Disusun Oleh :
Nama : Risma Novi Astuti
NIM : 1502074
Prodi : D3 Keperawatan / I B
c. Suhu Lingkungan
Individu yang sakit dan mereka yang berpartisipasi dalam
aktivitas berat berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit apabila suhu lingkungan tinggi. Kehilangan cairan melalui
berkeringat meningkat di lingkungan yang panas karena tubuh
berupaya untuk menghilangkan panas. Kehilangan ini bahkan lebih
besar pada individu yang belum menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Garam dan air tubuh hilang melalui keringat. Apabila hanya air
yang digantikan, terjadi risiko deplesi garam. Individu yang
mengalami deplesi garam dapat mengalami keletihan, kelemahan,
sakit kepala, dan gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan mual.
Rosiko efek yang merugikan bahkan lebih besar jika kehilangan air
tidak diganti. Suhu tubuh meningkat, dan individu berisiko mengalami
keletihan akibat panas atau mengalami heat-stroke. Heat stroke dapat
terjadi pada lansia atau orang sakit selama periode panas yang
berkepanjangan; juga dapat memengaruhi atlet dan para buruh apabila
produksi panas mereka melebihi kemampuan tubuh untuk
menghilangkan panas.
Mengonsumsi cairan dingin dalam jumlah yang memadahi,
terutama selama aktivitas berat, mengurangi risiko efek samping yang
merugikan akibat panas. Larutan elektrolit dan larutan karbohidrat-
elektrolit yang seimbang seperti minuman olahraga direkomendasikan
karena minuman tersebut menggantikan air dan elektolit yang hilang
melalui keringat.
d. Gaya hidup
Faktor lain seperti diet, latihan dan stress memengaruhi
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa.
Asupan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh diet. Orang yang
menderita anoreksia nervosa atau bulimia berisiko mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat karena asupan tidak
adekuat atau karena mereka melakukan upaya pembuangan (misal
merangsang muntah, menggunakan dierutik dan laksatif). Individu
yang mengalami malnutrisi berat mengalami penurunan kadar albumin
serum dan dapat mengalami edema karena aliran osmotik cairan ke
kompartemen pembuluh darah menjadi berkurang. Apabila asupan
kalori tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh, simpanan
lemak dipecah dan asam lemak dipecahkan, meningkatkan risiko
asidosis.
Olahraga yang menyokong beban secara teratur seperti berjalan,
berlari, atau bersepeda memiliki efek menguntungkan pada
keseimbangan kalsium. Laju pengeroposan tulang yang terjadi pada
wanita pasca menopause dan pria lansia menjadi lebih lambat apabila
mereka melakukan olahraga secara teratur sehingga mengurangi risiko
osteoporosis.
Stresss dapat meningkatkan metabolisme seluler, kadar
konsentrasi glukosa darah, dan kadar katekolamin. Selain itu, stress
dapat meningkatkan produksi ADH yang pada gilirannya menurunkan
produksi urine. Seluruh respon tubuh terhadap stress adlah
meningkatkan volume darah.
Factor gaya hidup yang lain dapat juga mempengaruhi
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Konsumsi alcohol
yang berlebihan mempengaruhi keseimbangan elektrolit,
meningkatkan risiko penurunan kadar kalsium, magnesium, dan fosfat.
Risiko asidosis yang terjadi akibat pemecahan jaringan lemak juga
lebih besar terjadi pada individu yang mengonsumsi alcohol dalam
jumlah besar.
e. Obat-obatan
Medikasi tertentu dapat menyebabkan retensi cairan dan
meningkatkan perkemihan. Obat mengganggu dengan
menyaingkannya untuk tempat reseptor pada level kimia (kadar
elektrolit dan asam-basa).
2. Factor risiko dan penyebab serta efek ketidkseimbangan cairan, elektrolit dan
asam-basa :
a. Fator risiko ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa :