Laporan FEM
Laporan FEM
Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab
G. ANALISIS DATA
1. Sampel Larutan Standar K
a. Pengenceran Larutan Induk 1000 ppm menjadi 50 ppm
Diketahui : M1 = 1000 ppm
M2 = 50 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 50 ppm
= 1000 ppm
= 5 mL
b. Pengenceran Larutan Induk 50 ppm menjadi 20 ppm
Diketahui : M1 = 50 ppm
M2 = 20 ppm
V2= 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 20 ppm
= 50 ppm
= 40 mL
c. Pengenceran LarutanInduk 20 ppm menjadi 10 ppm
Diketahui : M1 = 20 ppm
M2 = 10 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1= V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 10 ppm
= 20 ppm
= 50 mL
d. Pengenceran Larutan Induk 10 ppm menjadi 2,5 ppm
Diketahui : M1 = 10 ppm
M2 = 2,5 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 2,5 ppm
= 10 ppm
= 25 mL
e. Pengenceran Larutan Induk 2,5 ppm menjadi 1 ppm
Diketahui : M1 = 2,5 ppm
M2 = 1 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 1 ppm
= 2,5 ppm
= 40 mL
2. Sampel Larutan Standar Na
a. Pengenceran Larutan Induk 1000 ppm menjadi 50 ppm
Diketahui : M1 = 1000 ppm
M2 = 50 ppm
V2= 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 50 ppm
= 1000 ppm
= 5 mL
b. Pengenceran Larutan Induk 50 ppm menjadi 20 ppm
Diketahui : M1 = 50 ppm
M2 = 20 ppm
V2= 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 20 ppm
= 50 ppm
= 40 mL
c. Pengenceran Larutan Induk 20 ppm menjadi 10 ppm
Diketahui : M1 = 20 ppm
M2 = 10 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 10 ppm
= 20 ppm
= 50 mL
d. Pengenceran Larutan Induk 10 ppm menjadi 2,5 ppm
Diketahui : M1 = 10 ppm
M2 = 2,5 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 2,5 ppm
= 10 ppm
= 25 mL
e. Pengenceran Larutan Induk 2,5 ppm menjadi 1 ppm
Diketahui : M1 = 2,5 ppm
M2 = 1 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 1 ppm
= 2,5 ppm
= 40 mL
3. Analisis grafik untuk konstrasi K
a. Konsentrasi K sampel pocari sweat
Diketahui: y = 0,1819x + 22,683
R2 = 0,9498
Ditanyakan: [K+] =.?
Penyelesaian:
[K+] =
50,622,683
=
0,1819
= 153,47 ppm
b. Konsentrasi K sampel hydro coco
Diketahui: y = 0,1819x + 22,683
R2 = 0,9498
Ditanyakan: [K+] =.?
Penyelesaian:
[K+] =
14522,683
=
0,1819
= 672,44 ppm
4. Analisis grafik untuk konstrasi Na
a. Konsentrasi Na sampel pocari sweat
Diketahui: y = 0,0381x + 4,0637
R2 = 0,9005
Ditanyakan: [Na+] =.?
Penyelesaian:
[Na+] =
4,44,0637
= 0,0381
= 8.826 ppm
b. Konsentrasi Na sampel hydro coco
Diketahui: y = 0,0381x + 4,0637
R2 = 0,9005
Ditanyakan: [Na+] =.?
Penyelesaian:
[Na+] =
6,84,0637
=
0,0381
= 71,818 ppm
H. Grafik
1. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbansi untuk Natrium
2. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbnsi untuk Kalium
I. PEMBAHASAN
Fotometri nyala adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada
pengukuran besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada panjang
gelombang tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau alkali
tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala dimana besaran ini merupakan
fungsi dari konsentrasi dari komponen logam tersebut (Khopkar,1990).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara mengoperasikan alat
FEM dan menentukan kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) dan larutan
sampel (Pocari Sweat dan hydrococo) melalui alat FEM type M410. Prinsip
dasar alat Flame Photometer yaitu menentukan konsentrasi ion logam yang
rendah seperti penentuan kadar kalium dalam minuman energi didasarkan
kepada emisi (pancaran) sinar monokromatis pada panjang gelombang
tertentu dalam keadaan berpijar atau nyala. Sebagian unsur akan tereksitasi
dalam suatu nyala pada sushu tertentu serta memancarkan emisi radiasai
untuk panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990). Prinsip kerja dari
percobaan ini yaitu saat suatu unsur dilewatkan melalui nyala, maka akan
menyerap energy radiasi, sejumlah atom dalam keadaan tereksitasi akan
menyerap energi dari panjang gelombang yang karakteristik dan akan
mencapai keadaan energi yang lebih tinggi (Khopkar, 1990).
Berdasarkan hasil pengamatan setiap unsur memberikan nyala yang khas
pada gas pembakar. Yang mana pada pecobaan ini natrium menghasilkan pijaran
warna kuning, kalium memancarkan warna ungu. Warna yang terlihat ini
disebabkan karena adanya perbedaan tingkat energi dari setiap unsur. Energi
panas gas pembakar akan mengeksitasi elektron atom logam pada kulit terluar ke
tingkat eksitasi. Kembalinya elektron-elektron logam yang tereksitasi ke tingkat
yang lebih rendah akan teremisi radiasi yang sesuai dengan tingakt energi atau
panjang gelombang setiap unsur. Oleh sebab itu radiasi yang dipancarkan oleh
atom sifatnya khas dan untuk logam atom tersebut pancaran radiasi (emisi) juga
bersifat khas karena adanya perbedaan tingkat energi sehingga panjang
gelombang yang diserap atau dilepaskan juga berbeda pada setiap
unsur (Day dan Underwood, 2001).
Sebelum alat diujikan ke sampel, alat tersebut dikalibrasi terlebih dahulu
dengan aquadest. Fungsi kalibrasi alat yaitu menormalkan alat kembali, dengan
cara memasukkan selang kecil yang terdapat pada alat ke dalam larutan aquadest
(blanko) kemudian dilakukan pembacaan sampai 0,0. Pada percobaan ini ion ion
yang akan ditentukan kadarnya adalah Na dan K pada sampel. Adapun sampel
yang akan dianalisis adalah minuman berenergi yaitu Hydrococo dan Pocari
Sweat. Larutan standar Na dan K yang digunakan divariasikan kosentrasinya yaitu
50 ppm, 20 ppm, 10 ppm, 2,5 ppm dan 1 ppm. Fungsi divariasikan konsentrasinya
yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap absorbansi. Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh nilai absorbansi dari larutan standar untuk Na secara
berturut-turut yaitu 5,8; 5,2; 4,6; 4,0 dan 3,9. Sedangkan nilai absorbansi untuk
larutan standar K yaitu secara berturut-turut yaitu 31,3; 27,3; 25; 23,3 dan 21,7.
Absorbansi Na untuk larutan sampel Hydrococo dan Pocari Sweat yaitu 6,8 dan
4,4. sedangkan absorbansi K pada larutan sampel Hydrococ dan Pocari Sweat
yaitu 145 dan 50,6.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan maka nilai adsorbannya juga semakin tinggi. Hal ini
telah sesuai dengan teori yang menyatakan konsentrasi larutan berbanding lurus
terhadap nilai adsorban. Hal ini dikarenakan semakin banyak partikel logam
makan akan semakin banyak yang tereksitasi yang akan kembali ke keadaan
dasar, sehingga sinar yang dipancarkan akan semakin banyak terbaca sebagai
emisi pada alat flame fotometer (Rasyid, 2013).
Dari hasil nilai absorbansi larutan standar Na dan K dibuat grafik
hubungan konsentrasi dan absorbansi. Untuk larutan standar Na persamaan regresi
y = 0,038x + 4,063. Dan larutan standar K persamaan regresinya y = 0,181x +
22,68. Dari persamaan regresinya konsentrasi Na dan K pada Hydrococo dan
Pocari Sweat dapat diketahui. Yang mana berdasarkan analisis data konsentrasi
Na pada Hydrococo adalah 71,818 ppm dan Na pada Pocari Sweat 8,826 ppm
Sedangkan kadar Na pada kemasan Pocari Sweat yaitu 21 ppm dan kadar Na pada
Hydrococo yaitu 100 ppm. Untuk ion K berdasarkan analisis data konsentrasi K
pada Hydrococo adalah 672,44 ppm dan K pada Pocari Sweat 153,47 ppm,
sedangkan pada kemasan hydrococo kadar K yaitu 360 ppm dan kadar K pada
kemasan Pocari Sweat 5 ppm.
J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan hasil percobaan yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan dalam mengoperasikan alat fotometri emisi nyala yaitu dengan
cara pertama semua kabel yang ada dicolok ke sumber listrik, Fuel diputar
sebanyak 6 kali berlawanan arah jarum jam, tombol power ON di tekan, tombol
penunjuk unsur yang akan diidentifikasi diatur, tombol B Blanko ditekan lalu
selang pada fotometer dicelupkan kedalam blanko kemudian tombol C ditekan
lalu selang pada fotometer dicelupkan kedalam larutan standar dan larutan sampel.
Dan konsentrasi Na pada Hydrococo adalah 71,818 ppm dan Na pada Pocari
Sweat 8,826 ppm. Sedangan konsentrasi K pada Hydrococo adalah 672,44 ppm
dan K pada Pocari Sweat 153,47 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, M. Sodiq., Endang Budiasih., Hayuni Retno Widarti., dan Munzil. 2004.
Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sada, Nurjayanti Aabdullah., Nurdin Rahman dan Supriadi. 2014. Analisis Kadar
Mineral Natrium Dan Kalim Pada Daging Buah Nanas (Ananas Comosus
(L) Merr) Di Kota Palu. Jurnal Akademi Kimia. Vol.3, No.2.
Svehla. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kulman Media Pustaka.