Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

A. DEFINISI

AIDS ( Acquired Imunodeficiency Syndrome ) adalah sekumpulan gejala atau


penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
Virus HIV ( Human Imunodeficiency Virus ) yang termaksud family retroviridae.
AIDS merupakan tahapan akhir dari infeksi HIV (Sudoyo Aru,dkk 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam
kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan
tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi
patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.
1.faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :
a) bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,
b) bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,
c) bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,
d) bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,
e) anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan
salah seksual), dan
f) anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
2. Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:
a) Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal.
Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada
waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
b) Selama persalinan (intrapartum)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 1


c) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan
aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir
sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara
persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding vagina, infeksi cairan
ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode pada
kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar
CD4 pada ibu.
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko
transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah
kurang dari 4 jam sebelum persalinan.
d) Bayi tertular melalui pemberian ASI
Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu).
ASI diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi
median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel,
partikel virus ini dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai
factor yang dapat mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain
mastitis atau luka di puting, lesi di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon
imun bayi. Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting
penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko tranmisi dua kali lipat.

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala
yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 2


2. Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)


(2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain.

2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun
tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis
seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas),
diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.

3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Gejala Minor.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 3


Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan mengikut fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6
minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah
demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise,
anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis,
periferal neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous
maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma
viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika
seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual.
Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun
terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami
limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.

2. Fase asimptomatik
ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV
akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit
secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan
tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik
daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah.

3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 4


D. PATOFISIOLOGI

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa
dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan
dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada
saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV
) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang
juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded
DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian
terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali
virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan
oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel
T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi
antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh
terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan
penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 5


mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi
infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

E. PATHWAY

F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam
rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit
di balik sternum (nyeri retrosternal).

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 6


2. Neurologik
a) ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC;
AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala,
kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal,
gangguan efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic,
psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan kematian.
b) Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang.
diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.
3. Gastrointestinal
a) Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui
untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB
awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan
demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan
gejala ini.
b) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi,
dan dehidrasi.
c) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik.Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
d) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan
diare.

4. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-
batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi
oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI),
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 7


5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas
kulit.
moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh
pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS
juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering
dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.
6. Sensorik
a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
b) Pendengaran :otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-
reaksi obat.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Mendeteksi dini antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)


2. Tes ELISA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western Blot
4. Serologis : Skrining HIV dengan ELISA, Tes Western Blot , Lmfisit T
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologist
7. Tes fungsi paru, broskoscopi

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
a) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
ASKEP AIDS PADA ANAK Page 8
b) Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada.
c) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
d) Mengatasi dampak psikososial
e) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
f) Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution).

2. Pengobatan
a) Pengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis infeksi
oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset yang luas telah
dilakukan dan menunjukkan kesimpulan rekomendasi pemberian kotrimoksasol
pada penderita HIV yang berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang memiliki
kadar CD4 < 15% hingga dipastikan bahaya infeksi pneumonia akibat parasit
Pneumocystis jiroveci dihindari. Pemberian Isoniazid (INH) sebagai profilaksis
penyakit TBC pada penderita HIV masih diperdebatkan. Kalangan yang setuju
berpendapat langkah ini bermanfaat untuk menghindari penyakit TBC yang berat,
dan harus dibuktikan dengan metode diagnosis yang handal. Kalangan yang
menolak menganggap bahwa di negara endemis TBC, kemungkinan infeksi TBC
natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk menetapkan kasus
mana yang memerlukan pengobatan dan yang tidak.
b) Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin
untuk toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang diberikan sesuai
kondisi klinis yang ditemukan pada penderita.
c) Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai
obat ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradikasi
virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4 memori.
Pengobatan infeksi HIV dan AIDS sekarang menggunakan paling tidak 3 kelas anti
virus, dengan sasaran molekul virus dimana tidak ada homolog manusia. Obat

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 9


pertama ditemukan pada tahun 1990, yaitu Azidothymidine (AZT) suatu analog
nukleosid deoksitimidin yang bekerja pada tahap penghambatan kerja enzim
transkriptase riversi. Bila obat ini digunakan sendiri, secara bermakna dapat
mengurangi kadar RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya
progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada
jangka panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten terhadap obat.
3. Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
a) Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar
vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif untuk menularkan HIV.
b)Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru
dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti
mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.

c) Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi
pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang
terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena
HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak
tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks,
2005)

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 10


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK


DENGAN HIV-AIDS

2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif, mencakup:
a. Pengetahuan klien tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)

2. Data Objektif, meliputi:


a. Kulit, lesi, integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas

3. pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
c. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung kongestif
sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
d. Pengkajian Respiratori
e. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas
pendek waktu istirahat, gagal napas.
f. Pengkajian Neurologik
g. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-kejang,
enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium, meningitis,
keterlambatan perkembangan.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 11


h. Pengkajian Gastrointestinal
i. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis mulut,
selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronis,
pembesaran limfa.
j. Pengkajain Renal
k. Pengkajaian Muskuloskeletal
l. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
m. Pengkajian Hematologik
n. Pengkajian Endokrin

4. Kaji status nutrisi


a.Kaji adanya infeksi oportunistik
b.Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

2.2 Dapatkan riwayat imunisasi


Dapatkan riwayat yang berhubungan dengan faktor resiko terhadap aids pada anak-anak:
exposure in utero to HIV-infected mother, pemajanan terhadap produk darah, khususnya
anak dengan hemophilia, remaja yang menunjukan prilaku resiko tinggi.
Obsevasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak: gagal tumbuh, limfadenopati,
hepatosplenomegali
Infeksi bakteri berulang
Penyakit paru khususnya pneumonia pneumocystis carinii (pneumonitys inter interstisial
limfositik, dan hyperplasia limfoid paru).
Diare kronis
Gambaran neurologis, kehilangan kemampuan motorik yang telah di capai sebelumnya,
kemungkinan mikrosefali, pemeriksaan neurologis abnormal
Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian missal tes antibody serum.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 12


2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi, kelelahan, nyeri, kecemasan
3. Hipertermia b.d proses penyakit, peningkatan metabolisme, dehidrasi
4. Nyeri b.d agen injury biologis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
6. Kurang Pengetahuan b.d kurangnya paparan atau informasi
7. Deficit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
8. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status metabolik
9. Resiko infeksi dengan factor resiko prosedur Infasif, malnutrisi, imonusupresi ,
ketidakadekuatan imun buatan , tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi), tidak adekuat pertahanan tubuh primer
10. Kelelahan b.d anemia, status penyakit
11. Tidak efektifnya mekanisme koping keluarga b.d kemampuan dalam mengaktualisasi diri
12. Deficit perawatan diri b.d kelemahan fisik

2.4 Intervensi Keperawatan

Menurut Wong, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan pada anak, yang menderita HIV antara lain

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

Tujuan : Anak menunjukkan jalan nafas yang efektif

Intervensi :

a) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tidak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius,

R/ : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
napas bronkhial dapat juga terjadi pada area konsolidasi.

b) Mengkaji ulang tanda-tanda vital (irama dan frekuensi, serta gerakan dinding dada

R/ : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris terjadi karena
ketidaknyaman gerakan dinding dada dan atau cairan paru-paru

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 13


c) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan
batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi

R/ : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru/jalan napas lebih kecil.


Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan
dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat

d). Penghisapan sesuai indikasi

R/ : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tidak mampu melakukan karena batuk tidak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran

e) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat
dari pada dingin

R/ : Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

f)Memberikan obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti


bronchodilator)

R/ : alat untuk menurunkan spasme bronkhus dengan memobilisasi sekret, obat


bronchodilator dapat membantu mengencerkan sekret sehingga mudah untuk
dikeluarkan

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Tujuan : anak dapat menunjukan pola napas yang efektif

Intervensi :

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi paru. Catat upaya pernafasan,
termaksud penggunaan otot bantu.

R/ Kecepatan biasanya meningkat. Dispnue dan terjadi peningkatan kerja nafas.


Kedalaman pernafasan berfariasi tergantung derajat gagal nafas.

2. Auskultasi bSunyi nafas dan catat adanya bunyi seperti ronchi.

R/ Bunyi nafas menurun / tidak ada bila jalan nafas obstruktif sekunder terhadap
pendarahan, Ronki dan mengi menyertai obstrusi jalan nafas/ kegagalan nafas.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 14


3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun sari tempat
tidur dan ambulansi sesegera mungkin.

R/ Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan pernafasan.

4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering / iritasi. Sputum berdarah dapat


mengakibatkan infark jaringan.

5. Berikan oksigen tambahan.

R/ Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder


terhadap reaksi antigen dan antibody

Tujuan :Anak akan mempertahankan suhu tubuh kurang dari 37,5 oC

Intervensi :

1. Pertahankan lingkungan sejuk, dengan menggunakan piyama dan selimut yang tidak
tebal serta pertahankan suhu ruangan antara 22o dan 24 oC

R/ : Lingkungan yang sejuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan cara


radiasi

2. Beri antipiretik sesuai petunju

R/ : Antipiretik seperti asetaminofen (Tylenol), efektif menurunkan demam

3. Pantau suhu tubuh anak setiap 1-2 jam, bila terjadi peningkatan secara tiba-tib

R/ : Peningkatan suhu secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang

4. Beri antimikroba/antibiotik jira disaranka

R/ : Antimikroba mungkin disarankan untuk mengobati organismo penyebab.

5. Berikan kompres dengan suhu 37 oC pada anak untuk menurunkan demam

R/ : kompres hangat efektif mendinginkan tubuh melalui cara konduksi

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 15


4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

Tujuan :Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal dengan kriteria hasil anak
mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup

Intervensi :

1. Berikan makanan dan kudapan tinggi kalori dan tinggi protein

R/ : Untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk metabolisme dan pertumbuhan

2. Beri makanan yang disukai anak

R/ : Untuk mendorong agar anak mau makan

3. Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi, misalnya susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas

R/ : Untuk memaksimalkan kualitas asupan makanan

4. Berikan makanan ketika anak sedang mau makan dengan baik

R/ : Ketika anak mau makan adalah kesempatan yang berharga bagi perawat
maupun orang tua untuk memberikan makanan sehingga porsi yang disediakan
dihabiskan

5. Gunakan kreativitas untuk mendorong anak

R/ : Dapat menarik minat anak untuk makan dan menghabiskan porsi makanan
yang disediakan

6. Pantau berat badan dan pertumbuhan

R/: Pemantauan berat badan dilakukan sehingga intervensi nutrisi tambahan dapat
diimplementasikan bila pertumbuhan mulai melambat atau berat badan turun

7. Berikan obat antijamur sesuai instruksi

R/ : Untuk mengobati kandidiasis oral

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 16


5. Perubahan eliminasi (diare) yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus
sekunder proses inflamasi system pencernaan

Tujuan : Orang tua melaporkan penurunan frekuensi defekasi dengan kriteria, konsistensi
feases kembali normal dan orang tua mampu mengidentifikasi/menghindari
faktor pemberat.

Intervensi :

1. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus

R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.

2. Tingkat tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur

R/ : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila


infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

3. Buang feses dengan cepat dan berikan s

R/ : rapat membantu mengurangi atau menghilangkan nyeri

4. Rencanakan jadual awal pencegahan bila analgesik efektif dalam mengurangi nyeri
yang terus menerus

R/ : Untuk mempertahankan kadar analgesik mantap dalam darah

5. Anjurkan penggunaan premedikasi untuk prosedur yang menimbulkan nyeri

R/ : Dapat mengurangi nyeri pada saat dilakukan tindakan perawatan

6. Gunakan catatan pengkajian nyeri

R/ : Untuk mengevaluasi efektifitas intervensi keperawatan

6. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (misal: ensefalopati, pengobatan).

Tujuan : Pasien tidak menunjukkan atau tidak ada bukti nyeri atau peka rangsang dengan
kriteria hasil bukti-bukti atau peka rangsang yang ditunjukkan anak minimal
atau tidak ada

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 17


Intervensi :

1. Kaji nyeri dan gunakan strategi nonfarmakologis

R/ : Teknik-teknik seperti relaksasi, pernapasan dalam berirama dan distraksi


dapat membuat nyeri dapat lebih ditoleransi

2. Untuk bayi dapat dicoba tindakan kenyamanan umum (misalnya: mengayun,


menggendong, membuai, menurunkan stimulus lingkungan

R/ : Dapat mengurangi nyeri atau mengalihkan nyeri anak

3. pengharum ruangan

R/ : menurunkan bau tidak sedap untuk menghindari rasa malu pasien

4. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare (misalnya sayuran segar,
buah, sereal, bumbu, minuman karnonat, produks susu)

R/ : Menghindarkan irirtan

5. Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap dan hindari minuman dingin

R/ : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan


rangsang makanan/cairan. Makan kembali secara bertahap cairan mencegah kram
dan diare berulang, namun cairan yang dingin dapat meningkatkan motilitas usus

6. Berikan kolaburasi antibiotik

R/ : Mengobati infeksi supuratif fokal

7. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan


pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare

Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat dengan kriteria hasil : tidak ada ada tanda-
tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit
normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai).

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 18


Intervensi :

1. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.

R/ : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi


pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang
mempengaruhi intervensi.

2. Pantau tanda-tanda vital.

R/ : hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan


kekurangan cairan.

3. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan.

R/ : elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari
muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.

4. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.

R/ : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan


sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.

5. Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma ekspander
sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan.

R/ : gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu


penggangtian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi,
misalnya ketidak seimbangan.

8. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dermatitis seboroik dan
herpers zoster sekunder proses inflamasi system integument

Tujuan : Anak menunjukkan integritas kulit yang utuh dengan kriteria hasil : infeksi virus
herpes tidak meluas, anak tidak menggaruk kulit yang terinfeksi dan orang tua
mendemonstrasikan cara perawatan kulit untuk mencegah kerusakan kulit.

Intervensi :

1. Pasang alat pelembab dalam rumah untuk menghindari kulit terlalu kering

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 19


R/ : Kulit yang kering dapat mempermudah terjadinya kerusakan kulit sehingga
perlu dijaga kelembabannya sehingga kulit tidak mudah lecet

2. Bersihkan daerah yang tidak infeksi

R/ : membersighan daerah yang tidak terinfeksi dapat mencegah terjadinya


perluasan infeksi kulit

3. Sarankan klien untuk tidak menggaruk

R/ : Menggaruk dapat mendorong terjadinya diskountinuitas jaringan kulit, apa


bila jika dilakukan dengan keras/kuat

4. Kulit yang mengeras dan bersisik jangan dikupas, biarkan terkelupas sendir

R/ : berusaha mengelupas/melepas kulit yang bersisik dapat memicu terjadinya


luka pada kulit yang bersisik

5. Pemberian antibiotik sistemik

R/ : pemberian antibiotik dapat membantu membasmi bakteri sehingga infeksi


kulit tidak meluas

9. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit


yang mengancam hidup

Tujuan : Pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat dan keluarga dapat
terlibat dengan kelompok-kelompok khusus

Intervensi :

1. Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi dan dukungan

R/ : dengan mengkaji masalah yang dihadapi keluarga perawat dapat membuat


rencana intervensi yang tepat serta dapat melakukan pendekatan dengan keluarga
dengan cara yang tepat.

2. Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan

R/ : Tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya sangat


diperlukan perawat dapat menentukan intervensi yang tepat

3. Tekankan dan jelaskan penjelasan profesional kesehatan tentang kondisi anak,


prosedur dan terapi yang dianjurkan serta prognosanya

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 20


R/ : penjelasan yang tepat dari profesional akan mempertegas bahwa informasi
yang didapatkan tentang penyakit dan terainya tersebut tepat

4. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang


penyakit dan terapinya dan ulangi informasi sesering mungkin

R/ : Untuk memfasilitasi keluarga belajar dan meningkatkan kemampuannya


dalam merawat klien

5. Bantu orang tua mengintepretasikan perilaku dan respon bayi atau anak

R/ : Menginteoretasikan perilaku dan respon bayi atau anak secara tepat dapat
membantu keluarga dalam mengambil keputusan kapan harus lapor perawat atau
dokter

6. Sambut keberadaan keluargatanpa batas

R/ : untuk meningkatkan hubungan keluarga

7. Dorong keluarga untuk memberikan barang-barang yang berarti dan dapat diatur pada
anak

R/ : Untuk memberikan rasa aman

8. Rujuk pada kelompok pendukung dan lembaga-lembaga khusus (mis yayasan


HIV/AIDS Indonesia)

R/ : untuk dukungan interpersonal tambahan dan konkret (misalnya pelayanan


sosial, rohaniawan dan yayasan HIV AIDS Indonesia.

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 21


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN HIV-AIDS

3.1 PENGKAJIAN
I. Identitas Klien :
Nama/nama panggilan : An. A.
Tempat tanggal lahir/usia : Poasia, 27 Mei 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14
Tanggal masuk : 18 Mei 2017
Tanggal pengkajian : 19 Mei 2017
Diagnosa Medik : HIV-AIDS

II. Identitas Orang Tua


1. Ayah
a. N a m a : Tn. T.L.
b. U m u r : 27 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Buruh Pabrik
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14

2. Ibu
a. N a m a : Ny. R
b. U s i a : 25 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 22


3. Identitas Saudara Kandung
No. N a m a Us ia Hubungan Status Kesehatan
1. - - - -

III. Keluhan Utama


Orangtua klien mengeluhkan anaknya mengalami demam dan sering batuk disertai sesak
nafas.

IV. Riwayat Kesehatan.


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
. Demam dirasakan sejak 3 hari yang lalu disertai dengan batuk sesak . Ibu klien mengatakan
anaknya juga buang buang air sejak 1 hari yang lalu , dan terdapat bercak-bercak terasa gatal
pada kulit, klien tidak mau menyusu. Dengan alasan tersebut orang tua klien membawa klien ke
RS untuk di periksa.

2. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)

1) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan 3 kali
Keluhan selama hamil Ngidam, kadang-kadang demam dan lemas
Riwayat terkena sinar tidak ada
Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg
Imunisasi 2 kali
Golongan darah Ibu : lupa /golongan darah ayah : A

2) N a t a l
Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan
Lama dan jenis persalinan : Spontan/normal
Penolong persalinan Dokter Kebidanan
Tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan
daerah vagina).

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 23


3) Post Natal
Kondisi Bayi : BB lahir 2,9 kg, PB 45 cm
Pada saat lahir kondisi anak baik
(untuk semua usia)
Penyakit yang pernah dialami demam setelah imunisasi
Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada
Imunisasi belum lengkap
Alergi belum nampak
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara : Anak pertama

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga : Ibu klien positif HIV

VI. Riwayat Imunisasi


Waktu Reaksi setelah
No. Jenis Imunisasi Pemberian pemberian
1. BCG 1 bulan Demam
2. DPT Lupa Demam
3. Polio - -
4. Campak - -
5. Hepatitis Lupa Lupa

VII. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan : BB lahir 2,9 kg, BB masuk RS : 10 kg.
2. Tinggi Badan : PB lahir 45 cm, PB masuk RS : 80 Cm
3. Waktu tumbuh gigi pertama : 12 bulan
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat :
1. Berguling : 4 bulan

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 24


2. Duduk : 5 bulan
3. Merangkak : 5 bulan
4. Berdiri : 7 bulan
5. Berjalan : 9 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
7. Bicara pertama kali : 1 tahun
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya

VIII. Riwayat Nutrisi


a. Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : satu jam setelah lahir
2. Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin : 15-20 manit
4. Diberikan sampai usia : Sampai saat ini

b. Pemberian Susu Formula : SGM


Tidak pernah diberikan susu formula hanya ASI
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini :
Us i a Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0 - saat ini Asi Masih berlangsung saat ini

IX. Riwayat Psiko Sosial


Anak tinggal di rumah sendiri
Lingkungan berada di tepi kota
Rumah tidak ada fasilitas lengkap
Di Rumah tidak ada tangga yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, anak bebas
bermain di luar dengan teman-temannya
Hubungan antar anggota kelurga baik
Pengasuh anak adalah orang tua

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 25


X. Riwayat spiritual
1. Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
2. Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan

XI. Reaksi Hospitalisasi


a. Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
1. Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir dan cemas tentang keadaan anaknya yang
demam terus
2. Dokter menceritakan sebagaian kecil kondisi anaknya dan kelihatannya orang tua belum
mengerti hal ini dibuktikan dengan ekspresi wajah orang tua dan pertanyaan yang timbul
sekitar keadaan anaknya
3. Orang tua saat masuk di RS sangat merasa khwatir dengan keadaan anaknya dan selalu
menanyakan kondisi anaknya
4. Orang tua selalu menjaga anaknya bergantian antara ayah, ibu dan dan keluarga yang lain.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
1. Anak belum mampu berbicara

XII. Aktivitas Sehari-hari


a. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
1. Keinginan Menyusu Baik Kurang
2. Frekwensi Menyusui 7 kali Tidak pernah

b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman ASI Tidak ada
2. Frekwensi minum Setiap kali haus Sering
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui Tergantung
4. Cara pemberian ASI Infuse

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 26


c. Eliminasi (BAB & BAK)
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Tempat pembuangan Kain sarung Popok
2. Frekwensi/waktu BAK= sering BAK = sering,
BAB = 2 x sehari BAB = 4-6x sehari
3. Konsistensi Sering encer Encer d.
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak pernah
digunakan

d.Istirahat/Tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Jam tidur 12.00 14.00 Jam 14.00-15.00
- .Siang Jam 20.00- 06.00 Jam 21.00-7.30
- . Malam
2. Pola tidur Tidur dilaksanakan pada Tidur dilaksanakan pada
siang dan malam hari siang dan malam hari
3. Kebiasaan sebelum tidur Menyusu Menyusui
4. Kesulitan tidur Gelisah Sering terbangun karena
popoknya basah oleh
feses.
e. Olahraga
Tidak dikaji

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 27


f. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. 1.Mandi
- .Cara Dikerjakan oleh orang Tidak pernah mandi
tua hanya dilap badan
- . frekwensi 2 x sehari 1 x sehari/
- .alat mandi Sabun melap badan
2. Pake air hangat.
2.Cuci rambut Kadang-kadang
- .. frekwensi Tidak menentu Belum pernah
- Cara Dikerjakan oleh orang dilakukan
tua

3. 3.Gunting kuku
- frekwensi Setiap kali kuku terlihat belum pernah
panjang dilakukan
- Cara Di kerjakan oleh orang
tua
4.Gosok gig

Setiap kali mandi Belum pernah


Frekwensi
dilakukan
Dikerjakan oleh orang
- Cara tua

g. Aktifitas/mobilitas fisik
Tidak dikaji
h. Rekreasi
Tidak dikaji

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 28


3.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak
Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum dan cengeng bila diajak bermain.
Berpakaian bersih karena selalu dijaga oleh ibunya.

b. Tanda-tanda vital:
Suhu : 38,5 C
Nadi : 156x/m
Pernafasan : 35x / m

c. Antropometri
- Panjang badan : 70 cm
- Berat badan : 10 kg
- Lingkaran lengan atas : tidak dikaji
- lingkaran kepala : tidak dikaji
- lingkaran dada : tidak di kaji
- Lingkaran perut : tidak dikaji
- Skin fold : tidak dikaji

d. Head To Toe
Kulit : Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak dan gatal
Kepal dan leher :
I: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada Peradangan.
P: Normal, tidak ada benjolan dikepala
P: -
A: -
Kuku : Jari tabuh
Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan fxungsi penciuman
normal
Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 29


Mulut dan gigi :Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan
perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan
bibir pecah-pecah
Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
Dada :
I : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada
P: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak adanya pembesaran hati
P: nada sonor
A: Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahanTidak ada retraksi dinding dada (+).
Abdomen :
I : Nampak normal, simetris kiri kanan
P: Turgor jelek ,tidak ada massa, terdapat nyeri tekan pada bagian kanan bawah
P : Bunyi timpany (+). Kembung (-)
A: terdengar bunyi peningkatan peristaltic/ bising usus dan tidak ada krepitasi abdomen.
Perineum dan genitalia :Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang

Ekstremitas : klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot
lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit
I: Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala / tanda oedema. Jumlah jari lengkap.terdapat
keterbatasan gerak ekstremitas bawah
P: Akral hangat, terdapat keterbatasan gerak ekstremitas atas.
P: reflek tendon kurang
A: -
Skala kekuatan otot 3 3
3 3
e. Sistem Pernafasan
Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub mandibula.
Dada :
o Bentuk dada : Normal
o Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 30


o Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
o Suara nafas : ronki
o Suara nafas tambahan : ronki
o Tidak ada clubbling finger

f. Sistem kardiovaskuler :
Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler , tekanan vena
jugularis : tidak meninggi
Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
Capillary refilling time > 2 detik

g. Sistem pencernaan:
Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus yang
menyerang usus
Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,
Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
h. Sistem indra
1. Mata : agak cekung
2. Hidung : Penciuman kurang baik,
3. Telinga
o Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran penyakit
o Fungsi pendengaran kesan baik
i. Sistem Saraf
1. Fungsi serebral:
Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
Bicara : -
Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti perintah) = 6,
verbal (bicara normal) = 5

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 31


2. Fungsi kranial :Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I
Nervus XII.
3. Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua
4. Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal
6. Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.

j. Sistem Muskulo Skeletal


1. Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2. Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas
.bergerak, aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.
3. Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik
4. Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif

k. Sistem integumen
warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

l. Sistem endokrin
Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,
Tidak ada riwayat diabetes

m. Sistem Perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang.
Tidak ditemukan odema
Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu

n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatal

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 32


o. Sistem Imun
Klien tidak ada riwayat alergi
Imunisasi lengkap
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
Riwayat transfusi darah tidak ada

XIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


1. 6 tahun ke atas
a. Perkembangan kognitif : Klien mampu bekerja sama dengan orang lain hal ini dibuktikan
dengan klien sering bermain bola bersama teman-temannya waktu sebelum sakit.
b. Perkembangan motorik : klien mampu menggunakan sepeda dengan sendirinya

XIV. Terapi Saat ini :


Infus RL 20 tts/m
Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai pengganti vaksin poliovirus
(OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV)
Keperawatan :
Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah kemungkinan
terjadi infeksi
Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu
azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus,
sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
Mengatasi dampak psikososial
Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur yang
dilakukan oleh tenaga medis
Hasil Laboratorium tanggal 28 Maret 2011: Tidak dikaji

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 33


XV. Klasifikasi Data
Data Subjektif
Keluarga klien mengatakan anaknya batuk-batuk dan sesak
Keluarga klien mangatakan anaknya demam terus-menerus
Keluarga klien mengatakan muncul bercak-bercak di tubuh anaknya
Keluarga klien mengatakan, klien tidak mau makan/malas makan
Ibu klien mengatakan anaknya susah menelan akibat luka-luka pada mulutnya
Keluarga klien mengatakan anaknya sering buang air besar dan encer
Keluarga klien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, maka dari itu anaknya di
bawa ke RS.

Data Objektif
Klien selama di RS nampak batuk terus dan gelisah nampak sesak sesak
Klien nampak teraba panas dengan Suhu 38,50C, : Nadi :156x/menitRR :35x/menit
Nampak terlihat bercak-bercak dan klien selalu menangis menggaruk badannya yang gatal.
Klien nampak cengeng bila ingin disusui.
Klien nampak selalu mengeluh ingin BAB dan diRS terhitung 4-5/hari
Kulit klien nampak kering, nampak cekung pada mata
Keluarga klien nampak gelisah dan selalu menanyakan kondisi anaknya.

XVI. Analisa Data


No Data Etilogi Masalah
1 DS : Bersihan jalan
o Ibu klien mengatakan nafas tidak efektif
Kandidiasis
anaknya batuk-batuk dan
sesak
DO :
o Klien selama di RS Menginfeksi
nampak batuk terus dan bronkus
gelisah nampak sesak
sesak dan terdapat Aktivitas bronkus

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 34


secret pada lobussebelah berkurang
kanan atas.
Tanda-tanda vital:
Suhu 38,50C, : Penumpukan sekret
Nadi :156x/menit
RR :35x/menit Batuk inefektif
2 DS : Hipertermi
o Ibu klien mangatakan Kuman
anaknya demam terus- mengeluarkan
menerus endotoksin
DO :
Klien nampak teraba
panas dengan Merangsang
suhu 38,50C, :
pengeluaran zat
Nadi :156x/menit
RR :35x/menit pirogen oleh
leukosit pada
jaringan yg
meradang

Melepas zat IL-1,

prostaglandin E2
(pirogen leukosi &
pirogen endokrin

Mencapai
hipotalamus (set
point)

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 35


3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder terhadap reaksi
antigen dan antibody

ASKEP AIDS PADA ANAK Page 36


ASKEP AIDS PADA ANAK Page 37

Anda mungkin juga menyukai