Anda di halaman 1dari 11

ASSALAMUALAIKUM WR.

WB

KONSENSUS/ IJMA
AL-ISLAM
KEMUHAMMADIYAHAN
Disusun oleh :
Alkhiya Ningrum Nim: 1502047
Deny Pranabudi Nim: 1502053
Frida Kusuma Nim: 1502059
Luciana Eka P Nim: 1502065
Nur Janah Nim: 1502071
Sari Hartati Nim: 1502077
Teguh Budi S Nim: 1502083

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN


Pengertian Ijma
Secara etimologi, ijma terbagi menjadi dua pengertian, yaitu :
1. Ijma berarti kesepakatan atau konsensus. Pengertian tersebut juga dapat ditemukan didalam
surat Yusuf ayat 15, yaitu :

Artinya : Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya kedalam sumur (lalu
mereka memasukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf:
Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada
ingat lagi. (QS. Yusuf : 15)
2. Ijma berarti tekad atau niat yaitu ketetapan hati untuk melakukan sesuatu.
Pengertian ini dapat dilihat pada surat Yunus ayat 71:

Artinya: Karena itu bulatkanlah keputusan dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk


membinasakanku). (QS. Yunus : 71)
Adapun pengertian ijma secara terminologi, para ulama ushul berbeda pendapat
dalam mendefinisikannya :

1. Pengarang kitab Fushulul BadaI berpendapat bahwa ijma itu adalah kesepakatan
semua ulama mujtahid dari ijma umat Muhammad SAW dalam suatu masa setelah beliau
wafat terhadap hukum syara.

2. Pengarang kitab Tahrir, Al-Kamal bin Hamam berpendapat bahwa ijma adalah
kesepakatan mujtahid suatu masa dari ijma Muhammad SAW. terhadap masalah syara.
Syarat terbentuknya ijma yaitu sebagai
berikut :

1. Yang bersepakat adalah para Mujtahid.


2. Para mujtahid harus umat Muhammad SAW.
3. Dilakukan setelah wafatnya Nabi.
Adapun rukun ijma adalah sebagai berikut :

1. Yang terlibat dalam pembahasan hukum syara melalui ijma tersebut adalah
seluruh mujtahid. Apabila ada diantara mereka yang tidak setuju, sekalipun
jumlahnya kecil, maka hukum yang dihasilkan itu tidak dinamakan hukum ijma.
2.Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum itu adalah seluruh mujtahid
yang ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia Islam.
3. Kesepakatan itu diawali setelah masing-masing mujtahid mengemukakan
pendapatanya.
4. Sandaran hukum ijma tersebut haruslah Al-Quran dan atau hadits Rasulullah
SAW.
Macam Macam Ijma`

1. Dilihat dari cara terjadinya, yaitu :


a. Ijma Sharih
Yaitu pendapat yang diutarakan secara jelas dan tegas baik berupa ucapan
atau tulisan.
b. Ijma Sukuti
Yaitu pendapat sebagian para mujtahid yang menyatakan dengan jelas dan
tegas tetapi mereka tidak memberikan reaksi terhadap suatu ketentuan hukum
yang dikemukakan Mujtahid lain yang hidup dimasanya.
2. Dilihat dari segu kepastian hukumnya, yaitu :
a. Ijma Qathi
Yaitu hukum yang dihasilkan ijma diyakini benar terjadi, tidak ada
kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang ditetapkan
berbeda dengan hasil ijma.
b. Ijma Dhanni
Yaitu hukum yang dihasilkan ijma masih ada kemungkinan bahwa hukum
dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan berbeda dengan hasil ijtihad.
3.Dilihat dari segi masa atau tempat terjadinya ijma :

a. Ijma Sahabat, yaitu ijma yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW.
b. Ijma khulafaurrasidin, yaitu ijma yang dilakukan oleh Abu bakar, umar, Ustman dan Ali
bin abi thalib. Namun setelah Abu bakar meninggal dunia ijma tersebut tidak dilakukan lagi.
c. Ijma Shaikhan, yaitu ijma yang dilakukan oleh Abu bakar dan Umar bin Khatab.
d. Ijma ahli Madinah, yaitu ijma yang dilakukan oleh ulama Madinah. Namun terjadi
perbedaan antara Imam Malilki dan Imam Syafii. Menurut Imam Syafii tidak dimungkinkan
terjadinya ijma secara universal, sedangkan menurut Imam Malik hal tersebut bisa trjadi.
e. Ijma Ulama kufah, yaitu ijma yang dialakukan oleh ulama kufah sehingga Madzhab Hanafi
menjadikan ijma ulama kufah sebagai salah satu hukum Islam.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai