SKRIPSI
Oleh
IMAM SETIAWAN
NIM 111 11 098
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb
Puja dan puji marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang
maha Esa sebagai ungkapan rasa syukur kepadaNya yang telah dan senantiasa
skripsi ini sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar
Sarjana Srata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Rosulullah Muhammad SAW yang mana beliau lah yang merupakan insan
pilihan Allah.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak.
viii
ix
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
MOTTO............................................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 6
G. Metode Penelitian................................................................................. 10
H. Sistematika Penulisan........................................................................... 13
xi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Wayang Kulit
B. Pendidikan
3. Tujuan Pendidikan.......................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN
Pendidikan ............................................................................................ 76
xii
BAB V PENUTUTP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 82
B. Saran..................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada sisi lainnya arus modernisasi dapat mengubah jati diri bangsa Indonesia
Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dapat dijadikan sebagai alat
untuk menegaskan kepribadian bangsa Indonesia. Salah satu unsur yang dapat
menjadi identitas jati dan diri kebudayaan bangsa Indonesia adalah kesenian,
terutama kesenian wayang kulit yang menjadi kesenian asli bangsa Indonesia
itu sendiri dan menjadi salah satu kebanggan bagi bangsa Indonesia hingga ke
Mancanegara.
di wilayah Jawa, Bali, dan Sunda. budaya asli bangsa Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa. Di Jawa, seni wayang memiliki berbagai genre, antara lain wayang
golek, wayang beber, wayang wong, wayang klitik, dan wayang kulit.
antara lain wayang kancil, wayang wahyu, dan wayang purwa (Achmad S.W,
2014:12).
1
Wayang adalah salah satu seni budaya bangsa asli Indonesia yang
di Pulau Jawa dan Bali. Selain di Pulau Jawa dan Bali, seni pertunjukan
suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain.
Wayang juga merupakan salah satu bentuk seni budaya klasik tradisional
wayang kulit lebih populer, karena wayang kulit mengandung banyak ajaran
sebagai sosok karya seni yang mengandung nilai estetis (keindahan). Wayang
diturunkan oleh para leluhur secara turun temurun kepada anak cucu mereka
yang mengandung dua sifat yaitu, ada sifat baik dan sifat buruk. Sebagai
contoh, wayang yang memiliki sifat baik adalah Kesatria Pandawa (dalam
cerita Mahabarata).
2
Oleh karena itu, wayang oleh para leluhur Jawa diharapkan tidak saja
menjadi tontonan, tetapi juga bias menjadi tuntunan manusia dalam berperilaku
agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di
masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu
Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak
dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah,
keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh Punakawan (Semar, Gareng,
bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-
benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.
terjadi pada kehidupan pribadi maupun umum. Dalam kehidupan pribadi, cerita
3
wayang kulit memberikan jawaban berupa budi pekerti yang tidak hanya
luhur yang dalam setiap cerita lakonnya selalu memenangkan kebaikan dan
perbuatan baik yang akan menang dan perbuatan buruk akan selalu kalah.
Begitu besarnya peran pagelaran wayang dalam kehidupan umat manusia, itu
menunjukkan bahwa wayang kulit tidak hanya menjadi media, tetapi wayang
kulit merupakan salah satu identitas jati diri manusia dalam melakukan
tentang nilai-nilai pendidikan dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci.
Sesungguhnya bagaimana kisah wayang kulit lakon Dewa ruci, apa saja nilai-
nilai pendidikan dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci, serta apa
Berbagai nilai yang terdapat dalam cerita wayang kulit dengan lakon
penyiaran agama, sehingga berbagai aspek yang terdapat dalam cerita wayang
4
Dalam cerita lakon Dewa Ruci terdapat berbagai aspek pendidikan, karena
dalam cerita lakon Dewa Ruci terdapat wejangan yang dapat mengobarkan
jiwa untuk menuntut ilmu, berbuat sesuai dengan nilai atau norma yang
berlaku, dan menjadi cerita yang memuat ajaran moralitas dan budi pekerti
yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada, serta memberikan kontribusi yang
B. Fokus Penelitian
2. Apa nilai-nilai pendidikan dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci ?
dalam pendidikan ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
Dewa Ruci.
5
3. Untuk mengetahui dan memahami penerapan dari nilai-nilai cerita wayang
D. Kegunaan Penelitian
sendiri maupun untuk masyarakat Jawa khususnya. Secara lebih rinci kegunaan
1. Kegunaan Teoritis
utamanya adalah membentuk jati diri manusia yang baik melalui nilai-nilai
pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
E. Penegasan Istilah
1. Nilai
Nilai juga diartikan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat
(Sjarkawi, 2009:29). Nilai merupakan sifat atau hal-hal yang penting bagi
kemanusiaan.
6
2. Pendidikan
3. Cerita
4. Wayang Kulit
Kata wayang berasal dari bahasa Jawa, yaitu wewayang, yang artinya
biasanya disebut Wayang Purwa adalah gambar atau tiruan orang dan
5. Dewa Ruci
Dewa Ruci adalah nama seorang Dewa Kerdil (mini) yang dijumpai oleh
Bima atau Werkudara dalam sebuah perjalanan mencari air kehidupan (Yudhi,
2012:71). Nama Dewa Ruci kemudian diadobsi diangkat menjadi lakon atau
7
judul pertunjukan wayang, yang berisi ajaran atau falsafah hidup moral orang
Jawa.
F. Kajian Pustaka
Wayang merupakan salah satu kesenian tradisi dari bangsa Indonesia yang
sampai sekarang masih ada dan dilestarikan. Dalam setiap pementasan wayang,
penonton yang terwujud dalam setiap alur ceritanya. Salah satu cerita
pewayangan yang cukup terkenal dan memiliki pesan moral adalah cerita
Menurut Pujo Prayitno (1962) dalam terjemahan bebas serat Dewa Ruci
Kidung Macapat yang bersumber dari Serat Dewa Ruci Kidung gubahan
atau tulisan Yosodipuro I. Serat Dewa Ruci memuat kisah Bima yang atas
perintah Durna mencari air suci (tirta pawitra sari) dan akhirnya berjumpa
manusia sampai menemukan dirinya yang sejati. Penemuan diri yang sejati ini
Yudhi AW dalam bukunya Serat Dewa Ruci Pokok Ajaran Tasawuf Jawa
(2012), membahas naskah Dewa Ruci antara pengarang, naskah, hipogram, dan
8
Yasadipura I dan naskah-naskah transformasinya. Buku ini memperkaya
pertunjukan wayang.
Iman Budhi Santosa dalam bukunya yang berjudul Saripati Ajaran Hidup
Ramayana, oleh karena itu disebut juga Wayang Purwa. Sampai sekarang
nilai adiluhung dibalik karakter wayang karya Sri Wintala Achmad (2014)
lakon Dewa Ruci yang memiliki ciri fisik tinggi, besar, dan kokoh. Bima tidak
dapat menyembah dan menggunakan bahasa yang halus kepada seorang yang
dirinya.
perkembangan saat ini. Tulisan ini berguna untuk menganalisis jenis dan fungsi
9
janturan, pocapan, ginem, dhodhogan-keprakan, sulukan, dan gending iringan
G. Metode Penelitian
research), langkah awal dalam penelitian ini adalah dimulai dengan studi
2. Sumber Data
Sumber Data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
bebas serat Dewa Ruci kidung macapat karya Pujo Prayitno (1962) yang
10
b) Sumber Data Sekunder
dari buku-buku dan tulisan dari displin ilmu yang berkaitan, yaitu buku
wayang kulit.
dari beberapa referensi buku dan sumber pustaka tentang seni kebudayaan
wayang, serta mencari data yang sesuai dengan hal-hal atau variabel dengan
4. Analisis Data
terkandung dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci. Dengan demikian,
runtut.
Dalam hal ini, penelitian mempelajari suatu masalah yang ingin diteliti
dan sekaligus sebagai kerangka berfikir pada penelitian ini adalah analisis
konteks, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun data
11
a) Metode deskriptif, yaitu peneliti menguraikan secara teratur konsepsi
buku.
5. Tahap-tahap Penelitian
berikut:
12
H. Sistematika Pembahasan
aturan yang saling terkait dan saling melengkapi. Adapun sistematika penulisan
1. Bagian Awal
halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi.
2. Bagian Isi
Bagian ini terdiri dari beberapa bab, antara lain sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
13
BAB III: HASIL PENELITIAN
Bab III merupakan hasil penelitian, dalam bab ini diuraikan tentang
pengertian lakon Dewa Ruci dan cerita lakon Dewa Ruci, pertunjukan
lakon Dewa Ruci, nilai-nilai pendidikan dalam cerita wayang kulit lakon
Dewa Ruci, dan implementasi nilai-nilai cerita wayang kulit lakon Dewa
BAB V: PENUTUP
3. Bagian Akhir
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Wayang Kulit
Wayang kulit adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang sangat
Jawa khususnya. Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit
luhung (berharga), edi peni (baik), dan penuh makna bagi kehidupan yang
Ramayana, oleh karena itu disebut juga Wayang Purwa. Sampai sekarang
15
Jawa biasanya dimulai pada pukul 21.00 hingga pukul 04.00 dini hari
yaitu, phatet nem, phatet sanga, phatet manyura. Makna pembagian waktu
Jawa. Sisi menarik dari pertunjukkan wayang purwa adalah pesan moral,
etika, dan sikap hidup (budi pekerti) yang terdapat dalam setiap lakon yang
digelar. Selain itu, aspek kemampuan dalang serta adegan goro-goro yang
juga merupakan salah satu kekuatan wayang purwa, untuk meraih simpati
Awal mula bentuk wayang kulit purwa pertama kali adalah pada masa
Raja Jayabaya di Kerajaan Kediri tahun 1135 Masehi. Saat itu, Raja
daun lontar. Menurut Hazeu, cerita wayang sudah ada sejak zaman Raja
saat itu, Raja Airlangga memiliki seorang raja kesusasteraan hebat, yaitu
dalam kakawin Arjunawiwaha yang dibuat oleh Empu Kanwa pada tahun
16
ungkapan untuk membandingkan kehidupan nyata dengan dunia
dalang terbesar hanyalah berjarak satu layar dari kita (Kresna, 2012:31).
dijelaskan bahwa wayang purwa sudah ada sejak zaman Prabu Jayabaya
telah digambarkan diatas daun lontar. Wayang pada masa itu masih erat
Jenggala tahun 1244 Masehi, wayang purwa sudah dibuat di atas kertas
Jawa (kulit kayu) dimana sisinya dijepit dengan kayu agar dapat tergulung
purwa telah dilukis berbagai warna dengan lebih rapi, lengkap, dengan
(Soetarno, 2007:9).
asal kelahiran wayang kulit purwa itu berada di Jawa. Wayang dari zaman
17
mengalami perkembangan dan perubahan akan tetapi wayang kulit tetap
unsur yang dapat mendukung setiap pagelaran wayang kulit, anatara lain
terdapat ajaran-ajaran mulia seperti pesan moral, etika, dan sikap hidup
jumlah adegan dalam satu lakon tidak dapat ditentukan. Jumlah adegan ini
18
berimprovisasi, karena pakem pedalangan tersebut sebenarnya hanya berisi
inti cerita pokok saja. Untuk lebih menghidupkan suasana dan membuat
memegang peranan yang amat penting. Warna rias wajah pada wayang
kulit mempunyai arti simbolis, akan tetapi tidak ada ketentuan umum di
sini. Warna rias merah untuk wajah misalnya, sebagian besar menunjukkan
sifat angkara murka, akan tetapi tokoh Setyaki yang memiliki warna rias
muka merah bukanlah tokoh angkara murka. Jadi karakter wayang tidaklah
ditentukan oleh warna rias muka saja, tetapi juga ditentukan oleh unsur
lain, seperti misalnya bentuk (patron) wayang itu sendiri. Perbedaan warna
muka wayang ini tidak akan diketahui oleh penonton yang melihat
bentuk aslinya alat penerangan yang dipakai pada pertunjukan wayang kulit
Oktober 2015).
19
(pembelajaran) bagi setiap penonton. Dengan demikian, sesudah
akan meneladani tingkah laku atau karakter dari setiap tokoh wayang yang
kartun anak-anak. Akan tetapi, semua itu tidak mengurangi nilai-nilai yang
kehidupan manusia.
yang dimainkan oleh dalang dengan wayang kulit serta lagu-lagu iringan
oleh para sinden atau penyanyi lagu-lagu yang mengiringi kisah cerita
20
lakon. Jika orang melihat sebuah pertunjukkan wayang, sebenarnya yang
konteks pembicaraanya. Lakon dapat diartikan alur cerita, hal ini tampak
pada ungkapan bahasa Jawa yang berbunyi lakone kepriye, lakone opo,
diartikan sebagai jalan cerita, kemudian dari ungkapan kedua berarti judul
a. Lakon Tragedi
antara kedua tokoh sehingga dalam peristiwa itu timbul banyak korban.
seorang putri raja dengan pangeran atau kesatria. Lakon perkawinan ini
21
Alap-alap Rukmini.
yang mempunyai karakter baik atau tokoh yang baik. Contoh: Kelahiran
Gatutkaca.
d. Lakon Kraman
e. Lakon Wahyu
Lakon ini berisi mengenai ajaran atau falsafah hidup atau ilmu
adegan yang satu dengan lainnya saling terkait baik langsung maupun
22
lakon terbagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing mempunyai
wayang.
alam, nilai-nilai tradisi dan budaya yang telah ada sebelumnya untuk
23
boleh dan bisa menjadi dalang, tidak pandang derajat, pangkat, maupun
golongan. Maknanya, setiap orang boleh dan bisa menjadi ahli spiritual,
bijaksana, adil dan paling penting adalah bersedia berbuat kebaikan pada
sesama tanpa pandang apa sukunya, apa agamanya, apa budayanya, dari
Hyang Widhi.
modern ini sinden mendapatkan tempat atau posisi yang hamper sama
24
pelawak memiliki fungsi yaitu menghibur para penonton.
e. Wayang yaitu boneka tiruan orang yang terbuat dari kulit binatang yang
f. Kotak yaitu tempat menaruh wayang yang berbentuk kotak dan terbuat
dari kayu, juga digunakan oleh dalang untuk dodogan yang berfungsi
Wayang yang berada dalam kotak tersusun rapi dna keluar apabila akan
dijepit dengan jempol kaki berbahan besi, sedang yang dipegang tangan
i. Kelir yaitu kain putih dengan lis warna hitam atau merah yang
25
merupakan sebuah layar berwarna putih berbentuk empat persegi
panjang dengan panjang 2 hingga 12 meter dan lebar 1,5 hingga 2,5
j. Debog yaitu batang pisang yang ditata dibagian gawang kelir berfungsi
terbuat dari tembaga berbahan bakar sumbu dan minyak kelapa. Dalam
kelir.
m. Gamelan yaitu alat musik jawa yang berlaras pelog dan slendro
n. Panggung yaitu tempat yang agak tinggi terbuat dari papan untuk
(https://puthutnugroho.wordpress.com/2014/08/26/unsur-unsur-dalam-
2015).
26
sangat penting dan tidak bisa dihilangkan yakni lagu atau biasa disebut
tarian dan lagu Jawa. Gendhing atau lagu yang digunakan dalam
wayang, yaitu:
kata talu (Jawa) yang artinya adalah memukul. Musik ini menjadi tanda
Pareanom.
atau latar tertentu dalam pentas wayang. Jejer merupakan bahasa Jawa
27
c. Gendhing playon adalah musik yang digunakan untuk mengiringi
perang. Jenis musik ini mengiringi dua macam adegan perang, yaitu
perang sederhana dan perang tanding atau besar. Misalnya untuk perang
Wayang Kulit Purwa, atau syair yang digunakan dalam tembang iringan
puri, mangkin tan pasiring halep ikang umah mas lwir murub ring
Duryyodhana.
28
Baratayuda karya Empu Sedah dan Panuluh.
20 Oktober 2015).
Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator
diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan oleh nayaga, dan tembang
29
atau nyanyian dilagukan oleh para pesinden. Pagelaran wayang kulit
pathet lasem atau pathet nem memiliki ajaran yang bersumber dari
Gambaran alam benda dan alam biologis terdapat dalam pathet ini dan
30
c. Pathet Manyura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3
adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada
siklus hidup manusia berasal dari yang tidak ada menjadi ada dan
mati. Siklus hidup manusia di dunia awal mulanya tidak ada, dan setelah
itu terciptalah siklus hidup yang menjadikan manusia menjadi salah satu
makhluk di dunia. Siklus itu akan kembali lagi dan hal ini menjadi bukti
31
tersebut melakukan tindakan atas dasar tersebut dengan cara pandang
dan pengetahuan yang baru. Sikap ini dibedakan dengan sikap dan cara
pandang lama yang masih dalam tataran dimensi ke III dalam pathet 6
seorang dalang. Periode atau waktu ini merupakan alur cerita yang
oleh dalang.
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
32
kehidupan manusia (Jalaluddin, 2001:65).
2. Unsur-Unsur Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan
suatu bangsa.
lembaga pendidikan.
33
4) Tujuan instruksional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh
b. Peserta didik
c. Pendidik
menyelenggarakan pendidikan.
d. Alat Pendidikan
e. Lingkungan Pendidikan
34
1) Lingkungan Keluarga
2) Lingkungan Sekolah
tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu,
(PT).
3) Lingkungan Masyarakat
3. Tujuan Pendidikan
gambaran tentang nilai- nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah.
35
sebagai dasar untuk mencapai cita-citanya.
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
kegiatan pendidikan.
generasi muda.
dua sasaran, yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa
oleh mereka yang sudah dewasa dan pembentukan pribadi bagi mereka
36
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara.
agar menjadi warga Negara yang baik dan bertingkah laku baik, serta
membentuk pribadi bangsa yang luhur dan patuh kepada aturan Negara.
peranannya.
dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya
mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu
37
seni dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-
dan mutlak yang bersumber dari kepercayaan atau keyakinan dalam diri
bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupakan moral, moral
yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan
baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus
masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu,
kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait
38
Dapat dipahami, nilai pendidikan moral mempunyai arti kemampuan
berasal dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku
dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku
sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan
yang ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan
39
Jadi, nilai pendidikan sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan
merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang
penting.
dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang
belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku
tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup, dan berakar dalam alam
pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam
hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu,
40
hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada
sistem simbol dan sistem sosial dalam arti ketergantungan dan tidak
sikap pada sistem sosial. Sastra yang demikian dapat disebut sebagai
41
masyarakatnya. Selanjutnya sastra juga dapat menjadi kritik sosial,
sastra sebagai sistem sosial, karena wayang dapat menjadi arah atau
42
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
dunia yang didasari dengan perdamaian abadi. Semua itu sudah menjadi
tugas dan kewajiban bagi suatu bangsa, bangsa yang mau belajar dalam
tidak berarti memaksakan anak didik untuk memahami suatu bentuk seni
ataupun aliran seni, hal yang lebih signifikan adalah bahwa nilai seni itu
43
mampu menginspirasi anak didik untuk menggerakkan daya rasional
yang tinggi. Seni bukanlah teori yang harus menjadi dasar pemikiran
pandangan akan nilai dalam wayang itupun juga bergerak sesuai dengan
dalam satu kesatuan sistem jalinan yang harmonis, tertib dan teratur,
44
tingkah laku atau sikap seseorang (peserta didik) dalam rangka
lain:
karakter kehalusan budi pekerti dan selalu rendah hati dalam berbagai
45
juga bermanfaat untuk menyampaikan pesan nilai-nilai serta filosofis
(http://taufiknova.blogspot.com/2010/03/peranan-wayang-sebagai-
46
BAB III
HASIL PENELITIAN
seselan enggal); sang raden anggebjur saganten, wedaling naga nama sang
pulo dunungipun sang Dewa-Rutji (sadjak seselan enggal), sang Bima dumugi
nglesantunaken tjara kina, ngangge sekar ageng ingkang sampun nilar guru
lagu.
Yasadipura I yang ditulis pada tahun 1796, yang bertemakan mistis itu
oleh Mas Ngabehi Kramapawira tahun 1870, Serat Dewa Ruci berbahasa Jawa
dan juga berhuruf Jawa tulisan Mas Ngabehi Mangunwijaya, Cerita Dewa
Roetji yang dimuat dalam majalah Belanda Djawa pada tahun 1940, Serat
Dewa Ruci Jarwa Sekar Macapat Gubahanipun R. Ng. Yasadipura I, dan Serat
Dewa Ruci Kidung dari bentuk kakawin. Dewa Ruci berbentuk kecil yang
47
kemudian dikenal dengan Dewa Kerdil (mini). Besar Dewa Ruci tidak lebih
besar dibanding telapak tangan Bima. Dewa Ruci merupakan perwujudan dari
pribadi seorang Werkudara, Bima atau Arya Sena. Dewa Ruci yang merupakan
cerita asli wayang Jawa memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan
harmonis antara Kawula (manusia) dan Gusti (Tuhan), yang diperagakan oleh
Bima atau Arya Sena dan Dewa Ruci. Dalam bentuk kakawin (tembang) oleh
Dewa ruci adalah seorang dewa yang bertubuh kecil, tapi mempunyai
suara besar. Ia sering disebut dengan nama Marbuyengrat atau Dewa Bajang.
bisa bertatakrama dengan baik. Lalu Werkudara bertemu dengan Dewa ini saat
cerita yang melambangkan suatu perbuatan mistik dari Bima atau lambang dari
manusia yang rindu mencari jati dirinya yang sehati, atau ilmu tentang sangkan
parining dumadi.
Menurut Pujo Prayitno (1962) dalam Terjemahan Bebas Serat Dewa Ruci
Kidung Macapat yang bersumber dari Serat Dewa Ruci Kidung gubahan
48
memenuhi tugas gurunya mencari air penghidupan (Tirtamerta), yang disadur
Kawi, Sanskerta dan Jawa Kuna. Serat Dewa Ruci Kidung ini digubah dengan
menggunakan Bahasa Mardawa, artinya bahasa yang indah untuk syair lagu,
adalah juga percampuran dari Bahasa Kawi; bahasa Jawa halus dan bahasa
banyak menggunakan Bahasa Jawa yang mudah dipahami, sehingga tidak sulit
untuk dipahami isinya, kecuali makna tersirat yang memang tidak mudah untuk
dipahami. Berikut ini adalah kisah atau cerita Dewa Ruci yang digubah dengan
1. Kidung Dandhanggula
Ketika Arya Sena berguru kepada Dhang Hyang Druna, dia disuruh
pulang untuk memberi kabar ke negeri Ngamarta untuk mohon ijin kepada
semua yang kebetulan saat itu sedang berada di hadapan kakaknya. Arya
Sena berkata kepada Kakanda yang seorang Raja, bahwa ia akan pergi
49
berduka adiknya yang bernama Raden Satriya Dananjaya berkata sambil
meyembah kepada Kanda Raja bahwa hal itu tidak baik. Sebaiknya jangan
diizinkan atas kepergian adik sang Raja perasaanku mengatakan tidak baik,
Nakula dan Sadewa sangat setuju dengan kata-kata Dananjaya. Sifat dari
menyembah.
