Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS

1. Pengertian

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir

disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan

dari susunan saraf autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum

tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi (Asmadi, 2011).

Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian

dari stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu

yang subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Tarwotoh

dan wartono, 2015).

2. Etiologi

Menurut Muhith (2015), Faktor – faktor penyebab ansietas, Yaitu:

a. Faktor Predisposisi

1) Teori Psikoanalisa: ansietas merupakan konflik elemen kepribadian id

dan super ego (dorongan insting dan hati nurani). Ansietas

mengingatkan ego akan adanya bahaya yang perlu diatasi.

2) Teori interpersonal: ansietas terjadi karena ketakutan penilakn dalam

hubungan interpersonal. Dihubungkan dengan trauma masa

pertumbuhan (kehilangan, perpisahan) yang menyebabkan

ketidakberdayaan. Individu yang mengalami harga diri rendah mudah

mengalami ansietas

3) Teori perilaku; ansitas timbul sebagai akibat frustasi yang disebabkan

oleh sesuatu yang menggaggu pencapaian tujuan. Merupakan


dorongan yang dipelajari untuk menghindari rasa nyeri atau rasa sakit.

Ansietas meningkat jika ada konflik.

4) Kondisi keluarga: ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga.

Aa overlaps ganguan ansietas dan depresi.

5) Keadaan biologis: dapat dipengaruhi ansietas. Ansietas dapat

memperburuk penyakit (hipertensi, jantung, peptic ulcers). Kelelahan

mengakibatkan individu mudah terangsang dan merasa ansietas.

b. Faktor Presipitasi

1) Ancaman integritas fisik

Merupakan ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kemampuan

melaksanakan ADL

2) Ancaman terhadap sistem diri

Mengancam identitas, harga diri, integrasi sosial. Misal: phk, kesulitan

peran baru.

3) Gabungan

Penyebab timbulnya ansietas merupakan gabungan dari genetik,

perkembangan, stresor fisik, stresor psikososial.

3. Tingkat Ansietas

Ansietas memilii beberapa tingkatan, Menurut Iyus yosep (2014). Ada

beberapa tingkat ansietas yaitu:

a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan

membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan


masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.

Menurut respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

1) Respon fisik

a) Ketegangan otot ringan

b) sadar akan lingkungan

c) Rileks atau sedikit gelisah

d) Penuh perhatian

2) Respon Kognitif

a) Lapang persepsi luas

b) Terlihat tenang, percaya diri

c) Perasaan gagal sedikit

d) Waspada dan memperhatikan banyak hal

e) Mempertimbangkan informasi

f) Tingkat pembelajaran optimal

3) Respon Emosional

a) Perilaku otomatis

b) Sedikit tidak sadar

c) Aktivitas menyendiri

d) Terstimulasi

e) Tenang

b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu

yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. respons

dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :


1) Respon fisik

a) Ketegangan otot sedang

b) Tanda-tanda vital meningkat

c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat

d) Sering mondar-mandir, memukul tangan

e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi

f) Kewaspadaan dan ketegangan menigkat

g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

2) Respon Kognitif

a) Lapang persepsi menurun

b) Tidak perhatian secara selektif

c) Fokus terhadap stimulus meningkat

d) Rentang perhatian menurun

e) Penyelesaian masalah menurun

f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

3) Respon emosional

a) Tidak nyaman

b) Mudah tersinggung

c) Kepercayaan diri goyah

d) Tidak sabar

e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,

memperlihatkan respons takut dan distress. respons dari ansietas berat

adalah sebagai berikut :

1) Respon fisik

a) Ketegangan otot berat

b) Hiperventilasi

c) Kontak mata buruk

d) Pengeluaran keringat meningkat

e) Bicara cepat, nada suara tinggi

f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

g) Rahang menegang, mengertakan gigi

h) Mondar-mandir, berteriak

i) Meremas tangan, gemetar

2) Respon Kognitif

a) Lapang persepsi terbatas

b) Proses berpikir terpecah-pecah

c) Sulit berpikir

d) Penyelesaian masalah buruk

e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi

f) Hanya memerhatikan ancaman

g) Preokupasi dengan pikiran sendiri

h) Egosentris
3) Respon Emosional

a) Sangat cemas

b) Agitasi

c) Takut

d) Bingung

e) Merasa tidak adekuat

f) Menarik diri

g) Penyangkalan

h) Ingin bebas

4. Gejala umum Ansietas

Ansietas merupakan perasaan takut yang dapat menimbulkan beberapa gejala,

seperti dalam (Tarwoto dan wartono, 2015) gejala umum ansietas adalah:

a. Konsentrasi dan perhatian kurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimes

e. Tidur terganggu

f. Nafsu makan berkurang

5. Mekanisme koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi

merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak.

Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,


mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola

koping (Tarwotoh dan wartonah, 2015).

Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan

adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,

olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada

orang lain. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan

panik membutuhkan banyak energi. Menurut Tarwotoh dan wartonah (2015),

Mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan

yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu

mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara

objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan

memenuhi kebutuhan.

1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi

hambatan pemenuhan kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik

untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek

kebutuhan personal seseorang.

b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak

selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali

digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme


pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk

mengatasi masalah secara realita.

6. Penatalaksanaan

Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara (Muhith, 2015) :

a. Terapi psikofarmaka.

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan

memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan

neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak

(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti

cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,

lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

b. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan

atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan

keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang

ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

c. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan

diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila

dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.


3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali

(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat

stressor.

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak

mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami

kecemasan.

6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar

faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga

dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

d. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan

kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan

yang merupakan stressor psikososial.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2011. Tehnik procedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan


dasar klien. Jakarta : Selemba medika.

Iyus yosep, 2014. Buku ajar keperawatan jiwa. Jogjakarta : Refika Aditama

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan keperawatn jiwa teori dan aplikasi.


Tanggerang: Medika ilmu

Tarwotoh dan wartonah, 2015. Kebutuhan dasar manusia dan proses


keperawatan, edisi 5. Jakarta selatan: Selemba medika

Anda mungkin juga menyukai