Penyusun:
Sobariyah
NPM. 145710107
Kajian dari sosiologi politik adalah tingkah laku masyarakat secara individu
maupun secara kolektif dalam berpolitik. Partisipasi politik adalah bagian penting dalam
kehidupan politik suatu negara, terutama bagi negara yang menyebut dirinya sebagai
negara demokrasi, partisipasi politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya,
suatu negara baru bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa
memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik sebaliknya, warga negara yang bersangkutan juga harus
memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang cukup tinggi. Jika tidak, maka kadar
kedemokratisan negara tersebut masih diragukan. Masalah partisipasi politik bukan hanya
menyangkut watak atau sifat dari pemerintahan negara, melainkan lebih berkaitan dengan
sifat dan karakter masyarakat suatu negara dan pengaruh yang ditimbulkannya. Oleh
karena itu, partisipasi politik menjadi kajian penting dalam sosiologi politik, disamping
juga menjadi kajian ilmu politik. Dalam pembahasan ini partisipasi politik menjadi topik
inti yang harus dipelajari dengan sungguh-sungguh.
2. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan kita cari yaitu tentang pengertian dari partisipasi politik, kemudian bagaimana
tipologi dari partisipasi politik serta bentuk dan hierarki dari partisipasi politik.
3. PEMBAHASAN
A. Definisi Partisipasi politik
1
Di Negara- Negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama
untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk
menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi
politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang
abash oleh rakyat.
Dari sisi tipologi, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi partisipasi aktif
dan partisipasi pasif. Yang termasuk kedalam partisipasi aktif: mengajukan usul
mengenai suatu kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yanng dibuat
pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar
pajak, dan memilih pemimpin pemerintahan. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk
dalam kategori partisipasi pasif berupa kegiatan yang mentaati pemerintah, menerima,
dan melaksanakan saja setiap keputusan politik. Partisipasi politik aktif menunjukan
kegiatan yang berorientasi pada proses infut dan output politik, sedangkan partisipasi
politik pasif merupakan kegiatan yang berorientasi pada proses output. Disamping itu,
terdapat sejumlah anggota masyarakat yang tidak termasuk dalam kategori partisipasi
politik aktif maupun partisipasi politik pasif. Kelompok ini muncul didasarkan pada
pandangan mereka yang menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada telah
menyimpang dari apa yang mereka cita-citakan. Mereka disebut sebagai kelompok
apatis dan golongan putih (golput).
Tipologi partisipasi politik dapat pula didasarkan pada jumlah pelaku, yaitu
individual dan kolektif. Partisipasi politik individual ialah kegiatan warga negara
secara perseorangan terlibat dalam kehidupan politik. Adapun yang dimaksud
partisipasi politik kolektif adalah kegiatan warga negara secara serentak untuk
memengaruhi penguasa seperti kegiatan dalam pemilihan umum. Selanjutnya,
partisipasi kolektif dibedakan menjadi dua, yaitu partisifasi kolektif nonkonvensional
(agresif), seperti pemogokan yang sah, pembangkangan warga negara (civil
disobedience), pemikiran pembangunan umum, dan huru-hara. Partisipasi politik
kolektif secara agresif dibedakan menjadi dua, yaitu aksi yang kuat ddan aksi yang
lemah, kedua aksi ini tidak menunjukan sifat yang baik atau buruk. Kegiatan politik
dapat dikategorikan kuat, menurut Douglas A. Hibbs, apabila memenuhi tiga
kondisiberikut: bersifat anti rezim dalam arti melanggara peraturan mengenai
partisipasi politik yang normal (melanggar hukum), menggangu fungsi pemerintahan,
dan merupakan kegiatan kelompok yang dilakukan oleh nonelit. Ini artinya aksi protes
yang dibenarkan oleh hukum tidak termasuk dalam kategori partisipasi politik agresif,
apalagi partisipasi politik yang kuat secara agresif.
2
Bentuk dan hierarki partisipasi politik itu sendiri dalam kerangka konsep Rush
dan Althoff, secara berturut-turut adalah:
Ikut serta dalam diskusi politik informal minat umum dalam politik,
3
Partisipasi berasal dari bahsa latin, yaitu pars yang artinya bagian dan
capere(sipasi) yang artinya memangambil. Bila dihubungkan berarti mengambil
bagian. Dalam bahasa Inggris, participale atau participation berarti mengambil
bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik suatu negara.
4. KESIMPULAN
4
Setelah menguraikan dari bab pembahasan diatas, maka kami memberi
kesimpulan bahwa partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari bentuk negara
yang demokratis. Karena warga negara dapat ikut serta dalam melakukan tindakan
politik baik secara langsung ataupun tidak langsung memberikan pengaruh terhadap
pengambilan keputusan dalam kebijakan politik. Yang mana bentuk partisipasi warga
masyarakat itu berbeda-beda dan mempunyai hierarki-hierarki yang membedakannya.
Terlepas dari itu semua, kita sebagai mahasiswa yang mempunyai fungsi sebagai
Agent Social of Change, Agent Social of Control, dan Agent Social of Value harus dapat
mereaktualisasikannya terhadap negara kita dengan melakukan partisipasi politik demi
perubahan yang revolusioner.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia
Rush, Michael dan Althoff, Phillip. 2011. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Pers
William, Liddle. 1992. Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde Baru. Jakarta:
Pustaka Utama Grafitri