Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK, SIKAP,

DAN PENGETAHUAN TENTANG OBESITAS DENGAN STATUS GIZI


PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

ABSTRAK
Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia. Beberapa faktor
penyebab obesitas adalah pola makan dan aktivitas fi sik di mana ketidaks eimbangan
antara aktivitas fi sik dan asupan energi dan zat gizi dapat menyebabkan obesitas.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki rata-rata
aktivitas fisik dalam bekerja rendah sehingga PNS berisiko tinggi untuk memiliki status
gizi lebih. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara pola makan,
aktivitas fi sik, sikap dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi PNS di
Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah
observasional analitik dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel penelitian
adalah 87 orang PNS di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang telah
disesuaikan dengan proporsi pegawai di tiap bidang. Teknik analisis data menggunakan
uji korelasi, uji beda dan uji chi-square yang disesuaikan dengan skala data variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 48 tahun
Sebagian besar status gizi responden adalah normal. Terdapat hubungan antara
aktivitas fi sik bekerja dengan status gizi (p = 0,024). Tidak ada hubungan antara
aktivitas olahraga (p = 0,768) dan aktivitas fisik lainnya (p = 0,592) dengan status gizi.
Pengetahuan (p = 0,456) dan sikap tentang obesitas (p = 0,989) tidak berhubungan
dengan status gizi. Tidak ada hubungan antara asupan energi (p = 0,731) dan protein
(p = 0,537) dengan status gizi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
adalah aktivitas fi sik dan pola makan. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan adanya
peningkatan aktivitas fisik di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Untuk para
pegawai, disarankan untuk lebih memperhatikan asupan zat gizi dalam rangka
memenuhi Angka Kecukupan Gizi
.
Kata kunci: pegawai negeri sipil, pola makan, aktivitas fisik, sikap, pengetahuan, status
gizi
ABSTRACT
Obesity has become a global problem worldwide. Obesity caused by imbalance
between physical activity and intake of nutrients and energy. Civil Servant is a job that
has a low physical activity during the working hours, so the Civil Servant has a high risk
for having over nutritional status. The purpose of this research was to analyze the
correlation between diet, physical activity, attitudes and knowledge about obesity with
nutritional status. This study was an observational-analytic study with cross sectional
design. Total sample were 87 people who selected by proportional simple random
sampling technique. Data were analyzed by using correlation tests, different test and
chi-square test adjusted for the scale of the variable data. The results showed that there
was a correlation between physical activity working a n d nutritional status (p = 0.024).
There was no correlation between sports activity (p = 0.768) and other physical activity
(p = 0.592) with nutritional status. Knowledge (p = 0.456) and attitudes about obesity (p
= 0.989) was not correlated with nutritional status. There was no correlation between
energy intake (p = 0.731) and protein intake (p = 0.537) with nutritional status. Factors
that could infl uent the nutritional status were physical activity level and diet. Based on
the results, it was suggested for the Civil Servant in the Health Office of East Java
Province should increase the physical activity and paid more attention to their nutrient
intake, in order to reach the Nutrient Adequacy Score.

Keywords: civil servants, diet, physical activity, attitudes, knowledge, nutritional status
BAB I
PENDAHULUAN

Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia, baik di negara maju
maupun negara berkembang. Data menunjukkan bahwa di Amerika Serikat pada tahun
2007/2008 terdapat 2,2% pria dan 35,5% wanita yang memiliki Body Mass Index (BMI)
atau Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 dan di Australia, pada tahun 2008, terdapat 25,6%
pria dan 24% wanita yang memilik BMI atau IMT > 30 (IASO, 2010). Di Indonesia,
menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 (Depkes RI, -), laki-laki dan
perempuan usia 15 tahun yang memiliki IMT > 25 kg/m2 adalah sebesar 13,9% dan
23,8%.
Budiyanto (2002) menyebutkan beberapa penyebab obesitas adalah
ketidakseimbangan asupan dari pola makan dengan aktivitas fisik sehari-hari. Apabila
asupan makanan lebih besar daripada kalori yang dikeluarkan dari aktivitas fisik sehari-
hari maka hal ini dapat menjadi salah satu pemicu obesitas. Hal ini didukung dengan
hasil penelitian Simatupang (2008), yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada
siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru, dipengaruhi oleh variabel
asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan, jenis makanan dan aktivitas fisik.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
(Dinkes Jatim) merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko untuk terkena obesitas.
Hal ini dikarenakan PNS di kantor Dinkes Jatim merupakan pekerja perkantoran di
mana aktivitas fisik yang dilakukan pada saat bekerja termasuk ringan (Arisman., 2002).
Selain itu dukungan kemampuan ekonomi juga menjadi salah satu pendukung lebih
besarnya asupan makanan daripada kalori yang dikeluarkan dari aktivitas fi sik. Hal lain
yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas adalah sikap dan pengetahuan PNS di
kantor Dinkes Jatim tentang obesitas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pola makan,
aktivitas fisik, sikap dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi PNS di
Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

METODE
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observational-analitik. Penelitian
dilakukan secara cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kesehatan
provinsi Jawa Timur. Waktu penelitian ini mulai bulan MaretMei 2010 dan dianalisis
pada bulan Juni-Juli 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PNS di Kantor
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebanyak 408 orang. Sampel yang dipilih adalah
yang memenuhi kriteria, diantaranya adalah memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP)
resmi. Berdasarkan perhitungan jumlah sampel (Nazir, M., 2005), didapatkan hasil
bahwa besar sampel adalah 81 orang. Selanjutnya dilakukan proporsi berdasarkan
jumlah pegawai di setiap bidang, didapatkan bahwa jumlah sampel menjadi 87 orang.
Berdasarkan teknik perhitungan besar sampel diatas maka pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan Proportional Simple Random Sampling. Dilakukan
pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan dan lingkar perut responden serta
wawancara dengan menggunakan panduan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis sesuai dengan skala data variabel penelitian. Data disajikan dalam bentuk
tabel tabulasi silang dan dinarasikan sesuai dengan tabel.
BAB II
PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (52,9%) umur responden
adalah 48 tahun. Sebagian besar (51,7%) jenis kelamin responden adalah laki-laki.
Sebagian besar (73,6%) lama bekerja responden adalah 9< 28 tahun. Berdasarkan uji
hubungan ketiga karakteristik responden tersebut dengan status gizi, didapatkan
hubungan hanya pada jenis kelamin dengan status gizi (p = 0,048).
Status gizi responden dihitung melalui Indeks Massa tubuh (IMT) sedangkan
pengklasifi kasian IMT tersebut dibagi menjadi 4 dengan cut off point sesuai dengan
Riskesdas tahun 2007 (Depkes RI, - ) sebagai berikut 1) Kurus (< 18,5), 2) Normal
(18,524,9), 3) Overweight (2526,9), 4) Obesitas ( 27). Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar (48,3%) adalah normal namun sebesar 32,2% adalah obesitas.
Status obesitas sentral juga diteliti pada penelitian ini dengan mengukur lingkar
perut. Cut off point yang digunakan berdasarkan Riskesdas tahun 2007 (Depkes R I, -)
yaitu laki-laki > 90 cm dan perempuan adalah > 82 cm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden laki-laki (55,6%) dan perempuan (57,1%) mengalami
obesitas sentral.
Penelit ian mengenai akt ivitas fisik responden dibagi menjadi tiga yaitu aktivitas
fisik dalam bekerja, olahraga dan aktivitas fisik lainnya. Penelitian dilakukan dengan
mengukur dan mengklasifi kasikan Physical Activity Level (PAL) berdasarkan standar
Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2001 (Food and Agriculture
Organization, 2001). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (49,4%)
memiliki tingkat aktivitas fisik dalam bekerja adalah sedang sedangkan pada aktivitas
fisik olahraga, sebagian besar (52,9%) responden tidak melakukan olahraga selama 24
jam atau dalam 1 minggu terakhir. Pada aktivitas fisik lainnya, sebagian besar (80,5%)
responden memiliki aktivitas fisik ringan. Tingkatan dari ketiga aktivitas fisik tersebut
kemudian dilakukan uji statistik menggunakan Spearman dan tabulasi silang dengan
status gizi. Didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dalam
bekerja dengan status gizi (p = 0,024) namun tidak terdapat hubungan antara aktivitas
fisik olahraga (p = 0,592) dan aktivitas fisik lainnya (p = 0,768) dengan status gizi.
Tabulasi silang antara aktivitas dalam bekerja dengan status gizi dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Tabulasi Silang PAL dalam Bekerja dengan Status Gizi Pegawai Negeri Sipil di
Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Status Gizi
PAL dalam Kurus Normal Overweight Obesitas
Bekerja n % n % n % n %
Ringan 0 0,00 13 14,9 6 6,9 15 17,2
Sedang 1 1,1 24 27,9 6 6,9 12 13,8
Berat 1 1,1 5 5,7 3 3,4 1 1,1
Total 12 2,3 42 48,3 15 17,2 28 32,2
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar (17,2%) responden
dengan status gizi obesitas memiliki aktivitas fisik dalam bekerja adalah ringan
sedangkan sebagian besar (27,6%) responden dengan status gizi normal memiliki
aktivitas fisik dalam bekerja adalah sedang.
Hasil penelit ian terhadap sikap dan pengetahuan responden tentang obesitas
diketahui dari perolehan nilai pada kuesioner kemudian dilakukan klasifikasi terhadap
kedua variable tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (60,9%)
sikap responden terhadap obesitas adalah positif. Hasil penelitian terhadap
pengetahuan tentang obesitas menunjukkan bahwa sebagian besar (39,1%)
pengetahuan responden adalah kurang. Selanjutnya dilakukan uji hubungan antara
sikap dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi menggunakan uji Pearson
Chi Square (untuk sikap dengan status gizi) dan Spearman (untuk pengetahuan dengan
status gizi). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap
dengan status gizi (p = 0,989) dan pengetahuan dengan status gizi (p = 0,456).
Dalam penelitian ini juga diteliti mengenai asupan energi dan zat gizi
(karbohidrat, lemak dan protein) responden. Dilakukan dengan menganalisis hasil Food
Recall 24 hours. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar asupan energi
dan protein responden defi sit yaitu masing-masing sebesar 70,1% dan 41,4%. Asupan
karbohidrat responden sebagian besar (77%) adalah sebesar 78< 274 gram
sedangkan asupan lemak responden, sebagian besar (88,5%) adalah sebesar 7< 93
gram. Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui hubungan antara asupan
energi (uji Spearman), karbohidrat (uji Pearson), lemak (uji Spearman) dan protein (uji
Spearman) dengan status gizi. Didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
asupan energi (p = 0,731), karbohidrat (p = 0,523), lemak (p = 0,812) dan protein (p =
0,537) dengan status gizi.
Pola makan responden diketahui dengan menganalisis hasil Food Frequency
Questionaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber karbohidrat yang
dikonsumsi harian oleh responden adalah nasi, frekuensi konsumsi terbanyak adalah
3 kali/hari (59,8%). Konsumsi lauk-pauk responden adalah mingguan, frekuensi
konsumsi terbanyak adalah telur ayam (3 kali/minggu sebesar 26,4%) dan daging sapi
(1 kali/minggu sebesar 32,2%). Konsumsi sayuran responden adalah mingguan,
frekuensi terbanyak adalah kacang panjang yaitu 2 kali/minggu sebesar 32,2%.
Konsumsi minuman manis responden terbanyak adalah teh manis yaitu 1 kali/hari
sebesar 26,4%. Konsumsi makanan selingan terbanyak adalah 1 kali/minggu yaitu tahu
isi (32,2%) dan bakso (29,8%). Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan antara
frekuensi konsumsi nasi dengan status gizi (p = 0,015) an frekuensi konsumsi bakso
dengan status gizi (p = 0,023). Dilakukan pula tabulasi silang antara jenis kelamin
dengan frekuensi konsumsi nasi dan frekuensi konsumsi bakso.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi konsumsi nasi terbanyak
pada responden laki-laki adalah 3 kali per hari sebanyak 34 orang (39,1%). Frekuensi
konsumsi nasi terbanyak pada responden perempuan adalah 2 kali per hari sebanyak
19 orang (21,8%).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi konsumsi bakso
terbanyak pada responden laki-laki adalah 2 kali per minggu sebanyak 12 orang
(13,8%). Frekuensi konsumsi bakso terbanyak pada responden perempuan adalah 1
kali per minggu sebanyak 16 orang (17,2%).
Tabel 2. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Frekuensi Konsumsi Nasi Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Frekuensi Jenis Kelamin


Konsumsi Laki-laki Perempuan
Nasi n % n %
1/hari 0 0,0 5 5,7
2/hari 11 12,6 19 21,8
3/hari 34 39,1 18 20,7
Total 45 51,7 42 48,3

Tabel 3. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Frekuensi Konsumsi Bakso Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Frekuensi Jenis Kelamin


Konsumsi Laki-Laki Perempuan
Bakso n % n %
1/hari 1 1,1 1 1,1
1/minggu 10 11,5 15 17,2
2/minggu 12 13,8 6 6,9
3/minggu 5 5,7 1 1,1
1/bulan 8 9,2 5 5,7
2/bulan 0 0 1 1,1
3/bulan 4 4,6 3 3,4
Tidak Pernah 5 5,7 9 10,3
Total 45 51,7 42 48,3

B. PEMBAHASAN
Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dalam bekerja dengan status gizi, sesuai
dengan teori bahwa pengeluaran energi yang kurang maka akan dapat menyebabkan
obesitas (Budiyanto, 2002). Meskipun demikian, hal yang berbeda didapatkan pada
hasil uji statistik antara aktivitas fisik olah raga dan aktivitas fisik lainnya dengan status
gizi. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas
fisik olah raga dan aktivitas fisik lainnya dengan status gizi. Hal ini berlawanan dengan
teori yang telah dikemukakan diatas. Tidak adanya hubungan secara statistik tersebut
dikarenakan distribusi tingkatan aktivitas fisik responden sebagian besar berada pada
satu tingkatan aktivitas fisik yaitu sebagian besar responden (32,2%) tidak melakukan
olah raga dalam 24 jam atau 1 minggu terakhir dan sebagian besar responden (80,5%)
memiliki tingkatan aktivitas fisik dalam kegiatan lainnya adalah ringan.
Walaupun secara statistik diketahui tidak ada hubungan namun data hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada sebagian besar responden, kedua aktivitas fisik
tersebut termasuk rendah. Aktivitas fisik yang rendah tersebut merupakan salah satu
faktor pemicu obesitas. Hal ini terdapat pada penelitian Fox dan Hillsdon (2007) di
mana gaya hidup sedentary yang sebagian besar aktivitas fisik yang dilakukan adalah
ringan maka hal ini berhubungan dengan obesitas.
Hal yang sama juga terlihat pada hasil uji statistik antara PAL (Physical Activity
Level) dalam bekerja (p = 0,182), olahraga (p = 0,406) dan aktivitas fisik lainnya (p =
0,330) dengan status obesitas sentral di mana tidak ada hubungan antara variabel
tersebut. Meskipun hal ini tidak sesuai dengan teori, hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik cenderung ringan. Hal inilah
yang menyebabkan secara uji statistik menjadi tidak ada hubungan. Pada faktanya,
aktivitas fisik yang kurang merupakan salah satu pemicu obesitas. Hal ini didukung pula
oleh hasil penelitian ijayahadi (2010) di mana faktor dominan dari masyarakat yang
menjadi penyebab gizi lebih adalah kurangnya aktivitas gerak yang meliputi aktivitas
olah raga dan aktivitas pekerjaan.
Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan dan sikap responden terhadap obesitas dengan status gizi. Hal ini dapat
dijelaskan dengan mengkaitkan antara sikap dan pengetahuan tentang obesitas
dengan tindakan responden yang ercermin dalam asupan energi dan zat gizi yang
berasal dari konsumsi makanan dan minuman responden sesuai dengan food recall 24
hours. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
sikap dengan asupan energi (p = 0,346), karbohidrat (p = 0,209), lemak p = 0,911) dan
protein (p = 0,303). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang
berhubungan dengan asupan dan status gizi. Sesuai teori bahwa sikap dan
pengetahuan tidak dapat langsung menjadi sebuah tindakan nyata karena banyak
faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki asupan energi dan protein yang defi sit. Sebagian besar responden memiliki
asupan karbohidrat sebesar 78< 274 gram dan asupan karbohidrat sebesar 7< 93
gram. Dari hasil tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi
overweight dan obesitas, asupan energi responden sebagian besar adalah defi sit.
Hasil uji statistik memang menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan dengan
status gizi. Namun apabila asupan energi dan zat gizi kurang dan didukung dengan
tingkat aktivitas fi sik ringan maka ada kemungkinan hal ini dapat mengakibatkan
seseorang mengalami kelebihan berat badan, baik overweight maupun obesitas
(asumsi aktivitas fisik pada Angka Kecukupan Gizi adalah normal).
Mengenai pola makan responden, diketahui bahwa terdapat hubungan antara
frekuensi konsumsi nasi dengan status gizi (p = 0,015). Hal ini karena karbohidrat
merupakan salah satu penyumbang energi terbesar dalam tubuh (Sediaoetama, 2010)
dan nasi merupakan sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh sebagian
besar masyarakat di Indonesia (Paath dkk, 2004). Konsumsi karbohidrat dapat
mempengaruhi status gizi karena karbohidrat berlebih akan disimpan dalam bentuk
glikogen dalam jaringan otot dan juga dalam bentuk lemak yang akan disimpan dalam
jaringan-jaringan adipose seperti perut, bagian bawah kulit. Hal ini yang menyebabkan
adanya hubungan antara frekuensi konsumsi nasi dengan status gizi responden. Hal
ini didukung oleh penelitian di mana frekuensi konsumsi nasi berhubungan dengan
status gizi remaja putri (Nazari, 2011).
Selain frekuensi konsumsi nasi berdasarkan hasil uji statistik juga diketahui
bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan frekuensi konsumsi bakso (p =
0,023). Hal ini dapat disebabkan bakso yang dijual di masyarakat terdiri dari pentol,
tahu, gorengan dan kuah. Bahan dasar pentol bakso adalah daging, tepung tapioka
dan bumbu penyedap (Usmiati, 2009). Apabila pentol bakso disajikan dengan kuah
serta tahu dan gorengan, bakso dapat mempengaruhi status gizi jika dikonsumsi secara
rutin. Hal ini didukung pula dengan pengalaman peneliti selama penelitian yang
mengamati bahwa setiap hari terdapat penjual bakso keliling yang masuk ke dalam
area Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Masuknya penjual bakso tersebut
memudahkan akses pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur untuk
mengonsumsi bakso. Hal ini ditunjukkan dengan frekuensi konsumsi bakso terbanyak
adalah 1 kali per minggu sebanyak 26 orang (29,8%).
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan antara frekuensi konsumsi
nasi dan bakso dengan jenis kelamin responden. Frekuensi laki-laki mengonsumsi nasi
lebih sering daripada perempuan yaitu pada responden laki-laki 3 kali per hari sebanyak
34 orang (75,6%) pada responden perempuan adalah 2 kali per hari sebanyak 19 orang
(45,2%). Begitu juga dengan konsumsi bakso, responden laki-laki sebagian besar
mengonsumsi bakso 2 kali per minggu, pada responden perempuan sebagian besar
adalah 1 kali per minggu. Kedua frekuensi konsumsi makanan ini dapat menjadi salah
satu penyebab lebih tingginya tingkat obesitas pada responden laki-laki.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sebagian besar (52,9%) umur responden adalah 48 tahun. Sebagian besar
(51,7%) jenis kelamin responden adalah laki-laki. Sebagian besar (73,6%) lama bekerja
responden adalah < 28 tahun. Berdasarkan uji statistik, hanya terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan status gizi (p = 0,048). Status gizi responden sebagian
besar (48,3%) adalah normal. Status obesitas sentral responden sebagian besar
(56,3%) termasuk dalam kategori obesitas sentral.
Pengetahuan tentang obesitas responden sebagian besar (39,1%) adalah
kurang. Sikap responden mengenai obesitas sebagian besar (60,9%) positif.
Pengetahuan tentang obesitas tidak berhubungan dengan status gizi (p = 0,456). Sikap
tentang obesitas tidak berhubungan dengan status gizi (p = 0,989). Aktivitas fisik dalam
bekerja responden sebagian besar (49,4%) adalah sedang. Sebagian besar responden
(32,2%) tidak melakukan olahraga dalam 24 jam terakhir dan satu minggu terakhir.
Aktivitas responden selain bekerja dan olah raga sebagian besar (80,5%) adalah
ringan. Ada hubungan antara aktivitas fisik bekerja dengan status gizi (p = 0,024). Tidak
ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan status gizi (p = 0,592). Tidak ada
hubungan antara aktivitas fisik bekerja (p = 0,182), olah raga (p = 0,406) dan lainnya
(p = 0,330) dengan status obesitas sentral. Asupan energi responden sebagian besar
(70,1%) adalah defisit. Asupan protein responden sebagian besar (41,4%) adalah defi
sit. Asupan karbohidrat responden sebagian besar (77%) adalah sebesar 78< 274
gram. Sedangkan asupan lemak responden, sebagian besar (88,5%) adalah sebesar
7 < 93 gram. Tidak ada hubungan antara asupan energi (p = 0,731), karbohidrat (p =
0,523), lemak (p = 0,812) dan protein (p = 0,537) dengan status gizi. Ada hubungan
antara frekuensi konsumsi nasi dengan statu gizi (p = 0,015). Ada hubungan antara
frekuensi konsumsi bakso dengan status gizi (p = 0,052).

SARAN
Saran yang dapat diberikan diantaranya adalah meningkatkan aktivitas fisik
responden. Responden juga disarankan untuk lebih memperhatikan asupan energi dan
zat gizi (karbohidrat, lemak dan protein) agar dapat memenuhi Angka Kecukupan Gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2002. Buku Ajar Ilmu Gizi-Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Budiyanto, M.A. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang: Bayu Media dan UMM Press.
Depkes RI. -. Riset Kesehatan Dasar 2007. http://kesehatan.kebumenkab.go.id/data/
lapriskesdas .pdf (Sitasi tanggal 9 November 2010).
Food and Agriculture Organization, 2001. Human Energy Requirements. http://fao.
org/docrep/007/y5686e/y5686e0e.html (Sitasi tanggal 20 Juli 2011).
Fox dan Hillsdon. 2007. Physical activity dan Obesity. Journal Compilation Vol. 8: 115
121.
IASO. 2010. Global Prevalence of Adult Obesity.
http://www.iotf.org/database/documents/
GlobalPrevalenceofAdultObesityMay2010.pdf (Sitasi tanggal 22 November
2010).
Nazari, Peni Ernidya. 2011. Hubungan antara Body Image, Asupan Zat Gizi dengan
Status Gizi dan Kejadian Dysmenorrhea Primer Anak Perempuan yang
Mengalami Menarche pada Usia 12 Tahun. Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia IKAPI Bogor..
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Paath, Francin E., Rumdasih Y., Heryati. 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: ECG.
Sediaoetama, A. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Simatupang, M. Romauli. 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan
Keturunan terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di
Kecamatan Medan Baru Kota Medan. http://www.researchgate.
net/publication/42324723_Pengaruh_Pola_Konsumsi_Aktivitas_Fisik_dan_Ket
urunan_terhadap_Kejadian_Obesitas_dada_Siswa_Sekolah_Dasar_Swasta_
di_Kecamatan_Medan_Baru_Kota_Medan (Sitasi tanggal 2 Desember 2010).
Usmiati, Sri. 2009. Bakso Sehat. Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Vol. 31 No. 6 Tahun 2009. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian Bogor.
Wijayahadi, Elyma Yoga. 2010. Strategi Penanggulangan Masalah Gizi Lebih di Kota
Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai