Anda di halaman 1dari 80

Batak Simalungun

1. Rumah adat
Sub etnis Batak Simalungun berdiam di sebagian wilayah Deli Serdang sebelah

Timur Danau Toba. Rumah adatnya berbentuk panggung dengan lantai yang

sebagian disangga balok-balok besar berjajar secar horizontal bersilangan. Balok-

balok ini menumpu pada pondasi umpak. Dinding rumah agak miring dan memilliki

sedikit bukaan/jendela. Atapnya memilliki kemiringan yang curam dengan bentuk

perisai pada sebagian besar sisi bawah, sedang sisi atas berbentuk pelana dengan

gevel yang miring menghadap ke bawah. Pada ujung atas gevel biasanya dihiasi

dengan kepala kerbau. Tanduknya dari kerbau asli dan kepalanya dari injuk yang

dibentuk. Bagian-bagian konstruksi Rumah Adat Batak Simalungun Bolon diukir,

dicat serta digambar dengan warna merah, putih dan hitam. Selain sarat dengan nilai

filosofis, ornamentasi rumah memiliki keunggulan dekoratif dalam memadukan

unsure alam dan manusia dengan unsur geometris.

Rumah Adat Batak Simalungun Bolon menyampaikan sebuah ungkapan

pertemuan masyarakat dapat dimunculkan dengan bentuk geometri segi empat yang

ditengahnya diberi lingkaran lalu diberi corak ragam hias manusia beruang

berkeliling lingkaran. Menyampaikan sebuah ungkapan hubungan dua manusia

ditampilkan dengan bentuk geometri kotak melambangkan dekorasi badan manusia

di mana bagian atas dan bawahnya diberi kepala dalam posisi berlawanan arah.

Corak ragam ornamen Rumah Adat Batak Simalungun Bolon ini selalu berulang,

melalui proses tradisi turun temurun, berkembang dan berpadu saling melengkapi

dengan bentuk dekorasi lain.


Masyarakat Batak Simalungun mempercayai adanya kekuatan roh halus,

membedakannya dari yang baik dan jahat. Untuk menolak yang jahat agar tidak

mengganggu penghuni Rumah Adat Batak Simalungun Bolon juga diwujudkan

dengan ornamentasi konstruksi rumah dengan bentuk tertentu.


Hiasan penolak roh jahat ini dapat berupa kepala manusia dan bentuk-bentuk yang

runcing. Hiasan lain Rumah Adat Batak Simalungun Bolon yang khas adalah

pengecatan pada penampang balok-balok horizontal di kolong rumah. Balok-balok

berbentuk silinder ini hanya berposisi 2 modul struktur pada bagian depan rumah. Di

bagian belakangnya digantikan tiang-tiang yang berposisi vertikal.

Denah rumah memanjang ke belakang dengan tiga modul struktur di bagian depan

dan 5 sampai 7 modul ke belakang. Dua pintu terletak di bagian depan dan belakang.

Untuk mencapai rumah digunakan anak tangga yang berjumlah ganjil. Satu modul

struktur bagian depan tidak berdinding dan digunakan sebagai beranda/teras. Bagian

tengah Rumah Adat Batak Simalungun Bolon ini juga dihilangkan dan digantikan

dengan tangga utama menuju rumah. Dengan demikian terbentuk teras yang

berjumlah dua dan berada di kiri-kanan tangga utama. Karena teras berada satu level

dengan lantai rumah panggung maka posisinya di atas. Untuk mengamankan dibuat

pagar mengelilingi teras.


2. Alat Musik

Musik Tradisional Simalungun sebagai bagian dari unsur kebudayaan

Simalungun Meliputi :

Alat-Alat Musik Tradisional Simalungun

Alat-alat Musik Tradisional Simalungun dapat digolongkan sebagai berikut :

Golongan Idiofon

Mongmongan, merupakan alat musik yang terbuat dari kuningan atau besi yang

memiliki pencu. Mongmongan ada dua macam yaitu, Mongmongan

sibanggalan danMongmongan sietekan.


Ogung, merupakan nama lain dari gong yang selama ini kita kenal. Ogung ada

dua macam yaitu ogung sibanggalan dan ogung sietekan.

Sitalasayak, adalah alat musik yang bentuknya seperti simbal yang ter terbuat dari

kuningan atau besi dan terdiri dari dua bilah yang sama bentuknya.

Garantung, merupakan alat musik yang terbuat dari kayu dan mempunyai

resonantor yang juga terbuat dari kayu. Garantung terdiri dari tujuh bilah yang

mempunyai nada berbeda.

Golongan Aerofon

a. Sarune Bolon, merupakan jenis alat musik tiup yang mempunyai dua lidah

(double reed) badannya terbuat dari silastom, nalihnyaq terbuat dari timah,

tumpak bibir terbuat dari tempurung. Lidah terbuat dari daun kelapa, dan

sigumbang terbuat dari bamboo, Sarune bolon dipergunakan sebagai pembawa

melodi.

b. Sarune Buluh, merupakan jenis alat musik tiup yang yang terdiri dari satu lidah

(single reed). Sarune buluh terbuat dari bambu, mempunyai tujuh lobang suara,

sebelah atas enam lobang dan sebelah bawah satu lobang.

c. Tulila, merupakan sejenis recorder yang terbuat dari bambu, Tulila dimainkan

secara vertikal.

d. Sulim, merupakan alat musik sejenis flute yang terbuat dari bambu.
e. Sordam, merupakan alat musik sejenis flute yang terbuat dari bambu yang

dimainkan miring (oblique flute).

f. Saligung, merupakan salah satu alat musik sejenis flute yang terbuat dari bambu

hanya saja ditiup dengan hidung.

g. Ole-ole, adalah merupakan jenis alat musik tiup yang yang terdiri dari satu

lidah (single reed).badannya terbuat dari batang padi dan resonantornya terbuat

dari daun enau atau daun kelapa.

Hodong-hodong, merupakan alat musik sejenis genggong, genggong jenis alat musik

yang dibuat dari bilah, besi, kawat, dan sebagainya yang dibunyikan dengan ditekankan

di mulut lalu dipetik dengan telunjuk. Hodong-hodongdipergunakan sebagai alat

komunikasi seorang pemuda kepada kekasihnya dan sebagai hiburan.

Ingon- ingon, merupakan alat musik di ladang yang ditiup oleh angin. Angin memutar kincir

sehingga bambu berbunyi. Ingon-ingon terbuat dari sebilah kayu sebagai kincir dan bambu

sebagai penghasil bunyi.

Golongan Membranofon

a. Gonrang Sidua-dua, merupakan gendang yang badannya terbuat dari kayu ampirawas dan

kulitnya dari kulit kancil atau kulit kambing. Gonrang Sidua-dua terdiri dari dua gendang.

b. Gonrang sipitu-pitu/Gonrang bolon, merupakan gendang yang badannya terbuat dari kayu

dan kulitnya terbuat dari kulit lembu, kambing, dan kulit kancil. Pada bagian atas terdapat

kulit dan pada bagian bawah ditutupi kayu. Gendangnya terdiri dari tujuh buah gendang .

Golongan Kordofon
a. Arbab, adalah alat musik yang terbuat dari : tabung resonantordari labu atau tempurung,

leher terbuat dari kayu atau bamboo, lempeng atas terbuat dari kulit kanci atau kulit biawak,

senar terbuat dari benang dan alat penggesek terbuat dari ijuk enau yang masih muda.

Husapi, merupakan alat musik sejenis lute yang mempunyai leher. Husapi terbuat dari kayu

dan mempunyai dua senar.

c. Jatjaulul/Tengtung, merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang senarnya

sebanyak dua atau tiga buah. Dimainkan dengan memukul senarnya.

2. Ensembel Musik Tradisional Simalungun

A. GONRANG SIDUA-DUA SIMALUNGUN

Gonrang Sidua-dua adalah seperangkat musik tradisional simalungun yang terdiri dari satu

buah sarune bolon, dua buah gonrang, dua buah gonrang mongmongan dan dua buah ogung.

Gonrang dalam kebudayaan simalungun disebut juga dengan mardagang yang artinya

merantau atau berpindah-pindah. Pemain Gonrang Sidua-Dua disebut Panggual. Lagu-lagu

gonrang disebut Gual. Membunyikan/memainkan Gonrang disebut Pahata.

Gual gonrang sidua-dua dibedakan atas dua bagian :

Topapon, yaitu gual yang menggunakan dua buah gendang dan pola ritmenya sama.

Sitingkahon/Siumbakon, yaitu gual yang menggunakan dua buah gendang yang masing-

masing mempunyai pola ritme yang berbeda. Apabila pembawa ritme dasar oleh gonrang

sibanggalan dan gonrang sietekan sebagai pembawa ritme lain, maka disebut sitingkahon.

Apabila pembawa ritme dasar oleh gonrang sietekan dan gonrang sibanggalan sebagai

pembawa ritme lain, maka disebut siumbakon.

Penggunaan Gonrang Sidua-Dua


Dalam upacara religi, maksudnya suatu upacara pemujaan atau penyembahan maupun

pemanggilan roh yang baik dan pengusiran roh yang jahat. Gonrang sidua-dua digunakan

dalam acara :

Manombah/memuja, yaitu untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Marangir, yaitu suatu acara untuk membersihkan badan dari perbuatan tidak baik dan roh-roh

jahat.

Ondos Hosah, yaitu semacam ritual tolak bala yang dilakukan oleh desa atau keluarga.

Manabari/manulak bala, yaitu mengusir mara bahaya dari suatu desa atau dari diri seseorang.

Marbah-bah, yaitu suatu untuk menjauhkan seseorang dari penyakit ataupun kematian.

Mangindo pasu-pasu, yaitu meminta berkat agar tetap sehat dan mendapat rezeki.

Manogu losung/hayu, yaitu acara untuk mengambil kayu untuk dijadikan lumpang atau tiang

rumah.

Rondang bintang, yaitu suatu acara setelah panen besar.

Dalam upacara adat, yaitu upacara dalam hubungan antara manusia dengan manusia.

Gonrang sidua-dua digunakan dalam acara :

Mamongkot rumah, yaitu acara memasuki rumah baru.

Patuekkon, yaitu acara untuk membuat nama seseorang.

Marhajabuan, acara pemberkatan pada suatu perkawinan agar perkawinan tersebut diwarnai

kebahagiaan.

Mangiligi, yaitu suatu acara yang diadakan untuk menghormati seseorang yang meninggal

dunia yang sudah memiliki anak cucu.

Bagah-bagah ni sahalak, yaitu suatu acara yang diadakan karena seseorang ingin membuat

pesta.

Dalam acara malasni uhur atau acara kegembiraan, Gonrang sidua-dua digunakan dalam

acara :
Mangalo-alo tamu, yaitu suatu acara untuk menyambut tamu penting dari luar daerah.

Marilah, merupakan suatu acara muda-mudi yang menyanyi bersama.

Pesta malasni uhur, yaitu suatu acara kegembiraan yang diadakan suatu keluarga.

Peresmian, bangunan-bangunan, yaitu suatu acara kegembiraan meresmikan bangunan.

Hiburan, dan lain-lain.

B. GONRANG SIPITU-PITU/ GONRANG BOLON SIMALUNGUN

Gonrang sipitu-pitu/ gonrang bolon adalah seperangkat alat musik tradisional Simalungun

yang terdiri dari satu buah sarunei bolon pemainnya disebut parsarune, tujuh buah gonrang

pemainnya disebut panggual, dua buah mong-mongan pemainnya disebut parmongmong dan

dua buah ogung yang pemainnya disebut parogung. Parhata gonrang sipitu-pitu sama dengan

gonrang sidua-dua. Masyarakat simalungun menyebut gonrang ini dengan nama gonrang

bolon untuk upacara adat malas ni uhur (sukaria) dan menyebutnya gonrang sipitu-pitu untuk

upacara adat mandingguri (duka-cita)

Penggunaan Gonrang sipitu-pitu

Dalam upacara religi, gonrang sipitu-pitu/gonrang bolon digunakan dalam acara :

Manombah/memuja

Maranggir

Ondosh Hosah

Manabari/ mamulak bala

Mangindo pasu-pasu

Rondang Bintang

Manraja, yaitu upacara penobatan seorang raja.

Dalam upacara adat gonrang sipitu-pitu/gonrang bolon digunakan dalam :

Upacara adat sayurmatua : mandingguri dan mangiliki


Upacara data malas ni uhur : mamongkot rumah, patuekkon, marhajabuan, bagah-bagah ni

sasahalak.

3. Nyanyian Rakyat Simalungun

Orang simalungun menyebut nyanyian rakyat simalungun dengan doding. Bernyanyi dalam

bahasa simalungun disebut mandoding. Adapun jenis-jenis nyanyian rakyat simalungun

adalah sebagai berikut :

Taur-taur dan simanggei, nyanyian keluh kesah pemuda-pemudi. Taur-taur dinyanyikan oleh

pemuda dan simaggei dinyanyikan oleh pemudi.

Ilah, yaitu nyanyian yang dilakukan oleh pemuda dan pemudi secara bersamaan.

Doding-doding, yaitu suatu nyanyian bersama-sama (nyanyian umum).

Urdo-urdo, yaitu nyanyian dari orang tua untuk menidurkan anak yang masih kecil.

Tihtah, yaitu nyanyian untuk bermain

Tangis, merupakan nyanyian duka karena putus asa berpisah dengan anggota keluarga

karena kematian.

Orlei dan dan mardogei, yaitu suatu nyanyian yang dilakukan secara bersama-sama sambil

bekerja.

Mandillo tonduy, yaitu nyanyian yang dilakukan ibu tua untuk memanggil roh.

Manalunda/mangmang yaitu suatu mantera yang dinyanyikan oleh seorang datu (dukun)

guna menyembuhkan suatu penyakit atau pelantikan seorang raja.

10. Inggou turi-turian, yaitu suatu nyanyian yang dilagukan oleh seorang datu untuk hiburan

dan diakhiri dengan suatu upacara.

Fungsi nyanyian rakyat simalungun :

Pengungkapan emosional
Penghayatan estetis

Sebagai Hiburan

Sarana komunikasi

Sebagai pelambang

Untuk reaksi jasmani

Kontrol sosial

Untuk pengesahan lembaga sosialdan upacara agama

Sarana pengajaran

10. Untuk pengintegrasian masyarakat.

3. Tarian daerah
a. Tari Tradisional Simalungun Sumatera Utara - Tari Toping Toping

Tari Toping Toping adalah merupakan sebuah tarian unik yaitu tari tradisional

yang berasal dari Simalungun yang biasanya dilakukan untuk menghibur

keluarga kerajaan yang sedang berduka cita. Pada awalnya tari toping toping

ini dilakukan untuk menghibur keluarga kerajaan Simalungun. Namun dalam

perkembangannya tari toping toping dilakukan sebagai sarana hiburan

masyarakat Simalungun dan Sumatera Utara pada umumnya.

Tari toping toping dilakukan oleh beberapa orang dengan mengenakan kostum

berupa topeng dan diiringi oleh alat-alat musik tradisional sumatara utara

yang disebut Gonrang Sidua-dua terdiri dari 5 orang pemain masing-masing

memainkan perangkat musik sarunei bolon, dua orang penabuh gonrang, satu

orang penabuh mongmongan dan satu orang penabuh ogung.


Adapun penggunaan topeng pada tari toping toping ini terdiri dari 3 macam,

yaitu topeng dalahi (topeng yang menyerupai wajah pria yang juga

dikenakan oleh penari pria), Topeng Daboru (topeng yang menyerupai wajah

wanita, dan dikenakan oleh penari wanita) serta Topeng Huda-Huda (Topeng

yang menyerupai paruh burung enggang, dibentuk dari jalinan kain).

b. Tari Tradisional Simalungun Sumatera Utara - Tari Manduda

Tari Manduda adalah tari tradisional yang berasal dari Simalungun Sumatera Utara

yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas panen raya. Tari Manduda

menggambarkan kehidupan petani yang sedang turun kesawah dengan suasana

gembira, mulai menanam padi hingga sampai kepada suasana menuai padi. Gerak

memotong padi, mengirik dan menampis padi tergambar melaui motif-motif

gerakannya yang lemah gemulai dan lincah

c. Tari Tradisional Simalungun Sumatera Utara - Tari Tor Tor Sombah Simalungun

d. Tari Tradisional Simalungun Sumatera Utara - Tari Haroan Bolon

4. Pakaian daerah

Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun


tidak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku Karo).
Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos yang
disebut Hiou dengan berbagai ornamennya.

Ulos pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan"


yang bersifat religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya
istimewa untuk memberikan perlindungan. Menurut beberapa penelitian
penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan
bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada
ikat kepala, kain dan ulosnya.[13]

Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan
bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber
kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak
seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di
rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan "mambere hiou"
(memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan
dan kasih sayang kepada penerima Hiou. Hiou dapat dikenakan dalam
berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah,
penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain.

Hiou dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang
berbeda-beda, misalnya Hiou penutup kepala wanita disebut suri-suri, Hiou
penutup badan bagian bawah bagi wanita misalnya ragipanei, atau yang
digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Hiou dalam pakaian
penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang
disebut tolu sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup
dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).

Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Sumatera Utara, awalnya Gotong


(Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap
( Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun
kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari
trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari
kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang
Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik

5. Bahasa
Suku Simalungun menggunakan Bahasa Simalungun (bahasa simalungun:
hata/sahap Simalungun) sebagai bahasa Ibu. Derasnya pengaruh dari suku-
suku di sekitarnya mengakibatkan beberapa bagian Suku Simalungun
menggunakan bahasa Melayu, Karo, Batak, dan sebagainya. Penggunaan
Bahasa Batak sebagian besar disebabkan penggunaan bahasa ini sebagai
bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada
Suku Ini. Aksara yang digunakan suku Simalungun disebut aksara Surat
Sisapuluhsiah

6. Senjata

a. Piso Gaja dompak


Piso Gaja Dompak adalah senjata tradisional Sumatera Utara yang
berbentuk pisau yang berfungsi untuk memotong dan menusuk. Senjata
Tradisional Sumatera Utara tersebut dikenal Piso Gaja Dompak karena
pada gagang pisau tersebut terdapat ukiran berbentuk gajah.

Piso Gaja Dompak dipercaya merupakan pusaka kerjaan Batak dimasa


raja Sisingamangaraja I. Sebagai pusaka kerjaan, senjata tradisional
Sumatera Utara ini tidak diperuntukan untuk membunuh, sebagai senjata
pusaka Piso Gaja Dompak ini dipercaya memiliki kekuatan supranatural
yang akan memberikan kekuatan spiritual kepada pemegangnya.
b. Tunggal Panaluan

Tongkat Tunggal Panaluan ini adalah tongkat sakti yang hanya dimiliki
oleh raja batak. Dalam perkembanganya tongkat ini dipegang oleh Ketua
adat dan dipergunakan pada saat adanya acara besar, seperti mambukka
Huta, acara Horja bius dll. Saat ini tongkat pusaka raja batak ini disimpan
di museum Gereja Katolik Kabupaten Samosir.
Tongkat Tunggal Panaluan oleh semua sub suku Batak diyakini memiliki
kekuatan gaib untuk: meminta hujan, menahan hujan (manarang udan),
menolak bala, Wabah, mengobati penyakit, mencari dan menangkap
pencuri, membantu dalam peperangan dan lainnya.

c. Hujur Siringis
Hujur siringis adalah senjata tradisional Sumatera Utara berupa tombak
yang dipergunakan oleh masyarakat Batak dalam berperang. Hujur
Siringis berbentuk tombak kayu yang ujugnya terbuat dari logam yang
runcing.

d. Piso Silima Sarung

Disebut Piso Silima Sarung karena didalam 1 sarung 5 buah mata pisau.
Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia, dimana menurut orang
batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh, kelima badan (wujud).
Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan diri kepada Mulajadi
Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih dulu menyatukan 4 roh,
kelima badan
e. Piso Sitolu

Piso Sitolu Sasarung adalah pisau yang memiliki 1 sarung didalamnya


terdapat 3 buah mata pisau. Pisau ini melambangkan kehidupan orang
batak yang menyatu 3 benua. Benua atas, benua bawah dan benua tonga,
Juga melambangkan agar Debata Natolu, Batara Guru merupakan
kebijakan, Batara Sori merupakan keimanan dan kebenaran Batara Bulan
merupakan kekuatan tetap menyertai orang batak dalam kehidupan sehari-
hari.

f. Pisau Karo
Pisau Karo merupakan senjata tradisional Sumatera Utara yang dibuat
sekitar Abad 19 dengan dimensi panjang sekitar 31-55 cm. Pegangan
pisau ini terbuat dari kayu, rotan dan gading. Sarungnya ditutupi perak
dan suasa.

g. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Gading


Piso Gading berasal dari Toba dibuat sekitar abad ke-19, yang

bahannya terbuat dari kayu, rotan, gading dan memiliki panjang

keseluruhan sekitar 66 cm sedangkan panjang pisaunya sekitar 48 cm.


h. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Sanalenggam
Piso Sanaleggam merupakan senjata tradisional Sumatera Utara yang

memiliki Gagang pisau menggambarkan sosok pria yang matanya dihiasi

dengan kepala tertunduk. Menggunakan motif yang melilit atau melingkar

dileher. Dibawahnya cincin kuningan dibuat dari kawat yang digulung.


i. Senjata Tradisional Sumatera Utara -Piso Toba
Piso toba merupakan senjata tradisional Sumatera Utara yang terbuat

dari kayu, besi, kuningan. Dibuat sekitar abad - 19.

7. Upacara Adat
a. Mamongkot Ruma Bayu, yaitu acara memasuki rumah baru agar orang

yang menempati rumah tersebut mendapatkan rejeki dan terhindar dari

segala bentuk masalah. Dan acara ini sekaligus menjadi suatu bentuk

partisipasi orang yang menempati rumh tersebut terhadap warga di

lingkungan setempat dan menjadin salah satu bentuk silahturami


b. Mangiliki yaitu acara yang diadakan untuk menghormati seseorang yang

meninggal dunia yang usianya sudah tua dan sudah memilki cucu. Acara

ini dilakukan sebagai tanda penghormatan keluarga terhadap orang yang

meninggal tersebut dan hal ini dijadikan untuk melihat keberadaan kelurga

tersebut di tengah-tengah masyarakatnya


c. Manombah yaitu suatu upacara yang dilakukan untuk mendekatkan diri

terhadap sembahannya. Berdasarkan keyakinannya masyarakat

Simalungun dulu percaya bahwa kehidupannya di dunia ini diberikan oleh

Tuhannya dan oleh sebab itu mereka juga yakin akan keselamatan dengan

melakukan upacara ini. Begitu juga dengan agama sekarang yang sudah

diyakini dengan kebenaran mutlak shingga dituntut untuk dekat kepada

Tuhannya.
d. Maranggir, yaitu upacara yang dilakukan untuk membersihkan badan dari

perbutan-perbuatan yang tidak baik ataupun dari bentuk gangguan roh-roh

jahat. Kegitan ini merupakan semacam ritual yang digunakan untuk

menhindarkan diri dari bentuk-bentuk kejahatan dan kesialan diri yang

datang pada dirinya sendiri. Mengingat masyarakat Simalungun dulu

menganut paham animisme, bahwa kekuatan roh selalu ada baik itu roh

baik maupun roh jahat. Jadi untuk menghindari kekuatan yang datang dari

roh jahat maka dilkukanlh ritual marranggir ini. Adapun property-properti

utama yang umumnya dipakai untuk upacara ini adalah jeruk purut,

bunga, tujuh rupa, dan air. Upacara ini dilakukan dengan cara

memandikan diri menggunakan campuran property tersebut dan bahkan

dapat diminum
e. Marhajabuan yaitu acara yang dilakukan untuk pemberkatan pernikahan.

Acara ini merupakan suatu bentuk persyaraatn sacral yang harus dipenuhi

seseorang untuk melangsungkan pernikhan, dan dalam hal ini dinyatakan

bahwa pernikahan dinyatakan resmi apabila upacara ini dilakukan


f. Patuekkon, yaitu acara untuk memberi nama seseorang dengan cara

memandikannya dengan air. Hal ini dilakukan untuk pemberin nama yang
cocok untuk orang tersebut karena masyarakat Simalungun meyakini

bahwa nama memberikan makna terhadap orang tersebut sehingga

dibutuhkan acara ini untuk pembuatan namanya


g. Rondang Bittang pada awalnya merupakan acara tahunan yang diadakan

oleh masyarakat Simalungun karena mendapatkan hasil panen yang baik.

Dan di sini menjadi kesempatan para muda-mudi untuk mendapatkn

jodoh. Tapi sekarang rondang bittang digunakan dalam bentuk pesta

tahunan dengan rangka silahturahmi antar desa di Simalungun sekaligus

suatu bentuk pelestarian kebudayaan Simalungun karena dalam acara ini

diadakan juga pentas kesenian tradisional Simalungun.

Sunda
a. Rumah adat
1. Imah Julang Ngapak Julang Ngapak dalam bahasa Indonesia berarti
seekor burung yang mengepakkan sayapnya. Nama rumah ini
demikian karena memang desain atapnya tampak melebar di sisi-
sisinya, dan bila dilihat dari depan, bentuk atapnya memang terlihat
seperti seekor burung yang mengepakkan sayapnya Rumah dengan
desain atap Julang Ngapak umumnya akan dilengkapi dengan cagak
gunting atau capit hurang di bagian bubungannya. Keduanya sama-
sama digunakan untuk mencegah rembesnya air di bagian pertemuan
antar atap yang terletak di ujung atas rumah. Atapnya sendiri dapat
dibuat dari bahan rumbia, ijuk, atau alang-alang yang diikat pada
kerangka atap dari bambu. Desain rumah Julang Ngapak hingga kini
masih dapat dijumpai di Kampung Dukuh, Kuningan; Kampung Naga,
Tasikmalaya; dan beberapa daerah lainnya di Jawa Barat. Bahkan
selain itu, gedung Institut Teknologi Bandung beberapa di antaranya
menggunakan desain atap rumah adat Jawa Barat yang satu ini.

2. Imah Togog Anjing Togog Anjing berarti anjing yang sedang duduk.
Atap rumah adat satu ini memang memiliki desain yang menyerupai
bentuk anjing saat duduk. Ada 2 bidang atap yang menyatu
membentuk segitiga, dan satu bidang atap yang menyambung pada
atap bagian depan. Atap yang menyambung ini biasa disebut sorondoy
dan biasanya menjadi peneduh untuk teras depan rumah. Desain
rumah Togog Anjing hingga kini masih sering dijumpai pada rumah
tradisional masyarakat Garut. Beberapa bungalow, hotel, dan tempat-
tempat peristirahatan di sekitar Puncak juga kerap ditemui
menggunakan desain atap rumah ini.

3. Imah Badak Heuay berarti badak yang sedang menguap. Dilihat dari
desain atapnya, model rumah Badak Heuay tampak seperti rumah
Tagog Anjing. Hanya saja, di bagian suhunan, atap belakang melewati
tepi pertemuan sehingga tampak seperti mulut badak yang sedang
menguap. Desain atap rumah adat Jawa Barat ini hingga sekarang
masih sering digunakan masyarakat Sukabumi sebagai desain rumah
hunianmereka

4. Imah Jolopong DI antara desain rumah adat Jawa Barat lainnya,


Jolopong menjadi yang paling familiar karena sering digunakan.
Jolopong banyak dipilih karena lebih mudah dibuat dan lebih hemat
bahan material. Sesuai namanya yang berarti terkulai, rumah
Jolopong memang memiliki atap yang tampak tergolek lurus. Ada 2
bagian atap yang saling bersatu sama panjang. Jika ditarik garis
imajiner, antara ujung atap satu dengan ujung atap lainnya akan
terbentuk sebuah segitiga sama kaki. Desain rumah yang juga kerap
disebut Suhunan Panjang ini sampai kini masih digunakan sebagian
masyarakat Kampung Dukuh di Garut.

5. Imah Parahu Kumureb Dan yang terakhir adalah desain rumah Parahu
Kumureb atau perahu tengkurap. Desain atap rumah adat Jawa Barat
ini memiliki 4 bagian utama. Dua bagian di depan dan belakang
berbentuk trapesium, dan dua bagian di sisi kanan kiri berbentuk
segitiga sama sisi. Di Palembang, desain atap Parahu Kumureb juga
disebut desain atap Limasan. Sesuai namanya, atap rumah adat Sunda
satu ini memang tampak seperti sebuah perahu yang terbalik atau
tengkurap. Karena terlalu banyak sambungan, desain atap ini sering
kali mudah bocor sehingga jarang digunakan. Kendati begitu,
masyarakat Kampung Kuta di Kabupaten Ciamis masih ada yang
menggunakannya.
.
Alat Musik
1. Karinding
Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini
berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang,
Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong
Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional
karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan
dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan
alat musik karinding dibuat dari bambu. Alat musik tradisional
karinding ini sangat unik, selain dari asal daerah pembuatan
karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan
pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari
bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil
dan memanjang, konon alat musik ini juga digunakan sebagai
susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya.
Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung
digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah
disimpan pada tempat bako (tembakau) Cara memainkan
karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3 ruas
ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul
dengan jari tangan, dan akibat pukulan tersebut akan
menghasilkan vibrasi suara. vibrasi suara inilah yang akan diolah
oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada
2. Tarawangsa adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang
dimainkan dengan cara di gesek. Alat musik tradisional
tarawangsa ini keberadaannya lebih tua dari alat musik rebab.
Terbukti alat musik tradisional tarawangsa disebutkan dalam
naskah kuno abad ke 18 sewaka darma. Alat musik ini dapat
ditemui di beberapa daerah di Jawa Barat dan Banten. Yaitu di
daerah Rancakalong (Sumedang), Cibalong dan Cipatujah
(Tasikmalaya), Banjaran (Bandung) dan Kanekes (Banten)
Walaupun alat musik ini memiliki 2 dawai, namun hanya satu
dawai saja yang dibunyikan dengan cara digesek. Selebihnya
dawai tersebut dibunyikan dengan dipetik dengan jari telunjuk
tangan kiri. Tarawangsa sebagai salah satu alat musik tradisional
ini sering dimainkan dengan diiringin oleh alat musik sejenis
kecapi yang disebut dengan Jentreng.
3. Jentreng adalah alat musik tradisional dari Jawa Barat yang
dimainkan dengan cara dipetik dan di toel (disentuh). Alat musik
ini mirip dengan alat musik Kecapi akan tetapi ukurannya lebih
kecil dan hanya memiliki 7 buah senar. Jentreng biasanya dibuat
dari kayu kembang kenanga atau dari kayu nangka.
Keberadaan alat musik Jentreng ini tidak jauh berbeda dengan alat
musik Tarawangsa
4. Kacapi adalah merupakan alat musik tradisional Jawa Barat.
Kacapi merupakan alat musik utama dalam tembang sunda atau
mamaos cianjuran. Alat musik tradisional yang merupakan salah
satu icon dari Jawa Barat ini dipergunakan dengan cara dipetik.
Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu kacapi indung (kacapi induk) dan
kacapi rincik (kacapi anak). Alat musik kacapi dapat ditemui
hampir diseluruh wilayah di Jawa Barat. Dan sampai saat ini alat
musik kacapi masih sering dipergunakan dan dilestarikan sebagai
salah satu warisan budaya orang sunda. Diduga alat musik
tradisional kacapi ini sudah ada sebelum abad ke 15, dimana
kacapi indung dipergunakan untuk mengiringi pantun sunda.
5. Alat musik tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat ini
sudah mendunia, dan tentu saja kita sebagai generasi penerus
Bangsa mempunyai tanggung jawab yang sama untuk
melestarikan kebudayaan Indonesia ini. Angklung adalah alat
musik tradisional yang terbuat dari bambu, dibunyikan dengan
cara digoyang. Benturan antara badan pipa bambu akan
menghasilkan bunyi yang memiliki nada-nada tertentu disesuaikan
dengan besaran bambu yang digunakannya. Tidak jelas sejak
kapan angklung digunakan masyarakat Jawa Barat, namun dari
bentuknya diduga angklung mulai digunakan ketika terdapatnya
kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal
penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari
relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara. Namun
demikian catatan mengenai alat musik angklung ini ada pada masa
kerajaan sunda yaitu pada abad ke 12 sampai 16.
6. Berbeda dengan angklung yang cara memainkannya dengan di
goyagkan. Alat musik tradisional Calung ini dibunyikan dengan
cara dipukul. Biah bambu yang disusun berjajar ini dipukul ruas-
ruasnya sehingga menimbulkan nada. Alat musik calung memang
merupakan prototipe dari alat musik angklung. Alat musik ini
dibuat dari Jenis bambu untuk pembuatan calung dimana
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang
dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Alat musik
ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu calung rantay dan calung
jinjing. Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit
waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7
wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.Adapun calung jinjing
berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah
kecil bambu (paniir).
7. Celempung adalah alat musik yang terbuat dari hinis bambu (kulit
bambu) yang dimainkan dengan cara dipukul. Seperti halnya alat
musik tradisional karinding, pukulan pada hinis bambu pada
celempung akan menghasilkan resonansi bunyi. Celempung
dimainkan dengan 2 cara ; dipukul ( kedua alur sembilu dipukul
bergantian, tergantung ritme dan suara yang diinginkan ) dan
diolah ( tangan kiri mengatur besar kecil suara yang keluar dari
badan celempung ). Suara tinggi diperoleh dengan membuka lebih
lebar. Suara rendah dengan menutup rapat lubang. Suara yang
dihasilkan celempung bisa beragam, tergantung keahlian pemain.
8. Arumba merupakan alat musik yang juga terbuat dari bambu sama
seperti angklung. Nama Arumba sendiri sebenarnya adalah
singkatan dari alunan rumpun bambu. Dan pada awalnya alat
musik tradisional Jawa Barat yang satu ini menggunakan
pentatonis sebagai tangga nada yang ia hasilkan. Namun saat ini
Arumba menggunakan nada diatonis.
9. Rebab adalah alat musik tradisional jawa barat yang dimainkan
dengan cara menggesek dua buah senarnya. Rebab terbuat dari
kayu dan untuk menggetarkan suaranya ditutup dengan kulit tipis
yang memiliki tangga nada pentatonis.
Demikianlah beberapa alat musik tradisional yang berasal dari
Provinsi Jawa Barat. Masih banyak alat musik tradisional lainnya
di Jawa Barat bahkan ada yang sudah hampir punah tidak dikenal
orang. Mungkin ketujuh alat musik tradisional ini yang masih
dikenal dan masih populer hingga sekarang.
10. Alat musik jenis tiup ini di Jawa barat terdapat dua macam. Ada
suling yang dibuat dengan 4 lubang, dan ada yang dibuat dengan 6
lubang. Yang 4 lubang mengeluarkan suara lebih berdengung
dibanding dengan suling yang memiliki 6 lubang

Tarian Daerah
a. Tari Topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang sudah dikenal sejak
zaman dahulu. Tarian ini diyakini masyarakat Cirebon telah ada sejak
kesultanan Cirebon. Disebut dari topeng karena para penarinya menggunakan
topeng saat beraksi. Pada pertunjukan tari topeng Cirebon ini, penarinya
disebut sebagai dalang. Hal ini disebabkan karena pada pertunjukan tari
topeng biasanya penari menggunakan beberapa topeng yang memiliki
karakter yang berbeda-beda. Pada umumnya penari tari topeng menggunakan
3 topeng yang digunakan secara simultan. Diawali dengan topeng warna
putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Setiap
perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin
keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan.

Musik pengiring tari topeng Cirebon ini adalah menggunakan gamelan khas
Cirebon. Tradisi pertunjukan Tari Topeng Cirebon ini telah berkembang dan
menyebar di daerah daerah Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka,
Losari, dan Brebes. Perkembangan tari topeng tersebut menyebabkan
munculnya berbagai variasi dan gaya tari topeng yang akan dibahas tersendiri
dimasa mendatang.

b. Tari Merak ini diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri
pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini
mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat
ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965.

Dinamakan tari merak karena tarian ini menggambarkan kecantikan dan


keindahan burung merak. Para penari tarian tradisional ini menggunakan
kostum yang juga mirip dengan bulu burung merak.
c. Tari Wayang

Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-
16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling
yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya. Disebut
tari wayang karena para penari mengenakan kostum dan melakukan gerak tari yang
menggambarkan tokoh / karakter wayang yang dikenal masyarakat di Jawa Barat.
Pada awalnya tari wayang ini dimainkan pada saat pertunjukan wayang orang,
namun pada perkembangannya kemudian tari wayang menjadi satu pertunjukan seni
terse

Tari Wayang dapat dimainkan secara tunggal, berpasangan maupun masal.


Sedangkan karakter yang dimainkan oleh pemain terdiri dari beragam karakter pria
dan wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan
Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi. Sedangkan karakter tari pria terdiri dari :
Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu. Satria Ladak
Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa Satria Ladak Dengah/Kasar
untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya Monggawa
Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima Monggawa Lungguh seperti Antareja dan
Gatotkaca Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca

d. Tari Ketuk Tilu

Tari Ketuk tilu merupakan tarian tradisi Jawa Barat khususnya wilayah
Priyangan, Bogor dan Purwakarta. Pertunjukan tari Ketuk Tilu terdiri dari
penari wanita yang biasa disebut ronggeng dan nayaga sebagai pengiring
musik. Pertunjukan ketuk tilu biasanya dilakukan diarea terbuka baik didalam
maupun diluar ruangan, ronggeng biasanya akan menari mengitari lampu
yang berkaki (sunda = obor).

Pada pertunjukan Ketuk Tilu pertama dilakukan tatalu (membunyikan alat


musik) dengan tujuan untuk memanggil penonton. Setelah para penonton
banyak pertunjukan akan diawali dengan tari pembuka, yaitu para penari
wanita (Ronggeng) memasuki gelanggang, menari bersama mengitari lampu
oncor, gerakan tarinya disebut jajangkungan dan wawayangan dan gerakannya
sudah ditata terlebih dahulu, dengan tempo irama lambat.
Setelah tarian pembuka baru dilakukan tari bersama antara ronggeng dan
penonton laki-laki, dan acara puncak disebut dengan parembut ronggeng.
Dalam acara tersebut para penonton berebut untuk menari dengan ronggeng
pilihan mereka.
e. Tari Jaipong

Tari Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang dasarnya adalah tari
Ketuk Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas seniman Jawa Barat
Gugum Gumbira. Pada awal perkembangannya tari jaipong juga disebut ketuk
tilu. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari
"Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya
merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri).
Saat ini tari jaipong sudah menjadi ikon tarian di Jawa Barat. Tarian ini
banyak ditampilkan baik pada acara perhelatan yang dilakukan masyarakat
maupun pemerintah Jawa Barat.

f. Tari Keurseus

Tari Keurseus merupakan tarian tradisional Jawa Barat yang disusun oleh R.
Sambas Wirakoesoemah, lurah Rancaekek (Bandung) tahun 1915-1920 dan
1926-1935. Beliau adalah putra Nyi Raden Ratnamirah dan Raden
Mintapradjakoesoemah, wedana Tanjungsari, Sumedang.

Pada awalnya dikenal tari tayub/tayuban yaitu tarian yang dilakukan oleh para
menak (pejabat). Pada tahun 1905-1913, Wirakoesoemah belajar tari kepada
Uwanya, Rd. Hj. Koesoemaningroem, penari di Kabupaten Sumedang dan ia
juga belajar pada Sentana (Wentar), pengamen Topeng dari Palimanan,
Cirebon tahun 1914. Dari bekal belajar tari itu, kemudian ia menyusun dan
merapikan tari Tayub yang pada masanya sering dilakukan oleh para penari
yang sudah dipengaruhi oleh minuman keras dan menari tanpa ada gerakan
dasar. Dengan tujuan untuk menata budi para menak maka R.Sambas
Wirakoesoemah mendirikan perguruan tari.

Perguruan tarinya diberi nama Wirahmasari yang didirikan tahun 1920 di


Rancaekek dengan murid-muridnya yang kebanyakan berasal dari kalangan
menak yang kemudian menyebarkannya ke seluruh Tatar Sunda. Pelajaran
yang diajarkan secara sistematis pada murid muridnya dalam bahasa Belanda
dikenal dengan istilah Cursus. Dalam lafal sunda menjadi Keurseus, sehingga
tari yang diajarkan di Wirahmasari ini kemudian dikenal dengan nama Tari
Keurseus.

g. Tari Buyung
Tari buyung adalah tarian tradisional Jawa Barat yang biasanya dilakukan
pada acara puncak pada upacara seren taun yang dilakukan masyarakat Jawa
Barat. Tarian ini merupakan kreasi dari Emalia Djatikusumah, istri dari
Pangeran Djatikusumah salah seorang sesepuh adat.
Tarian ini menggambarkan para gadis desa yang mandi dan mengambil air
bersama-sama dicurug (air terjun) Ciereng dengan menggunakan buyung
(tempat air dari logam/tanah liat)
h. Ronggeng Bugis
Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi adalah salah satu tari tradisional yang
bersifat komedi dari Cirebon. Tarian ini bersifat komedi karena dimainkan
oleh penari laki-laki sebanyak 12 - 20 orang dengan dandanan dan gaya
menari layaknya perempuan. Namun jangan salah walaupun bergaya wanita,
makeup yang dipergunakan oleh penari tidak kelihatan cantik justru bisa
dibilang mirip baduk yang mengundang gelak tawa.

Asal mula tari Ronggeng Bugis, dilatarbelakangi ketegangan yang terjadi


antara kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati sebagai
Raja Cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari
Bugis untuk memata-matai atau saat itu dikenal dengan istilah telik sandi
Kerajaan Pajajaran. Waditra / pengiring musik yang dipakai pada pertunjukan
tari telik sandi / ronggeng bugis ini adalah alat musik tradisional dari Jawa
Barat antara lain Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, dan Kecrek.
i. Tari Sintren adalah tarian tradisional masyarakat Jawa khususnya Cirebon
Jawa Barat. Tari ini juga disebut dengan lais yaitu bentuk tari-tarian dengan
aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan
Sulandono.

Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang
dengan diiringi gending 6 orang. Gadis tersebut dimasukkan ke dalam
kurungan ayam yang berselebung kain. Pawang/dalang kemudian berjalan
memutari kurungan ayam itu sembari merapalkan mantra memanggil ruh
Dewi Lanjar. Jika pemanggilan ruh Dewi Lanjar berhasil, maka ketika
kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah terlepas dari ikatan dan berdandan
cantik, lalu menari diiringi gending
j. Tari Sampiung
Tari Sampiung adalah tari tradisional Jawa Barat pada zaman dahulu
yang dipertunjukan sebagai kelengkapan upacara hari-hari penting seperti
Seren Taun, Pesta Panen, Ngaruat, Rebo Wekasan, bahkan pada hari raya
kenegaraan seperti pada perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan RI.

Asal mula nama Tari Sampiung karena lagu pengiringnya berjudul Sampiung.
Kadang disebut juga Tari Ngekngek, karena waditra pengiringnya adalah
Tarawangsa (alat Gesek, seperti Rebab) yang biasa disebut Ngekngek.
Sebagian orang menyebutnya Tari Jentreng, karena salah satu waditra
pengiringnya adalah Jentreng, yaitu alat petik berupa kacapi dengan ukuran
kecil, yang juga biasa dipinjam namanya untuk nama tarian yang ditampilkan.
Pakaian daerah

1. Pakaian Adat untuk Rakyat Jelata Bagi rakyat jelata, laki-laki


Sunda pada masa silam selalu mengenakan pakaian yang sangat
sederhana. Mereka mengenakan celana komprang atau pangsi yang
dilengkapi dengan sabuk kulit atau kain. Sebagai atasan, baju
kampret atau baju salontren yang dilengkapi sarung poleng yang
diselempangkan menyilang di bahu tak pernah lepas dalam
menjalani keseharian. Pakaian adat Sunda tersebut juga akan
dilengkapi dengan penutup kepala bernama ikat logen model
hanjuang nangtung atau barangbang semplak dan alas kaki berupa
tarumpah atau terompah dari kayu. Untuk para wanita, pakaian
adat Jawa Barat yang dikenakan juga terbilang sederhana.
Perlengkapan seperti sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur
(ikat pinggang), kamisol (kutang atau BH), baju kebaya, dan
selendang batik merupakan pilihan utama. Sebagai riasan
pelengkap, gaya pakaian tersebut juga akan disertai dengan hiasan
rambut yang digelung jucung (disanggul kecil ke atas), aksesoris
berupa geulang akar bahar (gelang akar bahar), ali meneng (cincin
polos), suweng pelenis (giwang bundar), dan alas kaki berupa
sendal keteplek (sendal jepit).

2. Pakaian Adat untuk Kaum Menengah Beda kelas, beda pula


tampilannya. Untuk mereka yang terbilang kaum menengah dalam
strata sosial, penggunaan pakaian adat Jawa Barat dikhususkan
dengan tambahan beberapa pernik. Para pria selain akan
menggunakan baju bedahan putih, kain kebat batik, alas kaki
sandal tarumpah, sabuk (beubeur), dan ikat kepala, mereka juga
akan mengenakan arloji rantai emas yang digantungkan di saku
baju sebagai kelengkapan berbusana.

3. Pakaian Adat untuk Bangsawan Bagi para bangsawan atau menak,


pakaian yang digunakan adalah simbol keagungan. Oleh
karenanya, dari segi desain, pakaian ini terlihat sebagai pakaian
adat Jawa Barat yang paling rumit dan estetik.

Bahasa
Bahasa Sunda (Basa Sunda, dalam aksara Sunda ditulis adalah sebuah
bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.
Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang dan merupakan bahasa
Ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa.
Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten,
serta wilayah barat Jawa Tengah mulai dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di
wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten
Cilacap, di sebagian kawasan Jakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia
dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk
suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa
Melayu-Sumbawa.
Senjata Daerah Jawa Barat
1. Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat yang bentuknya unik
dengan panjang sekitar 20 - 25 cm. Bahan pembuat kujang adalah dari besi,
baja dan bahan pamor (baja putih yang ditempatkan pada bilah keris dan
sebagainya). Pertamakali mulai dibuat pada abad ke 8 - 9, namun demikian
ada beberapa pihak yang menyatakan kemungkinan bahwa kujang telah
dipakai sebelum itu yang didasarkan pada kemungkinan teoritis terhadap
bentuk kujang itu sendiri.

Senjata kujang ini merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam


kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi
hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian,
perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.

Dilihat dari bentuk dan ragamnya, kujang dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu:
1. Kujang ciung (kujang yang bentuknya menyerupai burung ciung)
2. Kujang jago (kujang yang bentuknya menyerupai ayam jago)
3. Kujang kuntul (kujang yang bentuknya menyerupai burung kuntul)
4. Kujang bangkong (kujang yang bentuknya menyerupai bangkong (kodok))
5. Kujang naga (kujang yang bentuknya menyerupai ular naga)
6. Kujang badak (kujang yang bentuknya menyerupai badak); dan
7. Kudi (pakarang dengan bentuk yang menyerupai kujang namun agak
kurus).
Sedangkan, apabila dilihat dari fungsinya kujang dapat pula dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Kujang sebagai pusaka (lambang keagungan seorang raja atau pejabat
kerajaan)
2. Kujang sebagai pakarang (kujang yang berfungsi sebagai senjata untuk
berperang);
3. Kujang sebagai pangarak (alat upacara); dan
4. Kujang pamangkas (kujang yang berfungsi sebagai alat dalam pertanian untuk
memangkas, nyacar, dan menebang tanaman).
1. Senjata Tradisional Jawa Barat - Baliung
Baliung adalah alat untuk menebang pohon besar atau sebagai salah
satu perkakas untuk membangun rumah. Di daerah lain disebut juga
kapak/patik. Gagangnya terbuat dari kayu yang agak panjang (30-35 cm).
Tenaga dan daya tekan Baliung harus lebih besar dari pada bedog, dan karena
itu dibuat dari besi baja yang lebih besar dan tebal pada bagian pangkal
(bagian yang tumpulnya).

2. Senjata Tradisional Jawa Barat - Bedog

Bedog adalah salah satu senjata tradisional berupa pisau besar (golog) yang
berfungsi untuk memotong ( tuktak-teukteuk), membelah kayu, menebang pohon
(nuar) menyembelih dan memotong daging hewan serta peralatan untuk bekerja di
kebun. Secara umum terdapat beberapa jenis Bedog yang didasarkan pada fungsinya
antara lain :

3. Bedog gagaplok yang berfungsi untuk memotong / menyabit di kebun

4. Bedog pameuncitan digunakan untuk menyembelih hewan

5. Bedog Pamoroan digunakan untuk berburu (survival golok)

6. Bedog jonggol atau bedog hambalan digunakan untuk mengupas kelapa

7. Bedog Pamugeulan digunakan untuk menebang pohon

8. Bedog Sotogayot digunakan untuk memotong bilah bambu dan material


bambu lainnya (nyisit awi pibilikeun)
Upacara adat

1. Upacara Adat Seren Taun

Upacara Seren Taun adalah upacara adat khas tradisional Jawa Barat dimana
upacara adat ini intinya adalah mengangkut padi (ngangkut pare) dari sawah
ke leuit (lumbung padi) dengan menggunakan pikulan khusus yang disebut
rengkong dengan diiringi tabuhan musik tradisional. Selanjutnya diadakan
riungan (pertemuan) antara sesepuh adat/pemuka masyarakat dengan para
pejabat pemerintah setempat.

2. Upacara Adat Pesta Laut

Upacara Adat Pesta Laut ini biasanya diselenggarakan di daerah Jawa

Barat seperti Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Pangandaran. Upacara ini

dimaksudkan sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas

segala hasil laut yang diperoleh oleh para nelayan, juga di tujukan sebagai

permohonan keselamatan agar para nelayan selalu diberi keselamatan dan

hasil laut yang melimpah.

BETAWI
a. Rumah adat

Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi. Disebut
dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana
yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut
terlihat seperti lipatan kebaya.
Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga memiliki rumah adat lainnya.
Seperti : Rumah Gudang dan Rumah Joglo. Meskipun suku Betawi memiliki
3 rumah adat akan tetapi yang tercatat secara resmi menjadi rumah adat suku
Betawi adalah rumah kebaya.

Ciri khas dari rumah ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang
berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga. Pada
zaman dahulu, masyarakat betawi membuat sumur di depan rumahnya dan
pemakaman yang berada disamping rumah. Dan, dinding rumahnya terbuat
dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini
dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.

Rumah ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya , yakni bagian
depan bersifat semi publik, sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri
dan sejuknya rumah tersebut. Dan yang kedua adalah bagian belakang yang
bersifat pribadi. Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari
pihak pemilik rumah

b. Alat Musik
1. Saron
Alat musik yang bernama Saron dikenal sebagai salah satu instrumen
Gamelan yang termasuk keluarga Balungan. Nama lain Saron adalah ricik.
Dalam pertunjukan adat Betawi, alat musik ini selalu tampil dimainkan oleh
musisi secara tradisional.

2. Kendang

Dikenal sebagai alat musik Jawa Tengah dan Jawa Barat, rupanya Kendang
juga populer pada kesenian musik Betawi dalam berbagai acara, baik acara
sekedar hiburan atau acara adat pada hari besar tertentu.

3. Gong
Alat musik Gong menurut informasi yang didapat, adalah sebuah alat
musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini
digunakan untuk alat musik tradisional diberbagai daerah, termasuk juga
Betawi.
Selain itu, untuk peresmian acara tertentu, Gong juga sering menjadi
simbol peresmian acara.

Pakaian Adat

1. Pakaian Keseharian Betawi Untuk Laki-Laki


Pakaian adat Betawi sehari-hari untuk laki laki adalah berupa baju Koko atau
disebut Sadariah. Baju Koko Betawi berwarna polos, sedangkan kebawahannya
memakai celana kolor panjang dengan corak batik yang dengan warna dasar putih,
coklat atau hitam. Sebagai aksesoris /pelengkap memakai pelekat berupa sarung
yang dipakai dipundak dan peci hitam sebagai identitas Kebetawian. Berikut gambar
pakaikan adat Betawi sehari-hari untuk

2. Pakaian adat Betawi sehari hari untuk perempuan berupa baju kurung berlengan
pendek. Untuk warna baju kurung biasanya menggunakan warna-warna yang
mencolok, diserasikan dengan kebawahannya berupa kain sarung batik bermotif
geometrik. Sebagai pelengkap digunakan penutup rambut berupa kerudung dengan
warna yang disesuaikan dengan baju kurung atau bawahan batiknya

Bahasa
Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia
(bew) adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu.
Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini
hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu
Jakarta.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan
pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sunda,
bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa
Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis.
Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke
bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta
pedagang yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara
alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang
membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur
linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me-,
penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/
terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau // pada beberapa dialek local
Senjata
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.
Upacara Adat
Budaya betawi mengenal cara yang bertingkat-tingkat untuk sampai pada
tahap berumah tangga. Tahap-tahap itu pada saat ini memang jarang atau tidak lagi
dilakukan, karena berbagai halangan. Tahap-tahap tersebut adalah:

a. Ngedelegin, mencari calon menantu perempuan yang di lakukan oleh Mak


Comblang.

b. Ngelamar, pernyataan meminta pihak lelaki kepada pigak perempuan.

c. Bawa Tende Putus, pernyataan atau kesepakatan kapan pernikahan akan


dilaksanakan.

d. Ngerudat, rombongan keluarga pengantin laki-laki menuju rumah pengantin


perempuan, seraya membawa serah-serahan seperti roti budaya, pesalin, sie, dan
lain-lain.

e. Akad Nikah, ikrar yang di ucapkan oleh pengantin laki-laki di hadapsn wali
pengantin perempuan.
f. Kebesaran, upacara kedua mempelai duduk di puade untuk menerima
ucapan selamat dari keluarga dan undangan.

g. Negor, upaya suami merayu istrinya untuk memulai hidup baru sebagai
sebuah keluarga.

h. Pulang Tige Ari, upacara resepsi pernikahan yang di lakukan di rumah


keluarga pengantin lelaki

MINANGKABAU

1. RUMAH ADAT

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat
Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di
provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain
oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang
menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.

Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia.
Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan
rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari
saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang
disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan
oleh para perantau Minangkabau.

Alat Musik

a. Talempong
Salah satu alat musik tradisional minangkabau adalah talempong. Alat
musik pukul ini terbuat dari kuningan, berbentuk bulat dengan bagian
bawah berlubang dan pada bagian atasnya ada sedikit tonjolan.

Talempong sering digunakan sebagai alat musik untuk mengiringi berbagai


kesenian tradisional minangkabau seperti tarian atau music

b. Saluang

Saluang termasuk alat musik tiup. Alat musik tradisional minangkabau ini
terbuang dari talang yang merupakan sejenis bambu tapi lebih tipis. Talang
dengan ukuran yang lebih besar juga digunakan sebagai wadah untuk memasak
makanan khas minangkabau yaitu Lamang.

Alat musik tradsiional minangkabau yang satu ini memiliki panjang 40-60
sentimeter dengan 4 buah lubang dengan diameter masing-masing lubang 3-4
sentimeter.
c. Rabab
Rabab adalah alat musik tradisional minangkabau yang mirip dengan biola.
Dikatakan mirip karena dari segi bentuk memang hampir sama dan cara
memainkannya pun sama yaitu dengan digesek. Rabab selain menjadi alat
musik juga menjadi kesenian tersendiri. Kesenian rabab biasanya berbentuk
cerita atau dendang dengan diiringi alat musik rabab tadi. Dua aliran rabab
yang cukup terkenal adalah Rabab Pasisia dan Rabab Pariaman.

d. Pupuik Batang Padi

Seperti namanya alat musik tiup ini memang terbuat dari batang padi. Pada
bagian ujung tempat tiupan biasanya dipecah sedikit sehingga menimbulkan
celah, jika ditiup celah ini akan mengelurkan bunyi. Biasanya pupuik batang
padi ditambah dengan lilitan daun kelapa pada ujungnya.

Tarian Daerah

1. Tarian pencak

Tarian pencak berbeda dengan pencak dan silat. Pencak silat dilakukan oleh
dua orang dengan gaya silat. Secara pisik dalam pencak, permainannya dapat
bersinggungan atau bersentuhan. Tetapi, di dalam tarian, pemain tigak
bersinggungan atau bersentuhan. Tarian ini diikuti oleh bunyi-bunyian seperti
talempong dan pupuik batang padi. Gerakannya tidak harus mengikuti irama
dan bunyi-bunyian. Bunyi-bunyian itu hanyalah sekedar pengiring belaka.
Gerakan tarian pencak ini disesuaikn dengan gerak lawan. Bagaimana lawan
memainkan gerakan, seperti itu pula gerakan yang satunya.

Ada 3 jenis tari yang termasuk tarian pencak yaitu:


a. Tari Sewah

Pertama tari sewah, yaitu tarian yang dilakukan dua orang atau tiga orang
seperti bermain pencak dengan menggunakan senjata sewah. Sewah yaitu
senjata tajam yang panjangnya lebih kurang tiga ela.

b. Tari Alo Ambek

Kedua, tari alo ambek, yaitu tarian yang dilakukan dua orang yang dibantu
oleh dua pendamping yang dinamakan dampiang, dan dua orang janang.

c. Tari Galombang

Ketiga, tari galombang, yaitu tarian yang dihidangkan pada upacara pernikahan
atau upacara penobatan penghulu.

2. Tarian Perintang

Tarian perintang yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemuda untuk perintang


waktu. Tarian dapat dilakukan bersama-sama atau seorang diri. Tarian diiringi
bunyi-bunyian seperti talempong, gendang, dan puput batang padi. Tarian
dilakukan dengan bebas dengan irama 4/4 tanpa terikat dengan bunyi-bunyian
yang mengiringinya. Setiap penari bebas melakukan gerakan sesuai
kemahirannya. Akan tetapi ada gerakan yang telah terpola seperti menirukan
gerak tupai, elang terbang, kebaru mengamuk, dan sebagainya. Tarian ini
dimainkan di sawah pada musim panen atau pada acara-acara keramaian
lainnya.

Banyak seklai jenis tarian perintang ini. Antara lain tari piring, tari galuak, dan
tari kerbau jalang.
a. Tari piring

Tari piring dimainkan secara tunggal atau bersama. Dikedua telapak tangan
penari ada piring porselen dan di ujung jarinya dipasang cincin. Cincin ini
dijentik-jentik pada piring sehingga menimbulkan bunyi sesuai dengan irama
nyanyian. Tarian ini dilakukan dengan tempo yang cepat.

b. Tari galuak

Tari galuak yaitu tari yang menggunakan galuak (tempurung kelapa) di kedua
belah tangan. Saat menari, kedua galuak itu dilaga-lagakan sesuai dengan
irama. Benturan kedua galuak itu menimbulkan irama sendiri yang
mengasyikan penonton.

c. Tari kabau jalang

Tari kabau jalang adalah tarian yang menyerupai kerbau jalang atau kerbau liar
yang menggila. Untuk menirukan tanduk kerbau, pemain mengacungkan kedua
tangannya di atas kepala. Nafas penari mendengus-dengus seperti kerbau
jalang. Pada saatnya, penari bisa kesurupan sebagai puncak tarian. Saat itu
kadang-kadang penari menyeruduk penonton. Penonton menjadi gaduh.
Kadang-kadang penonton pun ikut aktif melakukan garakan tari itu. Kemudian
penari berguling-guling seperti kerbau di kubangan.

3. Tarian Kaba

Tarian kaba adalah tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Tarian ini
mengutamakan nyanyian daripada gerak tari. Penari menyanyikan cerita kaba
sambil menari. Pengungkapan cerita kaba dengan nyanyian lebih diutamakan
daripada gerak tarinya. Jadi, tari hanya sebagai pembawa kaba belaka. Tarian
biasanya juga diikuti oleh musik pengiring seperti talempong dan adok. Jenis
tarian ini tergantung kepada cerita kaba yang dibawakan.

Pakaian daerah Minangkabau

Suntiang bungo pudieng (suntiang berbunga puding)


Banyak dipakai didaerah Batipuh Tanah Datar

Suntiang pisang saparak (suntiang pisang sekebun) (Asal Solok Salayo)


Banyak dipakai didaerah Luhak Lima Puluh Kota, Solok, Sijunjung Koto
Tujuh, dan Sungai pagu

Suntiang pisang sasikek (suntiang pisang sesisir)


Banyak dipakai di daerah Pesisir

Suntiang kambang loyang (suntiang kembang loyang)


Banyak dipakai didaerah lain

BAHASA

Bahasa Minangkabau (bahasa Minang: baso Minang) adalah salah satu


bahasa dari rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh Orang Minangkabau
sebagai bahasa ibu khususnya di provinsi Sumatera Barat (kecuali kepulauan
Mentawai), pantai barat Aceh dan Sumatera Utara, bagian barat provinsi Riau,
bagian utara Jambi dan Bengkulu, serta Negeri Sembilan, Malaysia.[2] Bahasa
Minang dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya Bahasa Banjar,
Bahasa Betawi, dan Bahasa Iban.

Sempat terdapat pertentangan mengenai hubungan Bahasa Minangkabau


dengan Bahasa Melayu. Sebagian pakar bahasa menganggap Bahasa
Minangkabau sebagai salah satu dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan
kosakata dan bentuk tutur di dalamnya. Sementara yang lain justru
beranggapan bahwa bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda
dengan Bahasa Melayu.[3][4]

Kerancuan ini disebabkan karena Bahasa Melayu dianggap satu bahasa.


Kebanyakan pakar kini menganggap Bahasa Melayu bukan satu bahasa, tetapi
merupakan satu kelompok bahasa dalam rumpun bahasa Melayik. Di mana
Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa yang ada dalam kelompok
Bahasa Melayu tersebut.

Bahasa Minang masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat


Minangkabau, baik yang berdomisili di Sumatera maupun di perantauan.
Namun untuk masyarakat Minangkabau yang lahir di perantauan, sebagian
besar mereka telah menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu
dalam percakapan sehari-hari.

Senjata

Senjata Tradisional Minang Kabau Kerambit


Kerambit dipakai dalam pertarungan jarak pendek (Close Range Combat)
yang lebih mengandalkan keberanian dan keahlian bela diri.

Senjata ini dikategorikan senjata berbahaya, karena dapat digunakan untuk


menyayat maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak
terdeteksi.

Sabetan senjata Kerambit bila mengenai tubuh, dari luar memang tampak
seperti luka sayatan kecil, namun pada bagian dalam tubuh bisa menimbulkan
akibat yang sangat fatal karena urat-urat putus.

Berdasarkan sejarah, Kerambit dipercaya berasal dari Minangkabau. Dalam


catatan tertua yang ditemukan, yaitu Asian Journal British: July Dec 1827,
mengatakan bahwa tentara Minangkabau dipersenjatai dengan keris di
pinggang dan tombak di tangan mereka

Sedangkan Kerambit digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain


habis atau hilang dalam pertempuran.

Saat ini Kerambit telah dikembangkan pihak barat dengan banyak varian, dan
menjadi senjata wajib personel US Marshall.

3. Senjata Tradisional Minang Kabau Kalewang

Kalewang adalah pedang bergaya golok bersisi satu. Dalam hal ukuran, berat
dan bentuk Kalewang adalah pertengahan antara golok dan kampilan.
Kalewang bermata lurus, namun sebagian besar Kalewang bermata lengkung
dengan ukuran sepanjang pedang pada umumnya.

Kalewang menjadi senjata utama para pasukan Paderi kala Perang Paderi
bergolak di Sumatera Barat pada abad 19. Perwira-perwira Paderi dikenal
sangat terampil menggunakan Kalewang saat bertempur.

4. Senjata Tradisonal Minang Kabau Ruduih

Ruduih adalah senjata tradisional sejenis golok. Senjata ini dapat dikatakan
sebagai senjata perang. Sedangkan untuk berburu biasanya menggunakan
sumpitan.
Dan sejenis senjata tradisional yang paling terkenal di Minang adalah Karih
yang merupakan senjata tikam selain belati.

Keberadaan ruduih tercatat di dalam Museum Perjuangan Tridaya Eka


Dharma, sebagai senjata yang digunakan dalam perang Manggopoh (1908).

Upacara Adat

1.BATAGAK PANGHULU

Batagak panghulu adalah upacara pengangkatan panghulu. Sebelum upacara


peresmiannya, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:

1. Baniah, yaitu menentukan calon penghulu baru.


2. Dituah cilakoi, yaitu diperbincangkan baik buruknya calon dalam sebuah
rapat.
3. Panyarahan baniah, yaitu penyerahan calon penghulu baru.
4. Manakok ari, yaitu perencanaan kapan acara peresmiannya akan
dilangsungkan.

Peresmian pengangkatan panghulu dilaksanakan dengan upacara adat.


Upacara ini disebut malewakan gala. Hari pertama adalah batagak gadang,
yakni upacara peresmian di rumah gadang yang dihadiri urang nan ampek
jinih dan pemuka masyarakat. Panghulu baru menyampaikan pidato. Lalu
panghulu tertua memasangkan deta dan menyisipkan sebilah keris tanda
serah terima jabatan. Akhirnya panghulu baru diambil sumpahnya, dan
ditutup dengan doa. Hari kedua adalah hari perjamuan. Hari berikutnya
panghulu baru diarak ke rumah bakonya diringi bunyi-bunyian.

2.UPACARA PERKAWINAN (Baralek)

1. Pinang-Maminang
Acara ini diprakarsai pihak perempuan. Bila calon suami untuk si gadis
sudah ditemukan, dimulailah perundingan para kerabat untuk membicarakan
calon itu. Pinangan dilakukan oleh utusan yang dipimpin mamak si gadis.
Jika pinangan diterima, perkawinan bisa dilangsungkan.

2. Batimbang Tando
Batimbang tando adalah upacara pertunangan. Saat itu dilakukan pertukaran
tanda bahwa mereka telah berjanji menjodohkan anak kamanakan mereka.
Setelah pertunangan barulah dimulai perundingan pernikahan.

3. Malam Bainai
Bainai adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai yang telah
dilumatkan. Yang diinai adalah keduapuluh kuku jari. Acara ini
dilaksanakan di rumah anak daro (pengantin wanita) beberapa hari sebelum
hari pernikahan. Acara ini semata-mata dihadiri perempuan dari kedua belah
pihak.
4. Pernikahan
Pernikahan dilakukan pada hari yang dianggap paling baik, biasanya Kamis
malam atau Jumat. Acara pernikahan diadakan di rumah anak daro atau di
masjid.

5. Basandiang dan Perjamuan


Basandiang adalah duduknya kedua pengantin di pelaminan untuk disaksikan
tamu-tamu yang hadir pada pesta perjamuan. Kedua pengantin memakai
pakaian adat Minangkabau. Acara biasanya dipusatkan di rumah anak daro,
jadi segala keperluan dan persiapan dilakukan oleh pihak perempuan.

6. Manjalang
Manjalang merupakan acara berkunjung. Acara ini dilaksanakan di rumah
marapulai (pengantin laki-laki). Para kerabat menanti anak daro yang datang
manjalang. Kedua pengantin diiringi kerabat anak daro dan perempuan yang
menjujung jamba, yaitu semacam dulang berisi nasi, lauk pauk, dsb.

3.UPACARA SUNAT RASUL


Sunat Rasul juga merupakan syariat Islam, tanda pendewasaan bagi seorang
anak. Upacara biasanya diselenggarakan waktu si anak berumur 8 12
tahun, bertempat di rumah ibu si anak atau rumah keluarga terdekat ibu si
anak. Acara dimulai dengan pembukaan, lalu si anak disunat, selanjutnya
doa.

4.UPACARA TURUN MANDI


Upacara turun mandi dimaksudkan untuk menghormati keturunan yang baru
lahir dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat bahwa di kaum tersebut
telah lahir keturunan baru. Upacara ini dilaksanakan di rumah orang tua si
anak saat anak tersebut berumur tiga bulan. Di sini, si anak dimandikan oleh
bakonya. Selain itu juga ada perjamuan.

Upacara dan perayaan Minangkabau


Upacara dan perayaan Minangkabau termasuk:

* Turun mandi - upacara memberkati bayi


* Sunat rasul - upacara bersunat
* Baralek - upacara perkahwinan
* Batagak pangulu - upacara pelantikan penghulu. Upacara ini akan
berlansung selama 7 hari di mana seluruh kaum kerabat dan ketua-ketua
dari kampung yang lain akan dijemput
* Turun ka sawah - upacara kerja gotong-royong
* Manyabik - upacara menuai padi
* Hari Rayo - perayaan Hari Raya Aidilfitri
* Hari Rayo - perayaan Hari Raya Aidiladha
* Maanta pabukoan - menghantar makanan kepada ibu mentua sewaktu bulan
Ramadan
* Tabuik - perayaan Islam di Pariaman
* Tanah Ta Sirah, perlantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila Datuk
yang sebelumnya meninggal dunia silang beberapa jam yang lalu (tidak
payah didahului dengan upacara batagak pangulu)
* Mambangkik Batang Tarandam, perlantikan seorang Datuk apabila Datuk
yang sebelumya telah meninggal 10 atau 50 tahun yang lalu (mengisi
jawatan yang telah lama dikosongkan

Aceh
1. Rumah adat

Rumah adat Aceh (bahasa Aceh: Rumoh Aceh) adalah rumah adat dari suku
Aceh. Rumah ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1
bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramo keu
(serambi depan), seuramo teungoh (serambi tengah) dan seuramo likt
(serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu
(rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka
keluarga

2. Alat Musik

1. ARBAB

Arbab merupakan alat musik tradisional Aceh yang terbuat dari alam. Alat musik
arbab ini dibuat dari tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai, sementara
busur penggeseknya terbuat dari kayu, rotan atau serat tumbuhan. Terdiri dari 2
bagian, yaitu instrumen induk yang disebut arbab dan penggeseknya yang disebut
dengan Go Arbab.

Alat musik tradisional Aceh yang dibunyikan dengan cara digesek ini pernah
berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Diperkirakan alat musik
Arbab ada pada jaman Belanda. Akan tetapi sayangnya, saat ini alat musik Arbab
sudah jarang dan mungkin hampir punah dari Serambi Mekah. Wah.. bahaya nih
kalo beneran sudah punah. Nah, biar enggak kehilangan jejak ini dia penampakan
dari Alat Musik Tradisional Arbab :
Alat musik Arbab pada zamannya biasa dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu
tradisional, bersama Geundrang/Rapai dan sejumlah alat musik trandisional
lainnya, di mana Arbab berperan sebagai instrumen utama pembawa lagu. Dalam
tradisinya, musik Arbab biasa dimainkan dalam acara-acara keramaian rakyat,
seperti hiburan rakyat dan pasar malam.

Musik Arbab disajikan ke tengah penontonnya oleh dua kelompok, yakni pemusik
dan penyanyi. Kelompok penyanyi terdiri dari dua orang lelaki, di mana salah
seorang di antara mereka memerankan tokoh wanita, lengkap dengan busana dan
dandanan seperti wanita. Penyanyi yang memerankan perempuan tersebut dikenal
dengan sebutan Fatimah Abi.

Pada umumnya, mereka membawakan lagu-lagu hikayat dan lagu-lagu yang


mengandung muatan humor. Di antara lagu-lagu hikayat yang pernah dibawakan
dalam pertunjukan musik Arbab, tercatat salah satunya berjudul Hikayat Indra
Bangsawan. Beberapa literature menyebutkan bahwa alat musik Arbab pernah
hidup dan berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Dewasa ini,
kesenian Arbab sangat jarang dijumpai, dan diperkirakan mulai kehilangan
tempatnya.

2. BANGSI ALAS

Alat musik tradisional Aceh yang bernama Bangsi Alas adalah merupakan
instrumen tiup dari bambu yang dijumpai banyak dijumpai di daerah Alas,
Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan
dengan mistik, yaitu ketika ada orang meninggal dunia di kampung/desa tempat
Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah
siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi
tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak
tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya.
Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya.

Sangat sedikit informasi tentang alat musik Bansi Alas ini, mungkin
keberadaannya sudah langka dijaman ini. Ini dia ilustrasi dari alat musik Bansi
Alas :
3. CANANG

Canang adalah alat musik tradisional dari Aceh yang sering dijumpai pada
kelompok masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas. Masyarakat Aceh
menyebutnya "Canang Trieng", di Tamiang disebut "Kecapi" dan di Alas disebut
dengan "Kecapi Olah".

Canang terbuat dari kuningan dan bentuknya menyerupai gong. Hampir semua
daerah di Aceh terdapat alat musik canang dan masing-masing memiliki
pengertian dan fungsi yang berbeda-beda pula.

Fungsi canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional. Canang


juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya
dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu
senggang.

Sumber : http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Teropong-
Daerah/Nanggroe-Aceh-Darussalam/Seni-Budaya/Canang

4. GEUNDRANG
Geundrang merupakan salah satu unit alat musik tradisional Aceh yang
merupakan bagian dari perangkatan musik Serune Kalee.

Geundrang termasuk jenis alat musik yang dibunyikan dengan cara dipukul baik
dengan menggunakan tangan atau memakai kayu pemukul.

Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir
Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap
tempo dari musik tradisional etnik Aceh.

3. Tari tradisional Aceh

a. Tari Saman
tari saman

Tari Saman, tarian tradisional ini dulunya adalah tarian etnis Suku Gayo, dimana
ras tersebut sebagai ras tertua di pesisir Aceh saat masa itu.

Saat itu tarian ini bertujuan sebagai media untuk menyebarkan agama Islam.
Sekarang, tarian ini bersifat hiburan dan sering dibawakan untuk mengisi festival
kesenian dimancanegara.

Tarian ini kira-kira dimainkan oleh 9 atau lebih, yang terpenting jumlahnya harus
ganjil. Tapi ngomong-ngomong tentang Tari Saman, saya sempat membaca
didunia maya sempat terjadi kontroversi tentang tarian ini.

Salah seorang netizen mengatakan jika tarian ini dikhususkan untuk laki-laki,
karena tubuh wanita sangat lemah untuk mengikuti gerakan tari saman. Wajar
saja, gerakan dalam tari saman kan terdapat seperti gerak guncang, lingang,
surang-saring, dan kirep. Walau pada dasarnya, gerakannya mengandung tepuk
dada dan tepuk tangan.

Dalam tarian ini, semua penari bergerak dengan sangat kompak, gerakan yang
dianggap klimaks dari semua gerakan adalah ketika penari-penari itu mengangkat
tangannya ke langit, dan memegang tangan temannya. Saya fikir gerakan itu
seperti ombak. Dimana sebagian penari menunduk, sebagian lagi seolah
menegadah kebelakang, sebagian lagi mengangkat tangan.

b. Tari Laweut Aceh


Tari Laweut

Tarian tradisional selanjutnya adalah tari laweut, kata laweut berasal dari
shalawat atau pujian pada Nabi Muhammad SAW. Tarian ini berasal dari Kab.
Pidie, Aceh. Dulunya tarian ini disebut tari seudati.

Tarian ini, biasanya ditarikan oleh 8 orang wanita dan 1 penyanyi. Syair-syairnya
yang dilantunkan berupa ayat-ayat Islam atau dakwahan. Gerakan dalam tarian
ini, hampir sama dengan tari saman, bedanya mereka menarikan secara berdiri.
Jika saya lihat tarian ini tampak sangat sepi. Karena tidak adanya iringan musik.

Masih sangat berkesan tradisional, suara yang dihasilkan dari tepukan tangan para
penari dianggap musik pengiring. Tapi saya pribadi sih, berfikir jika saja
memasukan alat musik rebana kedalam tarian tersebut, pasti akan lebih rame.

c. Tari Tarek Pukat

Tari Tarek Pukat

Tari ini sangat unik karena menggambarkan akitifitas nelayan yang akan
menangkap ikan.
Sejarahnya tarian ini terinspirasi dari tradisi nelayan. Wajar saja, karena
masyarakat Aceh saat itu sebagian besar profesinya adalah seorang nelayan.

Saat menangkap ikan, mereka bergotong royong membuat jala dan menangkap
ikan bersama-sama, dan hasilnya pun akan dibagi kepada warga sekitar.

Makna dalam tarian ini singkatnya adalah kerja sama dan kebersamaan. Musiknya
pun menggunakan alat musik tradisional.

Tarian ini biasanya terdiri dari sekitar 7 orang penari wanita. Dengan kostum
busana tradisional khas Aceh, mereka membawa seuntai jala dipinggangnya,
hingga akhirnya, dengan gerakan ke kanan dan kekiri, masing-masing tali akan
dikaitkan pada teman sebelahnya, lalu dilepas, dan dililitkan lagi, hingga pada
endingnya tali itu akan berbentuk jala.

Walau gerakannya seperti itu-itu saja, ada nilai seni yang terkandung didalamnya.
Saat ini, tarian ini biasa diadakan di acara resmi, acara penyambutan dan perayaan
tertentu.

d. Tari Bines

Tari Bines

Tarian ini berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Biasanya ditarikan oleh sekelompok
perempuan.
Jumlah penari Bines diharuskan berjumlah genap, entah 10, 12 atau berapapun
(tidak ada ketentuan jumlah). Ciri khas dari tarian ini ditarikan dari gerakan
lambat sampai gerakan cepat hingga akhirnya berhenti serentak. Hampir mirip
dengan tarian saman. Disebutnya saja, bagian dari tari saman.

Uniknya bila kamu ingin memberikan uang pada penari, kamu harus menyimpan
uangmu di atas kepala penari. Uang itu dianggap sebagai ganti bunga yang
diberikan dari penari (biasanya ada di akhir acara).

Kostum yang digunakan di tarian ini adalah, baju lukup, kain sarung seragam,
kain pajang, hiasan leher, dan hiasan tangan seperti topong gelang.

Lagu yang dilantunkan di tari ini adalah jangin bines.

4. Pakaian adat

1. Baju meukeusah adalah baju yang terbuat dari tenunan kain sutra yang
biasanya memiliki warna dasar hitam. Warna hitam dalam kepercayaan adat
Aceh disebut sebagai perlambang kebesaran. Oleh karena itulah tak jarang
baju Meukeusah ini dianggap sebagai baju kebesaran adat Aceh. Pada baju
meukeusah kita dapat menemukan sulaman benang emas yang mirip seperti
kerah baju China. Kerah dengan bentuk tersebut diperkirakan karena adanya
asimilasi budaya aceh dengan budaya China yang dibawa oleh para pelaut dan
pedagang China di masa silam.
2. Celana Sileuweu Sama seperti baju, celana panjang yang dikenakan pada
pakaian adat Aceh untuk laki-laki juga berwarna hitam. Akan tetapi, celana
atau dalam Bahasa Aceh disebt Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun.
Beberapa sumber menyebut nama celana ini adalah Celana Cekak Musang.
Celana khas dari adat Melayu. Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak
musang dilengkapi dengan penggunaan sarung dari kain songket berbahan
sutra. Kain sarung yang bernama Ija Lamgugap, Ija krong, atau ija sangket
tersebut diikatkan ke pinggang dengan panjang sebatas lutut atau 10 cm di
atas lutut.
3. Tutup Kepala Pengaruh budaya Islam dalam adat Aceh juga terasa dengan
adanya kopiah sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah
ini bernama Meukeutop. Meukotop adalah kopiah lonjong ke atas yang
dilengkapi dengan lilitan Tangkulok, sebuah lilitan dari tenunan sutra berhias
bintang persegi 8 dari bahan emas atau kuningan.

Bahasa Aceh
Diantara bahasa-bahasa daerah yang terdapat di provinsi NAD, bahasa Aceh
merupakan bahasa daerah terbesar dan yang paling banyak penuturnya, yakni
sekitar 70 % dari total penduduk provinsi NAD (Daud, 1997:10, Daud and
Durie, 1999:1). Penutur bahasa Aceh tersebar di wilayah pantai Timur dan
Barat provinsi NAD. Penutur asli bahasa Aceh adalah mereka yang mendiami
Kabupaten Aceh Besar, Kota Madya Banda Aceh, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Aceh Jeumpa, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Aceh Barat dan Kota Madya Sabang. Penutur bahasa Aceh juga
terdapat di beberapa wilayah dalam Kabupaten Aceh Selatan, terutama di
wilayah Kuala Batee, Blang Pidie, Manggeng, Sawang, Tangan-tangan,
Meukek, Trumon dan Bakongan. Bahkan di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh
Tenggara dan Simeulue, kita dapati juga sebahagian kecil masyarakatnya yang
berbahasa Aceh. Selain itu, di luar provinsi NAD, yaitu di daerah-daerah
perantauan, masih ada juga kelompok-kelompok masyarakat Aceh yang tetap
mempertahankan bahasa Aceh sebagai bahasa ibu mereka. Hal ini dapat kita
jumpai pada komunitas masyarakat Aceh di Medan, Jakarta, Kedah dan Kuala
Lumpur di Malaysia serta Sydney di Australia (Daud, 1997:30).

Senjata daerah Aceh

a. Senjata Tradisional Aceh - Rencong


Rencong adalah senjata tradisional milik masyarakat Aceh yang merupakan
simbol identitas diri, keberanian dan ketangguhan suku aceh. Rencong
merupakan senjata tradisional yang mulai dipakai pada zaman kesultanan
Aceh, yaitu sejak pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah (Sultan Pertama
Aceh). Rencong ini selalu ada dan diselipkan dipinggan Sultan Aceh, para
Ulee Balang dan masyarakatpun menggunakan Rencong sebagai senjata
pertahanan diri. Rencong dikenakan oleh Sultan dan para bangsawan lainnya,
biasanya terbuat dari emas dan sarungnya terbuat dari gading. Sedangkan
rencong yang digunakan oleh masyarakat biasa terbuat dari kuningan atau
besi putih, sedangkan sarungnya terbuat dari kayu atau tanduk kerbau

b. Senjata Tradisional Aceh - Siwah

Senjata tradisional Aceh selanjutnya dikenal dengan nama Siwah. Siwah


adalah senjata tajam sejenis dengan rencong yang juga merupakan senjata
untuk menyerang. Bentuknya hampir sama dengan rencong, tetapi siwah
ukurannya (baik besar maupun panjang) melebihi dari rencong. Siwah sangat
langka ditemui, selain harganya mahal, juga merupakan bahagian dari
perlengkapan raja-raja atau ulebalang-ulebalang. Namun demikian untuk
siwah yang telah diberikan hiasan emas dan permata pada sarung dan
gagangnya lebih berfungsi sebagai perhiasan dari pada sebagai senjata.
Upacara adat

Pola kehidupan masyarakat Aceh diatur oleh hukum adat yang berdasarkan

kaidah-kaidah hukum agama Islam. Adapun susunan masyarakat adalah sebagai

berikut :
Golongan Rakyat Biasa; yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Le (orang banyak).

Disebut demikian karena golongan ini merupakan golongan yang paling banyak

(mayoritas) dalam masyarakat adat Aceh.


Golongan Hartawan; yaitu golongan yang bekerja keras dalam mengembangkan

ekonomi pribadi. Dari pribadi-pribadi yang sudah berada itulah terbentuknya suatu
golongan masyarakat. Karena keberadaannya sehingga mereka menjelma menjadi

golongan hartawan. Golongan ini cukup berperan dalam soal-soal kemasyarakatan

khususnya sebagai penyumbang-penyumbang dana.


Golongan ulama/cendikiawan; umumnya mereka berasal dari kalangan rakyat biasa

yang memiliki ilmu pengetahuan yang menonjol. Sehingga mereka disebut orang

alim dengan gelar Teungku. Mereka cukup berperan dalam masalah-masalah agama

dan kemasyarakatan.
Golongan kaum bangsawan; termasuk didalamnya keturunan Sultan Aceh yang

bergelar Tuanku keturunan yang bergelar UleebalangTeuku (laki-laki) dan

Cut (bagi perempuan).

BATAK KARO
1. RUMAH ADAT
Rumah adat suku Karo, sebagai Gerga adalah tempat tinggal sang

Raja yang penuh dengan motif ukiran penuh makna. Rumah adat Karo yang

paling populer adalah rumah adat Si Waluh Jabu.


Sebenarnya Rumah Adat Karo, terdapat beberapa jenis, yaitu:
Gerga, adalah tempat tinggal sang Raja yang penuh dengan motif ukiran penuh

makna.
Belang Ayo, memiliki bentuk yang mirip dengan Gerga, sehingga kadang Belang Ayo

dianggap sama dengan Gerga.


Si Waluh Jabu, artinya "delapan rumah" atau makna sebenarnya berarti "delapan

keluarga" dalam satu kekerabatan. Rumah adat Si Waluh Jabu adalah nama lain dari

Gerga atau Belang Ayo. Rumah adat Si Waluh Jabu ini yang paling banyak masih

bisa ditemui di beberapa wilayah adat Taneh Karo.


Sepulu Jabu, artinya dalam satu rumah terdiri dari 10 keluarga dalam satu

kekerabatan. Berukuran lebih besar dari Si Waluh Jabu.


Sepulu Dua Jabu, di dalamnya terdapat 12 keluarga dalam satu kekerabatan. Tidak

memiliki kamar seperti Rumah Adat Si Waluh Jabu dan Sepuluh Jabu.
Sepulu Enem Jabu, mungkin merupakan Rumah Adat tertinggi di Indonesia. Di huni

oleh 16 keluarga dalam satu kekerabatan. Karena Sepuluenem Jabu ini adalah Rumah

Adat Karo yang terbesar, kemungkinan Sepuluenem Jabu ini bisa saja merupakan
suatu Istana Kerajaan orang Karo yang dihuni oleh para keluarga Kerajaan di masa

lalu.
Si Enem Jabu, rumah adat yang berukuran lebih kecil dari si Waluh Jabu, dan dihuni

oleh 6 keluarga dalam satu kekerabatan.


Si Empat Jabu, rumah adat yang berukuran paling kecil, dan dihuni oleh 4 keluarga

dalam satu kekerabatan.


Jambur, adalah suatu Balai Pertemuan Adat. Bangunan berbentuk rumah adat Karo

dengan atap ijuk, merupakan tempat pelaksanaan acara-acara adat (adat perkawinan,

adat dukacita) dan kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya. Jambur juga digunakan

untuk tempat anak muda tidur. Para pemuda bertanggung jawab atas keamanan

kampung mereka. Para pemuda tidak pantas tidur bersama orangtuanya dalam satu

kelambu yang disekat-sekat dan sempit. Oleh karena itu para pemuda tidur di

Jambur. Selain itu Jambur juga menjadi sarana bagi pemuda desa lain menginap jika

kemalaman dalam perjalanan, atau pemuda yang datang bertandang untuk melihat

pujaan hatinya yang disebut naki-naki.


Griten (Geriten), bangunan adat tempat menyimpan tengkorak keluarga yang telah

meninggal. Terdiri dari 2 tingkat dan berbentuk panggung, berdiri di atas tiang

penyangga bangunan.
Sapo Page, artinya lumbung padi. Bentuk seperti rumah adat. Berada di halaman

depan rumah adat. Sama dengan Geriten, Sapo Page terdiri dari dua tingkat dan

berdiri di atas tiang. Lantai bawah tidak berdinding. Ruang ini digunakan untuk

tempat duduk-duduk, beristirahat dan sebagai ruang tamu. Lantai bagian atas

berfungsi untuk menyimpan padi.


Lesung, juga digunakan sebagai lumbung padi.
Keben, digunakan untuk penyimpanan beras, merupakan bagian penting dari budaya

Karo, karena beras merupakan tingkat status yang menunjukkan kekayaan seseorang.

2. Alat Musik Karo

a.Kulcapi
Kulcapi adalah salah satu alat musik tradisional budaya karo. Kulcapi hampir
sama dengan gitar akustik biasa hanya saja bedanya kulcapi hanya mempunyai 2
senar (1 dan 2), kulcapi tebuat dari bahan dasar kayu yang di ukir sedemikian
rupa hingga menghasilkan suara yang harmony.

b. Sarune.
1. Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil)
diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan
kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua
lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi
kedua sudut daun tersebut,
2.Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune.
Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang
nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,
3. ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune
yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya
melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang
(hewan), tempurung, atau perak,
4. batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis
baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada.
Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm
dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada
adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
5. gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune
terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya
barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune
tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.

c. Gendang

Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini
dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang

dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri

dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung

(induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian

gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan

fungsi estetis akustiknya


Bagian-bagian gendang itu adalah:

1.tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat

dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir

penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.

2.Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu

nangka(Artocarpus integra sp). Salah satu sampel contoh ukuran untuk

bagian atas gendang anak adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan

keseluruhan 44 cm. ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang

anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan

panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu

3.jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya.

Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm.

Untuk gendang indung, diameter bagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5

cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari

kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan

penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6

cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.

3. Tarian daerah
1. Tari Tradisional Karo Sumatera Utara - Tari Piso Surit.

Piso Surit adalah salah satu lagu, syair, serta tarian Suku Karo yang

menggambarkan seorang pria yang sedang menantikan kedatangan

kekasihnya. Penantian tersebut sangat lama dan menyedihkan dan

digambarkan seperti burung pincala (burung yang berekor panjang dan

pandai bernyanyi) yang sedang memanggil-manggil.

2. Tari Tradisional Karo Sumatera Utara - Tari Gundala - Gundala


Tari Gundala - Gundala adalah sebuah tari tradisional yang masih

dilakukan oleh masyarakat di Desa Seberaya Tanah Karo. Tarian Gundala -

Gundala ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu sebagai

kostumnya. Tari Gundala-Gundala ini dilakukan untuk mendatangkan hujan

3. Tari Tradisional Karo Sumatera Utara - Tari Baka


Tari Baka merupakan tarian tradisional masyarakat suku Karo. Tarian ini

menggambarkan seorang paranormal / orang pintar yang sedang

menyembuhkan orang sakit. Hal ini terkait dengan kebiasaan orang karo

pada zaman dahulu, masyarakat di dataran tinggi Karo masih mengandalkan

orang pintar atau paranormal. Hampir semua masalah yang ada disampaikan

kepada orang pintar atau paranormal. Khususnya untuk masalah penyakit,

masyarakat akan membawanya kepada orang pintar untuk disembuhkan.

Dalam proses penyembuhannya orang pintar atau paranormal menggunakan

sebuah keranjang dan mangkok khusus untuk tempat ramuan-ramuan obat.

4. Pakaian adat
Pakaian Adat Karo Secara tekstur dan pembuatan, pakaian adat Sumatera Utara
dari suku Batak Karo serupa dengan pakaian adat Batak pada umumnya. Kain
yang dibuat dari pintalan kapas bernama Uis Gara dipakai sebagai penutup tubuh
dalam berbagai aktivitas keseharian. Kain Uis Gara sendiri berarti kain merah.
Kain ini ibuat dari tenunan benang merah dan dipadukan dengan warna hitam
atau putih serta motif menggunakan benang emas atau perak.
5. Bahasa
Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo yang
mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat, Deli Serdang,
Dairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia.

Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Karo atau sering
juga disebut Surat Aru/Haru yang merupakan turunan dari aksara Brahmi
dari India kuno. namun kini hanya sejumlah kecil orang Karo dapat
menulis atau memahami aksara Karo, dan sebaliknya aksara Latin yang
digunakan .

Jumlah penutur Bahasa Karo sekitar 600.000 orang pada tahun 1991

6. Senjata daerah batak karo

a. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Gaja

Dompak

Piso Gaja Dompak adalah senjata tradisional Sumatera Utara

yang berbentuk pisau yang berfungsi untuk memotong dan

menusuk. Senjata Tradisional Sumatera Utara tersebut

dikenal Piso Gaja Dompak karena pada gagang pisau

tersebut terdapat ukiran berbentuk gajah.

Piso Gaja Dompak dipercaya merupakan pusaka kerjaan

Batak dimasa raja Sisingamangaraja I. Sebagai pusaka

kerjaan, senjata tradisional Sumatera Utara ini tidak


diperuntukan untuk membunuh, sebagai senjata pusaka Piso

Gaja Dompak ini dipercaya memiliki kekuatan supranatural

yang akan memberikan kekuatan spiritual kepada

pemegangnya.

b. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Tunggal

Panaluan

Tongkat Tunggal Panaluan ini adalah tongkat sakti yang

hanya dimiliki oleh raja batak. Dalam perkembanganya

tongkat ini dipegang oleh Ketua adat dan dipergunakan pada

saat adanya acara besar, seperti mambukka Huta, acara

Horja bius dll. Saat ini tongkat pusaka raja batak ini disimpan

di museum Gereja Katolik Kabupaten Samosir.

Tongkat Tunggal Panaluan oleh semua sub suku Batak

diyakini memiliki kekuatan gaib untuk: meminta hujan,

menahan hujan (manarang udan), menolak bala, Wabah,

mengobati penyakit, mencari dan menangkap pencuri,

membantu dalam peperangan dan lainnya.


c. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Hujur Siringis

Hujur siringis adalah senjata tradisional Sumatera Utara

berupa tombak yang dipergunakan oleh masyarakat Batak

dalam berperang. Hujur Siringis berbentuk tombak kayu

yang ujugnya terbuat dari logam yang runcing.


d. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Silima

Sarung

Disebut Piso Silima Sarung karena didalam 1 sarung 5 buah mata


pisau. Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia, dimana
menurut orang batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh,
kelima badan (wujud). Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan
diri kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih
dulu menyatukan 4 roh, kelima badan.

7. Upacara Adat

1. Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang

2. Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu,


kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi:
o Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri
kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri
adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere
Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak,
maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A.
Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah
kandung.
o Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang.
Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung
seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang
dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat
dalam diri keponakannya.
o Kalimbubu iperdemui, berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh
karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya.
Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.

3. Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan


submerga yang sama.

4. Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan,


jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang
sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina
yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher
(yang jauh menjadi dekat).

5. Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung.


Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang
mempunyai isteri yang bersaudara.

6. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena


mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.
7. Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga
tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena
mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui
perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri.
Anak beru ini terdiri lagi atas: anak beru tua, adalah anak beru dalam satu
keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari
keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang
utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh
pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru
tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena
fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga
dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
o Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat
mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru
sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala
keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si
B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam
panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.

8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri
adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri
mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta
membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat.
Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru
menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara
adat.

Anda mungkin juga menyukai