Apa yang anda dapat pelajari dan simpulkan dari teknik EOR ini, jika di Venezuela telah
dimulai sejak 1960 bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia sudah menggunakan
teknologi ini? Jelaskan sejauh mana yang anda ketahui?
EOR adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan recovery minyak bumi dengan
melibatkan penginjeksian material biasanya menggunakan injeksi gas tercampur, bahan kimia
(chemical) ataupun thermal energy untuk mengubah karakteristik reservoir sehingga minyak
yang diperoleh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Salah satu material tersebut ialah
surfaktan.
Berkaitan dengan pengurasan minyak bumi (peningkatan recovery factor), data dari Lemigas
menunjukkan bahwa sekitar 62 % dari isi awal minyak, masih tertinggal dalam reservoir
setelah pengurasan primer. Hal ini berpotensi besar untuk mengembangkan Enhanced Oil
Recovery (EOR) sebagai salah satu solusi peningkatan produksi minyak di Indonesia.
Enhanced Oil Recovery (EOR) di Indonesia sudah masa uji coba. Wilayah Sumatra Tengah
dan Sumatra Selatan menjadi potensi terbesar EOR ini khususnya injeksi kimia dan CO2.
Namun, saat ini pengembangannya belum mencapai tahap implementasi dan komersial di
lapangan. Selain itu, hambatan lain dari pengembangan EOR ini adalah proses perencanaan
yang membutuhkan waktu lama, dimulai dari percobaan lapangan sampai menemukan
komposisi injeksi yang tepat untuk diaplikasikan.
Dengan potensi yang besar ini, pemerintah perlu memberikan rangsangan kepada perusahaan
minyak nasional maupun internasional sehingga pengembangan berbagai inovasi teknologi
dapat menghasilkan perbaikan proses EOR. Selain itu juga, proses EOR diperlukan terlebih
dahulu melakukan studi EOR, karena seandainya kita melakukan studi saat produksi mulai
turun, itu akan membutuhkan waktu lama dan sumur produksi akan berubah lagi sifat fluida
dan karakteristik batuannya. Studi EOR perlu dilakukan bahkan saat sebelum proses
pemboran. Sehingga pada saat produksi suatu lapangan menurun, sudah memiliki formula
untuk melakukan EOR.
7. Apabila anda sebagai seorang engineer yang bertugas di Industri Perminyakan, apa yang
dapat anda lakukan apabila diberikan tugas untuk mengambil minyak yang ada pada sumur-
sumur tua minyak yang sudah tidak berproduksi lagi? Jelaskan
Surfaktan merupakan solusi untuk menguras isi sumur minyak tua. Selama ini, mayoritas
kilang minyak menggunakan injeksi air untuk memompa minyak mentah ke permukaan
bumi, namun cara itu masih ada minyak yang tersisa dibebatuan. Digunakan injeksi surfaktan
untuk bisa mengangkat minyak tersebut.
Injeksi surfaktan merupakan bagian dari teknologi peningkatan pengurasan minyak (EOR)
pada sumur tua yang masih menyimpan minyak cukup banyk. Proses penyederhanaannya
seperti: minyak yang terperangkap dibebatuan diinjeksi oleh campuran air dan surfaktan.
Ketika terlepas dari bebatuan dan teremulsi, minyak disedot keatas bersama air. Setelah itu
minyak kembai dipisahkan oleh air.
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan
adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan
bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan
dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan
dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan
tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam
kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar
(lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
Fungsi surfaktan ditentukan dengan hydrophilic-lipophilic balance (HLB). HLB adalah angka
yang menunjukkan perbandingan antara senyawa hidrofilik (suka air) dengan senyawa
oleofilik (suka minyak). Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok
senyawa yang suka air. artinya, emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya. kegunaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya. Harga HLB menentukan
kualitas surfaktan.
Schwartz dan Perry menyebutkan bahwa molekul zat aktif permukaan terdiri dari dua gugus
yang penting, yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus liofob (menolak pelarut). Gugus
liofob biasanya terdiri dari rantai alifatik atau aromatik, atau gugus aril alkil (aralkil) yang
biasanya terdiri dari paling sedikit sepuluh atom karbon.
Dalam medium air sebagai pelarut, gugus liofob yang juga disebut gugus hidrofob bersifat
menjauhi air. Sedang gugus liofil atau dalam air dikenal sebagai gugus hidrofil lebih banyak
menentukan sifat sifat kimia fisika zat aktif permukaan daripada gugus hidrofob.
Sifat dari pada zat aktif permukaan juga bergantung pada macamnya gugus hidrofil, yang
dapat dibagi sebagai berikut :
a) Surfaktan Anionik
Surfaktan anionik bermuatan negatif pada bagian hidrofiliknya. Aplikasi utama dari
surfaktan anionik yaitu untuk deterjensi, pembusaan dan emulsifier pada produk-
produk perawatan diri (personal care product), detergen dan sabun. Kelemahan
surfaktan anionik adalah sensitif terhadap adanya mineral dan perubahan PH. Contoh
surfaktan anionik, yaitu linier alkilbenzen sulfonat, alkohol sulfat, alkohol eter sulfat,
metil ester sulfonal (MES), fatty alkohol eter fosfat.
b) Surfaktan Kationik
c) Surfaktan Nonionik
Surfaktan nonionik tidak memiliki muatan, tetapi mengandung grup yang memiliki
afinitas tinggi terhadap air yang disebabkan adanya interaksi kuat dipol-dipol yang
timbul akibat ikatan hidrogen. Aplikasi surfaktan nonionik umumnya pada detergen
untuk suhu rendah dan sebagai emulsifier. Keunggulan surfaktan ini adalah tidak
terpengaruh oleh adanya air sadah dan perubahan pH. Contoh surfaktan nonionik
adalah dietanolamida, alkohol etoksilat, sukrosa ester, fatty alkohol poliglikol eter,
gliserol monostearat, sukrosa distearat, sorbitan monostearat, sorbitan monooleat,
gliserol monooleat dan propilen glikol monostearat.
d) Surfaktan Amfoterik
Surfaktan amfoterik memiliki gugus positif dan negatif pada molekul yang sama
sehingga rantai hidrofobik diikat oleh bagian hidrofilik yang mengandung gugus
positif dan negatif. Surfaktan amfoterik sangat dipengaruhi oleh perubahan pH,
dimana pada pH rendah berubah menjadi surfaktan kationik dan pada pH tinggi akan
berubah menjadi surfaktan anionik. Surfaktan jenis ini umumnya diaplikasikan pada
produk sampo dan kosmetik. Contohnya adalah fosfatidilkolin (PC),
fosfatidiletanolamina (PE), lesitin, asam aminokarboksilat dan alkil betain.
Agster menyusun golongan ini atas tujuh bagian, penggolongan ini erat hubungannya dengan
cara pembuatan zat aktif permukaan. Misalnya dengan cara penyabunan atau kondensasi
terhadap asam lemak, sulfotasi terhadap rantai alifatik tinggi, dan sebagainya.
1. Sabun
Contoh : Na-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat, dsb.
2. Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan.
Contoh : Minyak jarak yang disulfatkan (TRO).
3. Parafin atau olefin yang disulfurkan.
Contoh : senyawa sulfochlorida yang disabunkan (Mersolat), olefin yang disulfatkan
(Tepol).
4. Aralkil sulfonat
Contoh : alkil benzo sulfonat, naftalin sulfonat seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonat-
Na (Nekal A), dsb.
5. Alkil sulfat
Contoh : Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol primer seperti asam malonat anhidrat +
alkohol dengan Na-bisulfit (Nacconol. LAL), Alkil sulfat sekunder/ dari alkil alkohol
sekunder.
6. Kondensat asam lemak.
Contoh : kondensat dengan gugus amino (Medialan A, Sapamine A), kondensat
mengandung gugus oksi (Immersol S, Soromin A), kondensat dengan gugus inti
aromatik (Melioaran F).
7. Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter).
Contoh : Alkil amin poliglikol eter (Peregal OK), Dispersol E.
3. Menurut kelarutannya
Saat larutan ditambahkan surfaktan, surfaktan membagi diri menjadi kepala (hidrofilik)
interaksi dengan air, dan ekor (hidrofobik) menghindari air dan keluar kearah basah,
mematahkan ikatan hidrogen pada permukaan air.