Anda di halaman 1dari 10

Skabies / Kudis

Definisi

Invasi epidermis oleh kutu Sarcoptes scabiei, yang ditandai oleh adanya terowongan
("burrow") intraepidermal; pruritus hebat dan infeksi sekunder

Patologi dan Penyebab

Betina yang fertil (panjang 1/60 inci) bergerak dalam terowongan pada kulit yang
menembus ke dalam stratum korneum dan memilih tempat untuk bersarang. Betina tetap dalam
sarang dan mengerami telur tiap han; telu menetas dalam 3-4 han; larva berkumpul di sekitar
folikel rambut; kepompong berubah menjadi bentuk dewasa. Perkawinan terjadi di kulit dan
sikius berulang

Sikius dan telur sampai betina ovipara membutuhkan waktu 14 hari.

Lesi mungkin akibat dan hipersensitifitas terhadap parasit.

Penularan melalui kontak yang lama dengan penderita dapat melalui hubungan seksual

Jarang menyebar melalui pakaian atau sprei

Gejala dan Tanda

Penderita yang belum pernah menderita skabies sebelumnya tetap tidak menunjukkan gejala
selarna kira-kira 1 bulan

Pruritus memburuk pada sore hari sesat sebelum penderita tidur

Terowongan yang khas, panjangnya beberapa mm hingga 1 cm, bergelombang dengan papel
pada satu ujungnya

Terowongan-terowongan tampak pada sisi dan sela jari permukaan flexor pergelangan
tangan, telapak kaki siku, bokong, ketiak, daerah genital, sekitar areola mammae pada wanita
dan sekitar pusar

Pada penis dan skrotum, terowongan dapat tersumbat oleh nodul inflamasi

Muka tidak selalu terkena pada orang dewasa tetapi mungkin bayi dapat terkena

Lesi sekunder mungkin terjadi berupa urtikaria, dermatitis, ekzema dan infeksi bakteri
sekunder yang dapat mengaburkan lesi primer

Sindrom yang dinamakan "skabies yang bersih" ("scabies in the clean") pernah dilaporkan,
biasanya terdapat pada lipat ketiak depan dan daerah periumbilikal dengan lesi yang jaub lebih
sedikit. Diagnosis lebih sulit ditegakkan

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan dengan lensa

Mengangkat parasit dari terowongan dengan jarum dan diperkirakan dengan mikroskop

Kerokan kulit yang dicampur dengan cairan jernih dan diperiksa dengan mikroskop

Pengobatan

Pengobatan pada semua yang terkena secara berbarengan

Mandi dilkuti pemakaian gamma benzene hydrochloride 1% (Lindane) atau kuem benzoate
2% atau dalam bentuk losio, atau crotamiton 10%, p~da seluruh tubuh mulal dan Ieher ke bawab,
diarnkan 24 jam dan ulangi sekali atau 2 kali lagi

Tukar sprei

Terapi sesuai dengan keadaan kulit, pruritus, dan infeksi

Pencegahan dengan menghindari kontak dengan penderita

Prognosis

Biasanya sembuh dengan pengobatan yang tepat

Mungkin terjadi reinfeksi pada individu yang terinfeksi dan tidak diobati
DEFINISI
Skabies adalah suatu infestasi tungau yang menyebabkan beruntus-beruntuk kecil kemerahan dan rasa
gatal yang hebat.

PENYEBAB
Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei.
Infestasi tungau ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik dan sering menyerang
seluruh penghuni dalam satu rumah.

Tungau ini ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan sering menular
diantara orang-orang yang tidur besama.
Kadang tungau ditularkan melalui pakaian, seprei dan benda-benda lainnya yang digunakan secara
bersama-sama; masa hidupnya hanya sebentar dan pencucian biasa bisa menghancurkan tungau ini.

Tungau betina membuat terowongan di bawah lapisan kulit paling atas dan menyimpan telurnya dalam
lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva).
Infeksi menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau.

GEJALA
Ciri khas dari skabies adalah gatal-gatal hebat, yang biasanya semakin memburuk pada malam hari.

Lubang tungau tampak sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada
ujungnya terdapat beruntusan kecil.

Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal paling sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari
tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting payudara wanita, alat kelamin pria
(penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan bokong bagian bawah.
Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-anak dimana lesinya muncul sebagai lepuhan berisi
air.

Lama-lama terowongan ini sulit untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan yang terjadi akibat
penggarukan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala (gatal-gatal hebat) dan hasil pemeriksaan fisik (adanya
terowongan tungau).

Untuk memastikan diagnosis, bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap kerokan kulit dan akan
ditemukan adanya tungau.

PENGOBATAN
Penyakit ini bisa diatasi dengan mengoleskan krim yang mengandung permetrin atau larutan lindane.
Kedua obat tersebut efektif, tetapi lindane cenderung mengiritasi kulit, lebih toksik dan tidak boleh
diberikan kepada anak-anak.

Kadang digunakan krim yang mengandung corticosteroid (misalnya hydrocortisone) selama beberapa
hari setelah pemberian permetrin atau lindane, untuk mengurangi gatal-gatal sampai semua tungau
mati.

Pengobatan juga harus dilakukan terhadap seluruh penghuni rumah.

Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig.
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung
dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll.

Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :


Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur
Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi
yang berwarna hitam
Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel
atau plenthing/pustula)

Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor pergelangan tangan, siku
bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah
mammae/payudara, genital, dan pinggang.

Pada pria khas ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa
dijumpai pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya.

Pemariksaan adanya skabies atau Sarcoptes scabei dengan cara :


Melihat adanya burrow dengan kaca pembesar
Papula, vesikel yang dicurigai diolesi pewarna (tinta) kemudian dicuci dengan pelarutnya sehingga
terlihat alur berisi tinta

Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu ;


Atap vesikelnya diambil lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%, ditutup dengan gelas
penutup dan diamati dengan mikroskop.
Papula dikorek dengan skalpel pada ujungnya kemudian diletakkan pada gelas obyek lalu ditutup dan
diamati dengan mikroskop.

Pengobatan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies (mandi dengan
sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh
dipakai bersama, dll)

Obat antiskabies yang sering dipakai adalah :


Preparat yang mengandung belerang
Emulsi benzoate benzilicus 25%
Gamma benzene hexachloride 0,5%-1%

Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus skabies
diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa
penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan
kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada
keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan
kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya
terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup
masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya
disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas
kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
(Kenneth, F,1995).
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas selurauh Indonesia pada tahun
1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di
bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77
% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %
(Sungkar,S, 1995).
II.1. Sinonim.
Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo (Handoko, R, 2001).
II.2. Definisi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
varian hominis dan produknya. (Handoko, R, 2001).
II.3. Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang
berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak
serta remaja. (Sungkar, S, 1995).
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan
seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.
Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). (Haandoko, R, 2001).

II.4. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada
kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar
antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron
x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari.(Handoko, R, 2001).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan
masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit
dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah
kopulasi. ( Mulyono, 1986).
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari. Yang
diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada
bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. (Andrianto dan Tang Eng
Tie, 1989).
II. 5. Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri
akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.(Handoko, R, 2001).

II.6. Cara Penularan.


Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling
sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk,
dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita
dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui
hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama. (BrownT.Y. et al, 1999).
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak
orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran
yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk
dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh
pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan
program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan
lingkungan yang telah ada. (Benneth, F.J., 1997).
Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan
rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-
fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai
akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang
dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus
pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.
(Meyer, J. et al, 2000).
II.7. Gejala Klinis.
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya
seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi
tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-
abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule,
ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum
yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
II.8. Klasifikasi.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat
menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat
sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis
membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah
tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau
jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun
telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu
tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat
pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan
lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8
minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus
hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata
dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa
gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik
sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak.


Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita
skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
II.9. Pembantu Diagnosis.
Cara menemukan tungau (Handoko, R, 2001):
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel
dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan mikroskop
cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan
kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan
pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

II.10. Diagnosis.
Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar (Harahap.M, 2000):
1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya
beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula atau pustula.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian
depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria.Pada oaring
dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada
bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif.
4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, harus
dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih
tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
II.11. Diferensial Diagnosis.
Diagnosis bandingnya adalah (Siregar, R.S,1996):
1. Prurigo, biasanya berupa papel-papel yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas.
2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler.
3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.
II.12. Terapi.
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya. Beberapa
macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
1. Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan
tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.
Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih

2. Malation.
Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa
hari kemudian.(Harahap. M, 2000).
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. (Handoko, R, 2001).
4. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi
2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam. (Harahap, M,
2000).

5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 3 bagian dari air dan
digunakan selam 2 3 hari. (Harahap, M, 2000).
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita
hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
ulangi seminggu kemudian.(Handoko, R, 2001).
7. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai
antiskabies dan antigatal.(Handoko, R, 2001).
II.13. Prognosis.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.
(Harahap, M, 2000).

Anda mungkin juga menyukai