Yatim, F. (2000). CACAT KONGENITAL AKIBAT RUBELLA. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 10(1 Mar).
Sayangnya, masih banyak orangtua yang menolak anaknya diimunisasi karena takut akan risiko efek
samping vaksin rubella yang katanya bisa menyebabkan kelumpuhan bahkan autisme. Apa benar
begitu? HelloSehat mengupas tuntas semua fakta seputar risiko efek samping vaksin rubella dalam
artikel ini.
Vaksin MR adalah jenis imunisasi yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari dua penyakit
sekaligus campak (Measles) dan campak Jerman (Rubella). Sejatinya, vaksin MR merupakan
bagian dari vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella), tapi di Indonesia vaksin Mumps sengaja
dipisahkan dari keduanya. Hal ini dilakukan karena penyakit Mumps alias gondongan sudah jarang
ditemui di kalangan masyarakat Indonesia.
Sementara itu, campak (baik itu campak biasa maupun rubella campak Jerman) masih sangat sering
terjadi pada anak-anak. Campak Jerman juga membutuhkan perhatian ekstra apabila penderitanya
adalah ibu hamil. Pada wanita yang masih hamil muda, rubella dapat menyebabkan keguguran,
kematian bayi dalam kandungan, hingga kelainan bawaan pada bayi.
Maka, vaksin MR perlu diberikan pada anak untuk mencegah kedua penyakit ini, juga
untuk mencegah penyebarannya kepada anak-anak lain.
Vaksin MR diberikan pada semua anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun selama masa
kampanye vaksinasi MR. Nantinya, tenaga kesehatan akan menyuntikan vaksin pada bagian otot
lengan atas atau paha anak. Bagi anak yang sebelumnya sudah melakukan vaksinasi campak,
vaksinasi MR ini tetap perlu diberikan. Fungsinya agar si kecil juga mendapatkan kekebalan terhadap
rubella. Selain untuk anak, vaksin ini juga direkomendasikan pada wanita yang ingin merencanakan
kehamilan.
Apakah vaksinasi MR aman?
Berdasarkan rilis Kementerian Kesehatan RI, vaksin MR yang digunakan di Indonesia sudah
mendapat rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar dari Badan POM. Jadi,
vaksinasi MR aman dilakukan. Vaksin ini pun nyatanya telah digunakan di lebih dari 141 negara
dunia.
Adakah efek samping vaksin rubella dan campak (vaksin MR) yang mungkin terjadi
setelahnya?
Umumnya vaksin MR tidak memiliki efek samping yang berarti. Sekalipun ada, efek samping yang
ditimbulkan cenderung umum dan ringan, seperti demam, ruam kulit, atau nyeri di bagian kulit bekas
suntikan. Ini merupakan reaksi yang normal dan akan menghilang dalam waktu 2-3 hari.
Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, seseorang anak juga bisa mengalami reaksi alergi sebagai
efek samping vaksin rubella dan campak. Imunisasi atau vaksinasi adalah suatu tindakan pemberian
zat yang berasal dari kuman, baik yang sudah mati ataupun yang dilemahkan. Diharapkan dengan
pemberian vaksin ini, sistem pertahanan tubuh mengenali kuman tersebut, sehingga tubuh bisa
mengatasinya apabila suatu saat terinfeksi. Pada beberapa anak yang lebih sensitif, mungkin mereka
akan menampakkan reaksi alergi berat dari cairan yang terkandung dalam vaksin tersebut.
Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan anafilaksis. Namun, jika kondisi ini segera ditangani,
anak akan segera membaik. Itu sebabnya, meskipun aman, Anda lebih baik berkonsultasi terlebih
dahulu ke dokter untuk menghindari risiko reaksi alergi sebagai efek samping vaksin rubella dan
campak.
Tidak benar bahwa kelumpuhan dan/atau autisme bisa muncul sebagai efek samping vaksin rubella-
campak (vaksin MR), maupun jenis imunisasi lainnya. Dugaan imunisasi menyebabkan autisme dan
kelumpuhan sudah dipatahkan oleh begitu banyak pakar kesehatan dunia. Perlu diluruskan, sampai
saat ini belum ada bukti medis nyata yang mampu membuktikan jika imunisasi bisa menyebabkan
kedua kondisi tersebut.
Dalam segelintir kasus, munculnya kelumpuhan atau autisme setelah imunisasi hanyalah kebetulan
semata. Dan jika benar ini yang terjadi, dokter mampu menemukan penyebab asli penyakit yang
diderita pasien lewat berbagai tes laboratorium. Dapat dipastikan bahwa vaksinasi bukanlah salah satu
penyebab autisme maupun kelumpuhan pada anak.
Untuk mewaspadai terjadinya komplikasi efek samping vaksin rubella-campak (vaksin MR) yang
tidak diinginkan, sebaiknya jangan dulu memberikan suntik MR pada kelompok orang-orang berikut
ini.
Anak atau orang dewasa yang sedang melakukan radioterapi atau mengonsumsi obat tertentu
seperti kortikosteroid dan imunosupresan.
Ibu hamil (namun wanita yang berencana hamil sangat disarankan untuk imunisasi MR).
Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya.
Kelainan fungsi ginjal berat.
Setelah transfusi darah.
Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn).
Selain itu, pemberian vaksin MR harus ditunda jika pasien sedang mengalami demam, batuk-
pilek, atau diare (dalam kondisi yang tidak sehat).
Ikuti kampanye vaksin MR dari pemerintah Indonesia demi mencegah campak rubella
Untuk menekan angka kejadian campak Jerman di Indonesia, pemerintah saat ini tengah menjalankan
program imunisasi vaksin MR sepanjang bulan Agustus hingga September 2017. Terlebih untuk
bayi, balita, anak-anak, dan ibu hamil yang paling rentan terinfeksi penyakit ini. Jangan lagi takut
membayangkan risiko efek samping rubella dan campak, karena sudah terbukti tidak benar.
Yuk, jangan ragu untuk mendaftarkan anak maupun diri sendiri untuk ikut imunisasi di puskesmas
atau klinik kesehatan terdekat. Manfaatnya tetap jauh lebih besar dibandingkan kemungkinan efek
samping yang belum tentu akan terjadi. Pemberian vaksin pada dasarnya merupakan salah satu cara
untuk melindungi kesehatan diri untuk ke depannya.