a. Di Negeri Ngastina
memberi petunjuk kepada Sena, bahwa jika ia telah menemukan air suci
50
antara sesama makhluk, dilindungi ayah-ibu, mulia, berada dalam triloka,
akan hidup kekal adanya. Selanjutnya dikatakan, bahwa letak air suci ada
dalam gua. Kemudian setelah ia mohon pamit kepada Druna dan prabu
Suyudana, lalu keluar dari istana, untuk mohon pamit, mereka semua
melawan dua raksasa yang tinggal di gua itu, sebagai rasa optimisnya,
minum sepuas-puasnya.
b. Di Gunung Candramuka
karena merasa terganggu akibat ulah Sena, tetap saja mengamuk. Terjadi
51
tidak mendapat bimbingan yang nyata, tentang tempat benda yang kau
pasrah, suara itu yang ternyata adalah dua dewa, Sang Hyang Endra dan
Batara Bayu, yang memberitahu bahwa dua raksasa yang dibunuh Sena
d. Di Negara Ngastina
oleh Sang Druna: bahwa ia sebenarnya hanya diuji, sebab tempat air
membantu bicara untuk meyakinkan Sena. Karena tekad yang kuat maka
2. Kidung Sinom
Pandawa bersedih, sebab tipu daya para Kurawa akan mendapat balasan
52
dengan jatuhnya bencana dari dewata yang agung. Ketika sedang asyik
senang dan akan mengadakan pesta. Namun tidak disangka, karena Sena
ternyata melaporkan bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu, yaitu
berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan, naik turun gunung,
batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru
datang, bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera, topan datang juga
dan tidak benar. Bagi Sena, lebih baik mati dari pada pulang menentang
samudera.
3. Kidung Durma
Maka akhirnya ia berpasrah diri, tidak merasa takut, sakit dan mati
53
tampak kegembiraannya, dan tak lupa digunakannya Ilmu Jalasengara, agar
air menyibak.
Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah
liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam
bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah
Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras, naga besar itu
a. Di Negara Ngamarta
iba, kepada prabu Kresna. Lalu dikatakan oleh Kresna, bahwa Sena tidak
berhasil menatap dengan hening. Para saudaranya tidak perlu sedih dan
cemas.
Ruci
main di atas laut, bernama Dewa Ruci. Lalu ia berbicara :"Sena apa
kerjamu, apa tujuanmu, tinggal di laut, semua serba tidak ada tak ada
54
yang dapat di makan, tidak ada makanan, dan tidak ada pakaian. Hanya
ada daun kering yang tertiup angin, jatuh didepanku, itu yang saya
banyak rintangannya, jika tidak mati-matian tentu tak akan dapat sampai
memaksa, dirimu tidak sayang untuk mati, memang benar, disini tidak
mungkin ditemukan".
keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja, ayahmu pun
kedua dirimu, sebagai penengah adalah Dananjaya, yang dua anak lain
disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air
itulah yang kau laksanakan, maka orang yang bertapa sulit menikmati
jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian
bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan
ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh tukang emas
55
diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian pula orang berguru,
4. Kidung Dandhanggula
Kenyataan
Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :"Tuan ini bertubuh kecil,
saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak
dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung,
telinga kiri. Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana
utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan
dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati. Ada empat
macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan
yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri.
Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati
56
berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.
menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas
hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya
suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci
tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam,
merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi,
Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak
hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak,
tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya
berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang
menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin,
bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut
merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang
yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila
57
hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan
5. Kidung Kinanthi
nafsu kehidupan tapi kuasailah. Tentang keinginan untuk mati agar tidak
mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak
disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan,
disebar di bebatuan tanpa tanah tentu tidak akan dapat tumbuh, maka jika
58
manusia bijaksana, tinggalkan dan hilangkan, agar menjadi jelas penglihatan
Hyang Luhur menjadi badan Sukma Jernih, segala tingkah laku akan
menjadi satu, sudah menjadi diri sendiri, dimana setiap gerak tentu juga
semua sudah ada pada manusia, semua jagad ini karena diri manusia, dalam
segala janji janganlah ingkar. Jika sudah paham akan segala tanggung
jawab, rahasiakan dan tutupilah. Yang terbaik, untuk disini dan untuk disana
juga, bagaikan mati di dalam hidup, bagaikan hidup dalam mati, hidup abadi
selamanya, yang mati itu juga. Badan hanya sekedar melaksanakan secara
:"Sena ketahuilah olehmu, yang kau kerjakan, tidak ada ilmu yang
didatangkan, semua sudah kau kuasai, tak ada lagi yang dicari, kesaktian,
melaksanakan.
gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna
59
tingkah para Pertapa yang berpikiran salah, mengira sudah benar,
matahari dan rembulan, dengan layarnya alam yang sepi, yang melihat
60
d. Kembali ke Negeri Ngamarta
berpaling hatinya, tidak asing bagi dirinya, sewujud dan sejiwa, dalam
Maka disambutlah ia, dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai
dewa yang memberi tahu kepadanya, bahwa di lautan itu sepi,tidak ada
ketahuilah nanti, jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini"
desember 2015).
dan Gusti, yang diperagakan oleh Bima atau Arya Werkudara dan Dewa Ruci.
61
1. Pencarian air suci Prawitasari
Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari artinya
inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu
suci.
Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau, ini
Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah, jadi yang
melalui samadi.
yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara
lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi.
62
3. Raksasa Rukmuka dan Rukmakala
halangan-halangan tersebut.
Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi
berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra,
63
Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut
a. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri
d. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat
e. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak
f. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk
pihak.
64
j. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.
k. Samadi.
makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-
enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus
memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan
tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh
terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan
Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya
persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui
telinganya yang sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan jelas
seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut. Pelajaran spiritual dari
cipta hening dan rasa hening. Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah
yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang
65
suci, tak terpisahkan. Dia telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman
ini dalam istilah spiritual disebut mati dalam hidup dan juga disebut
hidup dalam mati. Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini
dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan, kirana
artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci yang
a. Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam,
b. Tusuk konde besar dari kayu asem. Kata asem menunjukkan sengsem
Melambangkan :
66
1) Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.
jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak. Contohnya lima
67
BAB IV
PEMBAHASAN
berkaitan seperti buku tentang wayang kulit, filsafat, dan kebudayaan Jawa,
serta dari internet (website) tentang wayang kulit. Maka penulis akan
lakon Dewa Ruci, nilai-nilai pendidikan cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci
dan implementasi nilai-nilai cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci dalam
garis besar inti cerita dari kisah wayang kulit lakon Dewa Ruci adalah
proses bagaimana seorang dari Pandhawa, yaitu Bima atau Arya Sena
perintah yang datang dari guru Bima (Wrekudara), yaitu Resi Dorna.
Perintah dari Resi Dorna berisi tentang pencarian air kehidupan (tirta
Bima yang pada akhirnya bertemu dengan Dewa Ruci yang memberi
wejangan tentang air suci (tirta parwitra). Lakon ini menjadi berat, karena
68
dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi), menyingkap
Dewa Ruci merupakan salah satu cerita wayang kulit purwa yang isinya
dapat dijadikan sebagai bekal kehidupan. Cerita lakon Dewa Ruci banyak
mengajarkan nilai-nilai hidup, dan yang paling penting dari cerita tersebut
adalah kegigihan seorang murid dalam berprinsip untuk terus menuntut ilmu
sampai berhasil. Sifat idealisme itulah yang membuat cerita Dewa Ruci
murid kepada guru, yaitu antara Sang Bima dengan gurunya yang bernama
Resi Dorna. Walaupun niat Resi Dorna tidak baik yaitu ingin melenyapkan
Bima, tetapi Sang Bima tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh
gurunya. Karena Sang Bima sangat menghormati dan mematuhi semua yang
pada jalan keutamaan. Bima berguru kepada Resi Dorna tentang ilmu
dengan Dewa Ruci. Pada akhirnya, Sang Bima bisa menemukan jati dirinya
dengan usaha dan ketabahan dari dalam hatinnya yang begitu kuat.
perjuangan keras menemukan jati diri. Pengenalan jati diri akan membawa
69
seseorang mengenal asal-usul diri sebagai ciptaan dari Tuhan. Pengenalan
kehendak Tuhan, bahkan menyatu dengan Tuhan atau sering disebut sebagai
pendidikan sekarang, hal itu bisa dijadikan acuan bagi setiap orang dalam
saja, tetapi sifat-sifat mulia Sang Bima dapat dijadikan landasan bagi semua
Dewa Ruci bagi pendidikan Islam dapat dilihat dari kematangan spiritual
dengan puncak pengaturan hawa nafsu yang diterima Bima dari gurunya.
Hal ini sesuai dengan ayat Al-Quran pada surat yusuf ayat 53, yaitu :
Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa hawa nafsu apabila kita
70
berlangsungya kehidupan manusia. Sebagai invidu yang mempunyai dasar
agama, maka hawa nafsu harus bias diatur dan dikendalikan dengan mental
Etika guru dengan murid juga harus tetap terjalin dan terjaga dengan
baik, sehingga apa yang diajarkan oleh guru dapat diterima muridnya
dengan baik pula. Begitu sebaliknya, etika seorang murid kepada guru juga
harus terjalin dengan baik dan seorang murid harus mempunyai nilai
moralitas dan budi pekerti yang tinggi agar apa yang menjadi cita-citanya
dapat terwujud.
Metode berceramah menjadi salah satu cara yang efektif dalam proses
didik akan lebih dekat dan cepat dalam menangkap mata pelajaran atau
materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan cerita wayang
kulit lakon Dewa Ruci yang mengajarkan berbagai macam aspek kehidupan
sebagai hiburan, tetapi ada kenikmatan estetika, etik, yang dapat diserap dari
cermin, yang dilihat adalah wajah sebagai diri pribadi, bukan kacanya.
Wayang laksana sumber air yang jika ditimba tidak akan menjadi habis.
71
Jadi, dapat dipahami wayang merupakan perwujudan dari diri manusia
sendiri dan wayang memiliki kenikmatan estetika dan etik yang dapat
Dalam cerita wayang kulit lakon Dewa ruci, Bima atau Arya Sena yang
Nilai moral dalam cerita lakon Dewa Ruci merupakan nilai yang
menjadi landasan yang dipakai panduan, tatanan, dan tingkah laku yang
berlaku sesuai dengan aturan. Dalam cerita ini nilai pendidikan moral
kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan adegan yang dilakukan sang
72
Bima harus berjuang mati-matian demi mendapatkan apa yang diperintah
Nilai moralitas dalam cerita ini berguna bagi Bima khususnya, dan
menghormati, mematuhi, dan setia kepada guru asal itu baik dan
bermanfaat.
manusia. Budi pekerti yang baik akan memberikan dampak yang baik
cerita lakon Dewa Ruci tidak lepas dari kehidupan sehari-hari, yaitu
ajaran menghormati guru, ajaran taat dan patuh terhadap guru, ajaran
dari guru, dan sikap rendah hati terhadap ilmu dan guru.
73
budi pekerti yang baik. Lakon Dewa Ruci merupakan sosok yang
dengan tokoh utama Bima yang selalu sabar dan tabah dalam
menghadapi berbagai ujian hidup. Selain itu, Bima juga memiliki budi
suatu hal yang efektif bagi peserta didik, yaitu dengan penanaman budi
pekerti yang baik dari guru dengan mengajarkan tingkah laku yang
yang kurang mempunyai budi pekerti yang baik akan memicu terjadinya
konflik yang kurang baik, baik dari segi kehidupan maupun dalam proses
pembelajaran.
teladan ialah tokoh yang mempunyai moral dan budi pekerti yang baik,
74
dan dalam pertunjukkan wayang kulit bahwa kebaikan akan selalu
mengalahkan keburukan.
Banyak nilai yang dapat diambil dari cerita wayang kulit lakon Dewa
Ruci, tetapi yang menjadi dasar ialah nilai pendidikan moral dan nilai
pertunjukan wayang.
untuk selalu berlaku baik, dan selalau menjauhi apa yang dilarang oleh
tersirat, sebab wayang pada hakikatnya adalah karya sastra budaya yang
bersifat simbolik. Ajaran moralitas dan budi pekerti dalam cerita wayang
75
kembali kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
bangsa Indonesia. Kebudayaan itu salah satunya ialah wayang kulit yang
tidak banyak dari generasi muda yang paham tentang wayang kulit.
tekhnologi modern sekarang ini, hal itu mengarah kepada moralitas yang
Pendidikan
Cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci dapat diterapkan dan dijalankan
pendidikan yang ada ialah wayang kulit. Wayang kulit lakon Dewa Ruci
masyarakat. Selain itu, wayang kulit lakon Dewa Ruci juga memberikan
hiburan dan tontonan yang menarik, serta sebagai tuntutan dan tatanan
Nilai yang terkandung dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci
76
merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang ada dan memberikan masukan
kesempurnaan hidup. Bagi peserta didik menuntut ilmu dan bekerja keras
menjadi hal yang mutlak, karena kewajiban peserta didik ialah menuntut
ilmu walaupun ada halangan atau rintangan. Apabila semua itu dijalani
2. Hidup Rukun
Bima dan anggota keluarga yang lain saling menyayangi dalam ikatan
keluarga yang kuat. Seperti Dewi kunti yang sangat menyayangi anak-
anaknya, salah satunya adalah Bima atau Arya Sena. Hidup rukun harus
harus terjaga yaitu dengan saling menyayangi dan saling mengerti satu
sama lain.
77
Dalam aspek pendidikan, hidup rukun juga diterapkan yaitu dalam
sebuah kelas antara guru dengan perserta didik dan peserta didik dengan
peserta didik yang lain, apabila dalam sebuah kelas hidup rukun tidak ada
maka kelas itu akan tidak kondusif. Jadi, hidup rukun harus ditegakkan
oleh seorang guru didalam kelas yang diajarnya, agar proses belajar
3. Jujur
Dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci, bahwa Resi Dorna tidak
jujur terhadap Bima. Resi Dorna menyuruh Bima untuk mencari air suci
(tirta perwita) yang sebenarnya tidak ada, sedangkan Resi Dorna sendiri
dengan lancar dan tidak ada sikap saling curiga antara satu sama lain.
4. Ikhlas
Sikap ikhlas dimiliki oleh Bima atau Arya Sena dalam mencari
dilakukan karena kebersihan hati Bima dari hal-hal yang tidak ikhlas.
imbalan, dalam proses pendidikan sikap ikhlas menjadi salah satu sikap
seorang guru tidak mengharap imbalan dari peserta didiknya. Selain itu,
78
peserta didik juga harus bisa ikhlas dengan apa yang diajarkan oleh
Dalam cerita lakon Dewa ruci sang Bima menaati segala yang
ilmu. Dalam proses pembelajaran seorang murid harus taat kepada guru,
hal itu dapat dilakukan oleh peserta didik dengan memuliakan guru,
ambing oleh keadaan. Keteguhan hati Bima bisa dilihat dari cara
berjalannya yang selalu lurus dan tidak pernah berbelok. Maka dengan
oleh semua orang, tetapi dalam proses pendidikan teguh dalam pendirian
79
7. Sikap Hormat
Bima selalu bersikap hormat kepada Resi Dorna, Dewa Ruci, Dewi
karma terutama dalam budaya Jawa. Hubungan antara anak dengan orang
tua, murid dengan guru, dan sesama saudara secara tidak langsung akan
8. Kesabaran
Sabar merupakan salah satu sikap terpuji dan sabar perlu diberikan
kepada peserta didik karena dengan kesabaran hal yang besar dapat
terwujud. Dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci sang Bima yang
beperilaku terpuji dan memiliki budi pekerti, karena sikap sabar memiliki
80
bermasyarakat watak sabar akan dapat mendorong manusia untuk
Berbagai intisari yang terdapat dalam cerita wayang kulit lakon Dewa
Perbuatan atau tingkah laku baik kepada Tuhan atau sesama manusia
mana yang harus ditinggalkan, dan mana yang harus dilakukan agar
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kisah wayang kulit lakon Dewa ruci digambarkan oleh Bima atau Arya
Sena yang mempunyai semangat untuk menuntut ilmu dan mencari jati
dirinya. Dalam cerita ini juga terdapat intisari sang Bima bertemu dengan
yang berwujud anak kecil yang bermain di atas air laut. Bima masuk ke
dalam tubuh sang Dewa Ruci melalui telinga kiri yang kemudian
pada umumnya memiliki dasar yaitu moral dan budi pekerti, yang
82
sikap rendah hati terhadap ilmu guru, dan memiliki kesungguhan hati
dalam menuntut ilmu dari guru. Dengan demikian, maka tingkah laku
Dewa Ruci dapat terlaksana apabila peserta didik dapat meniru dan
menerapkan sifat-sifat bijak atau mulia sang Bima dengan cara mematuhi
didasari dengan nilai pendidikan moral dan budi pekerti. Peserta didik
dibekali dengan ajaran-ajaran mulia dari cerita wayang kulit lakon Dewa
Ruci yang menjadikan peserta didik pada umumya lebih giat untuk
menuntut ilmu dan bekerja keras, hidup rukun, jujur, ikhlas, taat kepada
B. Saran
Sesuai dengan tujuan penelitian skripsi ini, penulis menaruh harapan besar
pada semua pihak agar dapat mengambil manfaat atau hikmah dari pikiran-
pikiran yang tertuang dalam skripsi ini. Penelitian ini secara tidak langsung
menjerumus kepada perilaku peserta didik terhadap guru yang masih jarang
83
meliputi pendidikan moral dan budi pekerti, yang diharapkan dapat menjadi
Melalui nilai-nilai pendidikan yang ada dalam cerita wayang kulit lakon
Dewa Ruci, khususnya pendidikan moral dan budi pekerti penulis berupaya
membuktikan cara agar perilaku peserta didik lebih baik lagi kepada guru
sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam cerita tersebut, terutama dalam
nilai pendidikan moral dan budi pekerti. Semoga penelitian ini dapat
2. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun dari para
lebih baik lagi guna menggali dan mengkaji nilai-nilai pendidikan yang ada
dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci. Penelitian tentang nilai-nilai
pendidikan dalam cerita wayang kulit lakon Dewa Ruci masih banyak yang
belum dikaji, untuk itu penelitian tentang jati diri manusia harus dikaji lebih
lanjut.
84
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta: Araska.
Mulyono, Sri. 1989. Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang. Jakarta: Haji
Masagung.
Prayitno, Pujo. 1962. Terjemahan Bebas Serat Dewa Rucu Kidung Macapat.
Rahardjo, Handri. 2010. Jurus Sakti Berdongeng dengan Feni Shui. Yogyakarta:
Citra Media.
85
Santosa, Imam budhi. 2011. Saripati Ajaran Hidup Dahsyat dari Jagad Wayang.
Yogyakarta: FlashBooks.
Wangi.
Yudhi, A. W. 2012. Serat Dewa Ruci Pokok Ajaran Tasawuf Jawa. Jakarta: PT
Buku Seru.
Website:
2015.
https://puthutnugroho.wordpress.com/2014/08/26/unsur-unsur-dalam-
pertunjukan-wayang-kulit-purwa/.html, diakses tanggal 10 Oktober 2015.
http://taufiknova.blogspot.com/2010/03/peranan-wayang-sebagai-media.html,
Oktober 2015.
2015.
86
https://griyawardani.wordpress.com/2011/05/19/nilai-nilai-pendidikan/, diakses
2015).
87
88
89
DAFTAR NILAI SKK
90
Publik dengan
temaPeran Generasi
Muda Terhadap
Fenomena HIV/AIDS di
kota Salatiga
10. Public Hearing I dengan 25 Maret 2013 Peserta 2
tema Optimalisasi
Kinerja Lembaga
Melalui Kritik dan Saran
Mahasiswa
11. Seminar NASIONAL 26 Maret 2013 Peserta 8
dengan tema
Ahlussunah Waljamaah
dalam Perspektif Islam
Indonesia
12. Sertifikat Tahtimul 05 April 2013 Peserta 2
Quran
13. Sertifikat Pelatihan 08 Juni 2013 Peserta 2
Strategi Sukses Kuliyah
14. Piagam Penghargaan 21 Juli 1013 Panitia 3
dalam acara buka
bersama dengan anak
yatim di gedung NU
kota Salatiga
15. Sertifikat Training 18 September 2013 Peserta 2
Pembuatan makalah
16. Public Hearing III 23 Oktober 2013 Peserta 2
dengan tema
Optimalisasi Kinerja
Lembaga untuk
Mewujudkan Kampus
yang Amanah
17. Seminar REGIONAL 2013 Peserta 4
dengan tema
Selamatkan
Temanggung dari
Lingkaran HIV/AIDS
18. Sertifikat Workshop 22 Agustus 2014 Panitia 3
Entrepreneurship dengan
tema :Menanamkan
nilai-nilai jiwa
kewirausahaan
mahasiswa yang kreatif
dan inovatif
19. Seminar Motivasi 05 September 2014 Panitia 3
Belajar
91
20. Talk Show dengan tema 19 September 2014 Peserta 2
Ciptakan Karakter
Mahasiswa Religius dan
Berakhlaq Mulia
21. Seminar NASIONAL 25 September 2014 Peserta 8
dengan tema Peran
Mahasiswa dalam
mengawal Masa Depan
Indonesia Pasca Pilpres
2014
22. Seminar NASIONAL 05 November 2014 Panitia 8
berkontribusi untuk
Negeri Melalui
Telivisi/TV
23. Sertifikat PERBASIS 27 November 2014 Panitia 3
(Perbandingan Bahasa
Arab Bahasa Inggris)/
CEA (Comparison
English Arabic)
24. Seminar Kewirausahaan 21 Desember 2014 Peserta 2
dengan tema Meraih
Kesuskesan dengan
Berwirausaha
25. Seminar NASIONAL 2014 Peserta 8
Perlindungan Hukum
Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar
Bebas Asean
26. Talk Show How to be a 7 April 2014 Peserta 2
Successfull Creative
Preneur to Face ASEAN
Economic Community
2015
27. Seminar NASIONAL 06 Mei 2015 PANITIA 8
Mencegah Generasi
Pemuda Islam dari
Pengaruh Radikalisme
ISIS
28. Sertifikat Ngabuburit 30 Juni 2015 PEMATERI 4
dan Dialog Lintas
Agama Salatiga Bhineka
Tunggal Ika
29. Seminar NASIONAL 2 September 2015 Peserta 8
Pemuda, Peradaban
Islam, dan Kemandirian
92
93