Anda di halaman 1dari 18

Halaman Pengesahan

Laporan lengkap praktikum Kimia Instrumen dengan judul Fotometri


Emisi Nyala yang disusun oleh :
Nama : Eva Indriyani
Nim : 1513140009
Kelas/Kelompok : Kimia Sains/V (Lima)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan, dan dinyatakan diterima.

Makassar, November 2017


Koordinator Asisten Asisten

Resky Ramadani, S.Pd Dirsyah Dedi Nugraha, S.Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab

Maryono, S.Si., M,Si., Apt., M.M.


NIP : 19760307 200501 2 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Fotometri Emisi Nyala
B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui cara pengoperasian alat dan dapat mengetahui kadar natrium dan
kalium dalam minuman berenergi.
C. LANDASAN TEORI
Secara garis besar pekerjaan analis kimia dapat digolongkan dalam
dua kategori besar yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Melalui
analisis kualitatif dan kuantitatif kita dapat mendeteksi dan mengidentifikasi
jenis dan jumlah dari komponen penyusun bahan yang dianalisis atau dikenal
sebagai analit. Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi
komponen dalam zat kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif,
seperti terbentuknya endapan, warna, gas maupun data non numerik lainnya.
Tujuan utama dari analisis kuantitatif adalah untuk mengetahui kuantitas dari
setiap komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitatif menghasilkan
data numerik yang memiliki satuan tertentu. Data hasil analisis kuantitatif
umumnya dinyatakan dalam satuan volume, satuan berat maupun satuan
konsentrasi dengan menggunakan metode analisis tertentu (Ibnu, 2004).
Metoda fotometri nyala merupakan metoda yang sangat tepat
digunakan untuk penentuan kadar kalium dan natrium karena unsur-unsur ini
merupakan logam golongan IA yang sangat mudah tereksitasi dengan
memancarkan sinar yang karakteristik dengan intensitas yang cukup tinggi
untuk diukur dengan fotosel. Kalium akan menghasilkan intensitas yang
tinggi pada panjang gelombang 766,5 nm sedangkan natrium pada panjang
gelombang 589,0 nm (Rasyid, 2011).
Prinsip dasar fotometri nyala yaitu nyala mngubah padatan atau cairan
kebentuk uap dan memecahkannya ke bentuk molekul atau atom-atom yang
sederhana. Kemudian mengeksitasi partikel-partikel tersebut sehingga
menghasilkan emisi cahaya. Pada nyala ini, air atau pelarut diuapkan dan
garam-garam kering tinggal dalam nyala. Jika pemanasan diteruskan pada
suhu yang lebih tinggi, garam-garam tersebut diuapkan dan molekul
terdisosiasi menjadi atom-atom netral dimana akan menunjukkan emisi. Uap
atom logam atau molekul yang mengandung atom atom yang diinginkan
dieksitasi oleh energi termal dari nyala. Dari tingkat tereksitasi, eletron
cenderung untuk kembali keeadaan dasar dengan radiasi emisi. Eksitasi
menyebabkan elektron naik ke tingkat energi yang paling tinggi. Kembalinya
elektron ke tingkat dasar disertai dengan energi radiasi (Khopar, 2007).
Komponen penting sekali dari sebuah fotometer nyala di tunjukan
dalam diagram blok berikut:

Gambar. Diagram blok sebuah fotometer nyata


(Day dan Underwood,2001)
Setelah pemasukan sampel, proses mencakup desolvasi (kehilangan pelarut
oleh tetesan itu), yang diikuti dengan disosiasi partikel padat kecil yang
menghasilan atom analit, sebagian atom memperoleh cukup energi tabrakan
dengan molekul-molekul gas nyala yang panas, sehingga tereksitasi secara
elektronik, kemudian elektron atom-atom tereksitasi kembali ketingat energi
elektronik lebih rendah dan akan memancarkan energ radiasi. Temepratur
nyala merupakan salah satu variabel terpenting dalam fotometri nyala. Ini
ditetapkan oleh sifat dasar bahan bakar dan oksidan serta laju alirnya,
demekian pula oleh desain pembakar dan laju pemasukan larutan
sampel (Day dan underwood, 2001).
Salah satu langkah prosedur emisi nyala atau fotometri nyala
melibatkan penyemprotan sampel ke nyala. Radiasi dari sumber akan
diuraikan untuk mendapatkan daerah spektrum yang diinginkan. Intensitas
dari radiasi spektrum tersebut diukur. Dengan sistem penyemprot diharapkan
distribusi yang seragam dari sampel masuk ke nyala sehingga masalah-
masalah yang berhubungan dengan busur dan bunga api dapat dihindarkan.
Fotometer nyala tersusun atas pengatur tekanan, pengukur aliran untuk gas
bakar, atomiser, pembakar, sistem optik dari detektor fotosensitif dan
pencatat. Pengatur tekanan dan pengukur aliran digunakan untuk mengatur
tekanan dan aliran gas yang diinginkan. Atomiser digunakan untuk
memasukkan cairan sampel ke nyala dengan kecepatan tetap. Pelarut gliserin
dapat digunakan. Sistem optik berfungsi untuk mengumpulkan dan membuat
cahaya monokromatif sampel secara memfokuskan detektor fotosintesis, dan
yang terakhir itu tentang detektor fotosentesis. Seperti sel latutan Pada
percobaan ini prosedur yang dilakukan kurang lebih sama dengan maksud
dari kutipan diatas. Begitu pula dengan alat penyusun flame fotometer yaitu
yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari pompa untuk mengatur aliran
gas, tabung gas, detektor, dan selang kecil untuk memasukkan larutan ke alat
flame fotometer (Khopkar, 1990).

