman tidur dapat mengonsolidasikan serta memperbaiki dampak

pembelajaran dari suatu pengalaman berikutnya. Perbaikan itu telihat dari


6

perubahan aktivitas otak pada daerah tertentuyang menandakan relevasi dari

materi yang dipelajaran (Huda.N.2016).

Para peneliti melakukan riset antara 1997-1999 dan 2003-2004, yang

dilanjutkan ke tahap berikutnya setelah 5,4 tahun. Kepada para responden,

mereka menanyakan durasi tidur rata-rata per malam dalam responden. Para

peneliti juga membandingkan responden yang melaporkan perubahan proses

tidurnya, denag responden yang durasi tidurnya tetap selama masa penelitian

itu dilakukan (Huda.N.2016).

Para peneliti dari Harvard University, Stanford University, dan

Universiry of Massachusetts, melakukan penelitian menyangkut hal ini

dengan melibatkan sejumlah partisipan yang dibagi dalam dua kelompok.

Masing-masing kelompok, dalam kesempatan terpisah, diminta memilih tas

yang mungkin akan menjadi milik mereka melalui undian. Kelompk pertama

diminta langsung memilih. Sementara kelompok kedua diminta tidur lebih

dulu sebelum mengambil keputusan keesokan harinya (Huda.N..2016).

Berdasarkan informasi yang di peroleh peneliti dari Guru di SMA N 1

BONTORAMBA Kabupaten Jeneponto memiliki siswa sebanyak 38 siswa.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 16 siswa, sebanyak 3

siswa mengatakan sering terbangun pada malam hari, 5 siswa sulit untuk

memulai tidur, 5 siswa kurang konsentrasi dan sering menguap saat pelajaran

dimulai, dan 3 siswa memiliki kebutuhan tidur yang baik. Laporan dari guru

SMA N 1 BONTORAMBA Kabupaten Jeneponto mengatakan bahwa siswa


7

yang mengalami kurang tidur dapat dilihat dari cara siswa memahami

pelajaran, mata memerah, dan juga sering menguap, sehingga konsentrasi

mereka terhadap pelajaran berkurang. Berdasarkan uraian latar belakang di

atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan antara Kualitas Tidur

dengan Prestasi Belajar Siswa di SMA N 1 BONTORAMBA Kabupaten

Jeneponto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan

dibahas di penelitian ini adalah bagaimana hubungan kualitas tidur dengan

konsentrasi belajar siswa di SMA N 1 BONTORAMBA kabupaten

Jeneponto?

C. Tujuan Penelitain

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan konsentrasi belajar siswa

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat konsentrasi belajar siswa

b. Untuk mengetahui kualitas tidur siswa

c. Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan konsentrasi belajar pada

siswa

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
8

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang perawatan, serta

dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penyusunan skripsi

selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi institusi terkait

untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijaksanaan

selanjutnya dan dapat menjadi masukan bagi Sekolah Tinggi Ilmi Kesehatan

Masyarakat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai

Hubungan Kualitas tidur dengan konsentrasi belajar siswa di SMA N 1

Bontoramba Kabupaten Jeneponto.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini kiranya dapat berguna dan menjadi pengalaman

yang berguna, serta dapat menambah pengetahuan baru bagi peneliti, dapat

menambah wawasan baru peneliti tentang hubungan kualitas tidur dengan

konsentrasi belajar siswa di SMA N 1 BONTORAMBA Kabupaten

Jeneponto.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

tentang konsentrasi belajar akibat kualitas tidur yang buruk dan dapat menjadi

acuan bagi masyarakat untuk menjaga kualitas tidur anaknya.


9

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsentrasi Belajar

1. Pengertian Konsentrasi

Menurut asal katanya, konsentrasi atau concentrate (kata kerja) berarti

memusatkan, dan dalam bentuk kata benda, concentration artinya pemusatan.

Dalam Supriyo (2008: 103), konsentrasi adalah pemusatan perhatian pikiran

terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak

berhubungan. Implikasi pengertian diatas berarti pemusatan pikiran terhadap

bahan yang di pelajari dengan mengesampingkan semua hal yang tidak ada

hubungannya dengan pelajaran tersebut. (Setiani, A. C.2014)

Menurut Slameto (2010: 86) dalam Setiani, A. C.(2014) konsentrasi

adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua

hal lainnya yang tidak berhubungan.Dalam belajar konsentrasi berarti

pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan

semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Selain itu, Siswanto (2007: 65) menyebutkan bahwa yang dimaksud

konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh

pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu

untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk

memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya justru

banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi

tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dari berbagai arus


10

pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi semakin kabur dan tidak

terarah (Setiani, A. C.2014).

Menurut Hakim (2003: 1), secara garis besar, sebagian besar orang

memahami pengertian konsentrasi sebagai suatu proses pemusatan pikiran

kepada suatu objek tertentu. Dengan adanya pengertian tersebut, timbullah

suatu pengertian lain bahwa di dalam melakukan konsentrasi, orang harus

berusaha keras agar segenap perhatian panca indera dan pikirannya hanya

boleh fokus pada satu objek saja. Panca indera, khususnya mata dan telinga

tidak boleh berfokus pada hal-hal lain (Setiani, A. C.2014).

Pengertian konsentrasi secara umum adalah sebagai suatu proses

pemusatan pemikiran kepada suatu objek tertentu. Artinya tindakan atau

pekerjaan yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dengan memusatkan

seluruh panca indra kita, penciuman, pendengaran, penglihatan dan pikiran

kita. Bahkan yang sifatnya abstrak sekalipun yaitu perasaan. Konsentrasi

ketika mendengar guru menyampaikan materi pastilah harus kita dengar oleh

telinga dengan memastikan bahasa dan perintahnya jelas dan pesan itu untuk

siapa dan apakah itu perlu disampaikan lagi oleh orang lain apa tidak. Ketika

memahami kata perkata tentu harus paham betul arti kata yang di maksud,

pendeengaran kita harus mampu menyerap apa yang di sampaikan guru.

Sehingga maksud dan tujuannya sampai. Ketika kita memahami dengan

pendengaran dan mampu dimengerti apa yang dimaksud dengan bersungguh-

sungguh mendengar serta memperhatikannya dengan sungguh-sungguh maka

itu dinamakan konsentrasi (Setiani, A. C.2014).


11

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang penting yang harus dilakukan setiap

orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu.

Belajar dapat didefinisikan scara sederhana sebagaisuatu usaha atau kegiatan

yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup

perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengeetahuan keterampilan,

dan sebagainya (Khairani. M.2017).

Para pakar di bidang ilmu tentang belajar juga mengemukakan

berbagai variasi batasan tentang belajar, tentunya di dasarkan pemahaman

dan aliran ilmu yang mereka anut. Berikut beberapa pendapat para ahli

tersebut (Khairani. M.2017)

Muhibbin (2006) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan

perubahan seluruh tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif. Sedang menurut morgan dalam introduction to psychology (1978)

bahwa belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai hasil dari latihan (Khairani. M .2017).

Irwanto (1997) berpendapat bahwa belajar merupakan proses

perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam

jangka waktu tertentu (Khairani. M . 2017).

Sedangkan menurut Mudzakir (1997) belajar adalah suatu usaha atau

kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,


12

mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya (Khairani. M .2017).

Menurut Garry and Kingsley yang dikutip oleh sudjana(1989),

menyatakan belajar adalah uatu proses perubahan tingkah laku yang orisinil

melalui latihan-latihan dan pengalaman (Khairani. M .2017).

Di dalam belajar peserta didik mengalami sendiri proses dari tidak

tahu menjadi tahu, karena itu menurut cronbach belajar yang sebaik-baiknya

adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan

pancaindranya. Pancaindra tidak terbatas hanya indra penglihatan saja, tetapi

juga berlaku bagi indera yang lain. Menurut Sumardi Suryabrata (2014)

Dengan memperhatikan perumusan-perumusan tentang pengertian blajar

tersebut diatas maka penulis berpendapat; Bahwa belajar adalah suatu pross

psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan lingkungannya

dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relative konstan/tetap baik

melalui pengalaman, latihan maupun praktek. Perubahan itu bisa sesuatu yang

baru atau hanya penyempurnaan terhadap hal-hal yang sudah dipelajari yang

segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi.

Sedangkan proses belajar dapat berlangsung dengan kesadaran individu atau

tidak, sebagaimana di ungkapkan oleh winkl bahwa.Proses belajar dapat

berlangsung dengan disertai kesadaran dan intensi, tetapi itu tidak mutlak

perlu (Khairani. M.2017).


13

Defenisi-defenisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh ahli-ahli

yang berbeda-beda pendiriannya, berlain-lainan titik-tolaknya. Kalau kita

simpulkan defenisi-defenisi tersebut maka kita dapatkan hal-hal pokok

sebagai berikut:

a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes,

aktual maupun potensial)

b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru

c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja) Sumardi

Suryabrata (2014).

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses menuju

perubahan yang bersifat mantap/permanen melalui proses latihan dalam

interaksi dengan lingkungan dan meliputi perubahan baik fisik maupun

mental (Khairani. M.2017).

3. Ciri-Ciri Konsentrasi

Sulitnya berkonsentrasi belajar banyak dialami siswa dan merupakan

hal tersebut merupakan faktor yang sangat menghambat timbulnya minat

belajar yang tingi. Hal tersebut terkadang dialami siswa ketika mereka

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ciri-ciri siswa yang dapat

berkonsentrasi belajar berkaitan dengan perilaku belajar yang meliputi

perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotor. Karena belajar

merupakan aktivas yang berbeda-beda pada berbagai bahan pelajaran, maka

perilaku konsentrasi belajar tidak sama pada perilaku belajar tersebut.

Engkoswara dalan Rusyan (1989: 10) menjelaskan klarifiksai perilaku belajar


14

yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat

berkonsentrasi belajar sebagai berikut:

a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan ,

informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini,

siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan kesiapan

pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan, komprehensif dalam

penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan yang di peroleh, dan

mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada

perilaku ini siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan

adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu, respon yang berupa

keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, mengemukakan suatu

pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan

sikap seseorang.

c. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memilki konsentrasi

belajar dapat ditandai dengan adanya gerakan anggota badan yang tepat atau

sesuai dengan petunjuk guru, serta komunikasi non verbal seperti ekspresi

muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti.

d. Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi

belajar dapat ditandai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan

baik dan benar.


15

Menurut Fanu (2009: 220) mengemukakan beberapa ciri-ciri siswa

yang mengalami masalah konsentrasi belajar (tanda-tanda inatentif), antara

lain:

a. Tidak bisa memberikan perhatian yang penuh atau melakukan kesalahan-

kesalahan karena ceroboh dalam melakukan pekerjaan atau pelajaran

sekolahnya.

b. Mengalami kesulitan untuk terus-menerus terfokus pada pekerjaan sekolah

ketika sedang belajar.

c. Tampak tidak memberikan perhatian dan tidak menghormati orang lain ketika

sedang berbicara.

d. Tidak bisa mengikuti petunjuk atau arahan yang diberikan kepadanya untuk

melakukan sebuah pekerjaan dan tugas-tugas sekolahnya (tetapi hal ini bukan

dikarenakan ketidakmampuannya untuk memahami atau karena

kenakalannya, melainkan disebabkan oleh ia tidak bisa memperhatikan

petunjuk tersebut, melainkan pada hal-hal lainnya).

e. Mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan/mengatur tugas-tugas dan

kegiatan-kegiatannya.

f. Menghindari, tidak menyenangi, dan enggan mengerjakan tugas-tugas yang

memerlukan usaha mental berlarut-larut seperti PR.

g. Menghilangkan berbagai macam barang-barang yang dimilkinya, seperti

mainan, tugas-tugas sekolah, pensil, buku, peralatan, baju, dan seterusnya.

(Setiani.A,C. 2014)
16

4. Prinsip-Prinsip Konsentrasi

Konsentrasi yang efektif adalah suatu proses terfokusnya perhatian

seorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukannya

dan proses tersebut terjadi secara otomatis serta mudah karena orang yang

bersangkutan mampu menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya

(Hakim.O.2015).

Menurut Hakim.O (2015) ada beberapa prinsip konsentrasi yang

efektif:

a. Konsentrasi pada hakekatnya merupakan kemampuan seseorang dalam

mengendalikan kemauan, pikiran, dan perasaannya. Dengan kemampuan

tersebut, seseorang akan mampu memfokuskan sebagian besar perhatiannya

pada objek yang dikehendaki.

b. Untuk mengendalikan kemauan, pikiran, dan perasaan agar tercapai

konsentrasi yang efektif dan mudah, seseorang harus berusaha menimati

kegiatan yang saat itu sedang dilakukannya

c. Konsentrasi akan terjadi secara otomatis dan mudah jika seseorang telah

menikmati kegiatan yag di lakukannya.

d. Salah satu penunjang utama dan pertama untuk dapat melakukan konsentrasi

yang efektif adalah adanya kemauan yang kuat dan konsisten.

e. Untuk dapat melakukan konsentrasi efektif diperlukan faktor pendukung dari

dalam diri orang tersebut (faktor internal) yang meliputi kondisi mental yang

sehat.
17

f. Konsentrasi efektif juga baru akan terjadi maksimal jika didukung oleh

faktor-faktor yang ada di luar orang tersebut (faktor eksternal).

g. Salah satu faktor utama terjadinya konsentrasi efektif adalah jika seseorang

dapat menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi

akan tejadi dengan mudah ketika siswa mampu menikmati pelajaran yang ia

terima dan memperhatikan materi tersebut secara fokus, karena pada

hakekatnya konsentrasi merupakan kemampuan seseorang dalam

mengendalikan kemampua, pikiran dan perasaanya. (Setiani.A,C. 2014

5. Prinsip-Prinsip Belajar

Landasan utama dalam meencapai keberhasilan beelajar adalah

kesiapan mental. Tanpa kesiapan mental maka tidak akan dapat bertahan

terhadap berbagai kesukaran (kesulitan) yang dihadapi selama belajar.

Setiap peserta didik hendaknya mempunyai minat yang besar terhadap

semua mata pelajaran yang diterima disekolah, suka atau tidak suka semua

mata pelajar harus ditempuh. Sikap membenci mata pelajaran tidak ada

manfaatnya yang terbaik adalah mengambil sikap positif dengan berusaha

menyuakai semua mata pelajaran yang di ajarkan. Karena suka tidak suka

mata pelajaran tersebut harus di tempuh pada jenjang pendidikan yang

mereka ikuti.

Oleh karena itu, salah satu hal dapat dilakukan para pendidik didalam

tugasnya melaksanakan proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu


18

mengingatkan beberapa prinsip-prinsip belajar sebagaimana yang disebutkan

davis (Soekanto dan Winaputra, 1997) sebagai berikut;

a. Apapun yang dipelajari peserta didik, dialah yang harus belajar bukan orang

lain. Untuk itu peserta didiklah yang harus bertindak aktif.

b. Setiap peserta didik belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya

c. Peserta didik akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan

langsung pada setiap langkah yang dilkakukan selama proses belajar

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan peserta didik

akan membuat proses belajar lebih berarti

e. Peserta didik akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar apabila ia

diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya

6. Tujuan Belajar

Berangkat dari pengertian dasar dari belajar, bahwa belajar adalah

suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan

sistematis dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik,

mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian

pula aspek-aspek kejiwaan intelegensi, bakat, motivasi, minat dan

sebagainya, maka dapat dirumuskan tujuan belajar adalah;

a. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

Misalnya seorang anak yang awalnya tidak bisa membaca, menulis, dan

berhitung menjadi bisa karena belajar.


19

b. Belajar bertujuan meningkatkan keterampilan atau kecakapan. Misalnya

dalam hal olahraga, kesenian, jasa, tehnik, pertanian, perikanan, pelayaran

dan sebagainya.

c. Belajar bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

berpikir peserta didik dari berfikir yang bersifat konvergen, yang sifatnya

hanya menerima dan mengingat, menjadi berfikir divergen, lateral, yang

sifatnya lebih terbuka luas, kreatif, inovatif, mencipta berani berpikir aneh, di

luar kebiasaan.

d. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah

laku. Misalnya seorang anak kecil yang belum memasuki sekolah bertingkah

laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya. Kemudian setelah beberapa

bulan masuk sekolah dasar tingkah lakunya menjadi anak yang tidak lagi

cengeng, lebih mandiri dan dapat bergaul dengan baik dengan teman-

temannya

e. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik.

Contohnya mengubah kebiasaan merokok menjadi tidak merokok,

menghilangkan ketergantungan dari minum minuman keras, atau mengubah

kebiasaan anak yang suka keluyuran, dapat dilakukan dengan suatu proses

belajar (Khairani.M. 2017).

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

a. Kualitas Tidur

Kurang tidur mengakibatkan saat pagi ataupun siang hari anak tidak

mampu menahan kantuknya. Akibatnya anak mengalami kesulitan


20

konsentrasi (konsentrasi buruk), anak sulit mengerjakan sesuatu karena sulit

berkonsentrasi. Selain mengalami penurunan konsentrasi, anak juga kurang

perhatian, lambat, mengalami gangguan belajar bahkan pretasi akademik

menurun. Adapun faktor lainnya adalah gangguan tidur yang dialami siswa

seperti bangun tengah malam karena kedinginan, inigin buang air kecil, dan

mengorok (Masyeni.C.2010)

b. Inteligensi siswa

Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang

dihadapi. Anak yang normal (90-110) dapat menamatkan SD tepat pada

waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat di golongkan cerdas, 140

ke atas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat

menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Jika semakin tinggi IQ

seseorang akan semakin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari

90 tergolong lemah mental (mentally defectiv). Anak inilah yang mengalami

banyak kesulitan belajar. Mereka ini digolongkan atas debil, embisil,ediot.

Golongan debil walaupun umurnya telah 25 tahun, kecerdasan mereka

setingkat dengan anak normal umur 12 tahun. Golongan embisil hanya

mampu mencapai tingkat anak normal umur 7 tahun. Gilongan Ediot

kecakapannya menyamai anak normal umur 3 tahun. Anak yang tergolong

lemah mental ini sangat terbatas kecerdasnnya.

Apa bila mereka itu harus menyelesaikan persoalan yang melebihi

potensinya jelas ia tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan. Oleh


21

karena itu guru/pembimbing harus meneliti tingkat IQ anak dengan minta

bantuan seorang psikolog agar dapat melayani murrid-muridnya.

c. Sikap siswa

Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berrupa

kecenderungan untk mereaksi atau merespons (respons tendency) dengan cara

yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara

positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada

anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang

baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa

terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika diiringi kebencian kepada

anda atau kepada mata plajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar

siswa tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu pe ngertahuan yang bersifat

conserving seperti yang diuraikan dalam Subbab A di muka, walaupun

mungkin tidak menimbulkan kesulitan belajar, namun prestasi yang dicapai

siswa akan kurang memuaskan.

Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatifnya

siswa seperti tersebut diatas, guru di tuntut untuk terlebih dahulu

menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata

pelajaran yang menjadi vaknya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata

pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai

dan mencintai profesinya. Guru yang demikian tidak hanya menguasai bahan-

bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetai juga mampu menyakinkan

pada siswa akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka. Dengan
22

meyakinkan manfaat bidang studi tersebut, siswa akan merasa

membutuhkannya, dan dari perassan butuh itulah diharapkan muncul sikap

positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang

mengajarkannya.

d. Bakat siswa

Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawah sejak lahir.

Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang

berbakat musik mungkin dibidang lainya ketinggalan. Seseorang yang

berbakat dibiddang tehnik tetapi dibidang olahraga lemah.

Orang tua berkecipung dibidang kesenian, anaknya akan mudah

mempelajari seni suara, tari, dan lain-lain. Anak yang berbakat tehnik akan

mudah mempelajari matematika, fisika, konstruksi mesin. Anak yang

berbakat olahraga mereka akan berkembang dibidang olagrag, lari, lompat,

lempar lembing, sepak bola, volly, dan lain-lain.

Jadi seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya.

Apabila seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya ia

akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. Hal-hal tersebut akan

tampak pada anak suka menganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar

sehingga nilainya rendah.

Seorang petugas diagnosis harus meneliti bakat-bakat anak agar dapat

menempatkan mereka yang lebih sesuai. Muungkin juga kesulitan belajarnya

disebabkan tidak adanya bakat yang sesuai dengan peljarannya tersebut.


23

e. Minat siswa

Tidak ada minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul

kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada mintanya mungkin tidak sesuia

dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan

kecakapan, tidak sesuai denga tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan

problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses

dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidanya minat terhadap sesuatu

pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya

catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu. Dari tanda-

tanda itu seorang petugas diagnosis dapat menemukan apakah sebabkesulitan

belajarnya disebabkan karena tidak adanya minat atau oleh sebab yang lain.

f. Motivasi siswa

Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,

mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik

tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan

semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivvasinya akan

giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku

untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya

mereka yang motivasinya lemah, nampak acuh tak acuh, muda putus asah,

perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kels, sering

meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.

(Syah.M.2015)
24

8. Faktor-Faktor Pendukung Terjadinya Konsentrasi Belajar

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan seorang siswa dalam

belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor pendukung. Menurut Hakim

(2003: 6-9) faktor pendukung tersebut meliputi faktor internal dan faktor

eksternal, berikut akan dijelaskan secara rinci :

a. Faktor Internal Pendukung Konsentrasi Belajar

Faktor internal merupakan faktor pertama dan utama yang sangat menentukan

apakah seseorang dapat melakukan konsentrasi secara efektif atau

tidak.Secara garis besar, faktor-faktor ini meliputi faktor jasmaniah dan faktor

rohaniah.

1) Faktor jasmaniah

Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan

badan secara menyeluruh, artinya

a) kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari

penyakit yang serius

b) kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi

c) cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar

gizi untuk hidup sehat

d) seluruh panca indera berfungsi dengan baik

e) tidak mengalami gangguan fungsi otak karena penyakit tertentu, seperti

sering kejang, ayan, dan hiperaktif

f) tidak mengalami gangguan saraf


25

g) tidak dihinggapi rasa nyeri karena penyakit tertentu, seperti mag dan sakit

kepala

h) detak jantung normal. Detak jantung ini mempengaruhi ketenangan dansangat

mempengaruhi konsentrasi efektif

i) irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan jantung, irama napas juga

sangat mempengaruhi ketenangan.

2) Faktor Rohaniah

Untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif, kondisi rohani

seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi hal-hal berikut

a) kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang

b) memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten

c) taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian diri

d) tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu berat

e) tidak emosional

f) tidak sedang dihinggapi stres berat

g) memiliki rasa percaya diri yang cukup

h) tidak mudah putus asa

i) memiliki kemauan keras yang tidak mudah padam

j) bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, was-was, dan

gelisah.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa faktor jasmani dan rohani

merupakan faktor internal yang sangat dibutuhkan dalam mendukung

konsentrasi belajar efektif. Keduanya harus ada secara seimbang, apabila


26

salah satu faktor tidak terpenuhi maka kemungkinan tidak akan terjadi

konsentrasi belajar yang efektif.

b. Faktor Eksternal Pendukung Konsentrasi Belajar

Faktor eksternal adalah segala hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau

lebih tepatnya segala hal yang berada di sekitar lingkungan.Hal-hal tersebut

juga menjadi pendukung terjadinya konsentrasi yang efektif. Beberapa faktor

eksternal yang mendukung konsentrasi efektif yaitu:

1) Lingkungan

Lingkungan sekitar harus cukup tenang, bebas dari suara-suara yang terlalu

keras yang mengganggu pendengaran dan ketenangan. Sebagai contoh, suara

bising dari pekerja bangunan, suara mesin kendaraan bermotor, suara

keramaian orang banyak, suara pesawat radio, dan televisi yang terlalu keras.

2) Udara

Udara sekitar harus cukup nyaman, bebas dari polusi dan bau-bauan yang

mengganggu rasa nyaman.Sebagai contoh, bau bangkai dan kotoran binatang,

bau sampah, bau WC, atau keringat.

3) Penerangan

Penerangan di sekitar lingkungan juga harus cukup, tidak lebih dan tidak

kurang sehingga tidak menimbulkan kesukaran bagi pandangan mata.

4) orang-orang sekitar lingkungan

Orang-orang yang ada di sekitar lingkungan juga harus terdiri dari orang-

orang yang dapat menunjang suasana tenang, apalagi jika lingkungan tersebut

merupakan lingkungan belajar.


27

5) fasilitas.

Lingkungan belajar akan lebih nyaman jika suhu di sekitar lingkungan

tidak terlalu ekstrim karena suhu harus menunjang kenyamanan dalam

melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi. Untuk itu, perlu

diperhatikan sirkulasi udara, pendingin ruangan, atau setidaknya kipas angin.

Selain itu juga harus tersedia fasilitas yang cukup menunjang kegiatan

belajar, seperti ruangan yang bersih, kursi, meja, dan peralatan untuk

keperluan belajar. (Setiani.A,C. 2014)

B. Tinjauan Kualitas Tidur

1. Pengertian

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani

seorang Individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun.

Kualitas tidur Mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur,

serta aspek subjektif Seperti tidur dan istirahat (Siregar, 2011). Meski tidur

merupakan kegiatan yang Menyenangkan bagi kebanyakan orang, ada orang

yang merasa sulit tidur saat malam hari, walau berniat untuk tidur, tapi mata

tidak bisa terpejam dan tidak ada rasa kantuk. Masalah tidur tidak senantiasa

merujuk pada situasi seseorang itu susah untuk tidur, tetapi juga merasa

mengantuk walaupun tidur selama 8 jam atau lebih, sering terjaga terlalu

awal, sering terkantuk-kantuk walaupun berada dalam lingkungan ramai.

Kurang tidur dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada tubuh. Kualitas

tidur yang kurang baik juga bisa berpengaruh pada psikologis dan fisik atau

Gabungan keduanya (Bank &Dinges, 2007 dalam Tebo, M. C.2016).


28

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar manusia. Jika hal itu

tidak dilakukan, maka status kesehatan menjadi kurang optimal. Istirahat dan

tidur diperlukan setiap orang untuk mempertahankan status kesehatan pada

tingkat yang optimal. Proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dala tubuh.

Hal inilah yang sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat

sembuh, memperbaiki kerusakan pada sel. Jika kebutuhan istirahat dan tidur

tersebut cukup, maka akan terkumpul sejumlah energi yang dapat

memulihkan stats kesehatan dan menjalankan kegiatan sehari-hari (Sutanto,

A.V, dan Fitriena. Y.2017).

Selain itu, orang yang mengalami kelelahan biasanya memerlukan

istirahat dan tidur lebih dari biasanya. Kata istirahat memiliki arti yang luas

meliputi bersantai, menyegarjan diri, berdiam diri setelah melakukan

aktivitas. Selain itu, istrahat juga bermakna melepaskan diri dari apapun yang

membosankan, menyulitkan dan menjengkelkan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa, istirahat merupakan suasana yang tenang bersantai tanpa

tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) (Sutanto, A.V, dan

Fitriena. Y..2017).

Guyton (1986) mendefinisikan tidur sebagai kondisi tidak sadar,

dimana persepsi reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan

dapat dibangunkan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup. Tidur

juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan

hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, namun lebih merupakan

suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim.
29

Saat tidur, seseorang memiliki kesadaran yang bervarisi serta terdapat

perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap ransangan dari

luar. Seseorang dikategorikan sedang tidur dengan tanda-tanda aktivitas fisik

minimal, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi berbaagi perubahan fisiologi

tubuh, dan penurunan respons terhadap ransangan dari luar (Sutanto, A.V,

dan Fitriena. Y.2017).

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan

kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap indvidu

membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya.

Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmania menurun yang

berakibat badan menjadi segar. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar

yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan

badaniah yang berbeda (Tarwnoto Dan Wartonah,2010).

Menurut (guyton, 1986 dalam Huda,A.A. 2012) Tidur merupakan

kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau

sensoris yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak

sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa

kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang bervariasi, terhadap

perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respon terhadap ransangan

dari luar.
30

2. Proses perubahan fisiologi

Tubuh seseorang selama tidur akan mengalami perubahan proses

fisiologi antara lain terjadi penurunan tekanan darah dan denyut nadi, diatas

pembuluh dara perifer, kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas

traktusgastrointestinal, relaksasi otot-otot rangka, da basal metabolisme rate

(BMR) menurun 10-30% (Sutanto, A.V, dan Fitriena. Y..2017)

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya

hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan

dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas

tidur ini di atur oleh sistem pengaktivasi rektikularis yang merupakan sistem

yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan manusia saraf pusat termasuk

pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan

dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu,

recticular activating system (RAS) dapat memberikan ransangan visual,

pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks

serebri ternasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,

neuoron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.

Demikian juga pada saat tidyr, kemungkinan disebebkan adanya pelepasan

serum serotinin daro sel khusus yang berada di pons dan bantang otak tengah,

yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari

keseimbangan implus yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan

demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atauperubahan

dalam tidur adalah RSA dan BSR (Huda,A.A.2012).


31

Menurut Anik Maryunani (2015) beberapa istilah yang brkaitan

dengan fisiologi tidur, diantaranya disebutkan dibawah ini:

a. Irama Sirkadian

1) Pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan irama sirkadian:

a) Irama sirkadian berasal dari kata latin Circa yang berarti tentang dan Dies

yang berarti Hari, siklus 24 jam, siang-malam, dikenal juga dengan istilah

lain irama diurnal, bagian dari kehidupan sehari-hari

b) Irama sirkadian merupakan irama yang seiring dengan rotasi bola dunia

disebut sebagai irama sirkadian

c) Dengan demikian, irama sirkadian (circadian rhythm) yang berperan sebagai

jam biologis

d) Dalam hal ini, semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang

sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam

2) Hal-hal yang terjadi berkaitan dengan irama sirkadian:

a) Irama sirkadian amat peka terhadap rangsang cahaya, disamping faktor-faktor

lain yang juga dapat mempegaruhi

b) Pada sore hari di saat cahaya sudah mulai meredup, tubuh kita secara

otomatis mulai mempersiapkan diri untuk tidur dengan meningkatkan kadar

melatonin (hormon) dalam darah

c) Kadarnya akan tetap tinggi sepanjang malam untuk membantu tidur

d) Cahaya begitu penting bagi proses tidur, hingga sering dikatakan bahwa

gangguan tidur pertama kali muncul di saat penemuan bola lampu.

3) Bagian tubuh yang berhubungan dengan irama sirkadian:


32

a) Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior

hypothalamus

b) Bagian susunan syaraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak

pada substansia ventrikula retikularis medula oblongata yang disebut sebagai

pusat tidur

c) Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi atau

desinkronisasi terdapat pada bagian restoral medula oblongata disebut sebagai

pusat penggugah atau arousal state

b. Siklus Tidur

1) Siklus tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu

2) Dalam hal ini, tidur terbagi menjadi beberapa fase, yang berulang dan

membentuk sebuah siklus selama kita tidur.

c. Fungsi Tidur

1) Fungsi dan tujuan tidur masih belum diketahui secara jelas

2) Meskipun demikian, fungsi tidur dapat dikatakan sebagai restoratif

(memperbaiki) kembali organ-organ tubuh, karena diduga bermanfaat untuk

menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan, antara lain:

a) Karena stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya

juga menurun aktivitasnya

b) Maka energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi

seluler yang penting

c) Hal inilah antara lain juga berkontribusi terhadap keseimbangan diatas


33

3) Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, yaitu

a) Pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan

kepekaan normal dan kesimbangan di antara berbagai susunan saraf

b) Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi

organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas

d. Pengaturan Tidur

Regulasi dan kontrol brdasarkan hubugan antara 2 mekanisme antagonis di

otak:

1) SAR (Sistem Aktivasi Retikular)

a) Berlokasi pada batang otak teratas, diyakini memiliki sel-sel khusus yang

dapat mempertahankan kewaspadaan dan terjaga/kessadaran

b) SAR juga memberi stimulus visual, pendengaran, myeri, dan sensori raba,

serta emosi dan proses berfikir

c) Saat terbangun/sadar merupakan hasil dari neuron dalam Sar yang

mengeluarkan katekolamin (noreepinefrin)

d) Sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR

2) BSR (Bulbar Synchronizing Region)

a) Mengambil alih yang menyebabkan tidur

b) Disebabkan oleh pelepasan serum serotonin

3. Jenis-jenis Tidur

Dalam prosesnya, tidur dibagi dalam dua jenis. Pertama, jenis tidur

yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi


34

reticularis, disebut denga tidur gelombang lambat (slow wave sleeo) karena

gelombang otak bergerak sangat lambat, atau atau disebut juga tidur non

rapid eye movement (NREM). Kesua, jenis tidur yang disebabkan oleh pe

nyaluran abnormal dari isyarat=isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak

mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradoks,

atau disebut juga denagn tidur rapid eye movement (RAM) (Huda,A.A.2012).

Tidur dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tidur NREM dan tidur REM:

a. Tidur NREM (Norapid Eye Movement)/ Tidur Gelombang Lmabat

Tidur NREM adalah tidur yang nyaman dan dalam. Saat tidur seperti

ini, gelombang itak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau

tidak tidur. Tanda-tandanya yaitu mimpi berkurang, keadaan istirahat,

tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun dan

gerakan bola mata lambat. Ada empat tahapan tidur NREM: (Sutanto, A.V,

dan Fitriena. Y.2017).

Jenis tidur ini dikela denagn tidur yang dalam, istirahat penuh, atau

juga dikenal dengan tidur neynya. Pada tidur jenis ini, gelombang otak

bergerak lebih lambat. Sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur

gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan

ciri-ciri: betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi darah

menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan

metabolisme menurun.

Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui

elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada


35

setiap tahap tidur yaitu: pertama kewaspadaan penuh dengan gelombang beta

yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah: kedua, istirahat tenang yang

diperlihatkan pada gelombang alfa. Ketiga, tidur ringan karena terjadi

perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang berviltase rendah:

dan keempat, tidur nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombang

delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik (Huda,A.A.2012).

Tahapan tidur jenis gelombang lambat.

Tahap I

Tahapan I meruapakan tahap transmisi antara bangun dan tidur. Hal

ini dicirikan denagan perassan santai, masih sadar dengan lingkungan, merasa

mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan

napas sedikit menurun. Pada tahap I seseorang padat bangun dengan segera,

selama tahap ini berlangsung selama lima menit (Sutanto, A.V, dan Fitriena.

Y. 2017).

1) Tingkat transisi

2) Merespons cahaya

3) Berlangsung beberapa menit

4) Mudah terbagun dengan ransangan

5) Aktivitas visisk, tanda vita, dan metabolisme menurun.

6) Bila terbangun terasa sedang bermimpi

(Tarwnoto Dan Wartonah,2010)

Tahap II
36

Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus

menurun denagn ciri sebagai beriku: mata pada umumnya menetap, denyut

jantung pada frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun,

metabolisme menurun, berlansungg pendek dan berakhir 10-15 menit

(Huda,A.A.2012).

Tahap III

1) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak.

2) Sulit dibangunkan

3) Relaksasi otot menyeluruh

4) Tekanan darah menurun.

5) Berlangsung 15-30 menit.

(Tarwnoto Dan Wartonah,2010)

Tahap IV

Tahap IV merupakan tahap tidur dengan ciri-ciri antara lain keceptana

jantung dan pernafasan turn, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak

bola mata cepat, sekresi lambung turun, dan tonus otot turun (Sutanto, A.V,

dan Fitriena. Y.2017).

b. Tidur REM (Rapid Eye Movement)

Tidur REM (Rapid Eye Movement) berlangsung pada tidur mala

selama 5-20 menit atau rata-rata 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-

100 menit, namun jika kondisi seseorang sanagat lelah, maka awal turr sangat

cepat maka jenis tidur ini tidaka ada. Tidur ini memiliki ciri antara lain

disertai dengan mimpi aktif dan lebih sulit dibangunkan. Selain itu tonus otot
37

selama tidur tidak teratur, frekuensi jantung dan pernafasan terjadi gerakan

otot yang tidak teratur. Pada otot perifer nadi cepat dan inregular, tekanan

dara meningkat dan berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme

meningkat. Selain itu mata cepat tertutup dan cepat terbuka. Tidur seperti ini

sangat penting untuk keseimbangan mental, emosi, dan depresi (Sutanto,

A.V, dan Fitriena. Y..2017).

Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM. Pada

orang dewasa normal Rem yaitu 20-25% dari tidur malamnya. Jika individu

terbangun pada tidur REM, maka biasanyan terjadi mimpi. Tidur REM

penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar,

memori, dan adaptasi (Tarwnoto Dan Wartonah,2010).

4. Fungsi Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara tidak diketahui, akan tetapi diyakini

bahwa tidur dapat diguanakan untuk menjaga keseimbangan mental,

emosional dan lain-lain. Energi disimpan pada saat tidur, sehingga dapat

diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat

dua efek fisiologi dari tidur. Peratam. Efek pada sistem syaraf yang diberikan

dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai

susunan saraf, dan kedua efek pada struktiur tubuh dengan memulihkan

kesegaran dan fungsi dalam orgam tubuh karena selama tidur terjadi

penurunan (Huda,A.A.2012).

5. Kebutuhan Tidur
38

Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang

butuhnya seseorang. Semakin muda seseorang, maka semakin banyak waktu

yang butuhkan untuk tidur, sebaliknya semakin tua usia maka semakin sedikit

pula lama tidur yang dibutuhkan. Misalnya, bayi umur 0-1 bulan memerlukan

tidur 14-18 jam/hari, bayi 1-18 bulan memerlukan tidur12-14 jam/hari, uisa

12-18 tahun memerlukan tidur 8,5 jam/hari, usia 40-60 tahun memerlukan

tidur 7 jam/hari dan usia di aats 60 tahun memerlukan jam tidur 6 jam/hari

(Sutanto, A. V, dan Fitriena. Y. 2017).

Kebutuha tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.

Tabel 18.1 merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.

Tabel 18.1

Kebutuhan Tidur Manusia

Jumlah Kebutuhan
Usia Tingkat Perkembangan
Tidur
0-1 bulan Masa neonatus 14-18 jam/hari
1 bulan- 18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulam- 3 tahun Masa anak 11-12 jam/ hari
3 tahun- 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun- 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun- 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun- 40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari
40 tahun- 60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
Sutanto, A. V, dan Fitriena. Y. 2017

6. Faktor-faktor yang memengaruhi tidur

Menurut Huda,A.A (2012) Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya

kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai

dengan kebutuhanya. Di antara faktor yang dapat memengaruhinya adalah :


39

a. Penyakit

Sakit dapat memengaruhinkebutuhan tidur seseorang. Banyak

penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya yang disebabkan oleh

infeksi (infeksi limpa) akan memerlukan lebih banaykwaktu tidur untuk

mengatasi kelebihan. banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang

tidur, bahkan tidak bisa tidur.

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih

banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien

kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan

pernafasan seperti asma, beonkitis, penyakit kardiovaskular, dan penyakit

persarafan (Tarwnoto Dan Wartonah.2010).

b. Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggii dapat memerlukan lebih banyak

tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal

tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai

kelelahan. Maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena

tahap tudur gelombang lambatnya diperpendek.

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM

(Tarwnoto Dan Wartonah.2010).

c. Sters psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan

jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis

mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur (Maryuni.A.2014)


40

d. Obat

Obat juga dapat memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang

dapat memengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik

menyebabkan seseorang insomnia, anti depresi dapat menekan REM, kafein

dapat meningkatkan syaraf simpatis yang menyebabkan kesultan untuk tidur,

golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan

narkotika dapat menekan Rem sehingga mudah mengantuk.

Menurut Tarwnoto Dan Wartonah (2010) beberapa jenis yang dapat

menimbulkan gangguan tidr antara lain:

1) Diuretik : menyebabkan insomnia.

2) Antidepresan : menyupresi REM

3) Kafein : meningkatkan saraf simpatis

4) Beta-bloker : menimbulkan insomnia

5) Narkoba : menyupresi REM

e. Nutrusi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat

proses tidur. Protein ang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur,

karena adanya trryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang

dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga

memengaruhi proses tidur bahkan terkadang sulit untuk tidur (Tarwnoto Dan

Wartonah,2010).

f. Lingkungan
41

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

memoercepat terjadinya proses tidur.

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian

terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambar tidurnya

(Tarwnoto Dan Wartonah.2010).

g. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk

tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan

untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk

tetap bangun dan waspada menahan kantuk (Tarwnoto Dan Wartonah.2010).

h. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis

sehingga mengganggu tidurnya (Maryuni.A.2014).

i. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum

alkohol dapat mengakibatkan mengakibatkan insomnia dan lekas marah

(Tarwnoto Dan Wartonah,2010).

7. Gangguan Tidur

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu kedaan dimana

individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan

kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan atau menganggu

gaya hidup yang diinginkan (carpenito, Lj, 1995 dalam A.Aziz Alimul H,
42

2006). Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang

memperlihatkan perasaan lelah, mudah terganggu dan gelisah, lesuh dan

apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, dan sering

menguap atau mengantuk. Penyebabdari gangguan pola tidur ini anata lain

kerusakan transpor oksigenm, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi,

pengaruh obat, immobilitas, nyerri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan

yang menganggu dan lain-lain (Huda,A.A.2012).

a. Insomnia

Adalah ketidkmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan

kuantitas tidur. Tiga macam insomnia, yaitu : insomnia inisial (initial

insomnia) adalah tidak adanya ketidak mampuan tidur; insomnia intermiten

(intermitent insomnia) merupakan ketidak mampuan untuk tetap

mempertahankan tidur karena sering terbangun; dan insomnia terminal

(terminal insomnia) adalah bagnun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur

kembali. Penyebab insomnia adalah ketidak mampuan fisik, kecemasan, dan

kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak (Tarwnoto Dan

Wartonah,2010).

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan ganguan tiduer dengan kriteria tidur

nerlebihan, pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari,

disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi


43

kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan

metabolisme (Huda,A.A.2006).

c. Parasomnia

Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti

samnohebalisme (tidur sambil berjalan) (Tarwnoto Dan Wartonah,2010).

d. Enuresa

Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu

tidur, atau bisa juga disebut dengan istila mengompol. Enuresa dibagi

menjadi dua jenis, yaitu: enuresa nokturnal, merupakan mengompol diwaktu

tidur, dan enuresa diurnal, mengompol pada saat sebangun tidur. Enuresa

nokturnal umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM

(Huda,A.A.2012).

e. Apnea tidur dan mendengkur

Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila

disertai apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh

adanya rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel,

adenoid, otot-otot di belakang mult mendengjur dan bergetar, periode apnea

berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit (Tarwnoto Dan Wartonah,2010).

f. Narcolepsi

Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan dari untuk

tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan atau


44

di saat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merrupakan suatu gangguan

neurologis (Huda,A.A.2006).

Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak

terkendali untuk tidur. Gelombang otak penfderita pada saat tidur sama

dengan orang yang sedang tidur normal, juga terdapat gas darah atau

endokrin (Tarwnoto Dan Wartonah,2010).

g. Mengigau

Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering, dan

di luar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua

orang pernah mengigau dan menjadi sebelum tidur REM (Maryuni.A.2014)

8. Pengaturan Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf

perifer, endokrin, kardiovaskular, respirasi, dan muskuloskeletal (Robinson

1993, dalam potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam

dengan elektroensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukiran

tonus otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan

elektrookulogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua

mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat

otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating sistem (RAS) di bagian

batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan

kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, auditori,


45

nyeri dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi

dan proses pikir).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neutron dalam RAS

melepaskan katekolamin, misalnya norepinefrin. Saat tidur mungkin disebkan

oleh pelepasan serum serotinin dar sel-sel spesfik di pons dan batang otak

tengah yaitu bulbar synchronising regional (BSR). Bangun dan tidurnya

seseorang tergantung dari nkeseimbangan inplus yang diterima dari pusat

otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem

limbik seperti emosi.

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka mentup matanya dan

berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS

menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotinim (Tarwnoto Dan

Wartonah.2010).

9. Tinjaun Tentang Pittsburgh Sleep Quality Indexb(PSQI)

Kualitas tidur mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup secara

keseluruhan. Kualitas tidur diukur menggunakan pengukuran kualitas tidur,

pengukuran kualitas tidur dapat berupa kuesioner maupun sleep diary,

nocturnal polysomnography, dan multiple sleep latency test, Sleep diary

berupa pencatatan aktivitas tidur sehari-hari, waktu ketika tidur, aktivitas

yang dilakukan dalam 15 menit setelah terbangun, dan makanan, minuman

serta medikasi yang dikomsumsi (Indrawati, B..N. 2012).

Pengukuran terhadap kualitas tidur telah dilakukan oleh beberapa peneliti

Yi, Si, dan Shin (2006) melakukan pengukuran kualitas tidur yang disebut
46

dengan SQS (Sleep Quality Scale). Buyes, dkk (1989) juga melakukan

penelitian tentang pengukuran kualitas tidur menggunakan instrumen

pengukuran kualitas tidur yang di sebut The Pittsburgh Sleep Quality Index

(PSQI) (Indrawati,B. N. 2012).

PSQI adalah instrumen yang efektif digunakan untuk mengukur kualitas

tidur dan pola tidur pada orang dewasa. PSQI dikembangkan untuk mengukur

dan membedakan individu dengan kualitas tidur yang baik dan individu

dengan kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur merupakan fenomena yang

kompleks dan melibatkan beberapa dimensi yang seluruhnya dapat tercakup

dalam PSQI. Dimensi tersebut antara lain kualitas tidur subjektif, sleep

latensi, durasi tidur, gangguan tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan

obat tidur, dan disfungsi tidur pada siang hari. Dimensi tersebut dinilai dalam

bentuk pertanyaan dan memiliki bobot penilaian masing-masing sesuai

dengan standar baku.

Penentuan kualitas tidur yang baik atau buruk dilakukan dengan mengukur

tujuh area yaitu kualitas tidur subjektif, sleep latensi, durasi tidur, gangguan

tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur

pada siang hari. Validitas penelitian dari PSQI sudah teruji, instrumen ini

menghasilkan 7 skor yang sesuai dengan domain atau area yang disebutkan

sebelumnya. Tiap domain nilainya berkisar antara 0 (tidak ada masalah)

sampai 3 (masalah berat).Nilai tiap komponen kemudian di jumlahkan

menjadi skor global antara 0-21.


47

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

1. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar

konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran

(Slameto, 2010: 86) sedangkan Para pakar di bidang ilmu tentang belajar juga

mengemukakan berbagai variasi batasan tentang belajar, tentunya di dasarkan

pemahaman dan aliran ilmu yang mereka anut. Berikut beberapa pendapat

para ahli tersebut.

2. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani

seorang Individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun.

Kualitas tidur Mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur,

serta aspek subjektif Seperti tidur dan istirahat.

B. Pola Pikir Variabel Penelitian

Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Tidur Konsentrasi


Belajar
48

Keterangan :

= variabel independen

= variabel dependen

= variabel yang diteliti

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Penelitian ini meliputi variabel independen dan variabl dependen yaitu

kualitas tidur dengan konsentrasi belajar yang masing-masing mempunyai

defenisi operasional yaitu :

1. Variabel Independen :

a. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah skor yang di peroleh dari responden yang telah

menjawab pertanyaan-pertanyaan pada pittsburgh sleep quality index (PSQI),

terdiri dari 7 komponen yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi

tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, gangguan obat tidur, dan

disfungsi aktivitas siang hari. Masing-masing komponen memiliki kisaran

nilai 0-3 dengan 0 menunjukkan tidak adanya kesulitan tidur dan 3

menunjukkan kesulitan tidur yang berat. Skor dari ketujuh komponen tersebut

di jumlah menjadi 1 (satu) skor global dengan kisaran nilai 0-21.

Kriteria objektif :

Baik : < 10,5 skor global

Buruk : 10,5 skor global


49

b. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar adalah upaya dalam memusatkan pikiran terhadap suatu

mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak

berkaitan dengan pelajaran.

Kriteria objektif :

Tinggi : Jika konsentrasi belajar siswa 60%

Rendah : Jika konsentrasi belajar siswa < 60%

D. Hipotesa Penelitian

Ada hubungan antara kualitas tidur dengan konsentrasi belajar siswa usia

sekolah di sekolah SMA N 1 BONTORAMBA Kabupaten Jeneponto.

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan ialah rancanagn penelitian analytic

dengan jenis penelitian cross sectional studi yang merupakan penelitian atau

penelaahan antara dua variabel pada suau situasi atau sekelompok subjek.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur

dengan konsentrasi belajar anak usia sekolah, dalam penelitian ini kualitas

tidur dan prestasi belajar dinilai melalui pengisian kuesioner.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 1 Bontoramba Kabupaten

Jeneponto Tahun 2017.


50

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober - September 2017

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Bontoramba Kabupaten

Jeneponto sebanyak 38 orang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 orang

3. Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel adalah total sampling, yaitu mengambil semua

anggota populasi sebagai sampel.

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dari wawancara langsung kepada responden dan

menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dan

konsentrasi belajar belajar siswa.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data Guru di SMAN 1

Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun 2017.


51

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data. Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner untuk mengetahui konsentrasi belajar anak dan kualitas tidur.

C. Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupkan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengelolahan dan analisis data menggunakan computer.

3. Tabulasi

Tabulasi dilakukan setelah kegiatan editing dan coding, yaitu dengan

cara mengelompokkan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang

dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalammaster tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

5. Analysis
52

Analysis dilakukan setelah pengumpulan data secara manual, data

kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan uji statistic yaitu

analisis univariat yang dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap

terkait dengan penelitian dan analisis bivariate untuk melihat distribusi

variabel yang dianggap terkait dan menggunakan uji chi-square dengan

kemaknaan ( = 0,05)

D. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian

untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel independen dan variabel

dependen dengan menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui adanya

hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis, dengan tingkat signifikan

< 0,05.

Pada penelitian ini, dikatakan ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen jika nilai p < (0,05), dan dikatakan

tidak ada hubungan jika nilai p (0,05). Bila terdapat nilai expected (E) <5

maka digunakan uji alternatif yaitu menggunakan uji Fisher exact.

E. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik yang disertai

penjelasan antara variabel.


53

F. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan kepada

instansi tempat penelitian dalam hal ini SDN Inpres Salimbongan Kabupaten

Pinrang, setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembaran persetujuan yang akan diberikan kepada responden yang

akan diteliti dengan menjelaskan maksud, tujuan serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak boleh

mencantumkan nama responden, tetapi hanya dengan memberi kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan informasi responden dan hanya

kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai