Anda di halaman 1dari 6

Tugas Makalah

Dasar Dan Teori Pendidikan Politik


Partisipasi Politik Di Indonesia

Penyusun:

Sobariyah
NPM. 145710107

Dosen Pengampu : Dr. Kahar Yoes, M.Si.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP ARRAHMANIYAH DEPOK
PROGRAM STUDI S2 PPKn
2015

Partisipasi Politik di Indonesia


1. PENDAHULUAN

Kajian dari sosiologi politik adalah tingkah laku masyarakat secara individu
maupun secara kolektif dalam berpolitik. Partisipasi politik adalah bagian penting dalam
kehidupan politik suatu negara, terutama bagi negara yang menyebut dirinya sebagai
negara demokrasi, partisipasi politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya,
suatu negara baru bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa
memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik sebaliknya, warga negara yang bersangkutan juga harus
memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang cukup tinggi. Jika tidak, maka kadar
kedemokratisan negara tersebut masih diragukan. Masalah partisipasi politik bukan hanya
menyangkut watak atau sifat dari pemerintahan negara, melainkan lebih berkaitan dengan
sifat dan karakter masyarakat suatu negara dan pengaruh yang ditimbulkannya. Oleh
karena itu, partisipasi politik menjadi kajian penting dalam sosiologi politik, disamping
juga menjadi kajian ilmu politik. Dalam pembahasan ini partisipasi politik menjadi topik
inti yang harus dipelajari dengan sungguh-sungguh.

2. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan kita cari yaitu tentang pengertian dari partisipasi politik, kemudian bagaimana
tipologi dari partisipasi politik serta bentuk dan hierarki dari partisipasi politik.

3. PEMBAHASAN
A. Definisi Partisipasi politik

Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah


kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara dan, secara
lagsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).[1]
Kegiatan ini mencakup kegiatan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum,
menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu
gerakan sosial dengan direct action, dan sebagainya.

Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-


pribadi, yang dimaksud untuk memengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah.
Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau
sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak
efektif. (By political participation we mean activity by private citizens designed to
influence government decision making. Participation may be individual or collective,
organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal,
effective or in effective).

1
Di Negara- Negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama
untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk
menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi
politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang
abash oleh rakyat.

B. Tipologi dan Model Partisipasi Politik

Dari sisi tipologi, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi partisipasi aktif
dan partisipasi pasif. Yang termasuk kedalam partisipasi aktif: mengajukan usul
mengenai suatu kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yanng dibuat
pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar
pajak, dan memilih pemimpin pemerintahan. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk
dalam kategori partisipasi pasif berupa kegiatan yang mentaati pemerintah, menerima,
dan melaksanakan saja setiap keputusan politik. Partisipasi politik aktif menunjukan
kegiatan yang berorientasi pada proses infut dan output politik, sedangkan partisipasi
politik pasif merupakan kegiatan yang berorientasi pada proses output. Disamping itu,
terdapat sejumlah anggota masyarakat yang tidak termasuk dalam kategori partisipasi
politik aktif maupun partisipasi politik pasif. Kelompok ini muncul didasarkan pada
pandangan mereka yang menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada telah
menyimpang dari apa yang mereka cita-citakan. Mereka disebut sebagai kelompok
apatis dan golongan putih (golput).

Tipologi partisipasi politik dapat pula didasarkan pada jumlah pelaku, yaitu
individual dan kolektif. Partisipasi politik individual ialah kegiatan warga negara
secara perseorangan terlibat dalam kehidupan politik. Adapun yang dimaksud
partisipasi politik kolektif adalah kegiatan warga negara secara serentak untuk
memengaruhi penguasa seperti kegiatan dalam pemilihan umum. Selanjutnya,
partisipasi kolektif dibedakan menjadi dua, yaitu partisifasi kolektif nonkonvensional
(agresif), seperti pemogokan yang sah, pembangkangan warga negara (civil
disobedience), pemikiran pembangunan umum, dan huru-hara. Partisipasi politik
kolektif secara agresif dibedakan menjadi dua, yaitu aksi yang kuat ddan aksi yang
lemah, kedua aksi ini tidak menunjukan sifat yang baik atau buruk. Kegiatan politik
dapat dikategorikan kuat, menurut Douglas A. Hibbs, apabila memenuhi tiga
kondisiberikut: bersifat anti rezim dalam arti melanggara peraturan mengenai
partisipasi politik yang normal (melanggar hukum), menggangu fungsi pemerintahan,
dan merupakan kegiatan kelompok yang dilakukan oleh nonelit. Ini artinya aksi protes
yang dibenarkan oleh hukum tidak termasuk dalam kategori partisipasi politik agresif,
apalagi partisipasi politik yang kuat secara agresif.

C. Bentuk dan Hierarki Partisipasi politik

2
Bentuk dan hierarki partisipasi politik itu sendiri dalam kerangka konsep Rush
dan Althoff, secara berturut-turut adalah:

Voting (pemberian suara),

Ikut serta dalam diskusi politik informal minat umum dalam politik,

Partisipasi dalam rapat umum,

Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi political),

Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi political),

Keanggotaan pasif suatu organisasi politik,

Keanggotaan aktif suatu organisasi politik,

Mencari jabatan politik atau administrasi,

Menduduki jabatan politik atau administrasi.

Milbarth (1965), sebagaimana dikutip Risang Rimbatmaja (2004) melakukan


pembagian partisipasi yang rutin ke dalam berbagai kategori, antara lain, edipoosic
versus continous. Partisipasi yang episodik adalah partisipasi yang terikat pada waktu
spesifik tertentu, misalnya dalam pemilu. Di sisi lain, partisipasi yang terikat pada
waktu yang relatif panjang seperti memegang jabatan politis. Dalam bentuk episodik,
Milbarth membuat pemetaan yang tampaknya masih relevan untuk kondisi sekarang.
Rinciannya mengandung empat dimensi yang hierarkis, seperti berikut.

a. Kegiatan-kegiatan sebagai gladiator (Gladiator Activities)


Holding Public and party office
Being a candidate for office
Attending a caucus or a strategi meeting
Becoming an active member in political party
Contributing time in a political campaign
b. Kegiatan-kegiatan transisi (Transition Activities)
Atteending a political meeting or rally
Making a monetary contribution to party or candidate
Contacting a public official or a political leader
c. Kegiatan-Kegiatan Sebagai Penonton (Spectator Activities)
Wearing a button or putting a sticker on ones car
Atempting to talk another into voting a certain way
Initiating a political discussion
Votting
Exposing oneself to political stimuli

D. Konsep partisipasi politik

3
Partisipasi berasal dari bahsa latin, yaitu pars yang artinya bagian dan
capere(sipasi) yang artinya memangambil. Bila dihubungkan berarti mengambil
bagian. Dalam bahasa Inggris, participale atau participation berarti mengambil
bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik suatu negara.

Gaventa dan Valderama (2001) menyatakan, bahwa partisipasi politik


melibatkan interaksi perseorangan atau organisasi, biasanya partai politik, dengan
negara. Karena itu, partisipasi politik sering kali dihubungkan dengan demokrasi
politik, perwakilan, dan partisipasi tak langsung. Lanjutnya partisipasi politik
diungkapkan dalam tindakan individu atau kelompok terorganisasi untuk melakukan
pemungutan suara, kampanye, protes, untuk mempengaruhi wakil-wakil
pemerintahan. Dengan demikian, Gaventa dan Valderama lebih melihat partisipasi
politik sebagai orientasi pada mempengaruhi dan mendudukan wakil-wakil
rakyat.

E. Fungsi Partisipasi politik

Sebagai suatu tindakan atau aktivitas, baik secara individualmaupun


kelompok, partisipasi politik memiliki beberapa fungsi. Robert Lane (Rush dan
Althoff, 2005) dalam studinya tentang keterlibatan politik , menemukan empat fungsi
partisipasi politik bagi individu-individu.

1. Sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis.


2. Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial.
3. Sebagai saran untuk mengejar nilai-nilai khusus.
4. Sebagai sarana untuk memenuhi keutuhan alam bawah sadar dan kebutuhan
psikologis tertentu.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik

Partisipasi politik sebagai suatu aktivitas, tentu dipengaruhi oleh berbagai


faktor, banyak pendapat yang menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik. Ada yang menyorotinya dari dalam diri seseorang, dari luar dan ada yang
menggabungkannya. Arnstein S.R melihat bahwa partisipasi politik masyarakat
didasarkan kepada faktor politik untuk menentukan suatu produk akhir. Lebih rinci, ia
menjelaskan faktor politik tersebut meliputi komunikasi politik, kesadaran politik,
pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan, dan kontrol
masyarakat terhadap kebijakan publik. Sedangkan menurut Frank Lindenfeld, faktor
utama yang mendorong seseorang berpartisipasi politik adalah kepuasan finansial.

4. KESIMPULAN

4
Setelah menguraikan dari bab pembahasan diatas, maka kami memberi
kesimpulan bahwa partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari bentuk negara
yang demokratis. Karena warga negara dapat ikut serta dalam melakukan tindakan
politik baik secara langsung ataupun tidak langsung memberikan pengaruh terhadap
pengambilan keputusan dalam kebijakan politik. Yang mana bentuk partisipasi warga
masyarakat itu berbeda-beda dan mempunyai hierarki-hierarki yang membedakannya.

Terlepas dari itu semua, kita sebagai mahasiswa yang mempunyai fungsi sebagai
Agent Social of Change, Agent Social of Control, dan Agent Social of Value harus dapat
mereaktualisasikannya terhadap negara kita dengan melakukan partisipasi politik demi
perubahan yang revolusioner.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia

Rush, Michael dan Althoff, Phillip. 2011. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Pers

Sahid, Komarudin. 2011. Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia

Wahyudin, Tur. 2008. Partisipasi Politik, dalam


http://turwahyudin.wordpress.com/2008/04/16/partispasi-politik/, diakses tanggal ! Desember
2009

William, Liddle. 1992. Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde Baru. Jakarta:
Pustaka Utama Grafitri

Anda mungkin juga menyukai