BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak plasenta lahir
pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan
penanganan yang cepat bias mendatangkan syok yang fatal. Salah satu penyebabnya
di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh
25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak
yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
(Nugroho, 2012). Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan secara pasti,
faktor penyebab diantaranya: usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko plasenta
previa, multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya pendek, riwayat seksio
2
sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan janin, leiloma uteri, risiko relatif
menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup
pada periode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009 Angka Kematian Ibu (AKI)
masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup. Dari hasil survey tersebut
terlihat adanya peningkatan angka kematian ibu di Indonesia (Depkes RI, 2009).
Sedangkan Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak 237 per 100.000
kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada tahun 2005 didapati
kurang lebih 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa itu sendiri (Depkes RI.
2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36
Disamping masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi
jika tidak ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28
tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu
segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasentadari dinding uterus.
plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta
nutrisi dari ibu kepada janin. Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta seperti kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh
karena itu, pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan
2.2. Klasifikasi
klinis biasanya tidak terlalu sukar untuk menentukannya adalah plasenta previa dan
solusio plasenta. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi
sebagai berikut :
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
uteri internum pada waktu diadakan pemeriksaan. Dalam hal ini dikenal empat
b. Plasenta previa lateralis, apabila hanya sebagian dari jalan lahir (ostium
uteri internum) tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal).
d. Plasenta letak rendah, apabila plasenta mengadakan implantasi pada
segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan
jalan lahir. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir
pembukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
jalan lahir. Misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi
plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu juga plasenta previa totalis
5
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablatio plasentae, abruptio plasentae,
placenta. Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
Berdasarkan gejala klinik dan luasnya plasenta yang lepas, maka solusio plasenta
Luas plasenta yang terlepas kurang dari1/4 bagian, perut ibu masih lemas dan
bagian janin mudah teraba, janin masih hidup, tanda persalinan belum ada,
jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml, terjadi perdarahan
Luas plasenta yang terlepas lebih dari1/4 bagian tetapi belum sampai 2/3 bagian,
perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit diraba, jumlah darah yang keluar
lebih banyak dari 250 ml tapi belum mencapai 1000 ml, ibu mungkin telah jatuh
ke dalam syok, janin dalam keadaan gawat, tanda-tanda persalinan biasanya telah
2.3. Epidemiologi
2.3.1. Distribusi Frekuensi
Perdarahan antepartum terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan, yang
terdiri dari plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahanyang belum jelas
sumbernya. Seperti yang dikutip oleh D.Anurogo, Insidence Rate(IR) plasenta previa
di Amerika Serikat terjadi pada 0,3-0,5% dari semua kelahiran. Menurut FG
Cuningham di Amerika Serikat (1994) ditemukan IR perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa 0,3% atau 1 dari setiap 260 persalinan.
Di Indonesia, plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan
(IR 0,5%).28Menurut penelitian HR Soedartodi RSU Uli Banjarmasin tahun 1998-
2001 tercatat proporsi plasenta previa 82,9% atau 92 kasus dari 111 perdarahan
antepartum. Di RS Santa Elisabeth Medan (1999-2003), ME Simbolon menemukan
90 kasus plasenta previa dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 77,6%)
dengan kematian perinatal 4,4%.
7
b. Pendidikan
Ibu yang mempunyai pendidikan relatif tinggi, cenderung memperhatikan
kesehatannya dibandingkan ibu yang tingkat pendidikannya rendah.
Denganpendidikan yang tinggi, diharapkan ibu mempunyai pengetahuan dan
mempunyai kesadaran mengantisipasi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya,
sehingga timbul dorongan untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala
dan teratur.
c. Paritas
Paritas dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu :
1) nullipara, yaitu golongan ibu yang belum pernah melahirkan.
2) primipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 1 kali.
3) multipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 2-4 kali.
4) grandemultipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 5 kali.
Frekuensi perdarahan antepartum meningkat dengan bertambahnya paritas.
Perdarahan antepartum lebih banyak padakehamilan dengan paritas tinggi. Wanita
dengan paritas persalinan empat atau lebih mempunyai resiko besar untuk terkena
dibandingkan dengan paritas yang lebih rendah.
Pada paritas yang tinggi kejadian perdarahan antepartum semakin besar
karena endometrium belum sempat sembuh terutama jika jarak antara kehamilan
pendek. Selain itu kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang
kali direnggangkan, kehamilan cenderung menimbulkan kelainan letak atau kelainan.
pertumbuhan plasenta. Akibatnya terjadi persalinan yang disertai perdarahan yang
sanngat berbahaya seperti plasenta previa dan solusio plasenta.
Penelitian A.Wardhana dan K.Karkata (2001-2002) di RS Sanglah Denpasar,
Bali menemukan bahwa resiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar
dibandingkan primigravida.
pertumbuhan plasenta. Akibatnya terjadi persalinan yang disertai perdarahan
yang sanngat berbahaya seperti plasenta previa dan solusio plasenta.Penelitian
A.Wardhana dan K.Karkata (2001-2002) di RS Sanglah Denpasar, Bali menemukan
bahwa resiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
9
e. Kadar Hb
Pada kehamilan anemia relatif terjadi karena volume darah dalam kehamilan
bertambah secara fisiologik dengan adanyapencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah tersebut mulai bertambah jelas pada minggu ke-16 dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke-34 yaitu kira-kira 25%. Meskipun ada
peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume
plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi haemoglobin dalam darah menjadi
lebih rendah.
10
Menurut WHO ( 1979 ) kejadian anemia ibu hamil berkisar antara 20%
sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya.Ibu hamil yang
menderita anemia lebih peka terhadap infeksi dan lebih kecil kemungkinan untuk
selamat dari perdarahan atau penyakit lainyang timbul selama hamil dan melahirkan.
Saat ibu mengalami perdarahan banyak, peredaran darah ke plasenta menurun. Hal
ini menyebabkan penerimaan oksigen oleh darah janin berkurang yang pada akhirnya
menyebabkan hipoksia janin.
f. Tekanan darah
Hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan atau yang kronik tidak jarang
ditemukan pada wanita hamil. Hipertensipada kehamilan adalah apabila tekanan
darahnya antara 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Hipertensi dalam kehamilan
merupakan komplikasi kehamilan sebagai salah satu trias klasik yang merupakan
penyebab kematian ibu. Selain itu, pasiendengan penyakit hipertensi kehamilan
memiliki resiko pelepasan plasenta premature.
pertamanya adalah rasa nyeri pada kandungan yang makin lama makin hebat dan
berlangsung terus menerus. Rasa nyeri yang terus-menerus ini sering kali diabaikan
atau dianggap sebagai tandapermulaan persalinan biasa. Setelah penderita pingsan
karena perdarahan retroplasenter yang banyak, atau setelah tampak perdarahan
pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada keadaan demikian
biasanya janin telah meninggal dalam kandungan.
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh sinus marginalis, biasanya
tanda dan gejalanya tidak khas. Vasa previa baru menimbulkan perdarahan setelah
pecahnya selaput ketuban. Perdarahan yang bersumber pada kelainan serviks dan
vagina biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum
yang seksama. Kelainan-kelainan yang mungkin tampak adalah erosio portionis
uteris, carcinoma portionis uteris, polypus cervicis uteri, varices vulva, dan trauma.
2.5. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama sekali harus dicurigai bahwa hal
itu bersumber dari kelainan plasenta, dengan penyebab utama yaitu plasenta previa
dan solusio plasenta sampai ternyata dugaan itu salah. Diagnosis ditegakkan dengan
adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan
2.5.1. Anamnesis
Plasenta Previa
a. Perdarahan pervaginam yang tanpa nyeri.
b. Warna darah merah terang
Solusio Plasenta
a. Perdarahan pervaginam disertai sakit terus-menerus.
b. Warna darah merah gelap disertai bekuan-bekuan darah
2.5.2. Inspeksi
a. Perdarahan yang keluar pervaginam.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemia
2.5.3. Pemeriksaan fisik ibu
a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
12
2.6. Pencegahan
2.6.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi orang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Pengawasan antenatal memegang peranan yang sangat penting untuk
mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum. Beberapa
pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal yang
dapat mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi ialah pemeriksaan kehamilan
pengobatan anemia kehamilan, menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit atau
di fasilitas kesehatan lainnya, memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta
dan mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1 kunjungan pada
trimester pertama, 1 kunjungan pada trimester kedua, dan 2 kunjungan pada trimester
ketiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya petugas kesehatan memberikan
penerangan tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa hamil. Perlu juga
memberikan penerangan tentang pengaturan jarak kehamilan, serta cara mengenali
tanda-tanda bahaya kehamilan seperti : nyeri perut, perdarahan dalam kehamilan,
odema, sakit kepala terus-menerus, dan sebagainya.
Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan
terhadap infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karena perdarahan juga lebih sering
terjadi pada para ibu yang menderita anemia kehamilan sebelumnya. Anemia dalam
kehamilan, yang pada umumnya disebabkan oleh defisiensi besi, dapat dengan
mudah diobati dengan jalan memberikan preparat besi selama kehamilan. Oleh
karena itu, pengobatan anemia dalam kehamilan tidak boleh diabaikan untuk
mencegah kematian ibu apabila nantinya mengalami perdarahan.
Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang
dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan sedapat
mungkin untuk mengawasi kehamilannya dan bersalin di rumah sakit tersebut.
14
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki
atau bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-minggu
terakhir kehamilan, dapat juga dicurigai kemungkinan adanya plasenta previa.
Preeklamsia dan hipertensi menahun sering kali dihubungkan dengan terjadinya
solusio plasenta. Apabila hal ini benar, diperlukan pencegahan dan pengobatan secara
seksama untuk mengurangi kejadian solusio plasenta.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa
perdarahan yangterjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan yang
terjadi dapat dibedakanmenjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan
kehamilan (plasenta previa,solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, dan
perdarahan vasa previa) dan perdarahanyang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan (pecahnya varises, perlukaan serviks, keganasan serviks, dll). Perdarahan
antepartum yang berhubungan dengan kehamilan harussegera dilakukan tindakan
agar tidak berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. Sedangkan perdarahan antepartum
yang tidak berhubungan dengan kehamilan tidak membahayakan janin tapi hanya
memberatkan ibu.