Gambar. Peralatan fotometer nyala


Natrium jika dibakar, nyala bunsen yang tak cemerlang akan diwarnai
kuning kuat oleh uap garam natrium. Warna ini tak terlihat bila dipandang
melalui 2 lapisan lempeng kaca kobalt yang biru. Garam natrium dalam
jumlah yang sedikit sekali memberikan hasil positif pada uji ini, dan hanya
warna yang kuat dan bertahan lama yang menunjukkan bahwa natrium
terdapat dalam jumlah yang berarti. Kalium, senyawa-senyawa kalium,
sebaiknya kloridanya, mewarnai nyala bunsen yang tak cemerlang menjadi
lembayung (lila). Nyala kuning yang dihasilkan oleh natrium dalam jumlah
sedikit, mrnganggu warna lembayung itu, tetapi degan memandang nyala
melalui dua lapisan kaca kobalt yang biru, sinar-sinar natrium yang kuning
akan diserap sehingga nyala kalium yang lembayung kemerahan menjadi
terlihat (Svehla, 1985). Jadi dapat disimpulkan bahwa nyala pada natrium
yaitu warna kuning kuat. Sedangkan warna nyala kalium yaitu lembayung
kemerahan.
Pengaplikasian fotometri nyala pada penentuan kadar kalium dan
natrium pada Herba Centella asiatica (L) Urban dilakukan dengan preparasi
sampel menggunakan metoda destruksi basah. Proses destruksi bertujuan
untuk menghilangkan, merombak dan memutuskan ikatan-ikatan senyawa
organik yang terdapat dalam sampel sehingga yang tinggal hanya senyawa
anorganik saja. Proses destruksi menggunakan campuran asam sulfat pekat
dan asam nitrat pekat sebagai pengoksidasi. Destruksi basah menggunakan
larutan pendestruksi campuran ini memberikan hasil yang lebih baik karena
destruksi lebih sempurna dan suhu pemanasan tidak terlalu tinggi sehingg
kemungkinan kehilangan unsur renik akibat penguapan dan retensi menjadi
lebih kecil (Rasyid, 2011).
Analisis kadar mineral natrium dan kalium pada daging buah nanas
melalaui tahapan analisis. Dalam penentuan Na dan K menggunakan
Fotometri Nyala. Kadar mineral Na dan K dalam larutan sampel ditentukan
dengan cara mengukur konsentrasinya dengan fotometri nyala. Sebelum
dilakukan pengukuran natrium dan kalium pada sampel, terlebih dahulu alat
fotometri nyala dikalibrasi dengan air suling sehingga bacaan alat
menunjukkan angka nol (0,0). Penentuan kadar natrium pada daging buah
nanas, digunakan larutan hasil pengabuan kering. Banyaknya natrium dalam
sampel dapat diketahui dengan mengukur konsentrasinya menggunakan alat
fotometer nyala. Sehingga didapatkan konsentrasi natrium untuk nanas biasa
sebesar 3,71 mg/kg. Sedangkan penentuan kadar kalium pada daging buah
nanas, juga digunakan larutan hasil pengabuan kering. Banyaknya kalium
dalam sampel dapat diketahui dengan mengukur konsentrasinya
menggunakan alat fotometer nyala. Sehingga di dapat konsentrasi kalium
untuk nanas biasa sebesar 376 mg/kg. Pada percobaan yang dilakukan alat
fotometer terlebih dahulu dikalibrasi hingga alat menunjukkan 0,0, kalibrasi
ini menggunakan aquades yang disebut blanko. Analisis sampel yang
digunakan pada percobaan ini adalah minuman berenergi (hydrococo dan
pocari) yang mengandung berbagai ion atau elektrolit yang diperlukan tubuh.
Salah satu ion ini adalah natrium(sodium) dan kalium (potasium).
Konsentrasi Na dan K yang terkandung pada minuman berenergi hydrococo
dan maizone ingin diketahui. Sehingga digunakan alat fotometer emisi nyala
temperatur rendah yaitu Jenway PFP7 (Sada, 2014).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Flame fotometer M410 1 unit
b. Labu takar 100 mL 6 buah
c. Labu takar 50 mL 6 buah
d. Labu takar 10 mL 2 buah
e. Erlenmeyer 25 mL 10 buah
f. Pipet volume 10 mL 1 buah
g. Pipet volume 5 mL 1 buah
h. Pipet volume 25 mL 1 buah
i. Gelas kimia 50 mL 1 buah
j. Ball pipet 2 buah
k. Botol semprot 1 buah
l. Pipet tetes 2 buah
m. Lap kasar 1 buah
n. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan sampel pocari sweat
b. Larutan sampel Hydro coco
c. Larutan standar Na 1000 ppm
d. Larutan standar K 1000 ppm
e. Aquades (H2O)
f. Tissu
g. label
E. Prosedur Kerja
1. Membuat Larutan Standar
a. Larutan standar Na dan K 50 ppm dibuat dengan dipipet 5 mLlarutan
standar Na dan K 1000 ppm lalu diencerkan dalam labu takar 100 mL
dan ditambahkan aquades sampai tanda batas.
b. Larutan standar Na dan K 20 ppm dibuat dengan dipipet 40 mLlarutan
standar Na dan K 50 ppm lalu diencerkan dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan aquades sampai tanda batas.
c. Larutan standar Na dan K 10 ppm dibuat dengan dipipet 50 mLlarutan
standar Na dan K 20 ppm lalu diencerkan dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan aquades sampai tanda batas.
d. Larutan standar Na dan K 2,5 ppm dibuat dengan dipipet 25 mLlarutan
standar Na dan K 10 ppm lalu diencerkan dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan aquades sampai tanda batas.
e. Larutan standar Na dan K 1 ppm dibuat dengan dipipet 40 mLlarutan
standar Na dan K 2,5 ppm lalu diencerkan dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan aquades sampai tanda batas.
2. Pengujian larutan
a. Larutan standar
1) Pompa dinyalakan terlebih dahulu.
2) Seluruh kabel yang ada dicolok ke sumber listrik.
3) Fuel diputar sebanyak 5-6 kali berlawanan arah jarum jam.
4) Tombol power ON di tekan.
5) Tombol penunjuk unsur yang akan diidentifikasi diatur.
6) Tombol B Blanko ditekan lalu selang pada fotometer dicelupkan
kedalam blanko.
7) Tombol Blank diputar hingga menunjukkan angka 0 pada detektor.
8) Tombol C ditekan lalu selang pada fotometer dicelupkan kedalam
larutan standar dengan konsentasi 50 ppm.
9) Selang dicelupkan kembali kedalam blanko.
10) Perlakuan yang sama diulang untuk konsentrasi 20 ppm, 10 ppm, 2,5
ppm dan 1 ppm untuk larutan standar natrium dan kalium.
11) Absorban yang terlihat pada detektor dicatat
b. Larutan sampel
1) Tombol S ditekan lalu selang pada fotometer dicelupkan kedalam
larutan hydrococo dan mizone untuk identifikasi unsur Na lalu
selang dicelupkan kembali kedalam blanko.
2) Selang pada fotometer dicelupkan kedalam larutan hydrococo dan
mizone untuk identifikasi unsur K lalu selang dicelupkan kembali
kedalam blanko.
3) Absorban yang terlihat pada detektor dicatat
F. HASIL PENGAMATAN
1. Larutan standar K
No Konsetrasi absorbansi
1 1 ppm 21,7
2 2,5 ppm 23,3
3 10 ppm 25
4 20 ppm 27,3
5 50 ppm 31,3
2. Larutanstandar Na
No Konsetrasi absorbansi
1 1 ppm 3,9
2 2,5 ppm 4
3 10 ppm 4,6
4 20 ppm 5,2
5 50 ppm 5,8
3. Larutan standar K
No Sampel absorbansi
1 Pocari sweat 50,6
2 Hydro coco 145
4. Larutan standar Na
No Sampel absorbansi
1 Pocari sweat 4,4
2 Hydro coco 6,8

G. ANALISIS DATA
1. Sampel Larutan Standar K
a. Pengenceran Larutan Induk 1000 ppm menjadi 50 ppm
Diketahui : M1 = 1000 ppm
M2 = 50 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 50 ppm
= 1000 ppm

= 5 mL
b. Pengenceran Larutan Induk 50 ppm menjadi 20 ppm
Diketahui : M1 = 50 ppm
M2 = 20 ppm
V2= 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 20 ppm
= 50 ppm

= 40 mL
c. Pengenceran LarutanInduk 20 ppm menjadi 10 ppm
Diketahui : M1 = 20 ppm
M2 = 10 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1= V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 10 ppm
= 20 ppm

= 50 mL
d. Pengenceran Larutan Induk 10 ppm menjadi 2,5 ppm
Diketahui : M1 = 10 ppm
M2 = 2,5 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 2,5 ppm
= 10 ppm

= 25 mL
e. Pengenceran Larutan Induk 2,5 ppm menjadi 1 ppm
Diketahui : M1 = 2,5 ppm
M2 = 1 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 1 ppm
= 2,5 ppm

= 40 mL
2. Sampel Larutan Standar Na
a. Pengenceran Larutan Induk 1000 ppm menjadi 50 ppm
Diketahui : M1 = 1000 ppm
M2 = 50 ppm
V2= 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 50 ppm
= 1000 ppm

= 5 mL
b. Pengenceran Larutan Induk 50 ppm menjadi 20 ppm
Diketahui : M1 = 50 ppm
M2 = 20 ppm
V2= 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 20 ppm
= 50 ppm

= 40 mL
c. Pengenceran Larutan Induk 20 ppm menjadi 10 ppm
Diketahui : M1 = 20 ppm
M2 = 10 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 10 ppm
= 20 ppm

= 50 mL
d. Pengenceran Larutan Induk 10 ppm menjadi 2,5 ppm
Diketahui : M1 = 10 ppm
M2 = 2,5 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 2,5 ppm
= 10 ppm

= 25 mL
e. Pengenceran Larutan Induk 2,5 ppm menjadi 1 ppm
Diketahui : M1 = 2,5 ppm
M2 = 1 ppm
V2 = 100 mL
Ditanyakan : V1......?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
V1 =
M1
100 mL x 1 ppm
= 2,5 ppm

= 40 mL
3. Analisis grafik untuk konstrasi K
a. Konsentrasi K sampel pocari sweat
Diketahui: y = 0,1819x + 22,683
R2 = 0,9498
Ditanyakan: [K+] =.?
Penyelesaian:

[K+] =
50,622,683
=
0,1819

= 153,47 ppm
b. Konsentrasi K sampel hydro coco
Diketahui: y = 0,1819x + 22,683
R2 = 0,9498
Ditanyakan: [K+] =.?
Penyelesaian:

[K+] =
14522,683
=
0,1819

= 672,44 ppm
4. Analisis grafik untuk konstrasi Na
a. Konsentrasi Na sampel pocari sweat
Diketahui: y = 0,0381x + 4,0637
R2 = 0,9005
Ditanyakan: [Na+] =.?
Penyelesaian:

[Na+] =
4,44,0637
= 0,0381

= 8.826 ppm
b. Konsentrasi Na sampel hydro coco
Diketahui: y = 0,0381x + 4,0637
R2 = 0,9005
Ditanyakan: [Na+] =.?
Penyelesaian:

[Na+] =
6,84,0637
=
0,0381

= 71,818 ppm
H. Grafik
1. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbansi untuk Natrium
2. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbnsi untuk Kalium

I. PEMBAHASAN
Fotometri nyala adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada
pengukuran besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada panjang
gelombang tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau alkali
tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala dimana besaran ini merupakan
fungsi dari konsentrasi dari komponen logam tersebut (Khopkar,1990).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara mengoperasikan alat
FEM dan menentukan kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) dan larutan
sampel (Pocari Sweat dan hydrococo) melalui alat FEM type M410. Prinsip
dasar alat Flame Photometer yaitu menentukan konsentrasi ion logam yang
rendah seperti penentuan kadar kalium dalam minuman energi didasarkan
kepada emisi (pancaran) sinar monokromatis pada panjang gelombang
tertentu dalam keadaan berpijar atau nyala. Sebagian unsur akan tereksitasi
dalam suatu nyala pada sushu tertentu serta memancarkan emisi radiasai
untuk panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990). Prinsip kerja dari
percobaan ini yaitu saat suatu unsur dilewatkan melalui nyala, maka akan
menyerap energy radiasi, sejumlah atom dalam keadaan tereksitasi akan
menyerap energi dari panjang gelombang yang karakteristik dan akan
mencapai keadaan energi yang lebih tinggi (Khopkar, 1990).
Berdasarkan hasil pengamatan setiap unsur memberikan nyala yang khas
pada gas pembakar. Yang mana pada pecobaan ini natrium menghasilkan pijaran
warna kuning, kalium memancarkan warna ungu. Warna yang terlihat ini
disebabkan karena adanya perbedaan tingkat energi dari setiap unsur. Energi
panas gas pembakar akan mengeksitasi elektron atom logam pada kulit terluar ke
tingkat eksitasi. Kembalinya elektron-elektron logam yang tereksitasi ke tingkat
yang lebih rendah akan teremisi radiasi yang sesuai dengan tingakt energi atau
panjang gelombang setiap unsur. Oleh sebab itu radiasi yang dipancarkan oleh
atom sifatnya khas dan untuk logam atom tersebut pancaran radiasi (emisi) juga
bersifat khas karena adanya perbedaan tingkat energi sehingga panjang
gelombang yang diserap atau dilepaskan juga berbeda pada setiap
unsur (Day dan Underwood, 2001).
Sebelum alat diujikan ke sampel, alat tersebut dikalibrasi terlebih dahulu
dengan aquadest. Fungsi kalibrasi alat yaitu menormalkan alat kembali, dengan
cara memasukkan selang kecil yang terdapat pada alat ke dalam larutan aquadest
(blanko) kemudian dilakukan pembacaan sampai 0,0. Pada percobaan ini ion ion
yang akan ditentukan kadarnya adalah Na dan K pada sampel. Adapun sampel
yang akan dianalisis adalah minuman berenergi yaitu Hydrococo dan Pocari
Sweat. Larutan standar Na dan K yang digunakan divariasikan kosentrasinya yaitu
50 ppm, 20 ppm, 10 ppm, 2,5 ppm dan 1 ppm. Fungsi divariasikan konsentrasinya
yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap absorbansi. Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh nilai absorbansi dari larutan standar untuk Na secara
berturut-turut yaitu 5,8; 5,2; 4,6; 4,0 dan 3,9. Sedangkan nilai absorbansi untuk
larutan standar K yaitu secara berturut-turut yaitu 31,3; 27,3; 25; 23,3 dan 21,7.
Absorbansi Na untuk larutan sampel Hydrococo dan Pocari Sweat yaitu 6,8 dan
4,4. sedangkan absorbansi K pada larutan sampel Hydrococ dan Pocari Sweat
yaitu 145 dan 50,6.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan maka nilai adsorbannya juga semakin tinggi. Hal ini
telah sesuai dengan teori yang menyatakan konsentrasi larutan berbanding lurus
terhadap nilai adsorban. Hal ini dikarenakan semakin banyak partikel logam
makan akan semakin banyak yang tereksitasi yang akan kembali ke keadaan
dasar, sehingga sinar yang dipancarkan akan semakin banyak terbaca sebagai
emisi pada alat flame fotometer (Rasyid, 2013).
Dari hasil nilai absorbansi larutan standar Na dan K dibuat grafik
hubungan konsentrasi dan absorbansi. Untuk larutan standar Na persamaan regresi
y = 0,038x + 4,063. Dan larutan standar K persamaan regresinya y = 0,181x +
22,68. Dari persamaan regresinya konsentrasi Na dan K pada Hydrococo dan
Pocari Sweat dapat diketahui. Yang mana berdasarkan analisis data konsentrasi
Na pada Hydrococo adalah 71,818 ppm dan Na pada Pocari Sweat 8,826 ppm
Sedangkan kadar Na pada kemasan Pocari Sweat yaitu 21 ppm dan kadar Na pada
Hydrococo yaitu 100 ppm. Untuk ion K berdasarkan analisis data konsentrasi K
pada Hydrococo adalah 672,44 ppm dan K pada Pocari Sweat 153,47 ppm,
sedangkan pada kemasan hydrococo kadar K yaitu 360 ppm dan kadar K pada
kemasan Pocari Sweat 5 ppm.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan hasil percobaan yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan dalam mengoperasikan alat fotometri emisi nyala yaitu dengan
cara pertama semua kabel yang ada dicolok ke sumber listrik, Fuel diputar
sebanyak 6 kali berlawanan arah jarum jam, tombol power ON di tekan, tombol
penunjuk unsur yang akan diidentifikasi diatur, tombol B Blanko ditekan lalu
selang pada fotometer dicelupkan kedalam blanko kemudian tombol C ditekan
lalu selang pada fotometer dicelupkan kedalam larutan standar dan larutan sampel.
Dan konsentrasi Na pada Hydrococo adalah 71,818 ppm dan Na pada Pocari
Sweat 8,826 ppm. Sedangan konsentrasi K pada Hydrococo adalah 672,44 ppm
dan K pada Pocari Sweat 153,47 ppm.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan A.L.Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga.

Ibnu, M. Sodiq., Endang Budiasih., Hayuni Retno Widarti., dan Munzil. 2004.
Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Rasyid, Roslinda., Mahyuddin dan Miza Agustin. 2013. Pemeriksaan Kadar


Kalium pada Herba Centella asiatica (L) Urban Dengan Metoda
Fotometri Nyala. Scentia. Vo. 1 No. 2

Sada, Nurjayanti Aabdullah., Nurdin Rahman dan Supriadi. 2014. Analisis Kadar
Mineral Natrium Dan Kalim Pada Daging Buah Nanas (Ananas Comosus
(L) Merr) Di Kota Palu. Jurnal Akademi Kimia. Vol.3, No.2.

Svehla. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kulman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai