Anda di halaman 1dari 4

Nama : Farida Astritami Pangaribuan

NIM : 16710256
RESUME JURNAL
Judul Jurnal Corneal integrity and thickness of central fovea after phacoemulsification
surgery in diabetic and nondiabetic cataract patients.

Zhuo Chen, Fanqian Song, Liyao Sun, Chuchu Zhao, Ningning Gao, Ping Liu,
Hongyan Ge

Department of Eye, First Affiliated Hospital, Harbin Medical University,


Harbin, China

Archives of Medical Science. 20 July 2016. Page 1-8.


Pendahuluan Katarak senilis adalah penyebab gangguan penglihatan yang paling sering
terjadi pada orang tua berusia 50 tahun keatas. Dimana orang tua yang
mempunyai gangguan penglihatan karena katarak senilis biasanya disertai
penyakit lain, yang paling sering adalah diabetes melitus. Operasi katarak
adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan di seluruh dunia untuk
mengembalikan penglihatan seseorang dan memiliki tingkat keberhasilan yang
tinggi, salah satunya fakoemulsifikasi. Namun, beberapa komplikasi terkait
operasi dapat terjadi selama periode pasca operasi awal, salah satunya
peningkatan edema kornea. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan edema makula yang berpengaruh pada hasil penglihatan seseorang
setelah dilakukan fakoemulsifikasi pada pasien katarak dengan diabetes. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan sel endotel kornea dan
ketebalan fovea sentralis pada pasien katarak dengan diabetes dan nondiabetes
selama periode pasca operasi fakoemulsifikasi.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan sel endotel
kornea dan ketebalan fovea sentralis pada pasien katarak dengan diabetes dan
nondiabetes selama periode pasca operasi fakoemulsifikasi.
Metodologi Pada penelitian ini didapatkan sampel penelitian sebanyak 240 mata dari 120
pasien katarak. Kemudian pasien dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien
dengan diabetes dan nondiabetes kemudian dijadwalkan untuk fakoemulsifikasi
dan penanaman foldable IOL secara rutin di First Affiliated Hospital, Harbin,
China antara Januari 2008 dan Oktober 2008. Data yang akan diteliti meliputi
umur pasien, jenis kelamin pasien, kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c) dan
glukosa plasma pada pasien dengan diabetes. Selain data tersebut diatas juga
meneliti endotel kornea sentral dengan menilai kepadatan sel endotel
(endothelial cell density - ECD), termasuk koefisien variasi (coefficient of
variation - CV) ukuran sel endotel, persentase sel heksagonal (percentage of
hexagonal cells - PHC) dan ketebalan kornea sentral (central corneal thickness -
CCT), integritas sel kornea pre operasi dan pada hari 3, 1 minggu, dan 1, 3, dan
6 bulan pasca operasi menggunakan mikroskop specular otomatis (Noncon
Robo-CA Konan SP-9000p Tokyo, Jepang) minimal dari 40 sel endotel, selain
itu juga meneliti ketebalan foveal pusat (central foveal thickness - CFT)
menggunakan Stratus OCT (OCT3, software version 4.0.1; Carl Zeiss Meditec,
Dublin, California, USA). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan
fluorescein fundus angiography (FFA) untuk melihat perubahan proliferative
yang terjadi.
Kriteria eksklusi meliputi setiap penyakit mata yang mungkin mempengaruhi
pemantauan sel endotel kornea seperti pterygium, miopia tinggi, distrofi
endotel, keratitis, dan setiap penyakit mata yang mungkin mempengaruhi
ketebalan makula seperti uveitis, berkaitan dengan usia degenerasi makula,
komplikasi intraoperatif (seperti ruptur membran kapsul lensa posterior,
dislokasi inti lensa ke dalam ruang vitreous, atau perdarahan dari ruang
epichoroidal), dan kualitas rendah dari tomografi koherensi optik (OCT) dan
pasien dengan riwayat operasi katarak pada kedua mata 6 bulan yang lalu.
Semua analisa dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 (SPSS, Inc,
Chicago, IL, USA). Data kuantitatif ditampilkan sebagai mean standar
deviasi (SD), dan data kualitatif disajikan dengan persentase. Perbandingan
antara kelompok diabetes dan nondiabetes dianalisis oleh two-way ANOVA
untuk data kuantitatif dan uji 2 untuk data kualitatif. Perbedaan dianggap
signifikan secara statistik jika p <0,05.
Hasil Pasien yang terlibat dalam penelitian berjumlah 120 orang, pembagiannya
meliputi pasien dengan diabetes terdiri dari laki-laki 28 orang dan perempuan
32 orang, pasien nondiabetes terdiri dari laki-laki 26 orang dan perempuan 34
orang. Pada hasil statistik didapatkan perbandingan rata-rata antara ECD, PHC,
CV, CCT, CFT, dan semua parameter menunjukkan tidak ada perbedaan antara
kelompok diabetes dan nondiabetes pre operasi (p> 0,05). Selanjutnya selama 6
bulan follow-up, kedua kelompok mengalami penurunan pada ECD dan PHC
dan peningkatan CV setelah operasi (Gambar 1; FECD = 151,73, FPHC =
718,42 dan FCV = 126,42, masing-masing; semua ptime <0,05), dan kelompok
diabetes memiliki perubahan lainnya pada ECD, PHC, dan CV daripada
kelompok nondiabetes pada setiap titik waktu pasca operasi (FECD = 56.03,
FPHC = 382,43 dan FCV = 59,25, masing-masing; semua pgroup <0,05). Dan
pada CCT dan CFT berfluktuasi pada kedua kelompok selama follow-up
(Gambar 2; FCCT = 87,91 dan FCFT = 441,68, masing-masing; baik ptime
<0,05), dan kelompok diabetes memiliki puncak individu CCT dan CFT baik di
pasca operasi 1 minggu.
Selain itu, kelompok diabetes memiliki kornea sentral lebih tebal selama pasca
operasi 6 bulan dan fovea sentral lebih tebal selama pasca operasi 1 bulan
dibandingkan kelompok nondiabetes (FCCT = 69,33 dan FCFT = 393,05,
masing-masing; semua pgroup <0,05; Tabel III). Akhirnya, fovea sentral dalam
kedua kelompok secara bertahap pulih untuk ketebalan yang normal dari pasca
operasi 3 bulan. Selanjutnya, interaksi yang signifikan dari waktu dan
kelompok telah diamati pada ECD, CV, PHC, CCT dan CFT (FECD = 133,04,
FPHC = 545,46, FCV = 76,96, FCCT = 52,09 dan FCFT = 423,62, masing-
masing; semua pgroup waktu <0,05) .
Dari data diatas menunjukkan tidak ada perbedaan antara pasien katarak dengan
diabetes dan nondiabetes pre operasi. Sedangkan pada pasca operasi
menunjukkan adanya perubahan, tetapi terjadi lebih banyak perubahan pada
pasien katarak dengan diabetes.
Pembahasan Indikator adanya perubahan pada integritas kornea, ECD, PHC, CV, CCT dan
CFT dapat mengevaluasi adanya perubahan sel endotel kornea dan ketebalan
fovea sentralis pada pasien katarak dengan diabetes dan nondiabetes pasca
operasi fakoemulsifikasi. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perubahan
pada integritas kornea, ECD, PHC, CV, CCT dan CFT pada kedua kelompok
tersebut, tetapi perubahan yang lebih signifikan terjadi pada pasien katarak
dengan diabetes. Perubahan sel endotel kornea yang terjadi dapat dilihat dari
penurunan ECD dan PHC serta peningkatan dari CV dan CCT sehingga jika
ada trauma selama operasi akan mengakibatkan sistem pompa endotel lebih
terganggu kemudian endotel mengalami dekompensasi dan terjadilah edema
kornea. Selain itu perubahan ketebalan fovea sentralis juga dapat dilihat dari
peningkatan CFT, hal tersebut menyebabkan edema makula diabetikum mudah
terjadi. Sehingga perlu adanya kewaspadaan dan ketelitian yang lebih besar
pada saat operasi untuk menahan terjadinya trauma karena pasien katarak
dengan diabetes cenderung menyebabkan banyak perubahan sel endotel kornea
dan ketebalan fovea sentralis meskipun telah dilakukan operasi
fakoemulsifikasi dan penanaman foldable IOL.
Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perubahan sel endotel kornea dan
ketebalan fovea sentralis pada pasien katarak dengan diabetes dan nondiabetes
pasca operasi fakoemulsifikasi, tetapi perubahan yang lebih signifikan terjadi
pada pasien katarak dengan diabetes. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan
yang lebih signifikan pada integritas kornea, ECD, PHC, CV, CCT and CFT.
Sehingga perlu adanya kewaspadaan dan ketelitian yang lebih besar pada saat
operasi untuk menahan terjadinya trauma karena pasien katarak dengan
diabetes cenderung menyebabkan banyak perubahan sel endotel kornea dan
ketebalan fovea sentralis meskipun telah dilakukan operasi fakoemulsifikasi
dan penanaman foldable IOL.

Anda mungkin juga menyukai