ANATOMI FISIOLOGI
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari; sel-sel
mesotelial, jaringan ikat, pembuluhpembuluh darah kapiler, dan pembuluhpembuluh
getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paruparu dari dinding dada dan
mediastinum.
Pleura terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yakni pleura viseralis dan pleura
parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat
perbedaanantara kedua pleura ini yakni:
1. Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang
tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 um).Diantara celahcelah sel ini terdapat beberapa
sel limfosit. Dibawah selselmesotellial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit
dan histiosit. Seterusnya dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan
kolagen dan seratserat elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan
interstitialsubpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darahkapiler dari
Arteri pulmonalis dan Arteri brakialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan
jaringan pleura viseral ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
2. Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel
mesotelial dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan seratserat elastik). Dalam
jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan arteri
mammariainterna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor saraf saraf sensoris
yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan ini
berasal dari nervusinterkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom
dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga
mudah dilepaskan dari dinding dada
2. DEFINISI
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan (
terjadi penumpukkan cairan dalam rongga pleura). Efusi dapat berupa cairan jernih, yang
mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. ( Alfarisi 2010
)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viseral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleuralmengandungsejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
3. PENYEBAB
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat
b. Eksudat
Disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan
penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi
4. PATOFISIOLOGI
Terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein
dalam ronggapleura.dalamkeadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan
osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial
masuk kedalam rongga pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe
sekitar pleura.
Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat) ,
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).
Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
pleura parietalis sekunder ( akibat samping) terhadap peradangan atau adanya
neoplasma.
Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah
jantung/gagal jantungkongestif.Saatjantung tidak dapat memompakkan darahnya secara
maksimal keseluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik pada
kapiler yang selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada
didalam pembuluh darah pada area tersebut bocor dan masuk kedalam pleura, ditambah
dengan adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh kelenjar limfe di pleura
mengakibatkan pengumpulan cairan yang abnormal/berlebihan.Hipoalbuminemia (misal
pada klien nefrotik sindrom, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edema
anasarka) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukkan cairan pleura dan
reabsorbsiyangberkurang.Haltersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan
onkotikintravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk kedalam
rongga pleura.
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung pada
kekakuan relatif paru dan dindingdada.Padavolume paru dalam batas pernapasan normal,
dinding dada cenderung rekoil keluar sementara paru-paru cenderung untuk
rekoilkedalam.
5. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada
(biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas
dalam).
1) Batuk
2) Dispnea
5)Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
11) Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.
6. KLASIFIKASI
Klasifikasi efusi pleura berdasarkan cairan yang terbentuk (Suzanue C Smeltezer
dan Brenda G. Bare, 2002).1)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan pleura
agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis cairan pleura dapat dinilai untuk
mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura
hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan hemoragi,
eksudat, dan transudat.
2) Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada) Pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
3) Ultrasonografi
4) Thorakosentesis / pungsi pleuraUntuk mengetahui kejernihan, warna, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantaralineaaksilarisanterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serothorak),
berdarah (hemothoraks), pus (piothoraks) atau kilus (kilothoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
5) Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH.
6) Biopsi pleuraberguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura melalui biopsi
jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-sel ganaa atau
kuman-kuman penyakit (biasanya kasuspleurisytuberculocadan tumor pleur)
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (gagal jantung
kongestif, pneumonia, sirosishepatis).
2) Thorasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen
guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
3) Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke
systemdrainasewater-sealatau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan
pengembangan paru.
4) Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan
lebih lanjut.
5) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,
bedah plerektomi, dan terapi diuretik.
9. KOMPLIKASI
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatanfibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.
Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada
efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian
jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas, bunyi nafas tambahan, peningkatan
usaha untuk bernafas, ekspansi dada yang terbatas , kelelahan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di jalan
napas
Tujuan : Bersihnya jalan napas
Kriteria hasil :
- Klien akan dapat mempertahankan jalan napas yang paten
- Memperlihatkan perilaku mempertahankan bersihan jalan napas
Intervensi Rasional
Kaji fungsi paru, adanya bunyi napoas tambahan, perubahan irama dan kedalaman,
penggunaan otot-otot aksesori
Intervensi Rasional
Rasional : Inh merupakan pilihan obat untuk klien beresiko terhadap perkembangan
TB dan dikombinasikan dengan primarydrugs lain jhususnya pada penyakit tahap
lanjut.(Doengoes, Marilyn (1989)
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi. 2010. Definisi dan Klasifikasi Efusi Pleura. Diakses pada tanggal 8 April 2012 pada
http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/05/definisi-dan-klasifikasi-efusi-pleura.html
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC SomantriIrman.
2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Doenges, Marilynn E., 1999,Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC : Jakarta
Suriadi, skp, msn & rita yuliani, skp. M.psi, asuhan keperawatan pada anak, edisi 2. Jakarta
2010