Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita angka penderita
gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang
menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya
tinggal di Negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu
tidak mendapatkan perawatan.
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), di Nanggroe Aceh Darusalam (18,5%),
Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%) dan Jawa
Tengah (6,8%). Berdasarkan Riskesdas (2007) dalam Sri (2013), menunjukkan
bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah
penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang
penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa.
Berdasarkan dari data tersebut menunjukkan bahwa per tahun di Indonesia yang
mengalami gangguan jiwa selalu meningkat. Sedangkan Dalam Prevalensi
Gangguan Jiwa pada Penduduk menurut Provinsi menurut Riskesdas 2007
jumlah gangguan jiwa di papua sekitar 9,7 % dan di papua barat 13,2 %
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan
intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga
individu tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta
keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan jiwa.

1|KEPERAWATAN JIWA
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eni (2012) di Rumah Sakit Jiwa dr.
Amino Gondohutomo Kota Semarang menurut data rekam medik rumah sakit
memiliki kasus yang cukup bervariasi. Pada bulan Oktober 2010 pasien yang
dirawat di ruang psikiatri 90% terdiagnosa skizofrenia. Berdasarkan alasan masuk
rumah sakit jumlah pasien dengan perilaku kekerasan sebanyak 55%. Perilaku
kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku agresi atau kekerasan yang
ditunjukkan secara verbal, fisik atau keduanya kepada suatu objek, orang atau diri
sendiri yang mengarah pada potensial untuk destruktif atau secara aktif
menyebutkan kesakitan, bahaya dan penderitaan (Dyah, 2011).

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melaksanakan manajamen Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien Tn.
J.dengan Perilaku Kekerasan.
b. Tujuan Khusus
Melaksanakan manajamen Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Tn. J.
dengan Perilaku Kekerasan melalui pendekatan proses keperawatan
sebagai berikut:
1) Pengkajian keperawatan pada pasien Tn. J dengan Perilaku Kekerasan.
2) Diagnosa keperawatan pada pasien Tn. J dengan Perilaku Kekerasan.
3) Merencanakan tindakan keperawatan yang akan diberikan pada pasien
Tn. J dengan Perilaku Kekerasan.
4) Implementasi keperawatan pada pasien Tn. J dengan Perilaku
Kekerasan.
5) Mengevaluasi hasil dari implementasi pada pasien Tn. J. dengan
Perilaku Kekerasan

B. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman dan wawasan penulis dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan serta
menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam melaksanakan asuhan
keperawatan jiwa

2|KEPERAWATAN JIWA
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar serta sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan
untuk masa yang akan datang.
3. Bagi Pasien
Diharapkan mampu menjadi pedoman dalam mengatasi penyakit jiwa
terutama pada pasien dengan perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa
4. Bagi Perawat
Sumber referensi dalam penelitian dan penatalaksanaan keperawatan jiwa
yang dimana membantu dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien yang lebih efektif.
5. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengalaman dan wawasan mahasiswa dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan serta
menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam melaksanakan asuhan
keperawatan jiwa
6. Bagi Rumah Sakit
Mengembangkan ilmu keperawatan dalam pelayanan kesehatan jiwa di
rumah sakit agar lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit jiwa kepada pasien .

3|KEPERAWATAN JIWA
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melalui
seseorang secara fisik maupun pkisologis berdasarkan defenisi tersebut perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri orang lain
dan lingkungan perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat
sedang berlangsung perilku kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu,(riwayat
perilaku kekerasan ).
Perilaku kekerasan adalah sesuatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
melakukan tindakan orang lain sering jugan di sebut gaduh gelisah atau amuk di
mana seseorang merah berrespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motoric
yang tidak terkontrol ( Yosep, 2010).

2. Rentang Respon Marah


Menurut Yosep, (2010) perilaku kekerasan merupakan setatus rentang emosi
dan ungkapan kemarahan yang di dimanifestasikan dalam bentuk fisik kemarahan
tersebut merupakan suatu bentuk komunijasi dan peroses penyampayan pesan dari
indisidu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan
pesan bahwa iya tidak setuju , tersinggung , merasa tidak di anggap, merasa
tidak di turuti atau diremehkan . Rentang respon kemarahan indifidu dimulai
dari respon normal (asertif) sampai pada respan sangat tidak normal (maladaptif).
Gambar rentang respon marah (yosep. 2010)

Respon Adaptif
Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan marah


mengungkapkan mencapai tujuan tidak dapat mengekspresikan dan bermusuhan
marah tanpa kepuasan/saat mengungkapkan secara fisik, tapi yang kuat dan
menyalahkan marah dan tidak perasaannya, masih terkontrol, hilang control,
orang lain dan dapat tidak berdaya mendorong disertai amuk,
memberikan menemukan dan menyerah. orang lain merusak
kelegaan. alternatifnya. dengan ancaman. lingkungan.

4|KEPERAWATAN JIWA
3. Tanda Dan Gejala
Menurut tanda dan gejala Yosep (2010) perawat mengidentifikasikan dan
mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Jalan mondar mandir

4. Faktor resiko
Menurut NANDA-I, (2012-2014) factor resiko terbagi dua, yaitu:
a) Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
Definisi: Beresiko menunjukkaan perilaku, yakni individu menunjukkan
dirinya dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional, dan/atau
seksual.
- Ketersediaan senjata
- Bahasa tubuh (misal, sikap tubuh kaku/rigid, mengepal jari dan
rahang,terkunci hyperaktivitas denyut jantung cepat, nafas terengah-
engah, cara berdiri menancam)
- Kerusakan kognitif (misal, ketunadayaan belajar, gangguan defisit
perhatian, penurunan fungsi ntelektual).
- Kejam pada hewan
- Menyalakan api
- Riwayat penganiayaan pada masa kanak-kanak
- Riwayat melakukan kekerasan tak langsung (misal merobek pakaian,
membanting objek yang tergantung di dinding, berkemih di lantai,
defekasi di lantai, mengetuk-ngetuk kaki, teper tantrum, berlari di
koridor, berteriak, melempar objek, memecah jendela, membanti pintu,
agresif seksual)
- Riwayat penyalahgunaan obat
- Riwayat ancaman kekerasan (misal ancaman verbal pada seseorang,
ancaman sosial, melakukan sumpah serapah, membuat catatan/surat
ancaman, sikap tubuh mengancam, ancaman seksual).
- Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
5|KEPERAWATAN JIWA
- Riwayat perilaku kekerasan pada orang lain (misal, memukul
seseorang, melempar objek ke seseorang, menggigit seseorang,
meludahi seseorang, mencakar seseorang, percobaan perkosaan,
pelecehan seksual, mengencingi/membuang kotoran pada seseorang)
- Riwayat perilaku kekerasan antisosial (misal, mencuri, memaksa
meminjam, memaksa meminta hak istimewa, memaksa mengganggu
pertemuan, menolak untuk makan, menolak minum obat, menolak
instruksi)
- Impulsif
- Pelanggaran kendaraan bermotor (misal, sering melanggar lalu lintas,
menggunakan kendaraan bermotor untuk melepaskan kemarahan)
- Gangguan neurologis (misal, EEG positf, CT, MRI, temuan
neurologis, trauma kepala, gangguan kejang).
- Intoksikasi patologis
- Komplikasi perinatal
- Komplikasi prenatal
- Simtomatologi psikosis (misal, perintah halusinasi pendengaran,
penglihatan, delusi paranoid, proses pikir tidak logis, tidak teratur, atau
koheren).
- Perilaku bunuh diri.

b) Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri


Definisi: beresiko melakukan perilaku, yang individu menunjukkan bahwa
dirinya dapat membahayakan dirinya sendiri secara fisik, emosional
dan/atau seksual.
- Usia 15-19 tahun
- Usia 45 tahun atau lebih
- Isyarat perilaku (misal, catatan cinta sedih, menunjukkan pesan
kemarahan pada orang terdekat yang telah menolak dirinya,
mengambil polis asuransi jiwa yang besar)
- Konflik hubungan interpersonal
- Masalah emosional (mis, ketidakberdayaan, putus asa, peningkatan
rasa cemas, panik, marah, permusuhan)

6|KEPERAWATAN JIWA
- Masalah pekerjaan (misal, menganggur, kehilangan/kegagalan
pekerjaan yang sekarang)
- Menjalani tindakan seksual autoerotic
- Latar belakang keluarga (misal, riwayat bunuh diri, kaotik, atau penuh
konflik)
- Riwayat upaya bunuh diri berkali-kali
- Kurang sumber personal (misal, pencapaian yang buruk,
wawasan/pengetahuan yang buruk, afek yang tidak tersedia dan
dikendalikan secara buruk)
- Kurang sumber sosial (misal, rapor yang buruk, isolasi sosial, keluarga
yang tidak responsif)
- Status pernikahan (belum menikah, janda, cerai)
- Masalah kesehatan mental (misal, depresi berat, psikosis gangguan
kepribadian berat, alkoholisme, penyalahgunaan obat)
- Pekerjaan (eksekutif, administrator pemilik bisnis, pekerja profesional,
pekerja semiterampil)
- Masalah kesehatan fisik (misal, hipokondriasis, penyakit terminal
kronis)
- Orientasi seksual (biseksual [aktif], homoseksual [inaktif]
- Ide bunuh diri
- Rencana bunuh diri
- Petunjuk verbal (misal, bicara tentang kematian, lebih baik tanpa
saya, mengajukan pertanyaan tentang dosis obat mematikan)

5. Etiologi
a. Faktor predisposisi
menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah:
1) Teori biologis
a) Neurologic Factor
beragam komponen dari system saraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
menfasilitasi atau menghambat rangsang dan pesan-pesan yang
akan mempengaruhi sifat agresif.
7|KEPERAWATAN JIWA
System limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Genetic factor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007)
dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang
tidur akan terbangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang
yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
c) Cycardian Rhytm
(irama sirkadian tubuh), memagang peranan pada individu.
Munurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti waktu menjelang
pekerjaan dan waktu berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13,
pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk agresif.
d) Biochemistry factor
(faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak (epineprin,
norepineprin, dopamin, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui impuls neurotransmitter ke
otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan
hormon androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan
GABA pada cairan cerebrospinal verterbra dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya perilaku agresif.
e) Brain area disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak
organik,tumor otak, trauma otak, ensepalitis, epilepsy ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori psikologis
a) Teori psikoanalisa

Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh


kembang seseorang ( life span history). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak
tidak mendapat kasih sayangdan pemenuhan kebutuhan air susu yang
cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan

8|KEPERAWATAN JIWA
setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada
Iingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep dini
yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya
dan rendahnya harga did pelaku tindak kekerasan.
b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model
dan peril aku yang ditiru dani media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu
penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton
tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif pula
(makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. la mengamati bagaimana respon
ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana
respon ibu saat marah. la juga belajar bahwa agresivitas
lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk
diperhitungkan.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), laktor-faktor yang dapat mencentuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
- Ekspresi diri , ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian massal dan sebagainya.
- Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
- Kesulitan dalam mengkonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
- Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholism dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
- Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga

9|KEPERAWATAN JIWA
a. Penilaian terhadap stressor
Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak
dari situasi stres bagi individu. itu mencakup kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku, dan respon sosial. Penilaian adalah evaluasi
tentang pentingnya sebuah peristiw a dalam kaitannya dengan
kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan makna, intensitas, dan
pentingnya sebagai konsekuensi dan interpretasi yang unik dan
makna yang diberikan kepada orang yang berisiko (Stuart dan
Laraia, 2001).
Respon perilaku adalah hasil dani respon emosional dan fisiologis, serta
analisis kognitifseseorang tentang situasi stres. Caplan (1981, dalam
Stuart dan Laraia, 2001) menggambarkan empat fase dani respon
peri laku individu untuk menghadapi stres, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stres atau memungkinkan
individu untuk melarikan diri dari itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaaan
eksternal dan setelah mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan
rangsangan emosional yang tidak menyenangkan
4) Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan masalah
dan gejala sisa dengan penyesuaian internal.

b. Sumber koping
Menurut Stuart dan Laraia (2001), sumber koping dapat berupa
aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik defensif,
dukungan sosial, dan motivasi. Hubungan antara individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini.
Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan energi, dukungan
spiritual, keyakinan positif, keterampif an menyelesaikan masalah dan
sosial, sumber daya sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai
dasar harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal
yang paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk
kemampuan untuk mencari informasi, mengidentifikasi masalah,

10 | K E P E R A W A T A N J I W A
menimbang alternatif, dan melaksanakan rencana tindakan. Keterampilan
sosial memfasilitasi penyelesaian masalah yang melibatkan orang lain,
meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama dan dukungan
dari orang lain, dan memberikan kontrol sosial individu yang lebih besar.
Akhirnya, aset materi berupa barang dan jasa yang-bisa dibeli dengan
uang. Sumber koping sangat meningkatkan pilihan seseorang mengatasi di
hampir semua situasi stres. Pengetahuan dan kecerdasan yang lain dalam
menghadapi sumber daya yang memungkinkan orang untuk melihat cara
yang berbeda dalam menghadapi stres. Akhirnya, sumber koping juga
termasuk kekuatan ego untuk mengidentifikasi jaringan sosial, stabilitas
budaya, orientasi pencegahan kesehatan dan konstitusional.

c. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2001 ), mekanisme koping yang dipakai pada
klien marah untuk melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang
sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi
menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan. Misalnya seorang

11 | K E P E R A W A T A N J I W A
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang
tersebut dengan kasar.
5) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia
4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya
karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


Klien mengalami Perilaku kekerasan sukar mengontrol diri dan emosi. Untuk
itu, perawat harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat menerima dan
mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat memakai dirinya sendiri secara
terapeutik dalam merawat klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus jujur, empati, terbuka dan
penuh penghargaan, tidak larut dalam perilaku kekerasan klien dan tidak
menghakimi.
1. Pengkajian
Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Yosep (2009), pada dasarnya pengkajian pada klien perilaku kekerasan
ditujukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual.
a) Aspek biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin
meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat
marah bertambah.
b) Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c) Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan
melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses
intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien

12 | K E P E R A W A T A N J I W A
marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d) Aspek sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-
kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
e) Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral-mempengaruhi hubungan
individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan, ( pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
b. Harga diri rendah kronik
c. Resiko perilaku kekerasan ( diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)

Masalah keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan, (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronis

13 | K E P E R A W A T A N J I W A
Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan (pada diri


sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
effect

Perilaku kekerasan
Core problem

Harga diri rendah kronis


effect

14 | K E P E R A W A T A N J I W A
RENCANA KEPERAWATAN PERILAKU KEKERANGAN
Nama Klien : Tn. J Diagnosa Medis : Skizofrenia
Ruangan : Kronis Pria 1 No. RM : 2871

Tgl No. Diagnosa Perencanaan


Dx Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7
Perilaku 1. Klien dapat 1.1 klien mau membalas 1.1 Beri salam atau pangil nama Hubungan saling percaya merupakan
Kekerasan membina salam klien landasan utama untuk hubungan
hubungan saling 1.2 klien mau menjabat 1.2 Sebutkan nama perawat selanjutnya
percaya tangan sambil jabat tangan
1.3 klien mau 1.3 Jelaskan maksud hubungan
menyebutkan nama interaksi
1.4 klien mau tersenyum 1.4 Jelaskan tentang kontak yang
1.5 klien mau kontak akan dibuat
mata 1.5 Beri rasa aman dan sikap
1.6 Klien mengetahui empati
nama perawat 1.6 Lakukan kontak singkat tapi
1.7 Menyediakan waktu sering
untuk kontrak

2. klien dapat 2.1 klien dapat 2.1 Beri kesempatan untuk Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perasannya mengungkapkan perasannya dapat
penyebab perilaku perasannya 2.2 bantu klien untuk membantu mengurangi stres dan
kekerasan 2.2 klien dapat mengungkapkan penyebab penyebab perasan jengkel/kesal
mengungkapkan jengkel/kesal dapat diketahui

15 | K E P E R A W A T A N J I W A
penyebab perasan
jengkel/kesal(dari diri
sendiri,
dari lingkungan
/orang lain)

3. klien dapat 3.1 klien dapat 3.1 Anjurkan klien - Untuk mengetahui hal yang dialami
mengidentifikasi mengungkapakan mengungkapkan apa yang dialami dan dirasa saat jengkel
tanda tanda perasan marah saat saat marah/jengkel
perilaku marah/jengkel 3.2 Observasi tanda perilaku - Untuk mengetahui tanda-tanda
kekerasan 3.2 kilen dapat kekerasan pada klien klien jengkel/kesal
menyimpulkan tanda- 3.3 Simpulkan bersama klien
tanda jengkel/kesal yang tanda-tanda jengkel/kesal yang - Menarik kesimpulan bersama klien
dialami dialami klien supaya klien mengetahui secara garis
besar tanda-tanda marah/kesal

4. klien dapat 4.1 klien dapat 4.1 Anjurkan klien untuk - Mengekplorasi perasaan klien
mengidentifikasi mengungkapkan perilaku mengungkapkan perilaku terhadap perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa yang bisa dilakukan
kekerasan yang dilakukan dilakukan klien
biasa dilakukan 4.2 klien dapat bermain 4.2 Bantu klien bermain peran - Untuk mengetahui perilaku
peran dengan perilaku sesuai perilaku kekerasan yang kekerasan yang bisa dilakukan dan
kekerasan yang biasa biasa dilakukan dengan bantuan perawat bisa
dilakukan membedakan perilaku konstruktif
4.3 klien dapat 4.3 Bicarakan dengan klien dan destruktif
mengetahui cara yang apakah cara yang klien lakukan
biasa dapat masalahnya selesai? - Dapat membantu klien menemukan
menyesuaikan masalah cara yang dapat menyelesaikan
atau tidak masalah

16 | K E P E R A W A T A N J I W A
5. klien dapat 5.1 klien dapat dapat 5.1 Bicarakan akibat/kerugian - Membantu klien untuk menilai
mengidentifikasi menjelaskan akibat dari dengan cara yang dilakukan perilaku kekerasan yang
akibat perilaku cara yang digunakan dengan klien dilakukannya
kekerasan klien 5.2 Bersama klien menyimpulkan
akibat vara yang digunakan oleh - Dengan mengetahui akibat perilaku
klien kekerasan diharapkan klien dapat
merubah perilaku destruktif yang
dilakukannya menjadi perilaku yang
konstruktif

6. klien dapat 6.1 klien dapat 6.1 Tanyakan pada klienapakah - Agar klien mempelajari cara yang
mengindetifikasi melakukan cara berespon ia ingin mempelajari cara baru lain yang kontruktif
cara kontruktif terhadap kemarahan yang sehat? - Dengan mengidentifikasi cara
dalam merespon secara kontruktif 6.2 Berikan pujian jika klien konstruktif dalam merespon terhadap
kemarahan mengetahui cara lain yang sehat kemarahan dapat membantu klien
6.3 Diskusikan dengan cara lain menemukan cara yang baik untuk
yang sehat mengurangi kejengkelannya
a. secara fisik : tarik nafas dalam sehingga klien tidak stress lagi
jika sedang kesal/memukul bantal/ - Reinforcement positif dapat
kasur atau olah raga atau memotivasi klien dan meningkatkan
melakukan pekerjaan yang harga diri
memerlukan tenaga
- Berdiskusi dengan klien untuk
b. secara verbal : katakan bahwa
anda sedang kesal/ tersinggung/ memilih cara yang lain sesuai dengan
jengkel (saya kesal anda berkata kemampuan klien
seperti itu; saya marah karna
mama tidak memenuhi keinginan
saya)

17 | K E P E R A W A T A N J I W A
c. Secara social : Lakukan dalam
kelompok cara marah yang sehat;
latihan asentif. Latihan
manajemen perilaku kekerasan
d. Secara spiritual : anjurkan klien
sembayang, berdoa, ibadah lain;
meminta pada tuhan untuk diberi
kesabaran, mengadu pada tuhan
kekerasan/ kejengkelan

7. klien dapat 7.1 klien dapat 7.1 Bantu klien memilih cara yang Memberikan simulasi kepada klien
mendemostrasika mendemonstrasikan cara paling tepat untuk klien untuk menilai respon perilaku
n cara mengontrol mengontrol perilaku 7.2 Bantu klien mengidentifikasi kekerasan secara tepat
perilaku kekerasan manfaat cara dipilih
- Membantu klien dalam membuat
kekerasan - Fisik : tarik nafas 7.3 Bantu keluarga klien untuk
dalam, olah raga, menstimulasi cara tersebut keputusan terhadap dipilihnya
menyiram tanaman (roleplay) dengan melihat manfaatnya
- Verbal : 7.4 Bereinforcement positif atau - Agar klien mengetahui cara
mengatakannya secara keberhasilan klien menstimulasi konstruktif
langsung dengan tidak cara tersebut - Ujian dapat meningkatkan motifasi
menyakiti 7.5 Anjurkan klien untuk dan harga diri klien
- Spiritual : sembayang, mengunakan cara yang telah
- Agar klien melaksanakan cara yang
berdoa atau ibadah lain dipelajari saat marah
telahdipilihnya jika ia sedang kesal

8. klien mendapat 8.1 keluarga klien dapat : 8.1 Identifikasi kemampuan -Kemampuan keluarga dalam
dukungan - Menyebutkan cara keluarga merawat klien sikap apa mengidentifikasi akan
keluarga dalam merawat klien yang yang telah dilakukan keluarga memungkinkan keluarga untuk
mengonrol berperilaku kekerasan terhadap klien selama ini
melakukan penilaian terhadap
perilaku - Mengungkapkan rasa 8.2 Jelaskan peran serta keluarga

18 | K E P E R A W A T A N J I W A
kekerasan puas dalam merawat dalam merawat klien perilaku kekerasan
klien - Meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang cara merawat klien
8.3 Jelaskan cara-cara merawat
sehingga keluarga terrlibat
klien
- Terkait dengan cara mengontrol dalammerawat klien
perilaku marah secara kontruktif - Agar keluarga dapat merawat klien
- Sikap tenang, bicara tenang dan dengan perilaku kekerasan
jelas - Agar kelurga mengetahui cara
- Membantu klien mengenal merawat klien melalui demonstrasi
penyebab ia marah yang dilihat keluarga secara
8.4 Bantu keluarga
langsung
mendemonstrasikan cara merawat
klien - Mengesplorasi perasaan keluarga
8.5 Bantu keluarga setelah melakukan demonstrasi
mengungkapkan perasannya
setelah melakukan
demonstrasikan

9. klien dapat 9.1 klien dapat klien dan keluarga mengetahui


9.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang
mengunakan mengungkapkan obat- diminum klien pada keluarga nama- nama obat yang diminum oleh
obat-obatan yang obatan yang diminum klien klien
diminum dan dan kegunannya (jenis,
- klien dan keluarga dapat
kegunaannya waktu, dan efek)
(jenis, waktu, 9.2 klien dapat meminum 9.2 Diskusikan manfaat minum mengetahui kegunaan obat yang
dosis dan efek) obat sesuai program obat dan kerugian berhenti minum dikonsumsi klien
pengobatan obat tanpa seizing dokter - klien dan keluarga mengetahui
prinsip
9.3 Jelaskan prinsip benar minum benar agar tidak menjadi kesalahan

19 | K E P E R A W A T A N J I W A
obat (baca nama yang tertera pada dalam mengonsumsi obat
botol obat, dosis obat, waktu dan - klien dapat memiliki kesadaran
cara minum) pentingnya minum obat dan bersedia
9.4 Ajarkan klien minta obat dan
minum obat dengan kesadaran
minum tepat waktu
9.5 Anjurkan klien melaporkan sendiri
pada perawat/ dokter jika - Mengetahui efek samping sedini
merasakan efek yang tidak mungkin sehingga tindakan dapat
menyenangkan dilakukan segera mungkin untuk
9.6 Beri pujian, jika klien minum menghindari komplikasi
obat dengan benar. - reinforceimet positif dapat
memotifasi keluarga dan klien serta
dapat meningkatkan harga diri

20 | K E P E R A W A T A N J I W A
Rencana Keperawatan Perilaku Kekerasan dalam bentuk Strategi Pelaksanaan

Klien Keluarga
No. SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku Mendiskusikan masalah yang dirasakan
kekerasan. keluarga dalam merawat klien.
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku Menjelaskan pengertian perilaku
kekerasan. kekerasan, tanda dan gejala perilaku
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang kekerasan, serta proses terjadinya
dilakukan. perilaku kekerasan.
4. Mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan.
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
6. Membantu klien mempraktikkan latihan
cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik 1: latihan nafas dalam.
7. Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.

SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Melatih keluarga mempraktikkan cara
Melatih klien mengontrol perilaku merawat klien dengan perilaku
2. kekerasan dengan cara fisik 2: pukul kasur kekerasan.
dan bantal. Melatih keluarga melakukan cara
Menganjurkan klien memasukkan kedalam merawat langsung kepada klien perilaku
3. kegiatan harian. kekerasan.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning).
2. Melatih klien mengontrol perilaku Menjelaskan follow up klien setelah
3. kekerasan cengan cara sosial/verbal. pulang.
Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spritual.
3. Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.
SP5P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat.
3. Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.

21 | K E P E R A W A T A N J I W A
STRAREGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik.

ORIENTASI:
Selamat pagi Bapak, perkenalkan nama saya Sem Yumai, panggil saya Sem,
saya perawat yang dinas di ruangan ini, Nama Bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?
Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
Bapak
Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Bapak? Bagaimana
kalau di ruang tamu?

KERJA:
Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya ibu pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya,
apakah ada penyebab lain yang membuat Bapak marah
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapakstress karena pekerjaan
atau masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang
Bapakrasakan?(tunggu respons pasien).
Apakah Bapakmerasakan kesal kemudian dada Bapakberdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang Bapaklakukan? O..iya, jadi Bapakmarah-marah,
membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini
stress Bapakhilang? Iya, tentu tidak.Apakerugian cara yang Bapak lakukan?
Betul, keluarga jadi takut barang-barang pecah. Menurut Bapakadakah cara
lain yang lebih baik? Maukah Bapakbelajar cara mengungkapkan kemarahan
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, BapakSalah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini Bapak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapakrasakan maka
Bapakberdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiupu perlahan lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapaksudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?

22 | K E P E R A W A T A N J I W A
Nah, sebaiknya latihan ini Bapaklakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya

TERMINASI:
Bagaimana perasaan Bapaksetelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?
Iya jadi ada 2 penyebab Bapakmarah ........ (sebutkan) dan yang Bapak
rasakan ........ (sebutkan)dan yang Bapaklakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapakyang
lalu, apa yang Bapaklakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya pak.Sekarang kita buat jadual latihannya ya
bu, berapa kali sehari ibu mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat
pagi.

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2


a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

ORIENTASI:
Selamat pagi Bapak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya
datang lagi
Bagaimana perasaan Bapaksaat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?
Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua
sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan
tempatnya disini di ruang tamu,bagaimana Bapaksetuju?

KERJA:
Kalau ada yang menyebabkan Bapakmarah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam Bapakdapat melakukan pukul
kasur dan bantal.
Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Bapak?
Jadi kalau nanti Bapakkesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba
bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Bapakmelakukannya.
Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.

23 | K E P E R A W A T A N J I W A
Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI:
Bagaimana perasaan Bapaksetelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba Bapaksebutkan lagi?Bagus!
Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari Bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam
05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-
waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak,
mau berapa kali sehari ibu latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas
dalam ini?
Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik. Mau jam berapa Bapak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai
jumpa&istirahat ya Bapak

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:


a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

ORIENTASI:
Selamat pagi Bapak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi
Bagaimana Bapak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.
Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang
sama?
Berapa lama Bapakmau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?

KERJA:
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.
Ada tiga caranya pak:
Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapakbilang penyebab marahnya
karena minta uang sama adik tidak diberi. Coba Bapakminta uang dengan
baik:dek, saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti bisa dicoba di sini

24 | K E P E R A W A T A N J I W A
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba Bapak praktekkan. Bagus
Bapak
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Bapaktidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan. Coba Bapak praktekkan. Bagus Bapak
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal Bapakdapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu.
Coba praktekkan. Bagus

TERMINASI:
Bagaimana perasaan Bapaksetelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?
Coba Bapaksebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari
Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
Bapakmau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang,
dll. Bagus nanti dicoba ya Bapak!
Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?
Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
Bapakyaitu dengan cara ibadah, Bapaksetuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi?
Baik sampai nanti ya

SP4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisikdan
sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

ORIENTASI:
Selamat pagi Bapak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi Baik, yang mana yang mau dicoba?
Bagaimana Bapak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?
Berapa lama Bapakmau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA:
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapaklakukan! Bagus. Baik, yang
mana mau dicoba?
Nah, kalau Bapaksedang marah coba Bapaklangsung duduk dan tarik napas

25 | K E P E R A W A T A N J I W A
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak
reda juga, berdoa pada tuhan.
Bapak bisa melakukan ibadah doa setiap minggu yang teratur untuk
meredakan kemarahan.
TERMINASI:
Bagaimana perasaan Bapaksetelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan Bapak. Baik kita
masukkan ibadah di hari minggu ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu merasa
marah
Besok kita ketemu lagi ya bu, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam berapa Bapak? Seperti
sekarang saja, jam 10 ya?
Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah Bapak, setuju Bapak?

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadwal minum obat secara teratur

ORIENTASI:
Selamat pagi Bapak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi Bagaimana Bapak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta berdoa?, apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya.
Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?
Berapa lama Bapakmau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit
FASEKERJA: (perawat membawa obat pasien)
Ibu sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang ibu minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
ibu minum? Bagus!
Obatnya ada empat macam Bapak, yang warnanya orange namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, yang

26 | K E P E R A W A T A N J I W A
merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang,
dan yang warna biru namanya Diazepam agar . Semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya Bapakbisa minum air putih yang tersedia di ruangan.
Bila terasa mata berkunang-kunang, Bapaksebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu
Nanti di rumah sebelum minum obat ini Bapaklihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di
sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya bu, karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya bu.

TERMINASI:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar?
Coba ibu sebutkan lagijenis obat yang ibu minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar?
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya.
Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhmana ibu melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa

SP1Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat


klien perilaku kekerasan di rumah
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain

ORIENTASI:
Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka
ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?
Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?
Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?
Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang
tamu?

27 | K E P E R A W A T A N J I W A
KERJA:
Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu
lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal
yang perlu diperhatikan.
Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan
benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa
direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?
Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah,
itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan
melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau
memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa
dia lakukan?
Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-
tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan
jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik,
verbal, spiritual dan obat teratur. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa
di puji ya bu

TERMINASI:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
bapak?
Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak
Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu
Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah
kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?
Tempatnya disini saja lagi ya bu?

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan


a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat

28 | K E P E R A W A T A N J I W A
d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

ORIENTASI:
Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu
lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.
Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu
tanyakan? Berapa lama ibu mau kita latihan?Bagaimana kalau kita latihan
disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama

KERJA:
Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus
sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!
Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan
Bapak.
Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?
Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang
harus dilakukan bapak adalah.......?
Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan
ini sampai 5 kali.
Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik.
Cara yang kedua masih ingat pak, bu?
Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan
pukul kasur dan bantal.
Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak?
Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba
bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus
sekali bapak melakukannya. Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila
sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara
bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: Bu, Saya perlu uang untuk
beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan. Coba bapak praktekkan. Bagus pak
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu. Coba praktekkan. Bagus
Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?
Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat.
29 | K E P E R A W A T A N J I W A
Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk
meredakan kemarahan.
Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi
tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah
Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat?
Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan
obat? Wah bagus sekali!
Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak
dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara
teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter

TERMINASI:
Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita
latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?
Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?
Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan
yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk
Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!
Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu
bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah
nanti.
Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.

30 | K E P E R A W A T A N J I W A
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG KRONIS PRIA 1 RSJD ABEPURA

A. PENGKAJIAN
Ruang : Kronis Pria 1 Tgl Pengkajian : 21/8/2017
No. RM : 2871 Jam : 11.06 WIT
Tgl masuk RS : 21/11/2014
I. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. J
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 34 tahun
Agama : Kristen Protestan
Suku : Papua
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Status : Belum menikah
Alamat : Kampung Tiba-tiba

b. Identitass Penanggung jawab


Nama : Tn. E
Umur : 57 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Kampung Tiba - tiba
Hub dengan klien : Bapak kandung

II. Alasan Masuk Rumah sakit


Pasien datang ke Rumah Jiwa diantar oleh keluarganya (bapak pasien) karena
mengalami perubahan perilaku semenjak pulang dari RSJ 26/08/2014, perubahan
tingkah laku seperti : Marah- marah, susah tidur, tidak suka suara ribut atau
mendengar anak kecil menangis.
-Pada saat di data: pasien tampak marah marah bicara kasar suara tingg dan
mengancam ,tangan menggegam,tatapan tajam rahang mengatup.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan
III. Faktor Predisposisi
1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu klien sebelumnya
pernah dirawat di RSJ Abepura, pasien mengalami putus obat sehingga terjadi
perubahan perilaku kembali.
2. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama
dengan pasien
3. Pasien tidak mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan.

31 | K E P E R A W A T A N J I W A
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan

IV. Fisik
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 82x/m S: 36,50c R : 20 x/m
2. Ukur : TB : 165cm BB : 66 Kg
3. Pasien mengatakan dirinya merasa selalu sehat (tidak ada keluhan Fisik)
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

V. Psikososial
1. Genogram

Ket: : Laki Laki : Garis Keturunan

: Pasien : Garis Pernikahan

: Wanita : Tinggal Serumah

Penjelasan : Pasien merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara. Pasien tinggal


bersama kedua orangtua dan saudara-saudaranya.
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Pada saat dikaji, pasien mengatakan menyukai seluruh
anggota tubunya.
b. Identitas : pasien merupakan anak ke 2 dari 6 bersudara yang berusia 34
tahun beragama Kristen protestan tinggal di kampung tiba-tiba, pendidikan
terakhir SMP
c. Peran : Dalam keluarga pasien sebagai anak, kakak dan adik. Pasien
merupakan anggota masyarakat di kampung tiba - tiba
d. Ideal Diri : Pasien mengatakan ingin segera pulang kerumah.
e. Harga Diri: Pada saat dikaji pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga baik, dan klien sudah mau berinterakasi dengan teman di
sekitarnya
Masalah Keperawatan : tidak di temukan

32 | K E P E R A W A T A N J I W A
3.Hubungan sosial
a. Pasien mengatakan orang yang berarti adalah mamanya
b. Pasien mau mengikuti kegiatan kelompok yang diadakan didalam ruangan.
Masalah keperawatan : tidak di temukan
3. Spiritual
a. Pasien beragama Kristen protestan
b. Pasien selalu berdoa sebelum makan.
c. Selama di RSJD pasien mengikuti kegiatan ibadah di hari kamis yang
dipimpin oleh perawat. Ibadah yang diikuti adalah berdoa bersama.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
VI. Status mental
1. Penampilan
Penampilan pasien kurang rapi, rambut pendek, bau badan, kuku pendek, gigi
tampak kotor,serta tidak memakai alas kaki.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien kooperaktif, klien dapat menjawab pertanyaan perawat tetapi kurang
jelas, pembicaraan kadang terhenti tiba-tiba di karenakan klien mondar-mandir
(gelisah), kontak mata ada klien menggunakan bahasa indonesia.
Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi verbal dan Resiko perilaku
kekerasan
3. Aktifitas Motorik
Pasien tampak gelisah, suka mengalihkan pandangannya ke tempat lain dan
tidak mau menatap mahasiswa yang mengkaji, sering mengepal tanganya.
mengatupkan dan menggoyang goyang rahangnya.
Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
4. Alam Perasaan
Pasien merasa bosan di kurung terus dan ingin segera pulang, dan tampak
selalu gelisah dengan berjalan mondar mandir
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
5. Afek
Pasien memiliki afek sesuai, dibuktikan pada saat dikaji pasien tersenyum saat
perawat memberi salam kepada pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan
6. Interaksi Selama Wawancara
Pada saat di kaji pasien kooperatiif, namun terkadang tidak mau menatap mata
mahasiswa, pasien menutup matanya dan mengatupkan rahangnya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

33 | K E P E R A W A T A N J I W A
7. Persepsi
- jenis : persepsi sensori halusinasi pendengaran
- isi : klien mengatakan banyak suara berisik orang bertengkar.
Kenyataanya pada sat pengkajian suasana tenang.
- waktu : sianga hari (14:00) dan malam hari (02:00)
- Frekuensi : tidak menentu (saat sendiri )
- Perasaan : klien mengatakan takut saat mendengarkan suara itu.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran

8. Proses Pikir Pasien merupakan seseorang dengan proses pikir yang Flight of
ideas karena pada saat dikaji, ditanyakan perawat mana yang dekat dengan
dia, pasien menjawab paman, namun ketika di minta menyebutkan secara rinci
berubah menjadi suster yang lebih dekat dengan dia,, lalu tiba- tiba pasien
mengatakan mau pulang ketemu keluarga.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Isi Pikir
Pasien memiliki gangguan dengan halusinasi pendengaran:
Di buktikan dengan pada saat di ruang makan ada mahasiswa yang bicara
dengan mahasiswa yang lain, pasien langsung memperhatikan dan ekspresi
wajah pasien langsung berubah,, pasien marah
Masalah keperawatan : Waham Curiga

10. Tingkat Kesadaran


GCS : 15, (E:4 , M: 5 , V: 6)
Pasien memiliki kesadaran composmentis (CM)
Orientasi :
pasien mampu membedakan pagi, siang dan malam hari
pasien mampu membedakan ruang makan , kamar mandi dan
tempat tidur
Pasien mampu membedakan antara teman, suster dan dokter di
ruangan
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan
11. Memory
Gangguan daya ingat panjang : Pasien tidak mampu mengingat nama
guru SMPnya.
Gangguan daya ingat jangka pendek : pasien dapat menyebutkan menu
makan tadi pagi yaitu makan kue dan minum teh.
Gangguan daya ingat saat ini :Tidak ditemukan. Pasien mampu
menyebutkan hari sekarang saat dikaji.
Masalah Keperawatan : gangguan memori jangka panjang
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung.

34 | K E P E R A W A T A N J I W A
Konsentrasi : Pasien dengan konsentrasi yang mudah beralih dan pasien
mampu berhitung saat mahasiswa menyuruh pasien berhitung 1-10.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsentrasi

13. Kemampuan penilaian


Pasien mampu mengambil keputusan sederhana di buktikan dengan,saat di
berikan kesempatan pada pasien untuk memilih mandi dulu atau makan dulu
klien menjawab mandi dulu,agar lebih segar.

14. Daya tilik diri


Pasien tidak mampu menjelaskan apa kekurangannya
Pasien tidak mampu menjelaskan apa kelebihannya
Masalah keperawatan : Gaangguan proses pikir.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Pasien mampu makan sendiri dengan cara makan yang baik dan benar.
Pasien suka makan apa saja dan tidak ada makanan pantangan.
2. BAB/BAK
Pasien mampu BAB / BAK sendiri (mandiri)
3. Mandi
Pasien mampu mandi sendiri namun perlu diingatkan waktunya serta
diingatkan tentang cara mandi yang baik dan benar(Bantuan minimal)
4. Berpakaian / berias
Pasien mampu perpakaian sendiri namun perlu diingatkan cara
berpakaian yang rapi. (bantuan minimal)
Pasien mengatakan dalam satu hari ganti pakaian sebanyak 2 kali
sehari.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
5. Istirahat / tidur
Tidur siang : Jarang tidur siang, namun jika tidur siang lamanya sekitar
2 jam
Tidur malam : tidak dikaji
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan
6. Penggunaan obat
Pasien butuh pengawasan dalam terapi obatnya
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa dirinya punya keluarga yang bisa membantu dalam
menjaga kesehatannya atau merawat.
8. Kegiatan dalam rumah
Pasien nonton TV , makan, istirahat (tidur), dan merokok

9. Kegiatan di luar rumah

35 | K E P E R A W A T A N J I W A
Pasien jalan-jalan di sekitar ruangan
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan.

VIII. Mekanisme koping


1. Adaptif
Pasien mau berinteraksi dengan orang lain.
2. Maladaptif
Pasien mau berinteraksi dengan orang lain dan lebih senang merokok.
Masalah Keperawatan :Tidak ditemukan

IX. Masalah psikososial


1. pasien mau berinteraksi dengan kelompok serta mau berbicara dengan teman
kamar.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pada saat di kaji pasien mau menjawab dan peduli pada lingkungan, misalnya
jika ada sampah klien mau memungutnya.
3. Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan tidak tau
4. Masalah dengan pekerjaan
Pasien mengatakan tidak tau
5. Masalah perumahan
Pasien mengatakan tidak tau
6. Massalah ekonomi
Pasien mengatakan tidak tau
7. Pasien Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan tidak ada
Masaalah keperawatan : Gangguan proses pikir

X. Pengetahuan kurang tentang


Pasien mau menjawab saat di kaji walaupun suaranya kurang jelas

XI. Tindakan

36 | K E P E R A W A T A N J I W A
1. Tindakan Medis :
Diagnosa medis : Skizofrenia hebefrenik alam perasaan
Theraphy medis :
NO Nama Obat Dosis Obat Fungsi Obat
Antipsikotik yang digunakan untuk
gejala psikotis (kumpulan gejala
1 Clozapine 2,5 mg (1 - 0 -1) gangguan jiwa dimana seseorang
merasa terpisah dari kenyataan
sebenarnya.
Digunakan untuk mengobati gejala
penyakit Parkinson atau gerakan
2 Trihexyphenidile 2 mg (0 0 1 )
tidak normal yang tak terkendali
akibat efek samping obat
Digunakan untuk mencegah
200 mg (-0-
3. Carbamazepine terjadinya kejang-kejang akibat
)
epilepsi.
Diunakan untuk mengobati
gangguan jiwa / suasana hati tertentu
100 gr (0 0
3 Chlopromazine (gangguan psikotik, fasemanik dari
1)
gabungan bipolar, masalahprilaku
yang parah pada anak anak.

2. Tindakan Keperawatan
Hari
Jenis Terapy Tipe Tujuan
/Tanggal
Klien dapat
mengespresikan stimulus
Senin, 21 yang di paparkan
Stimulus Presepsi Menyusun
Agustus kepadanya dengan tepat,
Sensori Umum Puzzel
2017 dan dapat menyelesaikan
masalah yang timbul dari
stimulus yang di alami
Klien dapat mengenal
Stimulus Presepsi
Selasa, 22 musik, memberi respon,
Sensori Mendengarkan
Agustus dan menceritakan perasaan
Mendengarkan Musik
2017 setelah mendengarkan
Musik
musik

37 | K E P E R A W A T A N J I W A
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien Mengatakan : Klien Tampak
-Klien berbicara dengan nada tinggi dan DO : pasien tampak
mengancam - Marah marah tanpa sebab
-merasa bosan di kurung terus dan ingin - Tatapan tajam
segera pulang - bicara kasar suara tinggi dan
mengancam
klien mengatakan banyak suara berisik - Ekspresi wajah tegang dan gelisah
orang bertengkar. - Jalan mondar mandir
Kenyataanya pada sat pengkajian suasana - Rahang mengatup dan digerakan-
tenang. gerakan
- Tangan menggenggam

-Penampilan pasien kurang rapi,


rambut pendek, bau badan, kuku pendek,
gigi tampak kotor,serta tidak memakai
alas kaki

-Klien kooperaktif, klien dapat menjawab


pertanyaan perawat tetapi kurang jelas

-Expresi wajah klien tiba-tiba berubah


. atau curiga

-Pasien dengan konsentrasi yang mudah


beralih

- Tanda vital :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/m
- S: 36,50c
- R : 20 x/m
- : TB : 165cm
- BB : 66 Kg

38 | K E P E R A W A T A N J I W A
ANALISA DATA

DATA MASALAH KEPERAWATAN


DS :
Klien Mengatakan :
-Klien berbicara dengan nada tinggi dan
mengancam
-merasa bosan di kurung terus dan ingin Resiko Perilaku Kekerasan
segera pulang

DO : pasien tampak
- Marah marah tanpa sebab
- Tatapan tajam
- bicara kasar suara tinggi dan
mengancam
- Ekspresi wajah tegang dan gelisah
- Jalan mondar mandir
- Rahang mengatup dan digerakan-
gerakan
- Tangan menggenggam

- Tanda vital :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/m
- S: 36,50c
- R : 20 x/m
- : TB : 165cm
BB : 66 Kg

39 | K E P E R A W A T A N J I W A
XII. Pohon Masalah

marah-marah, tidak suka orang ribut

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Defisit perawatan diri

Koping individu tidak efektif Koping Keluarga :Tidak


mampu merawat pasien
dirumah makanya dibawa
ke RSJ

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


Gangguan jiwa dimasa lalu - Lingkungan sekitar pasien yang ribut
Putus obat

Sumber : (damayanti, 2012 )

XIII. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Perilaku kekerasan


2. Defisit perawatan diri
3. Hambatan komunikasi verbal
4. Gangguan persepsi sensori
5. Halusinasi Pendengaran
6. Waham Curiga
7. Gangguan konsentrasi

XV. Diagnosa Keperawatan Prioritas

resiko Perilaku Kekerasan

40 | K E P E R A W A T A N J I W A
41 | K E P E R A W A T A N J I W A
42 | K E P E R A W A T A N J I W A
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. J


Umur : 34 Tahun
No. RM : 2871
Fase : SP1P
Jam / Tanggal : 11.00 WIT/ senin 21 agustus 2017
Tujuan : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat perilaku kekerasan serta latihan cara mengontrol
marah secara fisik-1 : Latihan nafas dalam.
A. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang, perkenalkan nama saya Paman AG, biasa dipanggil
Paman AG Saya mahasiswa dari Akper RS. Marthen Indey. Nama
lengkapnya siapa kah? Senangnya di panggil siapa?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana kah perasaan hari ini?
c. Kontrak
Topik: kita cerita sebentar ya tentang penyebab marahnya J.
Waktu : Kita cerita sekitar 15 menit ya.
Tempat : kita ngobrolnya di sini saja ya.
2. Fase kerja
Bapak J masih ada rasa marah kah? Apa yang menyebabkan Bapak J
marah? Kalau bapak J di rumah marah apa yangg bikin? Apa akibatnya
kalau bapak J marah-marah? Ya bapak J betul sekali semua keluarga
bapak J nanti jadi ketakutan sama perilaku Bapak J. Bapak J paman ajar
cara mengontrol marah ya. Caranya begini kalau sudah mulai rasa marah
Bapak J berdiri terus tarik nafas dari hidung, tahan sebentar terus
hembuskan pelan-pelan dari mulut. Ayo coba bapak J lakukan. Bagus .
Nanti kalau rasa marah muncul latihan tarik napas sendiri ya.

43 | K E P E R A W A T A N J I W A
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak J setelah kita cerita-cerita, senang kah?
b. Evaluasi objektif
Bapak J masih ingat paman punya nama kah tidak? ingat yang paman
ajar kah tidak? Coba ulang dulu.
c. Rencana tindak lanjut
Bapak J ingat-ingat yang kita bicarakan siang ini ya.
d. Kontrak
Bapak J kita ngobrolnya sampai disini dulu ee. Besok kita ketemu
lagi buat cerita-cerita latihan cara yang lain untuk mengontrol marah.
Kita ngobrolnya sekitar jam 10. Selamat siang.

44 | K E P E R A W A T A N J I W A
A. Catatan Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan
Nama pasien : Tn. J.
Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Tangg Keperawatan
al
senin , Perilaku 4. Fase orientasi Jam 13.30
21/08/ Kekerasan S : Pasien mengatakan:
d. Salam terapeutik
2017 - Siang
Selamat siang, perkenalkan nama saya Paman AG,
- Iya
biasa dipanggil Paman AG Saya mahasiswa dari Akper - Iya, baik
RS. Marthen Indey. Nama lengkapnya siapa kah? - Iya
- Tidak marah
Senangnya di panggil siapa?
- Tidak tau, di rumah marah
e. Evaluasi/validasi pukul-pukul
Bagaimana kah perasaan hari ini? - Takut semua
- Perasaan bagus
f. Kontrak
- Masih ingat
Topik: kita cerita sebentar ya tentang penyebab
marahnya J. O: Pasien tampak:
Waktu : Kita cerita sekitar 15 menit ya. - Membalas salam
- Kontak mata kurang
Tempat : kita ngobrolnya di sini saja ya. - Mau menyebutkan nama
- tidak kooperatifMengingat
5. Fase kerja nama perawat
- Mampu menyebutkan
Bapak J masih ada rasa marah kah? Apa yang
penyebab dan akibat marah

45 | K E P E R A W A T A N J I W A
menyebabkan Bapak J marah? Kalau bapak J di rumah - Mengungkapkan
marah apa yangg bikin? Apa akibatnya kalau bapak J perasaannya
- Melakukan latihan control
marah-marah? Ya bapak J betul sekali semua keluarga
marah secara fisik 1 yaitu
bapak J nanti jadi ketakutan sama perilaku Bapak J. Bapak
J paman ajar cara mengontrol marah ya. Caranya begini
kalau sudah mulai rasa marah Bapak J berdiri terus tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar terus hembuskan pelan-
pelan dari mulut. Ayo coba bapak J lakukan. Bagus . Nanti
kalau rasa marah muncul latihan tarik napas sendiri ya.

6. Fase Terminasi
e. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak J setelah kita cerita-cerita,
senang kah?
- menarik napas dalam
f. Evaluasi objektif A: SP1P berhasil,
Bapak J masih ingat paman punya nama kah tidak? P : lanjut SP2P
ingat yang paman ajar kah tidak? Coba ulang dulu.
g. Rencana tindak lanjut
Bapak J ingat-ingat yang kita bicarakan siang ini ya.

46 | K E P E R A W A T A N J I W A
h. Kontrak
Bapak J kita ngobrolnya sampai disini dulu ee. Besok kita ketemu
lagi buat cerita-cerita latihan cara yang lain untuk mengontrol
marah. Kita ngobrolnya sekitar jam 10. Selamat siang.

Umur : 34 tahun
Ruangan : Kronis Pria 1
No. RM : 2871

47 | K E P E R A W A T A N J I W A
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. J


Umur : 34 Tahun
No. RM : 2871
Fase : SP2P
Tujuan : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik-2 dan menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.
Jam / Tanggal : 10.00 WIT/ selasa 22 Agustus 2017

A. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak J .
b. Validasi/evaluasi
Bagaimana kabarnya hari ini? Masih ingat namanya Paman tidak?
c. Kontrak
Topik : Hari ini kita cerita-cerita tentang cara mengontrol marah
yang ke 2 ya.
Waktu : kita cerita-cerita 15 menit saja ya.
Tempat: dimana kita cerita-cerita? Di sini saja ya

2. Fase kerja
bapak J hari ini sudah latihan tarik nafas dalam kah belum? Kalau bapak J
sudah mulai rasa marah, selain dengan nafas dalam bapak J juga juga bisa
mengontrolnya dengan cara memukul bantal. Sekarang ayo kita latihan
pukul bantal. Jadi kalau bapak J sudah mulai rasa marah bapak J langsung
saja lampiaskan kemarahannya bapak J dengan memukul bantal. Ayo coba
sekarang bapak J lakukan. Bagus, bapak J sudah bisa.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak J setelah kita cerita-cerita?

48 | K E P E R A W A T A N J I W A
b. Evaluasi objektif
bapak J masih ingat tidak tadi kita cerita-cerita apa? Coba bapak J
lakukan lagi yang tadi sudah diajari? Ya bagus sekali. Jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak J ya.
c. Rencana tindak lanjut
bapak J ingat-ingat ya yang tadi sudah suster ajarkan
d. Kontrak
bapak J kita cerita-ceritanya sampai sini dulu ya. Sebantar jam 13.00
kita ketemu lagi ya. Kita ngobrol cara mengontrol marah yang ketiga.
Selamat pagi.

49 | K E P E R A W A T A N J I W A
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. J


Umur : 34 Tahun
No. RM : 2871
Fase : SP3P
Tujuan : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien
mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal dan
menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

Jam / Tanggal : 13.00 WIT/ selasa 22 Agustus 2017

A. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak J .
b. Validasi/evaluasi
Bagaimana perasaannya siang ini? Masih ingat namanya paman
tidak?
c. Kontrak
Topik : Siang ini kita cerita-cerita tentang cara mengontrol marah
yang ke 3 ya.
Waktu : kita cerita-cerita 15 menit saja ya.
Tempat: dimana kita cerita-cerita? Di sini saja ya

2. Fase kerja
bapak J sudah latihan menarik nafas dalam dan memukul bantal atau
belum? Jika bapak J sudah menyalurkan rasa marah dengan cara tarik
nafas dalam dan memukul bantal, setelah lega kita berbicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya, yaitu :
- Meminta dengan baik tanpa dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kamarin bapak J bilang marahnya ke
bapak gara-gara bapak J waras kenapa di masukkan Ke RSJ toh. Coba

50 | K E P E R A W A T A N J I W A
bapa J bicara ke bapak dengan baik : Pak kenapa saya di masukkan ke
RSJ saya kan waras ? Coba bapak J lakukan. Ya bagus!!.
- Menolak dengan baik, bila ada yang menyuruh dan bapak J tidak ingin
melakukannya, contohnya : maaf saya tidak bisa melakukannya karena
saya sedang ada kerjaan. Coba bapak J praktekkan. Ya Bagus!!
- Mengungkapkan perasaan kesal, katakan: saya jadi ingin marah
dengan perkataanmu itu, tetapi tidak dengan nada kasar apalagi
mengancam. Coba bapak J praktikan. Bagus bapak J.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak J setelah kita cerita-cerita?
b. Evaluasi objektif
bapak J masih ingat tidak tadi kita cerita-cerita apa? Coba bapak J
lakukan lagi yang tadi sudah diajari? Jangan lupa masukkan dalam
jadwal kegiatan harian bapak J ya.
c. Rencana tindak lanjut
G ingat-ingat ya yang tadi sudah suster ajarkan
d. Kontrak
G kita cerita-ceritanya sampai sini dulu ya. Besok kita ngobrol-
ngobrol lagi ya kira-kira jam 9. Kita ngobrol cara mengontrol marah
yang ke 4. Selamat siang.

51 | K E P E R A W A T A N J I W A
Selasa Perilaku Jam 10.00 WIT Jam 10.30
22/08/ kekerasan SP2P S:Pasien mengatakan:
2017 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, latihan cara mengontrol - Iya pagi
perilaku kekerasan secara fisik-2 dan menganjurkan pasien memasukan dalam - Baik
jadwal kegiatan harian. - Iya, baik
1. Fase orientasi - Iya
a. Salam terapeutik - Sudah paman
Selamat pagi bapak J . - Iya
- Iya paman
b. Validasi/evaluasi
- Perasaan baik
Bagaimana kabarnya hari ini? Masih ingat namanya Paman tidak? - Kalo marah pukul bantal saja
c. Kontrak - Iya paman
Topik : Hari ini kita cerita-cerita tentang cara mengontrol marah
yang ke 2 ya.
Waktu : kita cerita-cerita 15 menit saja ya.
Tempat: dimana kita cerita-cerita? Di sini saja ya
O: Pasien tampak:
- Membalas salam
2. Fase kerja - Kontak mata kurang
bapak J hari ini sudah latihan tarik nafas dalam kah belum? Kalau bapak J - Tidak kooperatif
sudah mulai rasa marah, selain dengan nafas dalam bapak J juga juga bisa - Mampu mengatasi marah
mengontrolnya dengan cara memukul bantal. Sekarang ayo kita latihan dengan memukul bantal
pukul bantal. Jadi kalau bapak J sudah mulai rasa marah bapak J langsung - Mampu mengungkapkan
saja lampiaskan kemarahannya bapak J dengan memukul bantal. Ayo coba perasaannya
-
sekarang bapak J lakukan. Bagus, bapak J sudah bisa.
A : Masalah teratasi

P : lajut SP3P

52 | K E P E R A W A T A N J I W A
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak J setelah kita cerita-cerita?
b. Evaluasi objektif
bapak J masih ingat tidak tadi kita cerita-cerita apa? Coba bapak J
lakukan lagi yang tadi sudah diajari? Ya bagus sekali. Jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak J ya.
c. Rencana tindak lanjut
bapak J ingat-ingat ya yang tadi sudah paman ajarkan
d. Kontrak
bapak J kita cerita-ceritanya sampai sini dulu ya. Sebantar jam 13.00
kita ketemu lagi ya. Kita ngobrol cara mengontrol marah yang ketiga.
Selamat pagi.

53 | K E P E R A W A T A N J I W A
Selasa Resiko Perilaku Jam 13.00 WIT Jam 13.40
22/08/ kekerasan SP3P S:Pasien mengatakan:
2017 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan secara sosial atau verbal dan menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak J . O: Pasien tampak:
b. Validasi/evaluasi
Bagaimana perasaannya siang ini? Masih ingat namanya paman
tidak?
c. Kontrak
Topik : Siang ini kita cerita-cerita tentang cara mengontrol marah
yang ke 3 ya. A:
Waktu : kita cerita-cerita 15 menit saja ya.
Tempat: dimana kita cerita-cerita? Di sini saja ya

2. Fase kerja
bapak J sudah latihan menarik nafas dalam dan memukul bantal atau P:
belum? Jika bapak J sudah menyalurkan rasa marah dengan cara tarik
nafas dalam dan memukul bantal, setelah lega kita berbicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya, yaitu :
- Meminta dengan baik tanpa dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kamarin bapak J bilang marahnya ke
bapak gara-gara bapak J waras kenapa di masukkan Ke RSJ toh. Coba

54 | K E P E R A W A T A N J I W A
bapa J bicara ke bapak dengan baik : Pak kenapa saya di masukkan ke
RSJ saya kan waras ? Coba bapak J lakukan. Ya bagus!!.
- Menolak dengan baik, bila ada yang menyuruh dan bapak J tidak ingin
melakukannya, contohnya : maaf saya tidak bisa melakukannya karena
saya sedang ada kerjaan. Coba bapak J praktekkan. Ya Bagus!!
- Mengungkapkan perasaan kesal, katakan: saya jadi ingin marah
dengan perkataanmu itu, tetapi tidak dengan nada kasar apalagi
mengancam. Coba bapak J praktikan. Bagus bapak J.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak J setelah kita cerita-cerita?
b. Evaluasi objektif
bapak J masih ingat tidak tadi kita cerita-cerita apa? Coba bapak J
lakukan lagi yang tadi sudah diajari? Jangan lupa masukkan dalam
jadwal kegiatan harian bapak J ya.
c. Rencana tindak lanjut
G ingat-ingat ya yang tadi sudah suster ajarkan
d. Kontrak
G kita cerita-ceritanya sampai sini dulu ya. Besok kita ngobrol-
ngobrol lagi ya kira-kira jam 9. Kita ngobrol cara mengontrol marah
yang ke 4. Selamat siang.

55 | K E P E R A W A T A N J I W A
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn.J. tindakan yang
dilakukan sesesuai konsep teori adalah membina hubungan saling percaya,
memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya,
membantu pasien mengungkapkan rasa jengkel marah pada diri sendiri,
menganjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat
marah, jengkel, observasi tanda, perilaku kekerasan pada pasien serta
mengajarkan pasien menarik napas dalam, mengajarkan pasien mengontrol
marah dengan memukul bantal atau kasur, mengajarkan pasien
mengungkapkan perasaannya saat marah dengan kata-kata yang tidak kasar,
menolak dengan baik jika ada yang menyuruh serta mengungkapkan perasaan
kesal tanpa harus mengancam orang lain, mengajarkan pada pasien jika marah
langsung duduk kemudian tarik napas dalam. Jika tidak redah juga marahnya
ambil alkitab/berdoa serta menjelaskan manfaat obat serta kerugian berhenti
minum obat dan menjelaskan prinsip 5 benar minum obat (Damaiyanti, 2012)

B. SARAN
1. Untuk pasien / keluarga:
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.
a. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit
masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang
menyebabkan klien jengkel.
b. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat
dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain
c. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik
didalam ruangan maupun diluar ruangan.
d. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan
dokter.
e. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

56 | K E P E R A W A T A N J I W A
2. Untuk perawat :
a. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji
pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan
marah.
b. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu
menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.
c. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan energi kemarahannya
dengan cara yang konstruktif.
d. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan
aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.
e. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

3. Untuk di Rumah Sakit :


a. Dapat mempertahankan keperawatan yang komprehensif yang telah
dilakukan selama ini.
b. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub
keperawatan.

4. Untuk mahasiswa :
a. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus
kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
b. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya
dalam bidang keperawatan jiwa.

57 | K E P E R A W A T A N J I W A
DAFTAR PUSTAKA

th
Carpenito. 2014. Handbook of Nursing Diagnosis (6 ed). Philadelphia: edition.
Davis company

Damaiyanti M & Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Repika Aditama.


Bandung

Depkes RI, 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta

Dermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Dyah, dkk. 2011. Jurnal: Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia
Dengan Assertivenes Training (AT).

Fitria. 2013. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan & Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP) dan SP. Salemba Medika. Jakarta

Hidayati Eni. 2012. Jurnal: Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap


Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Kota Semarang.

Kazuo Mukaromi. 2007. Misteri DNA. Mizan.

Keliat. 1999. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. EGC.


Jakarta.

Kusnadi. 2015. Keperawatan Jiwa. Bina Rupa Aksara. Tangerang

Nyumirah sri. 2013. Jurnal Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif,


Afektif dan Perilaku) Melalui Penerapa terapi Perilaku kognitif Di RSJ DR
Amino Gondohutomo Semarang.

WHO. 2001. The World Health Report 2001, World Health Orgaization

58 | K E P E R A W A T A N J I W A
LAMPIRAN 1
Jadwal Kegiatan Harian Pasien
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
JAM KEGIATAN
M B T M B T M B T M B T M B T M B T
06.00 Bangun pagi

06.30 Merapikan tempat tidur

07.00 Mandi

07.30 Sarapan

07.45 Minum obat


09.30 Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1: Latihan
nafas dalam
10.30 Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1: Pukul
kasur dan bantal
11.00 Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara sosial/verbal
12.00 Makan siang

12.45 Minum Obat

13.00 Istirahat

59 | K E P E R A W A T A N J I W A
16.00 Mandi

17.30 Makan

17.45 Minum Obat

21.00 Tidur

Keterangan:
M : Mandiri
B : Bantuan
T : Total

60 | K E P E R A W A T A N J I W A
61 | K E P E R A W A T A N J I W A

Anda mungkin juga menyukai