BAB. I PENDAHULUAN
1
proteinnya yang tinggi menjadikan tahu melekat sebagai julukan makanan rakyat.
Produksi tahu masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana yang sebagian
dibuat oleh para pengrajin sendiri maupun oleh industri kecil, dan dalam skala
industri rumah tangga atau industri kecil, sehingga tingkat efisiensi penggunaan
sumber daya yaitu air dan bahan kedelai dirasakan masih rendah dan tingkat
produksi limbahnya sangat tinggi (Amalia, dkk 2011).
Menurut ( Tharmila, dkk 2011).Limbah ampas tahu selama ini hanya
dijadikan makanan ternak. Setiap kilogram kedelai akan menghasilkan limbah 1,5
2 liter limbah cair. Oleh karena itu limbah tahu dapat digunakan sebagai media
alternatif pertumbuhan bakteri seperti Bacillus Sp. Limbah tahu masih memiliki
kandungan organik yaitu protein (40%-50%), karbohidrat (25%-50%), dan lemak
(10%). Melihat kandungan bahan organik tersebut maka limbah tahu dapat
digunakan sebagai sumber nutrient bagi pertumbuhan mikroorganisme.Selain itu,
limbah tahu sangat mudah untuk didapatkan karena mayoritas
produsen.Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan memanfaatkan limbah cair industri tahu sebagai media alternatif
untuk pertumbuhan bakteri Bacillus sp.
2
1.7 Manfaat Penelitian
Dapat menambah ilmu dan wawasan bagi peneliti khususnya tentang
efektivitas limbah cair tahu sebagai media alternatif pertumbuhan bacillus sp.
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari limbah cair
tahu.
3
2.2 Limbah Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa
kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat
lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut
dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal
(pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak
begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang
berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu
yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan. Limbah padat industri tahu meliputi ampas tahu yang diperoleh dari
hasil pemisahan bubur kedelai.Ampas tahu masih mengandung protein yang
cukup tinggi sehingga masih dapat dimanfaatkan kembali (KLH, 2011).
2.2.2 Limbah cair tahu
Air limbah yang dimaksud dari gambar 1 yaitu air yang telah dipergunakan
untuk keperluan pembuatan tahu.Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa
pengolahan kedelai menjadi tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan
baik menjadi tahu sehingga tidak dapat dikonsumsi.Limbah tahu terdiri dari dua
jenis yaitu limbah cair dan limbah padat.Limbah cair merupakan bagian terbesar
dari berpotensi mencemari lingkungan. Limbah ini terjadi karena adanya sisa tahu
yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur karena proses penggumpalan
yang tidak sempurna serta cairan keruh kekuning-kuningan yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap bila dibiarkan (Nohong, 2010)
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
pengepresan atau pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan
oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan
tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari lingkungan (Kaswinarni,2012).
Industri tahu menggunakan bahan utama berupa kedelai baik kedelai lokal
maupun kedelai import. Selain kedelai komponen utama dalam pembuatan tahu
lainnya adalah air. Pemakaian air bersih dalam proses produksi tahu, mencapai
minimal sepuluh kali lipat volume bahan baku yang digunakan. Kebutuhan air
yang cukup tinggi dalam proses produksi mengakibatkan terbentuknya limbah cair
dari proses produksi dengan volume yang cukup tinggi pula. Limbah cair dengan
volume yang tinggi ini jika tidak ditangani dengan baik akan sangat berpotensi
mencemari lingkungan (Dhahiyat 1990).
2.3 Karateristik limbah tahu
Ada dua hal yang perlu diperhatikanpada Limbah industri tahu tempe yakni
karakteristik fisik dan kimia. Karakteristik fisik meliputi padatan total, suhu,
warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan
gas. Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
4
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 40C sampai
46C. Tingginya suhu buangan tersebut akan mempengaruhi lingkungan perairan
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan
(Dhahiyat, 1990).
Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan
berupa limbah padat dan cair.sedangkan Komposisi limbah cair tahu sebagian
besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlarut
(dissolved solid) dan tidak terlarut (suspended solid) sebesar 0,1%. Partikel-
partikel padat dari zat organik ( 70%) dan zat anorganik (( 30%). Zat-zat
organik terdiri dari protein ( 65%), karbohidrat ( 25%), lemak ( 10%) (Udin
Djabu, 1991).
Melihat kandungan bahan organik tersebut maka limbah cair tahu dapat
digunakan sebagai sumber nutrient bagi pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu,
limbah cair tahu sangat mudah untuk didapatkan karena mayoritas produsen tahu
akan membuang langsung limbah cair tersebut yang dialirkan melalui ekosistem
perairan yang berada di sekitar kawasan industri.Limbah tahu dapat dimanfaatkan
sebagai media alternatif dalam produksi Bacillus Sp. Sebab pertumbuhan Bacillus
Sp. Banyak digunakan karena bakteri tersebut mampu menghasilkan protease
dalam skala besar secara kontinyu.Mikroba jenis Bacillus tidak menghasilkan
toksin, mudah ditumbuhkan dan tidak memerlukan substrat yang mahal.
Kemampuan Bacillus Sp. untuk bertahan pada temperature tinggi, tidak adanya
hasil samping metabolik, dan kemampuannya untuk menghasilkan sejumlah besar
protein ekstrasel membuat Bacillus Sp merupakan organisme favorit untuk
industri (Doi et al,1992).
5
2.1 Bacillus Sp
Menurut Madigan (2005) klasifikasi Bacillus Spadalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Species : Bacillus Sp.
Bakteri Bacillus Sp. merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan
tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang
mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah
aerobic sporefomers.Kebanyakan anggota genus Bacillus Sp. dapat membentuk
endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi
lingkungan yang kurangmenguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus
Sp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah-
ubah. Beberapa anggota Bacillus Sp. memiliki S-layer yang merupakan lapisan
crystalline dipermukaan subunit protein atau glikoprotein. Bagian kapsul
kebanyakan anggota Bacillus Sp.mengandung D atau L- glutamic acid, sedangkan
beberapa lainnya memiliki kapsul yang mengandung karbohidrat. Variasi struktur
dinding sel seperti pada kebanyakan bakteri gram negatif tidak ditemukan pada
genus Bacillus Sp. Dinding sel vegetatif kebanyakan anggota Bacillus Sp. terbuat
dari peptidoglikan yang mengandung Meso-Diaminopimelic Acid (DAP) dengan
tipe Glyserol Teichoic Acid sangat bervariasi diantara spesies. Kebanyakan
anggota genus Bacillus Sp. merupakan bakteri yang bersifatmotil dan memiliki
flagela tipe peritrik.Bacillus Sp. digolongkan ke dalam kelas bakteri heterotrofik,
yaitu protista bersifat uniseluler, termasuk dalam golongan mikroorganisme
redusen atau yang lazim disebut sebagai dekomposer.Sebagian besar bakteri laut
termasuk dalam kelompok bakteri bersifat heterotrofik dan saprofitik
(Rheinheimer, 2013).
Bakteri Bacillus Sp. biasanya banyak ditemukan di tanah.Cara untuk
mendapatkan bakteri Bacillus Sp. yaitu dengan mengambil sampel tanah
6
menggunakan sendok yang telah disterilisasikan terlebih dahulu kemudian ambil
tanah sekitar kedalaman 3 cm dari permukaan tanah.Bacillus Sp. merupakan
bakteri gram positif dengan sel batang berukuran 0,3-221,27-7 m, sebagian
bersifat motil (mampu bergerak), mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel yang
jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu bentuk dorman sel vegetatif
sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang tidak
menguntungkan bagi bakteri. Kandungan air endospora sangat rendah bila
dibandingkan dengan sel vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat
dan sangat refraktil bila dilihat di bawah mikroskop.Endospora dibentuk dalam
sporangium di dalam sel dan dibentuk saat sel masak.Endospora memiliki dinding
tebal, reaktif, dan sangat resisten. Letak endospora dalam sel ukuran selama
pembentukannya tidak sama antara spesies satu dengan lainnya. Beberapa spesies
memiliki spora sentral, terminal, atau letal.Endospora dapat berbentuk oval,
silindris, bulat, atau lainnya.Bacillus Sp.(Priyani, 2012).
Jenis Bacillus Sp. menunjukkan bentuk koloni yang berbeda-beda pada
medium agar.Warna koloni pada umumnya putih sampai kekuningan atau putih
suram, tepi koloni bermacam-macam namun pada umumnya tidak rata,
permukaannya kasar dan tidak berlendir, bahkan ada yang cenderung kering
berbubuk, koloni besar dan tidak mengkilat.Bentuk koloni dan ukurannya sangat
bervariasi tergantung dari jenisnya. Selain itu setiap jenis juga menunjukkan
kemampuan dan ketahanan yang berbeda-beda dalam menghadapi kondisi
lingkungannya, misalnya ketahanan terhadap panas, asam, kadar garam, dan
sebagainya(Rheinheimer, 2013).
BAB.III METODE PENELITIAN
Kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap kerja. Tahap pertama persiapan
sampel yaitu identifikasi dan persiapan strain bakteriBacillus sp. Tahap kedua
adalah pembuatan pertumbuhan bakteri dengan limbah cair. Jenis penelitian ini
adalah eksperimental laboratorium secara in vitro.Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling yaitu
pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan.
7
3.1 Pelaksana
3.1.1 Instrumen pelaksana
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Kompor Gas,
Panci, Ose Cinicin, Petridisk, Alat Gelas (Pyrex), Hot Plate, spatula, Timbangan
analitik, Autoclave, Spritus dan mancis, Inkubator, Mikropipet, Tabung reaksi dan
Rak tabung. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Limbah
cair tahu, Agar (Walet), Gula, Media NA (Nutrient Agar), Bacillus sp, Alkohol,
Kapas, pH stik indicator, Alumunium foil, Aquadest.
8
3.3.2 Cara penanaman ke media alternatif limbah cair tahu
Siapkan 3 media alternatif yang telah dibuat.kemudian tanam Bacillus sp
pada media alternatif limbah cucian kedelai, media alternatif limbah rendaman
kedelai, media alternatif air limbah dari campuran padatan tahu dan
cairan.Dengan menggunakan ose cincin.kemudian inkubasi dengan suhu 370C
selama 24 jam.
9
DAFTAR PUSTAKA
Tharmila, S., Jeyaseelan, E.C dan Thavaranjit, A.C. 2011. Media Alternatif Untuk
Pertumbuhan Beberapa Jamur. ISSN 0975-508X CODEN (USA) AASR C9.
3(3) :389-393.
10