PENDAHULUAN
1. Alzheimer
1.1 Pengertian
Penyakit Alzheimer adalah penyebab tersering demensia dan membentuk
lebih dari 50% kasus. Penyakit ini merupakan suatu gangguan yang berkembang lambat
dalam period 5-10 tahun dan biasanya dimulai dengan gangguan kemampuan belajar dan
ingatan jangka pendek (J.McPhee, 2002).
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif,
dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa
kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa,
berpikir dan berperilaku (Brunner & Suddart, 2002).
Alzheimer adalah proses degeneratif yang terjadi pertama-tama pada sel yang
terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan
hipokampus (Kushariyadi, 2010).
Jadi dapat disimpulkan Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang
ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian yang dapat
mengakibatakan berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang
berusia 65 tahun keatas.
1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, namun Alzheimer merupakan penyakit
genetika, adapula faktor pencetusnya disebabkan oleh :
1. Gangguan fungsi imunitas
2. Pembentukan asam amino yang berlebihan
3. Predisposisi herediter
ASKEP ALZHAIMER & PARKINSON Page 4
4. Degenerasi
5. Kematian daerah spesifik otak (penurunan daya ingat)
Sel-sel tersebut mengalami degenerasi, karena:
1. Adanya formasi radikal bebas (Produksi protein abnormal yang non spesifik)
2. Peningkatan kalsium intraseluler
3. Kegagalan metabolisme energi
1.4 Patofisiologi
Degenerasi neuron
kolinergik
Atropi otak
Penurunan sel neuron kolinergik
Kelainan neurotransmitter
Penurunan
asetilkolin
Alzhaimer
7. Emosi labil
8. Apatis
9. Perubahan perilaku
Trias pada Alzhaimer adalah :
1. Aphasia : merupakan suatu keadaan di mana kehilangan kemampuan berbahasa
yang telah dipelajari sebelumnya sebagai akibat dari kerusakan otak. Kemampuan
berbahasa mencakup berbicara, menulis, mengarang, bahkan membaca
2. Apraxia : suatu kondisi di mana seseorang tidak bisa lagi melakukan gerakan ketika
diminta untuk melakukannya. Kelainan tersebut terjadi bukan karena ada yang salah
dengan otot-ototnya, melainkan pada otak.
3. Agnosia : hilangnya kemampuan mengenali objek, orang, suara, bentuk, atau bau
meskipun indra tidak mengalami kerusakan dan tidak terjadi kehilangan memori.
1.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Pendidikan terhadap pasien dan keluarganya mengenai alat-alat bantu ingatan,
diet dan tindakan-tindakan pengamanan mungkin dapat memperlambat
perkembangan gejala.
Mendukung Fungsi Kognitif
Karena kemampuan kognitif pasien menurun, maka perawat harus memberikan
lingkungan yang mudah dikenali yang membantu pasien menginterprtasi
lingkungan sekitar dan aktivitasnya.
Peningkatan Keamanan Fisik
Lingkungan yang aman akan memungkinkan seseorang bergerak bebas dan
menghilangkan kekhawatiran keluarga yang mencemaskan mengenai keamanan.
Untuk menghindari jatuh atau kecelakaan lain, semua sumber berbahaya yang jelas
harus dihilangkan.
Mengurangi Ansietas
Meskipun kehilangan kognitifnya cukup parah, namun ada saat dimana pasien
sadar akan cepat menghilangkan segala kemampuannya. Pasien menjadi sangat
membutuhkan dukungan emosional yang dapat memperkuat citra diri yang positif.
Meningkatkan Komunikasi
Kalimat yang jelas dan sudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata seringkali telah lupa atau ada kesulitan
mengorganisasi dan mengapresiasikan pikiran. Instrukssi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
Meningkatkan Kemandirian dalam aktivitas perawatan Diri
b. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan
hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept),
galantamin (Razadyne), & rivastigmin
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung.
Efek samping obat: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan
penderita Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, peningkatan HCl, dan penurunan
nafsu makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase
dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama
periode yang sama.
3) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik
1.9 Komplikasi
Depresi
Depresi adalah umum pada orang yang memiliki penyakit Alzheimer.
Banyak orang menjadi depresi ketika mereka menyadari bahwa kenangan dan
kemampuan mereka untuk berfungsi semakin memburuk. Hal ini dapat sulit
untuk mengetahui apakah orang yang memiliki Alzheimer tertekan. Banyak
gejala depresi sangat mirip dengan gejala penyakit Alzheimer, termasuk
penarikan dari kegiatan sehari-hari, perubahan suasana hati, dan masalah tidur.
Cedera
Penyakit Alzheimer dapat menyebabkan perubahan keseimbangan dan
koordinasi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko patah tulang, trauma
kepala, atau cedera lain dari jatuh.
Malnutrisi atau dehidrasi
2. Parkinson
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron
yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau
menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam
sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan
peranan penting dalam koordinasi.
Sistem saraf pada manusia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi.
1. Struktur sel saraf :
a. Neuron
Neuron atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh
tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke
2. Sel penyokong
a. Neuroglia
Neuroglia merupakan suatu matriks jaringan penunjang khusus, fungsi
neuroglia diantaranya adalah memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam
neurogliadiantaranya adalah astrosit, oligodendroglia mikroglia, dan sel
schwan.
3. Substantia Nigra
Red nucleus (nukleus merah) dan substansia nigra (substansi hitam) adalah
komponen yang penting dalam sistem sensori motorik. Kumpulan axon yang
berasal dari red nucleus membawa informasi motorik dari otak ke tulang
belakang. Substansia nigra terdiri dari neuron yang memproyeksikan informasi ke
basal ganglia.
Degenerasi pada substansia nigra dan red nucleus akan menyebabkan
Parkinson's disease.Salah satu neurotransmiter yang di produksi oleh substantia
nigra adalah dopamin , Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat
disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-
neuron ini terutama berakhir pada regiostriata ganglia basalis.
Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada
beberapaarea. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area
2.2 Pengertian
PATHWAY
2.5 Klasifikasi
2.7 Komplikasi
Gangguan motorik
Kerusakan berjalan, keseimbangan dan postur
Gangguan autonom
Demensia
Depresi
3. Antihistamin
Cara kerja obat antihistamin pada penyakit Parkinson belum
terungkap. Sebagian besar dari obat ini mempunyai sifat antikolinergik ringan
yang mungkin mendasari kasiatnya pada Parkinson. Antihistamin berguna
untuk mengontrol tremor. Pada stadium dini, obat ini digunakan tunggal, bila
penyakit Parkinson sudah lanjut obat ini digunakan sebagai tambahan pada
levodopa atau bromokriptin.
4. Amantadin
Amantadin barangkali membebaskan sisa dopamine dari simpanan
presinaptik di jalur nigrostriatal. Obat ini dapat memberikan perbaikan lebih
A. Pengkajian Alzhaimer
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan,
golongan darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit dahulu
Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri, mereka sulit
mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka juga sering kali
menutup-nutupi hal itu dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang
biasa pada usia mereka. Kejanggalan biasanya akan dirasakan oleh orang-orang
di sekitar mereka yang mulai khawatir akan penurunan daya ingat.
Riwayat penyakit sekarang
Keluarga atau orang terdekat melaporkan bahwa pasien memperlihatkan
penurunan daya ingat ringan, tidak tertarik pada lingkungan, kurangnya perhatian
Riwayat penyakit keluarga
Penyebab penyakit Alzheimer ditemukan memiliki hubungan genetik yang
jelas. Diperkirakan 10-30 % klien Alzheimer menunjukkan tipe yang diwariskan
dan dinyatakan sebagai penyakit Alzheimer familiar (FAD).
3. Pengkajian PsikoSosial Spiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien menglami kesulitan untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan
pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan mudah marah, dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada pasien dengan penyakit Alzheimer adalah penurunan
kognitif dan memori (ingatan).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai
dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada
tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.
b. Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis
serta penurunan aliran darah regional.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi
dan indera pengecapan normal.
2. Pengkajian sistem Motorik
a) Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan
penurunan pada fungsi motorik secara umum.
b) Tonus Otot. Didapatkan meningkat. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan
mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan
ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
c) Pengkajian Refleks. Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami
kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala
cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan
dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke
belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
3.Pengkajian Sistem sensorik.
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil
dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien
secaraumum.
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Risiko cidera Klien tidak Kaji derajat Mengidentifikasi risiko
berhubungan mengalami trauma kemampuan potensial di lingkungan
dengan kelemahan, Kh : Keluarga munculnya yang membahayakan.
ketidakmampuan mengenali resiko tingkah laku yang
untuk mengenali/ potensial di membahayakan
mengidentifikasi lingkungan dan
bahaya dalam mengidentifikasi Hilangkan atau Bertanggung jawab
lingkungan. tahap-tahap untuk minimalkan terhadap kebutuhan
memperbaikinya. sumber bahaya keamanan yang dasar.
dalam lingkungan
B. Pengkajian Parkinson
1. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat trauma, pengobatan, pembedahan
b. Riwayat tanda-tanda dini parkinson seperti kelelahan, tremor,
kekakuan, kesulitan dalam pergerakan
c. Riwayat pekerjaan yang terpapar zat toksin
3.Pemeriksaan fisik
a. Rigiditas otot-otot sehingga mengakibatkan :
1) Kesulitan pergeraka ekstremitas
2) Kesulitan membuka mulut dan mengunyah
3) Muka seperti topeng karena kurang ekspresi
4) Kekakuan otot-otot tubuh, ketidakmampuan duduk tegak,
mempertahankan keseimbangan atau koordinasi
b. Tremor pada ekstremitas, kepala mengangguk-angguk
c. Bardikinesia dimana pasien bergerak lambat atau tidak mampu
mengontrol gerakan
Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik b.d perubahan gaya berjalan dan kekakuan dalam aktifitas.
2. Deficit perawatan diri b.d kelemahan.
3. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan kognitif dan persepsi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menela
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. 3. Hambatan setsetelah diberikan Periksa kemampuan Mengidentifikasi
mobilitas fisik tindakan dan keadaan secara kemungkinan kerusakan
b.d perubahan keperawatan selama fungsional pada secara fungsional dan
gaya berjalan 2x24 jam diharapkan kerusakan yang mempengaruhi pilihan
dan kekakuan pasien dapat terjadi. intervensi yang akan
dalam aktifitas. mendemonstrasikan dilakukan.
prilaku yang
2. pasien mampu mandiri
memungkinkan
2. Kaji derajat
(nilai 0), memerlukan
aktivitas.
immobilisasi dengan
bantuan/ peralatan yang
Kriteria hasil :
menggunakan skala
minimal (nilai 1),
Tremor,
ketergantungan (0-4)
memerlukan bantuan
bradikinesia, dan
sedang/ dengan
rigiditas pasien
4. proses penyembuhan
4. Berikan/ bantu untuk
yang lambat seringkali
melakukan latihan
menyertai trauma kepala
rentang gerak.
dan pemulihan secara
5. Instruksikan/ bantu
fisik merupakan bagian
pasien dengan
yang amat penting dari
program latihan dan
suatu program pemulihan
penggunaan alat
tersebut.
mobilisasi.
Jaga kenyamanan
dalam memberikan menurunkan risiko
makan pada pasien, regurgitasi dan/atau
seperti tinggikan terjadinya aspirasi
kepala tempat tidur
selama pasien makan.
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi
pada penderita Alzheime dan Parkinson ini, karena setiap perubahan baik itu dari segi
kognitif dan motorik mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien. Karenanya dibutuhkan
perhatian lebih bagi penderita Alzheimer dan Parkinson ini.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Ester, monica. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC