Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Dosen : Istianna N,.M.Kep,NsSp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
Nama : Risma Novi Astuti
NIM : 1502074
Prodi : D3 Keperawatan / I B

STIKES Muhammadiyah Klaten


Tahun Ajaran 2015/2016
Soal :
1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan, elektrolit
dan asam-basa !
2. Jelaskan faktor risiko dan penyebab serta efek ketidak seimbangan cairan,
elektrolit dan asam-basa !
Pembahasan :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-
basa :
a. Usia
Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan
yang jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa karena laju
metabolisme mereka yang lebih tinggi meningkatkan kehilangan
cairan. Bayi kehilangan lebih banyak cairan melalui ginjal karena
ginjal yang belum matang kurang mampu menyimpan air
dibandingkan ginjal orang dewasa. Selain itu, pernapasan bayi lebih
cepat dan area permukaan tubuhnya secara proporsional lebih besar
dibandingkan orang dewasa, sehingga meningkatkan kehilangan cairan
yang tidak dirasakan. Perpindahan cairan yang lebih cepat ditambah
kehilangan cairan akibat penyakit dapat menciptakan
ketidakseimbangan cairan yang kritis pada anak-anak yang terjadi jauh
lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Pada usia lanjut, proses penuaan normal dapat mempengaruhi
keseimbangan cairan. Respons haus sering kali kurang dirasakan.
Kadar hormon anti-diuretik tetap normal atau mungkin bahkan dapat
meningkat, tetapi nefron menjadi kurang mampu menyimpan air
sebagai respons terhadap ADH. Peningkatan kadar faktor natriuretik
atrial yang tampak pada lansia juga dapat turut andil pada gangguan
kemampuan untuk menyimpan air ini. Perubahan normal dalam proses
menua ini meningkatkan resiko dehidrasi. Apabila dikombinasikan
dengan peningkatan kecenderungan terkena penyakit jantung,
gangguan fungsi ginjal, dan regimen obat multiple, resiko lansia untuk
mengalami keseimbangan cairan dan elektrolit menjadi signifikan.
Selain itu, penting untuk mempertimbangkan bahwa lansia memiliki
kulit dan vena yang lebih tipis dan rapuh, yang dapat membuat
pemasangan intervena lebih sulit.
b. Jenis kelamin dan Ukuran tubuh
Air tubuh total dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran tubuh.
Karena sel lemak mengamdung lebih sedikit atau sama sekali tidak
mengandung air dan jaringan tanpa lemak memiliki kandungan air
yang tinggi, individu yang memiliki presentasi lemak tubuh yang lebih
tinggi memiliki cairan tubuh yang lebih sedikit. Wanita secara
proporsional memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dan lebih
sedikit cairan tubuh dibandingkan pria. Air menyusun sekitar 60%
berat badan pria dewasa, tetapi hanya 52% untuk wanita dewasa. Pada
individu gemuk, kandungsn air tubuh mungkin lebih sedikit, dengan
hanya 30% - 40% dari berat badan individu tersebut.

c. Suhu Lingkungan
Individu yang sakit dan mereka yang berpartisipasi dalam
aktivitas berat berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit apabila suhu lingkungan tinggi. Kehilangan cairan melalui
berkeringat meningkat di lingkungan yang panas karena tubuh
berupaya untuk menghilangkan panas. Kehilangan ini bahkan lebih
besar pada individu yang belum menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Garam dan air tubuh hilang melalui keringat. Apabila hanya air
yang digantikan, terjadi risiko deplesi garam. Individu yang
mengalami deplesi garam dapat mengalami keletihan, kelemahan,
sakit kepala, dan gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan mual.
Rosiko efek yang merugikan bahkan lebih besar jika kehilangan air
tidak diganti. Suhu tubuh meningkat, dan individu berisiko mengalami
keletihan akibat panas atau mengalami heat-stroke. Heat stroke dapat
terjadi pada lansia atau orang sakit selama periode panas yang
berkepanjangan; juga dapat memengaruhi atlet dan para buruh apabila
produksi panas mereka melebihi kemampuan tubuh untuk
menghilangkan panas.
Mengonsumsi cairan dingin dalam jumlah yang memadahi,
terutama selama aktivitas berat, mengurangi risiko efek samping yang
merugikan akibat panas. Larutan elektrolit dan larutan karbohidrat-
elektrolit yang seimbang seperti minuman olahraga direkomendasikan
karena minuman tersebut menggantikan air dan elektolit yang hilang
melalui keringat.

d. Gaya hidup
Faktor lain seperti diet, latihan dan stress memengaruhi
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa.
Asupan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh diet. Orang yang
menderita anoreksia nervosa atau bulimia berisiko mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat karena asupan tidak
adekuat atau karena mereka melakukan upaya pembuangan (misal
merangsang muntah, menggunakan dierutik dan laksatif). Individu
yang mengalami malnutrisi berat mengalami penurunan kadar albumin
serum dan dapat mengalami edema karena aliran osmotik cairan ke
kompartemen pembuluh darah menjadi berkurang. Apabila asupan
kalori tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh, simpanan
lemak dipecah dan asam lemak dipecahkan, meningkatkan risiko
asidosis.
Olahraga yang menyokong beban secara teratur seperti berjalan,
berlari, atau bersepeda memiliki efek menguntungkan pada
keseimbangan kalsium. Laju pengeroposan tulang yang terjadi pada
wanita pasca menopause dan pria lansia menjadi lebih lambat apabila
mereka melakukan olahraga secara teratur sehingga mengurangi risiko
osteoporosis.
Stresss dapat meningkatkan metabolisme seluler, kadar
konsentrasi glukosa darah, dan kadar katekolamin. Selain itu, stress
dapat meningkatkan produksi ADH yang pada gilirannya menurunkan
produksi urine. Seluruh respon tubuh terhadap stress adlah
meningkatkan volume darah.
Factor gaya hidup yang lain dapat juga mempengaruhi
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Konsumsi alcohol
yang berlebihan mempengaruhi keseimbangan elektrolit,
meningkatkan risiko penurunan kadar kalsium, magnesium, dan fosfat.
Risiko asidosis yang terjadi akibat pemecahan jaringan lemak juga
lebih besar terjadi pada individu yang mengonsumsi alcohol dalam
jumlah besar.

e. Obat-obatan
Medikasi tertentu dapat menyebabkan retensi cairan dan
meningkatkan perkemihan. Obat mengganggu dengan
menyaingkannya untuk tempat reseptor pada level kimia (kadar
elektrolit dan asam-basa).

2. Factor risiko dan penyebab serta efek ketidkseimbangan cairan, elektrolit dan
asam-basa :
a. Fator risiko ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa :

Usia Sangat muda, sangat tua


Jenis Kelamin Wanita
Lingkungan Diet, latihan, iklim panas dan keringat
Penyakit kronis Kanker, Penyakit kardiovaskuler, seperti gagal
jantung kongestif; penyakit endokrin seperti
penyakit cushing, dan diabetes mellitus;
malnutrisi; penyakit pulmonary obstruksi kronik;
penyakit ginjal
Trauma Cedera tabrakan; Cedera kepala; Luka bakar
Terapi Diuretik; steroid; terapi intravena; nutrisi
parenteral total (TPN)
Kehilangan Gastrointestinal; pengisapan nasogastrik; fisula
Gastrointestinal

b. Penyebab dan Efek Ketidakseimbangan Cairan :


1) Penyebab :
a) Defisit volume cairan isotonik.
Kehilangan isotonik dari demam; muntah; berkeringat
berlebihan.
Efek : keletihan, kehilangan kesadaran dan gejala
gastrointestinal.
b) Kelebihan volume cairan.
Kelebihan asupan cairan intravena yang mengandung
natrium, kelebihan mengonsumsi natrium dalam diet
atau obat.
Efek : edema
c) Dehidrasi
Kehilangan air tanpa kehilangan elektolit karena
berkeringat berlebihan.
Efek : keletihan, kehilangan kesadaran dan lemas.
d) Overhidrasi
Kelebihan air melebihi jumlah elektrolit.
Efek : edema.
Penyebab dan Efek Ketidakseimbangan Elektrolit :
1) Penyebab :
a) Hiponatrium atau kehilangan natrium karena
berkeringat atau kehilangan cairan gastrointestinal
b) Hipokalemia atau kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L
karena muntah, diare.
c) Hipokalsemia atau kalsium kurang dari 8,5 mg/dL
karena hipoparatiroidisme.
d) Hipomagnesemia atau kekurangan magnesium karena
malnutrisi, luka bakar.
e) Hipernatremia atau kadar natrium lebih dari 145 mEq/L
karena asupan garam berlebihan, diabetes insipidus.
f) Hiperkalemia atau kalium lebih dari 5,0 mEq/L karena
gagal ginjal. Efek nya bisa membuat henti jantung.
g) Hiperkalsemia atau kadar kalsium lebih dari 10,5 mg/
h) Hipermagnesemia karena gagal ginjal.
Penyebab dan Efek Ketidakseimbangan Asam-basa :
1) Penyebab :
a) Hipoventilasi dan menurunnya pH hingga kurang dari
7,35 disebabkan karena penyakit asma, PPOK.
b) Hiperventilasi dan pH naik hingga lebih dari 7,45
disebabkan oleh demam dan infeksi pernafasan.
c) Penurunan kadar bikarbonat dan pH turun hingga
kurang dari 7,35 disebabkan oleh kelaparan.
d) Meningkatnya kadar bikarbonat dan asam dalam tubuh
karena muntah berkepanjangan.
2) Efek :
pH kurang dari 7,35 menyebabkan depresi, koma dan
kematian.
pH lebih fari 7,45 menyebabkan kejang otot, gugup bahkan
kematian.
Kasus :
Seorang atlet bulutangkis telah menyelesaikan pertandingannya 2 set. Ia
banyak mengeluarkan keringat, selama permainan bulu tangkis ia mengkonsumsi
minuman Pocari sweet sebanyak 500 ml. Setelah permainan ia merasakan haus.
Analisa kasus :
Seorang atlet yang telah menyelesaikan pertandingannya 2 set merasakan haus
setelah bertanding meskipun selama pertandingan ia sudah meminum pocari sweet
500ml yang merupakan minuman elektrolit. Hal ini disebabkan karena keseimbangan
cairan dan elektrolitnya terganggu. Cairan input dan outputnya tidak sebanding
karena banyak keringat yang keluar.
1. Faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
dari atlet tersebut yaitu karena suhu lingkungan, seorang atlet yang melakukan
aktivitas berat ditambah dengan suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan
tubuh panas dan untuk menstabilkan panas maka tubuh mengeluarkan
keringat. Semakin banyak keringat yang keluar maka semakin banyak pula
cairan dan elektrolit hilang dari tubuh, didalam keringat mengandung air dan
garam. Meskipun sudah minum pocari sweet dan elektrolit yang hilang dalam
tubuh sudah terganti tetapi atlet tetap merasakan haus karena volume cairan
dalam tubuh belum tercukupi. Faktor ini lah yang mempengaruhi
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa dalam tubuh.
2. Faktor risiko yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa adalah Lingkungan yang mencakup latihan, iklim panas dan
keringat. Seorang atlet yang sedang latihan atau beraktivitas ditambah dengan
iklim panas dapat membuat suhu tubuh naik. Tubuh akan mengeluarkan
keringat untuk homeostasis. Apabila keringat banyak yang keluar dan tidak
diimbangi dengan input cairan dan elektrolit, ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Olahraga yang
menyokong beban secara teratur seperti bermain bulu tangkis memiliki efek
menguntungkan pada keseimbangan kalsium. Karena dapat membuat laju
pengeroposan tulang lebih lambat sehingga mengurangi risiko osteoporosis.
Penyebab dan efek ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa adalah
dehidrasi yang disebabkan karena keringat berlebihan yang ditandai dengan
haus. Haus merupakan tanda dari tubuh apabila terjadi penurunan volume
cairan. Kekurangan cairan akibat dehidrasi dapat menimbulkan efek keletihan,
kelemahan atau kehilangan kesadaran.
Daftar Pustaka
Kozier.Ert.Berman.Synder.2010.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC
Potter, Perry.2010.Fundamental Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Vaughans, Bennita W.2013.Keperawatan Dasar.Yogyakarta Rapha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai