Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirnya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.

Menurut Buchori (2001) dalam Trianto (2007:1), “bahwa pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya

untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari”.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan itu, di sekolah perlu

dilaksanakan pembelajaran yang komprehensif, mulai dari pendidikan agama,

pendidikan moral, pendidikan estetika, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

(sekolah) dewasa ini adalah rendahnya daya serap peserta didik. hal ini nampak

rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.

Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat

konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri,

yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu dalam arti substansial, bahwa “proses

pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak

1
2

memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui

penemuan dan proses berpikirnya”. (Trianto,2007:1)

Perubahan kurikulum pendidikan (formal) di suatu negara tak dapat

dipisahkan dari konteks yang melatarinya. Kajian-kajian di beberapa negara

baik di Asia, Eropa maupun Amerika (David L. Grossman, Wing On Lee, dan

Kerry J. Kennedy, eds., 2008; ) memberikan gambaran bahwa kebijakan

kurikuler di persekolahan memperkuat tesis bahwa kebijakan pendidikan

tentang kurikulum sekolah berhubungan erat dengan kepentingan politik

pendidikan nasional terhadap situasi dan konteks yang mendukungnya.

Demikian pula pemberlakuan Kurikulum 2013 di Indonesia untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah, pengembangannya didasari oleh beberapa

pertimbangan dan latar belakang. Sebagai contoh, Kurikulum 2013 dilahirkan

dengan rasional pengembangan sebagai berikut. Pertama, faktor internal

sehubungan kondisi delapan standar nasional pendidikan yang telah berjalan

dan faktor demografi Indonesia menjelang 100 tahun Indonesia merdeka.

Kedua, faktor eksternal yang mendorong kesiapan Indonesia memasuki era

globalisasi dan keikutsertaan Indonesia dalam sejumlah kegiatan riset

internasional tentang kemelekbahasaan, matematika, dan sains, seperti TIMSS

(Trends in Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for

International Student Assesment :2011). Dari faktor eksternal, persoalan

kemelekan bahasa, matematika dan sains inilah yang oleh pihak Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan ketika sosialisasi dan uji publik Kurikulum 2013

menjadi alasan dominan dalam perubahan kajian dan pencapaian kompetensi


3

untuk para siswa di sekolah (lihat Permendikbud No. 67, 68, 69 dan 70 Tahun

2013).

Perubahan nomenklatur Pendidikan Kewarganegaraan yang dikenalkan

dalam Kurikulum 2006 (Permendikbud No. 22 Tahun 2006) menjadi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 juga

didasari oleh hasil penelitian yang melibatkan Indonesia di forum internasional

semacam TIMSS dan PISA? Pada tahun 2009 Indonesia merupakan salah satu

dari 38 negara yang ikut terlibat dan menjadi sampel dalam penelitian

International Civic and Citizenship Studies (ICCS). Laporan ICCS tentang

kondisi pendidikan kewarganegaraan di lima tempat negara (Indonesia, Hong

Kong SAR, Republik Korea/Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand)

menyebutkan bahwa hasil tes pengetahuan pendidikan kewarganegaraan di

Indonesia dan Thailand siswa kelas IV lebih rendah jika dibandingkan dengan

negara sampel lainnya di Asia. Di bagian lain, justru siswa kelas IV di

Indonesia dan Thailand memiliki tingkat kepercayaan (Trust) yang tinggi

terhadap pemerintah pusat dan daerah serta lembaga parlemen mereka (John

Ainley, Julian Fraillon, and Wolfram Schulz, 2013), jika dibandingkan siswa-

siswa di tiga lokasi sampel lainnya.

Kompetensi Dasar PPKn 2013 jenjang SD, SMP, dan SMA, maka guru

PPKn dituntut untuk mampu mengembangan pendekatan, strategi, dan metode

pembelajaran. Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum

tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa, dalam

rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran


4

terbadi menjadi dua. Pertama pendekatan pembelajaran berpusat kepada guru

(teacher centered), dan kedua pendekatan pembelajaran berpusat kepada siswa

(student centered).

Kehadiran media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar

mempunyai arti penting. Penggunaan media pembelajaran dapat membuat

siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

Materi yang luas akan lebih lebih mudah diterima oleh siswa melalui media

pembelajaran yang digunakan.

(Kustandi dan Sutjipto, 2011:5) menarik kesimpulan sebagai berikut.

Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang


dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber atau
pengajar ke siswa yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk
menyampaikan bagian tertentu dalam kegiatan pembelajaran.

Seorang pasti akan selalu membutuhkan buku untuk proses belajar

sebagai salah satu sumber ilmunya. Ketersediaan referensi buku yang menarik

dan praktis akan memudahkan siswa dalam belajar. Salah satu media

pembelajaran yang praktis dan menarik adalah buku saku. “Buku saku adalah

buku berukuran kecil yang mudah dibawa dan dapat dimasukkan ke dalam

saku”. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:173). Buku merupakan salah

satu media pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa menguasai dan

mencapai tujuan pembelajaran.

Materi pembelajaran yang luas akan lebih dipahami siswa dengan

mengkonstruksikan materi ke dalam suatu gagasan dalam bentuk mind

mapping. Mind mapping adalah teknik mencatat atau mengingat sesuatu


5

dengan bantuan gambar atau warna sehingga kedua bagian otak manusia

digunakan secara maksimal. Otak manusia dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu

otak kiri dan otak kanan, otak kiri bekerja untuk hal-hal yang bersifat rasional

dan otak kanan bekerja untuk hal-hal yang lebih emosional seperti seni bahasa

dan sebagainya. Tony Buzan (2007:4-5) mendefinisikan mind map adalah

“cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil

infomasi ke luar dari otak”. Tony Buzan (2006:13) juga mengungkapkan

bahwa “mind map membantu belajar, mengatur, dan menyimpan sebanyak

mungkin informasi yang diinginkan, serta menggolongkan informasi tersebut

secara wajar sehingga memungkinkan mendapat akses seketika (daya ingat

yang sempurna) atas segala hal yang diinginkan”.

Penelitian oleh ICCS atau International Civic and Citizenship

Education Study (2009:38) menunjukkan bahwa “Indonesia menempati

peringkat ke 36 dari 38 negara mengenai rata-rata nasional untuk pengetahuan

kewarganegaraan berdasarkan tahun masuk pertama sekolah, rata-rata umur

dan grafik persen dengan skor rata-rata 433”. Prestasi Indonesia pun lebih

rendah dari rata-rata negara yang telah diteliti oleh ICCS. Perkembangan

Kewarganegaraan dan peraturan dari pendidikan kewarganegaraan merupakan

respon dari persiapan generasi muda dalam menghadapi perubahan sosial di

abad 21 (ICCS, 2009:38).

Berdasarkan data nilai rapot semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 mata

pelajaran PPkn Kelas IV SDN Abadijaya 3 hasil belajar siswa masih rendah.

Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata PPkn masih di bawah nilai rata-rata
6

Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan mata pelajaran yang lain. Nilai

rata-rata PPkn adalah 65 dengan KKM 70.

Berdasarkan penelitian awal melalui wawancara pada tanggal 29

Januari 2019 yang dilakukan di kelas IV SDN Abadijaya 3, diketahui bahwa

dalam pembelajaran PPkn siswa kurang fokus dalam pembelajaran. Hal ini

ditandai dengan adanya beberapa siswa yang masih belum memperhatikan

penjelasan guru dalam proses pembelajaran. Di rumah pun, masih banyak

siswa yang belum belajar dengan baik. Beberapa siswa tidak mengerjakan

pekerjaan rumah yang telah diberikan guru. Siswa merasa malas dan bosan

dalam mempelajari materi PPkn yang cakupannya luas. Buku ajar yang

dimiliki siswa pun terbatas. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 26

siswa dari 28 siswa (92,86%) hanya memiliki 1 buku ajar PPkn sebagai media

pembelajaran. Sedangkan 2 siswa dari 28 siswa (7,14%) memiliki 2 buku ajar

PPkn. Buku tersebut merupakan buku pinjaman dari sekolah untuk siswa.

Minimnya buku ajar atau buku referensi yang dimiliki oleh siswa sebagai buku

pelengkap pembelajaran, menyebabkan kurangnya wawasan pengetahuan

yang dimiliki siswa. Pembelajaran PPkn dengan materi yang luas, diperlukan

suatu cara agar siswa dapat mampu memahami materi PPkn dengan mudah.

Oleh karena itu diperlukan sebuah media pembelajaran yang menarik, inovatif,

ringkas, mudah dipelajari yang bisa digunakan siswa untuk menambah

referensi, wawasan dalam memahami materi PPkn secara mandiri dan mudah.

Sehingga peneliti ingin mengembangkan suatu buku referensi pelengkap bagi

siswa yang nantinya dapat digunakan untuk belajar siswa sehingga akan
7

membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. Pengembangan buku saku

yang berbasis mind map akan memudahkan siswa dalam belajar. Penggunaan

mind map, akan memudahkan siswa mengingat berbagai informasi. Buku saku

yang berukuran kecil akan memudahkan siswa dalam belajar dimana dan kapan

saja. Penyajiannya yang menarik juga akan meningkatkan minat belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengembangkan

melalui penelitian pengembangan. Penelitian ini berjudul “Pengembangan

Media Pembelajaran Buku Saku Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkakan

Pemahaman Konsep Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat Muatan Pelajaran

PPkn Kelas IV SDN Abadijaya 3 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Minimnya buku ajar atau buku referensi yang dimiliki oleh siswa

menyebabkan kurangnya wawasan pengetahuan yang dimiliki siswa.

2. Pembelajaran tidak interaktif.

3. Pembelajaran hanya terpusat pada guru

4. Masih banyak yang belum memahami materi pelajaran dengan sepenuhnya.

5. Sebagian besar siswa masih belum disiplin serta dalam pembelajaran siswa

masih bergurau.

6. Dengan menggunakan media pembelajaran buku saku mind mapping

diharapkan dalam pembelajaran siswa antusias.


8

7. Aktivitas siswa masih kurang karena siswa masih bergurau dalam

pelaksanaan pembelajaran sehingga berdampak pada kurangnya hasil

belajar.

8. Guru masih belum menguasai kelas sepenuhnya dalam pelaksanaan

pembelajaran.

9. Sarana prasarana terutama buku yang belum memadai

10. Pencapaian hasil evaluasi siswa kelas IV yang dilakukan pada mata

pelajaran PPKn rata – rata masih rendah yaitu di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) 70.

C. Fokus Masalah
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi tersebut peneliti

memfokuskan pada “ masalah media pembelajaran buku saku berbasis mind

mapping yang belum efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep sistem

pemerintahan tingkat pusat pada mata muatan pelajaran PPKn di kelas IV SDN

Abadijaya 3 Kota Depok.”

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

peneliti dapat mengetahui permasalahan pembelajaran PPkn. Oleh karena itu,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengembangan media pembelajaran buku saku berbasis mind

mapping dapat meningkatkan pemahan konsep sistem pemerintahan

tingkat pusat pada muatan pelajaran PPkn kelas IV SDN Abadijaya 3

Kecamatan Sukmajaya Kota Depok?


9

2. Bagaimana kelayakan media pembelajaran buku saku berbasis mind

mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep sistem pemerintahan

tingkat pusat pada muatan pelajaran PPkn kelas IV SDN Abadijaya 3

Kecamatan Sukmajaya Kota Depok?

3. Bagaimana keefektifan media pembelajaran buku saku berbasis mind

mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep sistem pemerintahan

tingkat pusat pada muatan pelajaran PPkn kelas IV Abadijaya 3 Kecamatan

Sukmajaya Kota Depok?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengembangan media pembelajaran buku saku berbasis

mind mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep sistem

pemerintahan tingkat pusat pada muatan pelajaran PPkn kelas IV SDN

Abadijaya 3 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.

2. Untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran buku saku berbasis mind

mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep sistem pemerintahan

tingkat pusat muatan pelajaran PPkn kelas IV SDN Abadijaya 3 Kecamatan

Sukmajaya Kota Depok.

3. Untuk mengetahui keefektifan media pembelajaran buku saku berbasis

mind mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep sistem

pemerintahan tingkat pusat muatan pelajaran PPkn kelas IV SDN

Abadijaya 3 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.


10

F. Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, yakni menambah referensi yang mampu mendukung teori tentang
pemahaman konsep pemerintahan tingkat pusat menggunakan media
pembelajaran buku saku.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini ditujukan kepada beberapa pihak
yang terkait dalam penelitian ini serta bagi para pengguna ilmu/teori yaitu
Bagi Siswa, bagi guru, bagi lembaga, dan bagi peneliti.
a. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan media buku saku berbasis mind mapping

sebagai tambahan referensi dalam pembelajaran PPkn kelas IV materi

sistem pemerintahan tingkat pusat. Buku saku berbasis mind mapping

dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi sistem

pemerintahan tingkat pusat.

b. Bagi Siswa

Siswa dapat memahami materi sistem pemerintahan tingkat pusat

mata pelajaran PPkn melalui media buku saku berbasis mind mapping

sehingga hasil belajar siswa maksimal.

c. Bagi Sekolah

Meningkatkan mutu pendidikan sekolah, serta membantu dalam

meningkatkan prestasi sekolah, dan juga menambah referensi dalam

pembelajaran.
11

d. Bagi STKIP Arrahmaniyah

Menjadi bukti Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi

pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga melalui

penelitian dan pengembangan mahasiswa menjadi agen perubahan

untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih maju dan terdepan.

Menjadi bukti terjadinya hubungan dengan masyarakat dan

berkontribusi positif dalam kegiatan pengabdian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai