Anda di halaman 1dari 2

PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS

No. Dokumen : 229/SOP/C/I/2016


SOP No. Revisi : 00
Tgl. Terbit : 14 Januari 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS dr.Amtsyir Muhadi,M.Adm.Kes


SULILI NIP. 19750323 200701 1 021

1. Pengertian Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung,
rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit,
melainkan gejala dari suatu penyakit yang hampir 90 % dapat berhenti
sendiri
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk penatalaksanaan
epistaksis
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sulili Nomor 073/PKM-SLL/SK/I
/2016 Tentang Penyusunan Standar Operasional Prosedur Layanan Klinis
Yang Mengacu Pada Acuan Yang Jelas
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015
Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur / Langkah- 1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
langkah 2. Anamnesis
3. Pemeriksaan fisis
4. Pemeriksaan penunjang
5. Penegakan diagnosis
6. Penatalaksanaan :
Perbaiki keadaan umum penderita. Pada epstaksis ringan ,
perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala
ditegakkan , kemudian cuping hidung ditekan kea rah septum
nasi selama 3- 5 menit (metode Trotter)
Bila perdarahan berhenti, buka hidung dengan spekulum dan
bersihkan semua kotoran dalam hidung
Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kasa ke dalam
hidung yang telah dibasahi dengan 2 cc pantokain 2 % atau 2
cc lidokain 2 % yang ditetesi 0,2 cc larutan adrenalin 1/1000.
Sesudah 10 - 15 menit, kasa dikeluarkan dan dilakukan
evaluasi
Pada epistaksis anterior, dilakukan kaustik dengan lidi kapas
yang dibasahi larutan nitrasargenti 20 30 % atau asam
trikloroasetat 10 %, lalu diloesi salep antibiotik. Bila
perdarahan belum berhenti, dilakukan pemasangan tampon
anterior dengan kasa yang diberi vaselin yang dicampur
betadine, dipertahankan selama 2 x 24 jam, dan diberikan
antibiotic sistemik dan analgetik
Untuk epistaksis posterior dilakukan pemasangan tampon
Bellocq selama 2 3 hari

6. Bagan alir Pemeriksaan anamnesis


tanda vital

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan fisik

Penegakan diagnosis penatalaksanaan

7. Unit terkait Poli umum, UGD, pustu/poskesdes

Anda mungkin juga menyukai