MAKALAH
DASAR DAN TEORI PENDIDIKAN POLITIK
Oleh:
NUNUNG NUROHMAH
NPM. 145710128
Dosen Pengampu:
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan hal
hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan
kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan
seterusnya. Dan juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada
rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong
menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap
orang lain, sehingga sering dikataka sebagai mempunyai jiwa sosial yang
tinggi. Pada dunia pendidikanpun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah
satu jurusan yang harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah
atas atau pilihan ketika memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut
adalah jurusan yang berkaitan dengan segala aktivitas yang berkenaan dengan
tindakan hubungan antar manusia.
Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan sosial dari kenyataan-
kenyataan tentang istilah tersebut di atas. Dilihat dari sasaran atau tujuan dari
istilah tersebut yang berkaitan dengan kemanusiaan, maka dapat diasumsikan
bahwa semua pernyataan tersebut pada dasarnya mengarah pada bentuk atau
sifatnya yang humanis atau kemanusiaan dalam artian kelompok, mengarah
pada hubungan antar manusia sebagai anggota masyarakat atau
kemasyarakatan. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa sosial merupakan
rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan
suatu masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan dalam
berhubungan antar manusia.
Sedangkan politik pendidikan atau the politics of education adalah
kajian tentang relasi antara proses munculnya berbagai tujuan pendidikan
dengan cara cara penyampaiannya. Kajian ini lebih terfokus pada kekuatan
yang menggerakkan perangkat pencapaian tujuan pendidikan dan bagaimana
1
serta kemana perangkat tersebut akan diarahkan. Kajian politik pendidikan
terkonsentrasi pada peranan Negara dalam bidang pendidikan, sehingga dapat
menjelaskan asumsi dan maksud dari berbagai strategi perubahan pendidikan
dalam suatu masyarakat secara lebih baik.Kajian politik pendidikan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kaitan antara berbagai
kebutuhan politik Negara dengan isu isu praktis sehari hari di sekolah;
tentang kesadaran kelas; tentang berbagai bentuk dominasi dan subordinasi
yang sedang dibangun melalui jalur pendidikan.
Oleh karena itu ilmu politik tentu berhubungan dengan ilmu
pengetahuan lainnya, seperti sosiologi, antropologi dan ilmuilmu sosial
lainnya, karena ilmu sosial mempunyai obyek penelitian yang sama, yaitu
manusia sebagai anggota kelompok.
B. Pembahasan
1. Konsep Sosial
Sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat
pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti
terdapat hak dan kewajiban darimanusia diatur hak dan kewajibannya yang
menunjukkan identitasnya dalam sebuah arena, dan sering disebut sebagai
status, bagaimana individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan apa yang telah ada dalam perangkat pedoman yang ada yang
dipakai sebagai acuan.
Pengertian Nilai Sosial Menurut para Ahli
2
4. M.Z.Lawang, menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang
diinginkan,yang pantas,berharga,dan dapat mempengaruhi perilaku
sosial dari orang yang bernilai tersebut.
5. Hendropuspito, menyatakan nilai sosial adalah segala sesuatu yang
dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi
perkembangan kehidupan manusia.
3
Etnografi menempatkan pada perlunya koleksi dan interpretasi
data dari hipotesis yang sudah diterapkan.
Etnografi bergerak dari data dalam mencari hipotesis, bukan
hipotesis mencari data.
2. Teori Interaksi simbolis (Menurut Noeng Muhadjirin dalan Tjipto .2009:
81)
Konsep interaksi simbolik bertolak pada tujuh posisi dasar, yaitu:
a. Bahwa perilaku manusia itu mempunyai .makna dibalik yang
menggejala, sehingga diperlukan metoda untuk mengungkapkan
perilaku yang terselubung.
b. Pemaknaan kemanusiaan manusia perlu dicari sumbernya pada
interaksi sosial manusia. Manusia membangun lingkungannya,
manusia membangun dunianya, dan kesemuanya dibangn berdasrkan
simpati, dengan bentuk tertinggi mencintai sesama manusia dan
mencintai Tuhan.
c. Bahwa masyarakat manusia itu merupakan proses yang berkembang
holistik, tidak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga.
d. Perilaku manusia itu berlaku berdasarkan penafsiran fenomenologik,
yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan dan tujuan, bukan di
tujukan atas proses mekamik atau otomatik, perilaku manusia
bertujuan dan tidak terduga.
e. Konsep mental manusia itu berkembang dialektik, mengakui adanya
tesis, antithesis, dan sintesis, sifatnya idealitik bukan materialistik.
f. Perilaku manusia itu wajar, dan konstruktif kreatif, bukan elementer
reaktif.
g. Perlu di gunakan metoda instrospeksi simpatetik, menekankan
pendekatan intuitif untuk menangkap makna (Muhadjir, dalam Tjipto
2009: 82).
4
3. Teori diskriptif (William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen
K.Bailey,1986)
Menggambarkan apa-apa yang nyata-nyata terjadi dilapangan (memotret
apa adanya). Artinya, semua kegiatan sosial yang terjadi di lapangan di
gambarkan secara nyata. Misalnya seorang bocah membantu seorang
nenek yang tua renta hendak menyeberang jalan. Sehingga apa yaang
terjadi tersebut digambarkan dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
rekayasa.
4. Teori Normatif (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen
K.Bailey, 1986)
Pada dasarnya mempersoalkan peranan suatu kebijaksanaan/ perundang-
undangan/ peraturan tertentu.
5. Teori pre-skriptif (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin,
Stephen K.Bailey, 1986)
Menggambarkan perubahan-perubahan untuk melakukan pembaharuan,
koreksi dan perbaikan suatu proses teori dan fenomena tertentu.
6. Teori hubungan manusia (human relation theory) (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menitik beratkan bahwa norma-norma sosial merupakan faktor kunci
dalam menentukan sikap, perilaku dan tindakan seseorang terutama dalam
lingkungan kerja.
7. Teori asumtif (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen
K.Bailey, 1986)
Lebih memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk memperbaiki suatu
praktek dengan memahami hakekat suatu fenomena yang terjadi dalam
lingkungannya.
8. Teori instrumental (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin,
Stephen K.Bailey, 1986)
Bermaksud untuk melakukan konseptualisasi mengenai cara-cara
memperbaiki suatu teknis sehingga dapat dibuat sebagai sasaran yang
lebih realistik (tools of analysis).
5
9. Teori pengambilan keputusan (decesion making
theory) ( Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen
K.Bailey, 1986)
Lebih mengkonsentrasikan diri pada analisa proses pengambilan
keputusan, apakah mempergunakan model statistik, model optimasi,
model informasi, model simulasi, model liniar programming, model
critical path scheduling, model inventory, model site location, ataukah
model resources allocation, dan sebagainya (catatan : pada beberapa
fakultas dan program training sudah merupakan mata pelajaran
tersendiri).
10. Teori perilaku (behavior theory) (Menurut William L.Morrow, Stephen
P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Orientasi yang dikembangkan adalah efesiensi dan sasaran dengan cara
mengintegrasikan komponen-komponen anggota organisasi, struktur dan
prosesnya. Dengan kata lain teori perilaku lebih memahami pentingnya
aspek dan faktor manusia sebagai alat utama untuk mencapai tujuan
organisasi ( catatan : teori perilaku ini juga sudah merupakan mata kuliah
tersendiri sebagai mata kuliah perilaku organisasi).
11. Sosiologi adalah ilmu positip (Menurut August Comte)
Masyarakat. Ia menggunakan kata positip yang artinya empiris. Jadi
sosiologi baginya adalah studi empiris tentang masyarakat. Menurut
August Comte, obyek studi dari sosiologi adalah tentang masyarakat, ada
dua unsure yaitu struktur masyarakat yang disebut statika sosial dan
proses-proses sosial di dalam masyarakat yang disebut dinamika sosial.
12. Teori Struktural Fungsional (Konstruksionisme) (Menurut Talcott
Parson)
Teori ini menjelaskan tingkah laku manusia berdasarkan suatu sistem
sosial yang terbentuk oleh jaringan hubungan berbagai fungsi yang ada
dalam suatu masyarakat, yaitu fungsi-fungsi seperti : peran, status,
pendapatan, pekerjaan dll. Hubungan antara fungsi-fungsi sosial tersebut
6
dianggap sama dengan hubungan antara fungsi-fungsi biologis dalam
suatu organisme.
13. Teori sistem (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen
K.Bailey, 1986)
Merupakan suatu cara pendekatan yang memandang bahwa setiap
fenomena mempunyai berbagai komponen yang saling berinteraksi satu
sama lain agar dapat bertahan hidup (survival). Dalam sistem memiliki
beberapa unsur sistem antara lain : unsur lingkungan, unsur masukan
(input), unsur pengelola (konversi/throught put), unsur keluaran (out
put/product), unsur efek atau unsur akibat (consequences), dan unsur
umpan balik (feed back)
7
17. Teori Struktural Historis (Menurut Hegel)
Dengan demikian orang-orang yang mempunyai akses terhadap faktor-
faktor produksi akan mempunyai bentuk tingkah laku yang berbeda dari
mereka yang tidak memiliki akses tersebut.
18. Teori Struktural Historis (Menurut Karl Marx)
Relasi produksi tersebut menimbulkan klas-klas sosial dalam masyarakat,
dan tingkah laku sosial sebetulnya tidak lebih dari masalah yang muncul
dari pertarungan antar kelas.
19. Teori Struktural A-Historis (Menurut Levi Strauss)
Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh
beberapa struktur apriori yang asal-usulnya tidak dapat dijelaskan oleh
perkembangan sejarah, bahkan sebaliknya sejarah dibentuk oleh watak
struktur-struktur tersebut.
20. Teori Fenomenologi (Menurut Muhadjir, Dalam Tjipto 2009: 68)
Pendekatan fenomenologi mengakuai adanya kebenaran empiric etik yang
memerlukan akal budi untuk melacak dan menjelasskan serta
berargumentasi. Akal budi ini mengandung makna bahwa kita perlu
menggunakan criteria lebih tinggi lagi dari sekedar true or false.
8
cermin untuk menyusun masa depan kita agar tidak terbentur pada
kesalahan-kesalahan yang sama.
B. Hubungan Politik dengan Filsafat
Filsafat adalah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari
pemecahan atau jawaban atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam
semesta (universe) dan kehidupan manusia.Sehingga filsafat sering
merupakan pedoman bagi manusia dalam menetapkan sikap hidup dan
tingkah lakunya.Kaitannya dengan filsafat politik, yaitu bagian dari filsafat
yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal
mula dan nilai (value) dari negara.
Bahwa negara dan manusia adalah bagian dari alam semesta yang
erat kaitannya juga dengan moral filosofi atau etika (ethics). Dimana etika
membahas persoalan yang menyangkut norma-norma bai/ buruk atau adil/
tidak adil. Sehingga menimbulkan pertanyaan sebagai berikut: apakah
seharusnya tujuan dari negara; bagaimana seharusnya sifat sistem
pemerintahan yang terbaik dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Bagaimana seorang pemimpin harus bertindak untuk keselamatan negara
dan warganya.Inilah yang dinamakan sistem nilai (value system) dan
norma-norma tertentu.
C. Hubungan Politik dengan Sosiologi
Sosiologilah yang paling pokok dan umum sifatnya dalam hal
membantu sarjana ilmu politik untuk memahami latar belakang, susunan
dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam
masyarakat.Sehingga dapat diketeahui bahwa stratifikasi sosial
mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh misalnya kebijakan (policy
decisions), corak dan sifat keabsahan politik (polical legitimacy), sumber-
sumber kewenangan politik (sources of polical authority), pengendalian
sosial (social control), dan perubahan sosial (social change).
Mengenai masalah perubahan dan pembaruan disinilah masyarakat
timbul golongan-golongan atau kelompok-kelompok baru yang
memajukan kepentingan-kepentingan baru, maka nilai-nilai kebudayaan
9
masyarakat secara keseluruhan akan menunjukkan perubahan-perubahan
dalam pola kehidupan politik. Contohnya pergerakan perburuhan di
negara-negara Industri dan pergerakan petani di negara-negara agraris,
menyebabkan orientasi kepada nilai-nilai baru yang timbul sebagai akibat
pergeseran golongan dan kelompok yang berpengaruh dalam masyarakat.
Begitu pula dalam hal perkembangan dan pertambahan penduduk dengan
sendirinya akan mengakibatkan perubahan dalam stratifikasi sosial,
hubungan antar kelas, ketegangan-ketengangan politik, dan meningkatnya
masalah-masalah organisasi sosial politik.
Baik sosiologi maupun ilmu politik mempelajari negara.Hanya saja
sosiologi menganggap negara sebagai salah satu lembaga pengendalian
sosial (agent of social control). Negara yang berfungsi sebagai pengatur
dan pengendalian tertentu yang formal maupun tidak formal. Selain itu
juga sosiologi melihat negara sebagai salah satu asosiasi dalam masyarakat
dan memerhatikan bagaimana sifat dan kegiatan asosiasi itu memengaruhi
sifat dan kegiatan negara dianggap baik.Hanya saja bagi ilmu politik,
negara merupakan objek penelitian pokok, sedangkan dalam sosiologi
negara hanya merupakan salah satu dari kebanyakan asosiasi dan lembaga
pengendalian masyarakat.
D. Hubungan Politik dengan Antropologi
10
warisan harta kekayaan, serta pola-pola kehidupan tradisional lainnya
mempunyai daya tahan yang kuat terhadap usaha-usaha pembinaan
kehidupan corak nasional tersebut; betapa dalam beberapa situasi faktor-
faktor sosial budaya tersebut malahan menjadi kuat dan lebih sadar
melakukan perlawanan terhadap usaha-usaha nation building.
Pada masa silam ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan bidang
ilmu tersendiri yang dikenal sebagai ekonomi politik (political economy).
Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, ilmu tersebut
memisahkan diri menjadi dua lapangan yang mengkhususkan perhatian
terhadap prilaku manusia yang berbeda-beda ilmu politik (polical
science)dan ilmu ekonomi ( ecomics).
11
Menilik tentang tujuan ilmu ekonomi adalah usaha manusia untuk
mengembangkan serta membagi sumber-sumber yang langka (scarcity)
untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini menyebabkan ilmu ekonomi
berorientasi kuat terhadap kebijakan yang rasional, khususnya penentuan
hubungan antara tujuan dan cara mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Oleh karena itu ilmu ekonomi dikenal sebagai ilmu sosial yang sangat
planning-oriented; pengaruhnya meluas pada ilmu politik seperti misalnya
pengertian pembangunan ekonomi (economy development) yang telah
memengaruhi pengertian pembagunan politik (political development).
Oleh karena itu seringkali ilmu ekonomi dikenal sebagai ilmu sosial
yang bersifat choice oriented, hal dimana telah berpengaruh pada
pengkhususan penelitian mengenai dcision-making dalam ilmu politik
modern. Akhirnya pemikiran yang berpangkal tolak dari faktor kelangkaan
telah memaksa ilmu ekonomi untuk lebih banyak berikhtiyar ke arah
ramalan (pediction) berdasarkan perhitungan yang seksama, sehingga ilmu
ekonomi modern jarang bersifat spekulatif.Ikhtiyar inilah yang
mempengaruhi sarjana ilmu politik untuk mendasarkan teori dan
metodologinya pada suatu pendekatan yang lebih ilmiah, yang terkenal
dengan pendekatan tingkah laku (behavioral approach).
12
Perekonomian khususnya di dunia internasional pun tidak boleh
diabaikan pengaruhnya dan peran perdagangan luar negeri, bantuan luar
negeri, serta hubungan ekonomi luar negeri pada umumnya terhadap
usaha-usaha pembangunan dalam negeri.Hal inilah yang terkait dengan
prilaku rasional (rational choice) yang lebih cenderung melihat manusia
sebagai makhluk ekonomi (economic creature).Dianggap bahwa manusia
dalam mengambil keputusan selalu memperhitungkan untung rugi baginya
secara ekonomis
13
memperbanyak produksi kerja melalui penanaman penghargaan terhadap
waktu dan usaha; betapa nilai-nilai budaya yang telah bertahun-tahun
lamanya diterima oleh masyarakat dapat melahirkan tingkah laku politik
yang relatif stabil (budaya politik atau political culture) yang memberi
dorongan kuat pada ketaatan terhadap aturan main (rules of the game).
14
mata sebagai sistem hukum.Manusia dilihat sebagai makhluk yang
menjadi objek dari sistem hukum dan dianggap sebagai pemegang hak dan
kewajiban politik semata-mata.Ilmu hukum tidak melihat manusia sebagai
makhluk yang terpengaruh oleh faktor sosial, psikologi, dan
kebudayaan.Akibatnya ialah bahwa ada kecenderungan pada ilmu hukum
untuk meremehkan kekuatan-kekuatan lainnya yang berada di luar bidang
hukum.
15
kekuasaan. Karena subjek ilmu politik ialah gerakan dan kekuatan di
belakang evolusi yang terus menerus itu. Sedangkan ilmu negara lebih
statis dan beku serta membatasi diri pada penelitian lembaga
kenegaraan yang resmi.
3. Ilmu negara lebih tajam konsep-konsepnya dan lebih terang
metodologinya, tetapi ilmu politik lebih kongkret dan mendekati
realistis.
4. Ilmu negara lebih mendapat perhatian dari ahli hukum, sedangkan ahli
sejarah dan ahli sosiologi lebih tertarik kepada ilmu politik.
C. Kesimpulan
Pendidikan dan politik adalah dua hal yang berhubungan erat dan saling
mempengaruhi. Dengan kata lain, berbagai aspek pendidikan senantiasa
mengandung unsur unsur politik. Begitu juga sebaliknya, setiap aktivitas
politik ada kaitannya dengan aspek aspek kependidikan.
Politik sangat berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
karena ilmu politik mempelajari gejala-gejala sosial lainnya yang selalu
berubah atau mepelajari manusia sebagai makhluk sosial yang bisa rasional
tetapi juga irasional.Pendidikan dan politik adalah dua hal yang berhubungan
erat dan saling mempengaruhi. Dengan kata lain, berbagai aspek pendidikan
senantiasa mengandung unsur unsur politik. Begitu juga sebaliknya, setiap
aktivitas politik ada kaitannya dengan aspek aspek kependidikan.
Dapat disimpulkan bahwa Politik sangat berhubungan erat dengan ilmu-
ilmu sosial lainnya karena ilmu politik mempelajari gejala-gejala sosial
lainnya yang selalu berubah atau mepelajari manusia sebagai makhluk sosial
yang bisa rasional tetapi juga irasional.
16
DAFTAR PUSTAKA
http:/re-searchengines.com/art05-73.html/
http: //www.scribd.com/doc/2058421/politik-indonesia
http:/jawabali.com/pendidikan/politik-pendidkan-557
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_politik"http://id.wikipedia.org/wiki/Politik
17