PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT AULIA
NOMOR:036/RS AULIA/SK-AKRED/VIII/2015
TENTANG PEDOMAN UPAYA
PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit (RS) Aulia adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
kompleks, padat karya dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di
RS Aulia menyangkut beberapa fungsi pelayanan, serta mencakup berbagai tingkatan
maupun jenis disiplin. Agar RS Aulia mampu melaksanakan fungsi yang demikian
kompleks, harus memiliki sumber daya manusia yang profesinal baik dibidang teknis
medis maupun administrasi kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntunan
masyarakat akan mutu pelayanan Rumah sakit maka fungsi pelayanan RS Aulia
secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta
member kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.
Mengacu kepada regulasi yang ada, maka Rumah Sakit Aulia harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD dan
melakukan perubahan dalam rangka mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik
dalam proses klinis maupun lingkungan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan
secara keseluruhan. Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi dan
tujuan Rumah Sakit Aulia, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah
klinis terkini, prkatik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global, termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
1. Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian
yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan.
Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
b. Proses
Merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi
professional antara pemberi pelayanan dangen konsumen
(pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang
penting.
c. Output
Jumlah pelayanan yang dilakukan oleh unit kerja/rumah sakit.
d. Outcome
Hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.
Adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
System tersebut meliputi assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko, sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Clinical Pathway adalah sebuah rencana yang menyediakan secara detail setiap
tahap penting dari pelayanan kesehatan, bagi pasien dengan masalah klinis tertentu,
berikut dengan hasil yang diharapkan.
D. Indikator
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan RS Aulia.
Indikator:
Ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukan suatu indikasi. Indikator merupakan
suatu variable yang digunakan untuk bias melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitive tapi juga spesifik.
Kriteria:
Standar:
Tingkat kinerja atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat kinerja atau kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
Suatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Keprofesian
Efisiensi
Keamanan Pasien
Kepuasan Pasien
Sarana dan Lingkungan Fisik
kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan
mutu tidak baik.
Indikator klinis yang berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang
berdasarkan pada efektifitas (effectiveness), efisiensi (efficiency),
keselamatan (safety) dan kelayakan (appropriateness).
Indikator manajemen yang merupakan indicator yang menilai seluruh
struktur, proses, output dan outcome manajemen RS.
c. Manajemen risiko.
h. Manajemen Keuangan.
Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah
Perintah atau hasil pemeriksaan di konfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan
Kebijaka dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten
E. SENTINEL
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima
seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (mis:
amputasi pada kaki yang salah, dsb) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.
Contoh: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat,
karena:
Pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan)
Peringanan ( suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antidotenya)
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk KTD.
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci dan mengenali
model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan penilaian
terhadap tiap model kesalaham/kegagalan dan mencari solusi dengan melakukan
perubahan disain/prosedur.
I. Strategi
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan Rumah Sakit Aulia sehingga dapat menerapkan langkah-
langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerja.
Rumah Sakit Aulia dipacu untuk dapat menilai diri (self assessment) dan
memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai
kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar ukur yang lain, yaitu
instrument atau pelayanan RS Aulia yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil
(output dan outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja RS Aulia tidak dapat diketahui
apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula. Indicator
Rumah Sakit Aulia disusun dengan tujuan untuk dapat mengukur kinerja mutu RS Aulia
secara nyata dan dikumpulkan oleh seluruh unit kerja.
1. Masalah yang akan dianalisis diletakan disebelah kanan (kepala tulang ikan)
2. Komponen struktur dan proses masalah diletakkan pada sirip ikan, yaitu: manusia,
mesin/peralatan, metode, material, lingkungan.
Problem: Lengthy
budget cuts waiting times for
surgery
shortage
of beds supplies little scop for
unvailable simultaneous
work other unforeseen A&Es
loadbed load to cancellation
bloking lack of of surgery
By elderly coordination and
pateinet
information
Increased life expectancy led to
staff dont know Increase in numbers waiting
schedule
2. Penilaian Kembali
Setelah diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang
tertinggal agar pemecahan masalah bias tuntas. Dari penilaian kembali maka akan
didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap
merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap lama.
Action PLAN
Apa yang akan
Bagaimana dilakukan?
memperbaiki proses
selanjutnya? Bagaimana
melakukannhya
Check
Do
Apakah semuanya Lakukan sebagaimana
sesuai dengan Yang telah
direncanakan
yang telah
direncanakan?
Dalam gambar 2 tersebut, masalah yang akan dipecahkan dan pencarian sebab-
sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya harus selalu didasarkan pada fakta.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan
pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional.
Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan
sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkanstandar
pelayanan.
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur RS dan
berdasarkan pada pendukung dan analisis informasi. Sasaran ditetapkan secara
konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu dan
disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang
hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai
tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus
rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar
dapat di pahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan
untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah.
Oleh karena itu, keterampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal
dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
Konsep PDCA atau PDSA merupakan system yang efektif untuk meningkatkan
kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai
1. Hak pasien.
2. Mendidik Pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf dalam keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standar:
Kriteria:
1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
Standar:
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Standar:
Kriteria:
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien dating,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit.
3.1 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancer.
3.3 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar:
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
Kriteria:
4.1 Setiap rumah sakit harus malakukan proses perancangan (desain) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotenssi risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4.2 Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
4.3 Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4 Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan system yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
Standar:
Kriteria:
5.1 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
5.3 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
5.5 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insdien
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
Kejadian Nyaris Cedera (Near Miss) dan Kejadian Sentinel pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
5.6 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
kejadian Sentinel (Sentinel Eevent) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan Kejadian
Sentinel.
5.7 Terdapat kolborasi dn komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan dirumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
5.8 Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
5.9 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan criteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar:
Kriteria:
6.1 Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi
staf baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai dengaan tugasnya masing-
masing.
6.2 Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan member pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
6.3 Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien.
Standar:
Kriteria:
7.2 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
Langkah penerapan:
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien 30
A. Tingkat Rumah Sakit
Rumah Sakit Aulia telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang
harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
Rumah Sakit Aulia telah memiliki kebijakan dan prosedur yang
menjabarkan peran akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
Rumah Sakit Aulia telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan
belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
Lakukan assessment dengan menggunakan survey penilai keselamatan
pasien.
Bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien
diseluruh jajaran Rumah Sakit Aulia.
Langkah Penerapan:
Kembangkan system dan prosess pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
assessment hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
Telaah kemabli input dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis
dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan Staf
Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan
PAsien (IKP) bagi system pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh
Direksi/Manajer Rumah Sakit Aulia
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system
pelaporan insiden dan assessment risiko untuk dapat secara proaktif
nebibgkatkan kepedulian terhadap pasien.
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS).
Langkah-langkah penerapan:
System pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu pada
Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit Aulia.
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien 32
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga,
karena mengandung bahan pelajaran yang penting.
Langkah Penerapan:
Rumah Sakit Aulia memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas tentang
cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden
dengan para pasien dan keluarganya
Seluruh staf Rumah Sakit Aulia terkait harus mampu memastikan bahwa
pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana
terjadi insiden
Seluruh jajaran manajerial harus mampu membrikan dukungan, pelatihan
dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien
dan keluarganya
B. Tingkat unit/kerja
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah Penerapan:
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
Langkah Penerapan:
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang di peroleh dari system
pelaporan, assessment risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi.
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (input dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/ atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrument yang menjamin keselamatan pasien.
Lakukan assessment risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan oanduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh
harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah
tersebbut tidak harus berurutan dan tidak serentak. Dapat dipilih langkah-langkah yang
Bila tujuhh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat menambah
penggunaan metoda-metoda lainnya.
Pelaksanaan
Rumah sakit memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu melakukan
analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa masalah tersebut
terjadi untuk kemudian menyusun rencana tindak lanjutnya.
Analisis akar masalah (RCA) dilakukan untuk melakukan identifikasi apabila
ditemukan permasalahan dalam pemenuhan indicator mutu dan manajerial serta
pengelolaan insiden.
Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali setahun dibuat
dokumentasinya, dengan menggunakan FMEA (Failure Mode anf Effect
Analysis). Proses yang dipilih adalah proses dengan risiko tinggi.
4. UGM. (2009) Bahan Kuliah Blok 2: The Service, Magister Manajemen Rumah
Sakit. MMR UGM: Yogyakarta