Anda di halaman 1dari 3

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

NAMA : MUSDALIFA MUCHSIN

NIM : 214 200 137

KELAS : III D

PRODI : AKUNTANSI

ALAMAT : BTN. PEPABRI BLOK F3 LAPADDE

SD NEGERI 22 PAREPARE

KASUS BULLYING TERHADAP SESAMA SISWA

Penindasan di sekolah atau Bullying adalah penggunaan kekerasan atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi anak lain. Perilaku ini dapat merupakan suatu kebiasaan
dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup
pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang
kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau
kemampuan. Sebenarnya bullying tidak hanya meliputi kekerasan fisik, seperti memukul,
menjambak, menampar, memalak, dll, tetapi juga dapat berbentuk kekerasan verbal, seperti
memaki, mengejek, menggosip, dan berbentuk kekerasan psikologis, seperti mengintimidasi,
mengucilkan, mendiskriminasikan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah pengendalian untuk
menghindari terjadinya hal tersebut.

1. PENGENDALIAN PENCEGAHAN (preventive controls)

Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan.


Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum
kejadian itu terjadi. Pengendalian pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau
personel melaksanakan perannya.

a. Untuk mencegah dan menghambat munculnya tindak kekeraran di kalangan remaja,


diperlukan peran dari semua pihak yang terkait dengan lingkungan kehidupan remaja.
b. Sedini mungkin, anak-anak memperoleh lingkungan yang tepat. Keluarga-keluarga
semestinya dapat menjadi tempat yang nyaman untuk anak dapat mengungkapkan
pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaannya. Orang tua hendaknya
mengevaluasi pola interaksi yang dimiliki selama ini dan menjadi model yang tepat
dalam berinteraksi dengan orang lain.
c. Berikan penguatan atau pujian pada perilaku pro sosial yang ditunjukkan oleh anak.
Selanjutnya dorong anak untuk mengambangkan bakat atau minatnya dalam
kegiatan-kegiatan dan orang tua tetap harus berkomunikasi dengan guru jika anak
menunjukkan adanya masalah yang bersumber dari sekolah.

2. PENGENDALIAN DETEKSI (detective controls)

Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untukmendeteksi suatu


kesalahan yang telah terjadi. Selama ini, kebanyakan guru tidak terlalu memperhatikan
apa yang terjadi di antara murid-muridnya. Sangat penting bahwa para guru memiliki
pengetahuan dan ketrampilan mengenai pencegahan dan cara mengatasi bullying. Jadi
untuk mendeteksi terjadinya bullying disekolah kita dapat melihat tanda- tanda ini :

a. Para siswa yang merasa tidak aman di sekolah


b. Perilaku Terkait Sekolah Rasa takut saat berangkat atau pulang sekolah. Perubahan
rute ke sekolah. Takut naik bus atau angkutan umum. Minta diantarkan ke sekolah.
Tidak mau sekolah atau kehilangan gairah belajar. Pelajaran dan tugas sekolah mulai
merosot. Sepulang sekolah anak kelaparan karena uang jajan dipalak atau diminta
secara paksa oleh orang lain. Minta uang tambahan atau mencuri uang untuk
diberikan kepada pem-bully.
c. Perubahan Dalam Perilaku Sosial Jumlah teman berkurang. Tidak ingin keluar
rumah. Jarang diundang teman untuk datang ke rumah mereka.

3. PENGENDALIAN KOREKSI (corrective controls)

Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang teridentifikasi oleh


pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi tidak
terulang kembali. Dalam kasus bullying kita dalam melakukan pengendalian koreksi
dengan cara memberikan pemahaman kepada para siswa bahwa :

a. Ajari anak untuk melindungi dirinya Ajari anak untuk bersikap self defense dalam
arti menhindari diri dari korban atau pelaku kekerasan. Katakan kepadanya,
Kalau kamu dipukul temanmu, kamu harus memberitahukan kepada Ibu Guru.
Bukan malah mengajarkan perilaku membalas atau menggunakan kekuatan dalam
mempertahankan diri. Selain itu, ajarkan pula untuk bersikap asertif atau
mengatakan tidak terhadap hal-hal yang memang seharusnya tidak dilakukan.
Selain itu, jangan biasakan anak membawa barang mahal atau uang berlebih ke
sekolah karena bisa berpotensi menjadi incaran pelaku bullying. Pupuk
kepercayaan diri anak, misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan ekskul.
b. Latih anak agar tidak mencoba untuk membalas dendam, karena dua kesalahan
tidak membuat menjadi benar. Tidak meminta orang lain untuk berpihak, karena
hanya akan terus melanjutkan pertengkaran. Tidak tinggal di rumah untuk
menghindari si pengganggu di sekolah. Jangan bertindak histeris-hindari
berteriak, merengek, dan kehilangan kontrol.
c. Bertindak percaya diri: tegakkan kepala dan bahu, tataplah mata pelaku tanpa
bermaksud menantang dan jaga suara agar tetap stabil saat berbicara. Bertindak
percaya diri akan membantu anak merasa lebih percaya diri.
d. Menjauh: jika rasa percaya diri anak memudar, minta anak menjauh dari situasi
tersebut.

4. PENGENDALIAN PENGARAHAN (directive controls)

Pengendalian Pengarahan dalam dilakukan oleh kepala sekolah ataupun guru BK


(pendamping). pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan
tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku.
Pengendalian ini berguna untuk mengarahkan para siswa untuk melakukan fungsinya sebagai
siswa dan menjauhi tindakan tercela seperti bullying.

5. PENGENDALIAN KOMPENSATIF (compensating controls)

Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena


terabaikannya suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan langsung dilakukan oleh kepala
sekolah dasar yang ditujukan kepada para staf petugas baik tenaga pendidik sampai
dipihak administratif yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah maupun
mempelancar segala kegiatan yang terjadi dalam sekolah dasar.

Anda mungkin juga menyukai