Anda di halaman 1dari 13

ii

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia. Beberapa
diantaranya dapat merugikan atau menguntungkan bagi masyarakat, yang dapat
menyebabkan penyakit dan juga bermanfaat bagi manusia misalnya terlibat dalam
pembuatan keju, yogurt, produksi insulin, serta proses perlakuan yang berkaitan
pembuangan limbah. Mikroorganisme dapat juga dipastikan menjadi suatu
penyebab penyakit, banyak juga peneliti yang melakukan prosedur laboratorium.
Penelitian dilakukan dengan cara membiakan atau menumbuhkan mikroorganisme
sebagai media pertumbuhan (Cappucino, 2014).
Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri,
jamur, dan mikroorganisme lain. Suatu media dapat menumbuhkan
mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara lain: kelembapan
harus cukup, pH sesuai, kadar oksigen baik, media steril dan media harus
mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme.
Menambahkan nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan
meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam
seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Adapun jenis
media pertumbuhan dapat berupa media cair,media kental(padat), dan media semi
padat (Cappucino, 2014).
Media yang umum digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di
laboratorium seperti bakteri adalah media Nutrient agar.Mahalnya harga media
setiap 500 gramnya serta melimpahnya sumber alam dan pemanfaatan limbah
yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme mendorong
para peneliti untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah
didapat dan tidakmemerlukan biaya yang mahal. Bahan yang digunakan harus
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri seperti dari
bahan-bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein. Berbagai sumber protein
juga berhasil digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan mikroorganisme.
Beberapa peneliti melakukan penelitian untuk menemukan media alternatif salah
satunya dengan sumber karbohidrat dan protein. Yaitupenelitian yang dilakukan oleh
(Arulananthan, 2012; Ravimannan, 2014) kacang tunggak dan kacang hijau pertumbuhan
gram positifstaphylococcus aureusdan gram negatif Escherichia coli,ternyata
menunjukan hasil yang baik karena dapat mendukung pertumbuhan jamur tersebut. Selain
kacang-kacangan, Kwoseh dan Abudofour (2012) yang menggunakan pati singkong
sebagai media alternatif pertumbuhan Fusarium oxysporum dan Aspergillus niger. Jamur
mampu hidup dan tumbuh pada media yang memiliki nutrisi cukup, serta dapat
memenuhi persyaratan sebagai media alternatif pertumbuhan jamur yaitu mengandung
karbohidrat dan protein.
Tahu merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
indonesia, rasanya yang enak, harganya yang relatif murah dan kandungan

1
proteinnya yang tinggi menjadikan tahu melekat sebagai julukan makanan rakyat.
Produksi tahu masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana yang sebagian
dibuat oleh para pengrajin sendiri maupun oleh industri kecil, dan dalam skala
industri rumah tangga atau industri kecil, sehingga tingkat efisiensi penggunaan
sumber daya yaitu air dan bahan kedelai dirasakan masih rendah dan tingkat
produksi limbahnya sangat tinggi (Amalia, dkk 2011).
Menurut ( Tharmila, dkk 2011).Limbah ampas tahu selama ini hanya
dijadikan makanan ternak. Setiap kilogram kedelai akan menghasilkan limbah 1,5
2 liter limbah cair. Oleh karena itu limbah tahu dapat digunakan sebagai media
alternatif pertumbuhan bakteri seperti Bacillus Sp. Limbah tahu masih memiliki
kandungan organik yaitu protein (40%-50%), karbohidrat (25%-50%), dan lemak
(10%). Melihat kandungan bahan organik tersebut maka limbah tahu dapat
digunakan sebagai sumber nutrient bagi pertumbuhan mikroorganisme.Selain itu,
limbah tahu sangat mudah untuk didapatkan karena mayoritas
produsen.Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan memanfaatkan limbah cair industri tahu sebagai media alternatif
untuk pertumbuhan bakteri Bacillus sp.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah
yaitu apakah limbah tahu cair dapat dijadikan sebagai media alternatif
pertumbuhan bakteri Bacillus Sp.

1.3 Tujuan Peneliti


1. Untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Bacillus Sp. pada media
alternatif menggunakan limbah cair tahu sebagai sumber nutrisi
pertumbuhan bakteri.
2. Untuk menentukan jumlah koloni mikroba pada media alternatif
menggunakan limbah cair industri tahu.

1.4 Urgensi Penelitian


Penelitian ini sangat penting, mengingat banyaknya kendala dalam pengadaan
media instan siap pakai di laboratorium salah satunya harga yang realtif mahal.
Sehingga perlu ditemukan alternatif lain guna meminimalisir kendala tersebut.
1.5 Temuan yang ditargetkan
Penelitian ini menargetkan dapat berkurangnya kendala-kendala dalam
pengadaan media instan, masalah harga maupun ketersediaan.
1.6 Luaran yang diharapkan
Hasil dari penelitian ini akan disajikan dalam bentuk artikel dan didaftarkan
ke jurnal nasional, sehingga dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya.

2
1.7 Manfaat Penelitian
Dapat menambah ilmu dan wawasan bagi peneliti khususnya tentang
efektivitas limbah cair tahu sebagai media alternatif pertumbuhan bacillus sp.
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari limbah cair
tahu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
indonesia, rasanya yang enak, harganya yangrelatif murah dan kandungan
proteinnya yang tinggi menjadikan tahu melekat sebagai julukan makanan
rakyat.Bahanbakupembuatan tahu berupa kacang kedelai menjadi salah satu
alternatif sumber protein selain daging, ikan.Tingkat konsumsi kedelai dari tahun
2002 hingga tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi
yang terjadi setiap tahunnya sebesar 3,70 persen. Tingkat konsumsi yang tertinggi
terjadi pada tahun 2007 sebanyak 2868 ton (BPS, 2008). Lebih dari separuh
konsumsi kedelai digunakan untuk bahan baku pembuatan tahu (Dwidjoseputro.
2005).
Pada umumnya tahu dibuat oleh para pengrajin atau industri rumah tangga
dengan peralatan dan teknologi yang sederhana. Urutan proses atau cara
pembuatan tahu pada semua industri kecil tahu pada umumnya hampir sama dan
kalaupun ada perbedaan hanya pada urutan kerja atau jenis zat penggumpal
protein yang digunakan. Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan
pekerjaan paling awal dalam pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai
yang baru atau belum tersimpan lama digudang.Kedelai yang baru dapat
menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk mendapatkan tahu yang
mempunyai kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai yang sudah tua,
kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa tanaman,
batu keriil, tanah, atau biji-bijian lain. Kedelai yang digunakan biasanya berwarna
kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis kedelai yang berwarna
hitam.Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap terjaga dengan
baik (Dwidjoseputro. 2005).
Prinsippembuatan tahu adalah mengekstrak protein kedelai melalui
penggilingan bijikedelai menggunakan air,perebusan bubur kedelai,penyaringan
bubur kedelai,pengendapan air tahu pencetakan.Pada proses pengolahan kedelai
menjadi tahu, ampass tahu tersebut biasanya akan langsung dibuang karena
dianggap tidak memiliki nilai apapun, namun sebenarnya ampas tahu tersebut
masih mengandung energy, protein ,karbohidrat, lemak, kalsium,fosfor, dan zat
besi.selain itu didalam ampas tahu juga terkandungvitamin A sebanyak IU,
vitamin B1 dan vitamin C.

3
2.2 Limbah Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa
kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat
lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut
dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal
(pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak
begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang
berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu
yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan. Limbah padat industri tahu meliputi ampas tahu yang diperoleh dari
hasil pemisahan bubur kedelai.Ampas tahu masih mengandung protein yang
cukup tinggi sehingga masih dapat dimanfaatkan kembali (KLH, 2011).
2.2.2 Limbah cair tahu
Air limbah yang dimaksud dari gambar 1 yaitu air yang telah dipergunakan
untuk keperluan pembuatan tahu.Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa
pengolahan kedelai menjadi tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan
baik menjadi tahu sehingga tidak dapat dikonsumsi.Limbah tahu terdiri dari dua
jenis yaitu limbah cair dan limbah padat.Limbah cair merupakan bagian terbesar
dari berpotensi mencemari lingkungan. Limbah ini terjadi karena adanya sisa tahu
yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur karena proses penggumpalan
yang tidak sempurna serta cairan keruh kekuning-kuningan yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap bila dibiarkan (Nohong, 2010)
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
pengepresan atau pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan
oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan
tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari lingkungan (Kaswinarni,2012).
Industri tahu menggunakan bahan utama berupa kedelai baik kedelai lokal
maupun kedelai import. Selain kedelai komponen utama dalam pembuatan tahu
lainnya adalah air. Pemakaian air bersih dalam proses produksi tahu, mencapai
minimal sepuluh kali lipat volume bahan baku yang digunakan. Kebutuhan air
yang cukup tinggi dalam proses produksi mengakibatkan terbentuknya limbah cair
dari proses produksi dengan volume yang cukup tinggi pula. Limbah cair dengan
volume yang tinggi ini jika tidak ditangani dengan baik akan sangat berpotensi
mencemari lingkungan (Dhahiyat 1990).
2.3 Karateristik limbah tahu
Ada dua hal yang perlu diperhatikanpada Limbah industri tahu tempe yakni
karakteristik fisik dan kimia. Karakteristik fisik meliputi padatan total, suhu,
warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan
gas. Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu

4
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 40C sampai
46C. Tingginya suhu buangan tersebut akan mempengaruhi lingkungan perairan
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan
(Dhahiyat, 1990).
Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan
berupa limbah padat dan cair.sedangkan Komposisi limbah cair tahu sebagian
besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlarut
(dissolved solid) dan tidak terlarut (suspended solid) sebesar 0,1%. Partikel-
partikel padat dari zat organik ( 70%) dan zat anorganik (( 30%). Zat-zat
organik terdiri dari protein ( 65%), karbohidrat ( 25%), lemak ( 10%) (Udin
Djabu, 1991).
Melihat kandungan bahan organik tersebut maka limbah cair tahu dapat
digunakan sebagai sumber nutrient bagi pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu,
limbah cair tahu sangat mudah untuk didapatkan karena mayoritas produsen tahu
akan membuang langsung limbah cair tersebut yang dialirkan melalui ekosistem
perairan yang berada di sekitar kawasan industri.Limbah tahu dapat dimanfaatkan
sebagai media alternatif dalam produksi Bacillus Sp. Sebab pertumbuhan Bacillus
Sp. Banyak digunakan karena bakteri tersebut mampu menghasilkan protease
dalam skala besar secara kontinyu.Mikroba jenis Bacillus tidak menghasilkan
toksin, mudah ditumbuhkan dan tidak memerlukan substrat yang mahal.
Kemampuan Bacillus Sp. untuk bertahan pada temperature tinggi, tidak adanya
hasil samping metabolik, dan kemampuannya untuk menghasilkan sejumlah besar
protein ekstrasel membuat Bacillus Sp merupakan organisme favorit untuk
industri (Doi et al,1992).

2.4 Dampak limbah tahu


Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan organik limbah industri
tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik, turunnya kualitas air perairan
akibat meningkatnya kandungan bahan organik.Aktivitas organisme dapat
memecah molekul organik yang kompleks menjadi molekul organik yang
sederhana.Bahan anorganik seperti ion fosfat dan nitrat dapat dipakai sebagai
makanan oleh tumbuhan yang melakukan fotosintesis. Selama proses
metabolisme oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam
air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil
proses fotosintesis dan oleh aerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi beban
organik terlalu tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan
produk dekomposisi berupa amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida,
dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan
air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan estetika)
yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau (Herlambang, 2012).

5
2.1 Bacillus Sp
Menurut Madigan (2005) klasifikasi Bacillus Spadalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Species : Bacillus Sp.
Bakteri Bacillus Sp. merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan
tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang
mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah
aerobic sporefomers.Kebanyakan anggota genus Bacillus Sp. dapat membentuk
endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi
lingkungan yang kurangmenguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus
Sp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah-
ubah. Beberapa anggota Bacillus Sp. memiliki S-layer yang merupakan lapisan
crystalline dipermukaan subunit protein atau glikoprotein. Bagian kapsul
kebanyakan anggota Bacillus Sp.mengandung D atau L- glutamic acid, sedangkan
beberapa lainnya memiliki kapsul yang mengandung karbohidrat. Variasi struktur
dinding sel seperti pada kebanyakan bakteri gram negatif tidak ditemukan pada
genus Bacillus Sp. Dinding sel vegetatif kebanyakan anggota Bacillus Sp. terbuat
dari peptidoglikan yang mengandung Meso-Diaminopimelic Acid (DAP) dengan
tipe Glyserol Teichoic Acid sangat bervariasi diantara spesies. Kebanyakan
anggota genus Bacillus Sp. merupakan bakteri yang bersifatmotil dan memiliki
flagela tipe peritrik.Bacillus Sp. digolongkan ke dalam kelas bakteri heterotrofik,
yaitu protista bersifat uniseluler, termasuk dalam golongan mikroorganisme
redusen atau yang lazim disebut sebagai dekomposer.Sebagian besar bakteri laut
termasuk dalam kelompok bakteri bersifat heterotrofik dan saprofitik
(Rheinheimer, 2013).
Bakteri Bacillus Sp. biasanya banyak ditemukan di tanah.Cara untuk
mendapatkan bakteri Bacillus Sp. yaitu dengan mengambil sampel tanah

6
menggunakan sendok yang telah disterilisasikan terlebih dahulu kemudian ambil
tanah sekitar kedalaman 3 cm dari permukaan tanah.Bacillus Sp. merupakan
bakteri gram positif dengan sel batang berukuran 0,3-221,27-7 m, sebagian
bersifat motil (mampu bergerak), mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel yang
jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu bentuk dorman sel vegetatif
sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang tidak
menguntungkan bagi bakteri. Kandungan air endospora sangat rendah bila
dibandingkan dengan sel vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat
dan sangat refraktil bila dilihat di bawah mikroskop.Endospora dibentuk dalam
sporangium di dalam sel dan dibentuk saat sel masak.Endospora memiliki dinding
tebal, reaktif, dan sangat resisten. Letak endospora dalam sel ukuran selama
pembentukannya tidak sama antara spesies satu dengan lainnya. Beberapa spesies
memiliki spora sentral, terminal, atau letal.Endospora dapat berbentuk oval,
silindris, bulat, atau lainnya.Bacillus Sp.(Priyani, 2012).
Jenis Bacillus Sp. menunjukkan bentuk koloni yang berbeda-beda pada
medium agar.Warna koloni pada umumnya putih sampai kekuningan atau putih
suram, tepi koloni bermacam-macam namun pada umumnya tidak rata,
permukaannya kasar dan tidak berlendir, bahkan ada yang cenderung kering
berbubuk, koloni besar dan tidak mengkilat.Bentuk koloni dan ukurannya sangat
bervariasi tergantung dari jenisnya. Selain itu setiap jenis juga menunjukkan
kemampuan dan ketahanan yang berbeda-beda dalam menghadapi kondisi
lingkungannya, misalnya ketahanan terhadap panas, asam, kadar garam, dan
sebagainya(Rheinheimer, 2013).
BAB.III METODE PENELITIAN
Kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap kerja. Tahap pertama persiapan
sampel yaitu identifikasi dan persiapan strain bakteriBacillus sp. Tahap kedua
adalah pembuatan pertumbuhan bakteri dengan limbah cair. Jenis penelitian ini
adalah eksperimental laboratorium secara in vitro.Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling yaitu
pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan.

7
3.1 Pelaksana
3.1.1 Instrumen pelaksana
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Kompor Gas,
Panci, Ose Cinicin, Petridisk, Alat Gelas (Pyrex), Hot Plate, spatula, Timbangan
analitik, Autoclave, Spritus dan mancis, Inkubator, Mikropipet, Tabung reaksi dan
Rak tabung. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Limbah
cair tahu, Agar (Walet), Gula, Media NA (Nutrient Agar), Bacillus sp, Alkohol,
Kapas, pH stik indicator, Alumunium foil, Aquadest.

3.2 Prosedur kerja


3.2.1 Cara pembuatan media alternatif pertumbuhan bakteri dengan limbah
cair
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, Ambil 250 ml air limbah cucian
kedelai, gunakan untuk melarutkan agar wallet 2,5gr dan gula 3,75gr, Ambil 250
ml air perendaman kedelai, gunakan untuk melarutkan agar wallet 2,5gr dan gula
3,75gr, Ambil 250ml air limbah dari campuran padatan tahu dan cairan, gunakan
untuk melarutkan agar wallet 2,5gr dan gula 3,75gr, Kemudian ketiga bahan
tersebut dipanaskan diatas kompor, lalu sterilkan pada autoclave suhu 1210C
selama 15 menit guna menghindari tumbuhnya mikroorganisme yang tidak
diinginkan, Setelah sterilisasi, medium dapat dituang secara aseptis pada cawan
petri untuk penggunaan. Sebelum menuang medium, tunggu hingga suam-suam
kuku ( 40C) lalu dibiarkan pada suhu ruang hingga media memadat dengan
sempurna.Dan masing-masing media diberi label.
3.2.2 Pembuatan medium NA (Nutrient Agar)
Pada pembiakan Bacillus sp media yang digunakan NA (Nutrient Agar).
Medium NA dibuat dengan cara timbang medium NA dan larutkan pada aquadest
keemudian panaskan diatas hotplate dan diaduk dengan magnetic stirrer hingga
homogen, kemudian sterilkan pada autoclave suhu 1210C selama 15 menit guna
menghindari tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Setelah
sterilisasi, medium dapat dituang secara aseptis pada cawan petri untuk
penggunaan.Sebelum menuang medium, tunggu hingga suam-suam kuku ( 40C)
lalu dibiarkan pada suhu ruang hingga media memadat dengan sempurna.

3.3 Prosedur kerja pembiakan bakteri Bacillus sp


3.3.1 Cara penanaman ke media NA (Natrium Agar)
Siapkan media NA (Natrium Agar) dan beri label.Kemudian tanam Bacillus
sp pada media NA (Natrium Agar) dengan menggunakan ose cincin.Kemudian
inkubasidengan suhu 370C selama 24 jam. Media NA digunakan sebagai bahan
control positif (+) dalam pembuatan media alternative.

8
3.3.2 Cara penanaman ke media alternatif limbah cair tahu
Siapkan 3 media alternatif yang telah dibuat.kemudian tanam Bacillus sp
pada media alternatif limbah cucian kedelai, media alternatif limbah rendaman
kedelai, media alternatif air limbah dari campuran padatan tahu dan
cairan.Dengan menggunakan ose cincin.kemudian inkubasi dengan suhu 370C
selama 24 jam.

3.4 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil percobaan ditabulasikan dalam bentuk table
dan gambar, selanjutnya dianalisis secara deskriptif serta dibandingkan dengan
literature terkait dengan pembahasan.

BAB.4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran biaya
Ringkasan anggaran biaya pada penelitian ini dapat dilihat pada table 1
sebagai berikut :
Tabel.1 Anggaran biaya
No Jenis pengeluaran Biaya yang diusulkan(Rp)
1 Peralatan penunjang Rp. 3,085,000,00
2 Bahan habis pakai dan ATK Rp .2,105,,000.00
3 Perjalanan Rp. 3,700,000.00
4 Lain-lain Rp. 2,970,000.00
Jumlah Rp. 11,860,000.00

4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian


No Jenis kegiatan Bulan
1 2 3 4 5
1 Pembuatan proposal
2 Pengambilan bahan uji
3 Pembuatan media
4 Pengambilan sampel
5 Pembuatan laporan

9
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Yuseffa,Penggunaa Pupuk Limbah Cair Untuk Mengurangi Dosis


Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Padi Sawah (Oryza sativaL.), Skripsi,
Bogor: ITB, 2011.

Asmoro, Yuliadi dkk Pemanfaatan Limah Tahu Untuk Peningkatan Hasi


Tanaman Petsai (Brassica Chinensis), Jurnal Bioteknologi Volume 5 Edisi
2 Tahun 2008.

Cappucino, J.G dan Sherman, N. 2014. Manual Laboratorium Biologi. Jakarta :


EGC.

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. hlm


:299-307.

Tharmila, S., Jeyaseelan, E.C dan Thavaranjit, A.C. 2011. Media Alternatif Untuk
Pertumbuhan Beberapa Jamur. ISSN 0975-508X CODEN (USA) AASR C9.
3(3) :389-393.

Tortora, G.J. 2001. Perkenalan Mikrobiologi. San Francisco : Benjamin


Cummings.

Yuwono. 2012. Staphylococcus aureus dan Methicilin-Resistant Staphylococcus


aureus (MRSA). Palembang : Departemen Mikrobiologi FK Unsri.

Roosheroe, I.G., Sjamsuridzal, W dan Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan


Terapan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Pohan, 2015.Macam-Macam Mikrobilogi.Widya medika. Jakarta.

Arulanantham, R., Pathmanathan, S., Ravimannan , N., & Kularajany.


(2012).Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different
Formulation of Protein Sources.Journal of Natural Product and Plant
Resourse, 2 (6):697-700.

10

Anda mungkin juga menyukai