PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurang perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa merupakan : suatu
keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan ( kegiatan hidup sendiri ).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian Defisit perawatan diri?
2. Bagaimanakah etiologi Defisit perawatan diri ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Defisit perawatan diri ?
4. Bagaimana pemeriksaann penunjang Defisit perawatan diri ?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis Defisit perawatan diri ?
1
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
Mendapatkan pengalaman dalam Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Devisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura, yang
meliputi pengkajian, penegak diagnosa, merencanakan dan melaksanakan
tindakan keperawatan dan mengevaluasi.
2. Tujuan khusus.
a) Untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan jiwa DPD
b) Untuk menentukan diagnosa pada pasien dengan gangguan jiwa DPD
c) Untuk menentukan intervensi pada pasien dengan gangguan jiwa DPD
d) Untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
jiwa DPD
D. MANFAAT
Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang
telah dilakukannya
2. Penderita dapat memaksimalkan kemampuan untuk dapat mengendalikan
jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan jiwanya
3. Untuk Rumah Sakit Jiwa hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan acuhan dalam memutuskan kebijakan operasional Rumah Saikt Jiwa
agar mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan
4. Pembaca hasil asuhan keperawatan ini semoga dapat menambah
pengetahuan dan masuk dalam mengembangan ilmu keperawatan di masa
yang akan datang
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran . Menurut Depkes (2000),
Penyebab
Kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkem-
Bangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
Perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan yang kurang
Menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
Perawatan diri.
4) Sosial
Kuarang dukungan dan latihan kemapuan perawatan diri lingkungan-
Nya. Situasai lingkungan mempengaruhi latihan kemapuan dalam pera-
Watan diri.
3
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasidefisit perawatan diri adalah kurang
Penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
Yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
Melakukan perawatan diri.
4
3. Jenis-Jenis Desfisit Perawatan Diri.
Menurut Nanda- I (2000), Jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi;
Hambatan kemapuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandiri/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian;
Hambatan kemapuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
Berpakian dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan;
Hambatan kemapuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
Sendiri.
d. Defisit perawatan diri : eliminasi;
Hambatan kemapuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
5
Tanda atau gejala klien dengan deficit perawatan diri
Adalah :
a. Fisik
1) Badan Bau, Pakaian Kotor;
2) Rambut dan kulit kotor;
3) Kuku panjang dan kotor;
4) Gigi kotor disertai mulut bau;
5) Penampilan tidak rapi.
b. Pisikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif;
2) Menarik diri, isolasi diri;
3) Merasa tidak berdaya , rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang;
2) Kegiatan kuarang;
3) Tidak mampu berprilaku sesuai norma;
4) Cara makan tidak teratur BAK Dan BAB di sembarang tempat, godok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.
5. Batasan karakteristik
Menurut Nanda - I (2012) Batasan karakteeristik klien dengan Defisit
perawatan Diri adalah:
a. Defisit perawatan diri: mandi;
1) Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi,
2) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh,
3) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi,
4) Ketidakmampuan menjangkau sumber air,
5) Ketidakmampuan mengatur air mandi,
6) Ketidakmampuan menbasuh tubuh,
b. Defisit perawatan diri : Berpakaian;
1) Ketidakmampuan mengancing pakaian,
2) Ketidakmampuan mendapatkan pakaian,
3) Ketidakmampuan mengenakan artibut pakaian,
4) Ketidakmampuan mengenakan sepatu,
5) Ketidakmampuan mengenakan kaus kaki,
6) Ketidakmampuan melepaskan artibut pakaian,
7) Ketidakmampuan melepas sepatu,
8) Ketidakmampuan melepas kaus kaki,
9) Hambatan memilih pakaian,
10) Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan,
11) Hambatan mengambil pakaian,
12) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah,
13) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas,
14) Hambatan memasang sepatu,
15) Hambatan memasang kaus kaki,
16) Hambatan melepaskan pakaian,
17) Hambatan melepas sepatu,
6
18) Hambatan melepas akaus kaki,
19) Hambatan menggunakan alat bantu,
20) Hambatan mengenakan resleting.
c. Defisit perawatan diri : makan;
1) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukan kedalam mulut,
2) Ketidakmampuan mengunyak makanan,
3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan,
4) Ketidakmampuan menempatkan makanan keperlengkapan makan,
5) Ketidakmampuan mengguankan perlengkapan makan,
6) Ketidakmampuan makan makanan dalam cara yang dapat diterima
Secara sosial,
7) Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman,
8) Ketidakmampuan memakan makanan dengan jumlah memadai,
9) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut,
10) Ketidakmampuan membuka wadah makanan,
11) Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir,
12) Ketidakmampuan memakan untuk dimakan,
13) Ketidakmampuan menelan makanan,
14) Ketidakmampuan mengguanakan alat bantu.
d. Defisit perawatan diri : eliminasi;
1) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat,
2) Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode),
3) Ketidakmampuan naik toilet atau commode,
4) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi,
5) Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode,
6) Ketidakmampuan untuk dudukdi toilet atau commode,
7
(c) Mulut dan gigi bau,
(d) Kulit kusam dan kotor,
(e) Kuku panjang dan tidak terawat.
b. Mekanisme Koping :
1) Regresi,
2) Penyangkalan,
3) Isolasi sosial, menarik diri,
4) Intelektualisasi,
Format / data focus pengkajian pada klien dengan Defisit Perawata Diri
(Keliat dan Akemat, 2009)
a. Status Mental
1. [ ] Tidak rapi
[ ] Pengguanan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakian tidak seperti biasanya
Jelaskan
Masalah
Keperawatan
..
b. Kebutuhan sehari hari
1. Kebersihan diri
[ ] Bantuan minimal [ ] Bantuan total
2. Makan
[ ] Bantuan minimal [ ] Bantuan total
3. BAB/BAK
[ ] Bantuan minimal [ ] Bantuan total
4. Berpakaian /berhias
[ ] Bantuan minimal [ ] Bantuan total
Jelaskan
Masalah
Keperawatan
..
Masalah Keperawatan
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(casua, core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a. Effect
b. Core problem
c. Causa
d. Defisit perawatan diri
e. Menurunnya motivasi perawatan diri
8
Pohon Masalah
Effect
. Menurutnnya Motivasi
Dalam perawatan diri
Core Problem
...........................................
Causa
2. Diagnosa Keperawatan
a. Core problem,
b. Cause,
c. Effect,
d. Defisi Perawatan Diri.
9
3. Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
14
Contoh Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Dalam bentuk Strategi Pelaksanaan
No Klien Keluarga
SPIP SP1K
1 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri Mendiskusikan masalah yang dirasakan
. keluaraga dalam merawat pasien.
2 Menjelaskan Cara menjaga kebersihan Menjelaskan pengertian, tanda dan
diri. gejala deficit perawatan diri yang
dialami pasien berserta proses
3 Membantu pasien mempraktikan cara terjadinya .
menjaga kebersihan diri .
4 Menganjurkan pasien memasukan Mennjelaskan cara cara merawat
dalam jadwal keguiata harian. pasien defisit perawatan diri.
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikan cara
pasien. merawat pasien dengan defisit
perawatan diri.
2 Menjelaskan cara makan yang baik. Melatih keluarga memperaktikan cara
merawat langsung pada pasien defisit
Menganjurkan pasien memasukan perawatan diri.
4 dalam jadwal keguiata harian.
SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
pasien. aktivitas dirumah termasuk meminum
obat
2 Menjelaskan cara elimnasi yang baik. ( discharge planning).
15
4. Implementasi dan Evaluasi
A: SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P pukul 12:00 diruang
perawat klien
Klien:
Memotivasi klien untuk mandi dan
12.00 3 Defisit SP2P Defisit gosok gigi sesuai jadwal harian klien
perawatan perawatan diri : Melakukan SP2P pukul 06:00 dan pukul 16:00
Diri: Mandi, berpakaian, Defisit Perawatan diri
Mandi , makan , eliminasi Mandi, berpakaian, S: suster , saya sudah mandi dan
berpakaian , makan , eliminasi. gosok gigi, nanti akan saya lakukan lagi
makan , - Mengevaluasi sesuai jadwal harian klien pukul 16.00
eliminasi jadwal kegaiatan kita akan latihan cara makan yang
harian klien baik ya sus.
- Menjelaskan cara biasanya sebelu makan saya cuci
makan yang baik tangan saja sus pakai tampa pakai
- Membatu pasien sabun begitupun setelah makan.
memperaktekan berarti saya harus cuci tangan pakai
cara makan yang sabun sebelum dan sesudah makan ya
baik sus.
- Menganjurkan sebelum makan harus berdoa dulu,
pasien setelah berdoaa kemudian menyantap
memasukan ke makanan.
dalam jadwal setelah makan saya harus berdoa
kegiatan harian sus.
klien saya akan melakukan apa yang suster
ajarkan tadi setiap hari sesuai jadwal
17
makan pukul 07.00 pagi.
Pukul 12.00 siang dan18.00 sore hari.
O: - klien kooperatif
- Klien latihan cara makan yang baik
- Klien memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian klie setiap hari
pukul 07.00, 12.00 dan 18.00
A: SP2P tercapai
P:
Perawat :
Lanjutakan SP3P pukul 13.00 diruang
perawatan klien
13.00 3 SP3P Defisit Klien:
Defisit perawatan diri : Memotivasi klien untuk melatih cara
perawatan diri Mandi, berpakaian, Melakukan SP3P makan yang baik sesuai jadwal harian
: Mandi, makan , eliminasi Defisit Perawatan diri klien pukul 07.00 , 12.00 dan 18.00
berpakaian, Mandi, berpakaian,
makan , makan , eliminasi. S: Saya tadi sesuai jadwal harian
eliminasi. - Mengevaluasi mempraktekan makan yang baik sus.
jadwal kegaiatan Jam 12 pas waktu makan siang.
harian klien saya kalau kebelet buang air kecil di
- Menjelaskan cara pojok kamr.
eliminasi yang baiklah sus.. saya tidak akan buang
baik air besar dan kecil si dembarang
- Membatu pasien tempat lagi.
memperaktekan kalau buang air kecil dan besar di
cara eliminasi sembarang tempat saya jarang cebok
yang baik , tapi kalau di kamar mandi biasanya
- Menganjurkan saya cebok.
pasien berarti saya membilas yang bersih
memasukan ke setelah buang air besar harus
dalam jadwal menyiram air dari depan ke belakang
kegiatan harian ya sus ga boleh tebalik.
klien lalu saya bersihkan sisa tinja / air
18
kencing
Dengan menyiramnya dengan air
secukupnya sampai tinja/air kencing
tidak tersisa di WC.
Setelah selesai sebelum saya keluar
WC saya harus merapiakan pakaian
dulu dan mencuci tangan dengan
sabun.
saya mau latihan ini samakan saja
sus dengan jadwal mandi setiap hari
pukul 06.00 pagi dan 16.00 sore,
bolehkan sus?
O: - klien kooperatif
- Klien latihan cara eliminasi yang
baik
- Klien memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian klie setiap hari
pukul 06.00, 12.00 dan 16.00
O: - klien kooperatif
- Klien latihan cara eliminasi yang
baik
- Klien memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian klien setiap hari
pukul 06.30 pagi, dan sore pukul
16.30
20
BAB III
PEMBAHASAN
I. BIODATA
21
II. PENGKAJIAN
PASIEN A PASIEN B
Alasan Masuk RSJ : Alasan Masuk RSJ :
Pasien dirujuk dari PKM Wamena ke RSUD Pasien datang ke RSJ Abepura
Wamena kemudian dirujuk ke RSJD Abepura diantar oleh keluarganya karena
, 6 bulan yang lalu dengan gejala marah- mengalami perubahan perilaku
marah, gelisah , sulit tidur, kabur dari rumah, semenjak pulang dari RSJ pada
jalan-jalan sampai gunung-gunung dan tidak tanggal 26-08-2014, perubahan
pernah mau mandi. tingkah laku seperti : Marah-marah ,
pukul orang tua dan orang sekitar,
serta tidak mau mandi , kotor, tidak
pernah gosok gigi.
Keterangan :
22
Status mental Status mental
Penampilan : pasien tampak kotor, Penampilan: pasien tampak kurang rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, tidak bau badan , tampak otor, kuku panjang,
mau mandi, tidak bisa berdandan. gigi tampak kotor, tidak mandi, tidak bisa
berdandan.
Pembicaraan : pasien tidak mampu Pembicaraan : pasien kooperaif engan
berbicara bahasa indonesia dengan perawat.
baik, hanya mampu berbicara dengan
bahasa wamena.
23
III. KLASIFIKASI DATA
Tn.K Tn.J
DATA DATA OBJEKTIF DATA DATA SUBJEKTIF
SUBJEKTIF SUBJEKTIF
Pasien Pasien tampak : Pasien Pasien tampak :
mengatakan : Pasien tampak mengatakan : Tingkat
Pasien kotor, tidak mau Pasien Kesadaran :
dirujuk dari mandi,penggunaan datang ke composmentis
PKM pakaian tidak RSJ Abepura Kuantitatif : GCS 15
Wamena ke sesuai diantar oleh (E4,V5,M6)
RSUD Kebutuhan mandi di keluarganya Orientasi : pasien
Wamena bantu total karena mampu
kemudian Pengetahuan mengalami membedakan
dirujuk ke kurang tentang perubahan waktu , tempat,
RSJD merawat diri, perilaku orang.
Abepura , 6 personal hygiene semenjak Penampilan:
bulan yang Makan dibantu pulang dari pasien tampak
lalu dengan minimal RSJ pada kurang rapi, bau
gejala BAK/BAK bantuan tanggal 26- badan , tampak
marah- minimal 08-2014, otor, kuku
marah, Tingkat Kesadaran : perubahan panjang, gigi
gelisah , sulit disorientasi orang tingkah laku tampak kotor,
tidur, kabur dan tempat. seperti : tidak mandi,
dari rumah, Kuantitatif : GCS 15 Marah- tidak bisa
jalan-jalan (E4, V5, M6) marah , berdandan.
sampai Tanda-tanda Vital: pukul orang Pembicaraan :
gunung- TD :100/70 tua dan pasien kooperaif
gunung dan orang engan perawat.
mmHg
tidak pernah sekitar, serta Tanda-tanda Vital :
N : 89x/m
mau mandi. tidak mau TD : 120/70
R : 21x/m mandi , mmHg
S : 36C kotor, tidak N : 82x/m
pernah R : 21x/m
gosok gigi. S : 36,4C
24
IV. ANALISA DATA
Tn.K Tn.J
DATA MASALAH DATA MASALAH
Data Subjektif : Defisit Data Subjektif : Defisit
Pasien dirujuk dari PKM Perawatan Pasien datang ke RSJ Perawatan
Wamena ke RSUD Diri Abepura diantar oleh Diri
Wamena kemudian keluarganya karena
dirujuk ke RSJD Abepura mengalami perubahan
, 6 bulan yang lalu perilaku semenjak pulang
dengan gejala marah- dari RSJ pada tanggal 26-08-
marah, gelisah , sulit 2014, perubahan tingkah laku
tidur, kabur dari rumah, seperti : Marah-marah , pukul
jalan-jalan sampai orang tua dan orang sekitar,
gunung-gunung dan tidak serta tidak mau mandi , kotor,
pernah mau mandi. tidak pernah gosok gigi
25
V. POHON MASALAH
Tn.K Tn.J
Perawatan Diri kurang Perawatan Diri kurang
Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri
Isolasi Sosial Resiko Perilaku Sosial
Tn.K Tn.J
Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri
26
VII. STRATEGI PELAKSANAAN
28
VIII. IMPLEMENTASI
31
STRATEGI PELAKSANAAN
35
STRATEGI PELAKSANAAN
39
IX. EVALUASI
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4x8 jam ternya Defisit Perawatan Diri
pada Tn.K tidak dapat teratasi karena :
Pasien kurang kooperatif
Tidak mengikuti anjuran perawat
Tidak ada semangat untuk sembuh
Tidak mau mandi dengan mandiri
Pasien kooperatif
Pasien mau mendengarkan anjuran perawat
Pasien ada semngat untuk sembuh
Pasien minum obat secara teratur
40
BAB IV
HASIL
Karakteristik Respon
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4x8 jam ternya Defisit Perawatan
pada Tn.K umur 45tahun dengan diagnosa medis susp .F. 25.0 (skizoafektif tipe manik)
di ruang GMO Pria RSJD Abepura tidak teratasi, Tn.K umur 45tahun dengan diagnosa
medis susp .F. 25.0 (skizoafektif tipe manik)
teratasi. Hal ini terjadi karena:
Tn.K:
Pasien kurang kooperatif
Tidak mengikuti anjuran perawat
Tidak ada semangat untuk sembuh
Tidak mau mandi dengan mandiri
Tn.J:
Pasien kooperatif
Pasien mau mendengarkan anjuran perawat
Pasien ada semangat untuk sembuh
Pasien minum obat secara teratur
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari kedua pembahasan pada kasus Defisit Perawatan Diri dapat
disimpulkan memiliki dua karakteristik yang berbeda, yaitu: Tn.K umur 45tahun dengan
diagnosa medis susp .F. 25.0 (skizoafektif tipe manik) tidak dapat teratasi karena pasien
tidak kooperatif dengan perawat, tidak mengikuti anjuran perawat, tidak adasemngat untuk
sembuh, tidak mau mandi secar mandiri.
Sedangkan pada Tn.K umur 45tahun dengan diagnosa medis susp .F. 25.0
(skizoafektif tipe manik) dapat teratasi karena pasien koperatif dengan perawat, pasien
mau mendengarkan anjuran perawat, pasien ada semngat untuk sembuh, pasien teratur
minum obat.
B. Saran
Pasien :
Pasien harus selalu mengikuti anjuran dari perawat maupun tim medis, karena
kesembuhan pasien bisa di capai dengan progam yang pihak RSJ tetapkan.
Perawat
Perawat harus selalu memantau dan menjalin hubungan pada pasien agar pasien
bisa lebih kooperatif dan bisa mngikuti segala anjuran yang perawat berikan.
42
DAFTAR PUSTAKA
43