1. Rumah adat
Sub etnis Batak Simalungun berdiam di sebagian wilayah Deli Serdang sebelah
Timur Danau Toba. Rumah adatnya berbentuk panggung dengan lantai yang
balok ini menumpu pada pondasi umpak. Dinding rumah agak miring dan memilliki
perisai pada sebagian besar sisi bawah, sedang sisi atas berbentuk pelana dengan
gevel yang miring menghadap ke bawah. Pada ujung atas gevel biasanya dihiasi
dengan kepala kerbau. Tanduknya dari kerbau asli dan kepalanya dari injuk yang
dicat serta digambar dengan warna merah, putih dan hitam. Selain sarat dengan nilai
pertemuan masyarakat dapat dimunculkan dengan bentuk geometri segi empat yang
ditengahnya diberi lingkaran lalu diberi corak ragam hias manusia beruang
di mana bagian atas dan bawahnya diberi kepala dalam posisi berlawanan arah.
Corak ragam ornamen Rumah Adat Batak Simalungun Bolon ini selalu berulang,
melalui proses tradisi turun temurun, berkembang dan berpadu saling melengkapi
membedakannya dari yang baik dan jahat. Untuk menolak yang jahat agar tidak
runcing. Hiasan lain Rumah Adat Batak Simalungun Bolon yang khas adalah
berbentuk silinder ini hanya berposisi 2 modul struktur pada bagian depan rumah. Di
Denah rumah memanjang ke belakang dengan tiga modul struktur di bagian depan
dan 5 sampai 7 modul ke belakang. Dua pintu terletak di bagian depan dan belakang.
Untuk mencapai rumah digunakan anak tangga yang berjumlah ganjil. Satu modul
struktur bagian depan tidak berdinding dan digunakan sebagai beranda/teras. Bagian
tengah Rumah Adat Batak Simalungun Bolon ini juga dihilangkan dan digantikan
dengan tangga utama menuju rumah. Dengan demikian terbentuk teras yang
berjumlah dua dan berada di kiri-kanan tangga utama. Karena teras berada satu level
dengan lantai rumah panggung maka posisinya di atas. Untuk mengamankan dibuat
Simalungun Meliputi :
Golongan Idiofon
Mongmongan, merupakan alat musik yang terbuat dari kuningan atau besi yang
Sitalasayak, adalah alat musik yang bentuknya seperti simbal yang ter terbuat dari
kuningan atau besi dan terdiri dari dua bilah yang sama bentuknya.
Garantung, merupakan alat musik yang terbuat dari kayu dan mempunyai
resonantor yang juga terbuat dari kayu. Garantung terdiri dari tujuh bilah yang
Golongan Aerofon
a. Sarune Bolon, merupakan jenis alat musik tiup yang mempunyai dua lidah
(double reed) badannya terbuat dari silastom, nalihnyaq terbuat dari timah,
tumpak bibir terbuat dari tempurung. Lidah terbuat dari daun kelapa, dan
melodi.
b. Sarune Buluh, merupakan jenis alat musik tiup yang yang terdiri dari satu lidah
(single reed). Sarune buluh terbuat dari bambu, mempunyai tujuh lobang suara,
c. Tulila, merupakan sejenis recorder yang terbuat dari bambu, Tulila dimainkan
secara vertikal.
d. Sulim, merupakan alat musik sejenis flute yang terbuat dari bambu.
e. Sordam, merupakan alat musik sejenis flute yang terbuat dari bambu yang
f. Saligung, merupakan salah satu alat musik sejenis flute yang terbuat dari bambu
g. Ole-ole, adalah merupakan jenis alat musik tiup yang yang terdiri dari satu
lidah (single reed).badannya terbuat dari batang padi dan resonantornya terbuat
Hodong-hodong, merupakan alat musik sejenis genggong, genggong jenis alat musik
yang dibuat dari bilah, besi, kawat, dan sebagainya yang dibunyikan dengan ditekankan
Ingon- ingon, merupakan alat musik di ladang yang ditiup oleh angin. Angin memutar kincir
sehingga bambu berbunyi. Ingon-ingon terbuat dari sebilah kayu sebagai kincir dan bambu
Golongan Membranofon
a. Gonrang Sidua-dua, merupakan gendang yang badannya terbuat dari kayu ampirawas dan
kulitnya dari kulit kancil atau kulit kambing. Gonrang Sidua-dua terdiri dari dua gendang.
b. Gonrang sipitu-pitu/Gonrang bolon, merupakan gendang yang badannya terbuat dari kayu
dan kulitnya terbuat dari kulit lembu, kambing, dan kulit kancil. Pada bagian atas terdapat
kulit dan pada bagian bawah ditutupi kayu. Gendangnya terdiri dari tujuh buah gendang .
Golongan Kordofon
a. Arbab, adalah alat musik yang terbuat dari : tabung resonantordari labu atau tempurung,
leher terbuat dari kayu atau bamboo, lempeng atas terbuat dari kulit kanci atau kulit biawak,
senar terbuat dari benang dan alat penggesek terbuat dari ijuk enau yang masih muda.
Husapi, merupakan alat musik sejenis lute yang mempunyai leher. Husapi terbuat dari kayu
c. Jatjaulul/Tengtung, merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang senarnya
Gonrang Sidua-dua adalah seperangkat musik tradisional simalungun yang terdiri dari satu
buah sarune bolon, dua buah gonrang, dua buah gonrang mongmongan dan dua buah ogung.
Gonrang dalam kebudayaan simalungun disebut juga dengan mardagang yang artinya
Topapon, yaitu gual yang menggunakan dua buah gendang dan pola ritmenya sama.
Sitingkahon/Siumbakon, yaitu gual yang menggunakan dua buah gendang yang masing-
masing mempunyai pola ritme yang berbeda. Apabila pembawa ritme dasar oleh gonrang
sibanggalan dan gonrang sietekan sebagai pembawa ritme lain, maka disebut sitingkahon.
Apabila pembawa ritme dasar oleh gonrang sietekan dan gonrang sibanggalan sebagai
pemanggilan roh yang baik dan pengusiran roh yang jahat. Gonrang sidua-dua digunakan
dalam acara :
Marangir, yaitu suatu acara untuk membersihkan badan dari perbuatan tidak baik dan roh-roh
jahat.
Ondos Hosah, yaitu semacam ritual tolak bala yang dilakukan oleh desa atau keluarga.
Manabari/manulak bala, yaitu mengusir mara bahaya dari suatu desa atau dari diri seseorang.
Marbah-bah, yaitu suatu untuk menjauhkan seseorang dari penyakit ataupun kematian.
Mangindo pasu-pasu, yaitu meminta berkat agar tetap sehat dan mendapat rezeki.
Manogu losung/hayu, yaitu acara untuk mengambil kayu untuk dijadikan lumpang atau tiang
rumah.
Dalam upacara adat, yaitu upacara dalam hubungan antara manusia dengan manusia.
Marhajabuan, acara pemberkatan pada suatu perkawinan agar perkawinan tersebut diwarnai
kebahagiaan.
Mangiligi, yaitu suatu acara yang diadakan untuk menghormati seseorang yang meninggal
Bagah-bagah ni sahalak, yaitu suatu acara yang diadakan karena seseorang ingin membuat
pesta.
Dalam acara malasni uhur atau acara kegembiraan, Gonrang sidua-dua digunakan dalam
acara :
Mangalo-alo tamu, yaitu suatu acara untuk menyambut tamu penting dari luar daerah.
Pesta malasni uhur, yaitu suatu acara kegembiraan yang diadakan suatu keluarga.
Gonrang sipitu-pitu/ gonrang bolon adalah seperangkat alat musik tradisional Simalungun
yang terdiri dari satu buah sarunei bolon pemainnya disebut parsarune, tujuh buah gonrang
pemainnya disebut panggual, dua buah mong-mongan pemainnya disebut parmongmong dan
dua buah ogung yang pemainnya disebut parogung. Parhata gonrang sipitu-pitu sama dengan
gonrang sidua-dua. Masyarakat simalungun menyebut gonrang ini dengan nama gonrang
bolon untuk upacara adat malas ni uhur (sukaria) dan menyebutnya gonrang sipitu-pitu untuk
Manombah/memuja
Maranggir
Ondosh Hosah
Mangindo pasu-pasu
Rondang Bintang
sasahalak.
Orang simalungun menyebut nyanyian rakyat simalungun dengan doding. Bernyanyi dalam
Taur-taur dan simanggei, nyanyian keluh kesah pemuda-pemudi. Taur-taur dinyanyikan oleh
Ilah, yaitu nyanyian yang dilakukan oleh pemuda dan pemudi secara bersamaan.
Urdo-urdo, yaitu nyanyian dari orang tua untuk menidurkan anak yang masih kecil.
Tangis, merupakan nyanyian duka karena putus asa berpisah dengan anggota keluarga
karena kematian.
Orlei dan dan mardogei, yaitu suatu nyanyian yang dilakukan secara bersama-sama sambil
bekerja.
Mandillo tonduy, yaitu nyanyian yang dilakukan ibu tua untuk memanggil roh.
Manalunda/mangmang yaitu suatu mantera yang dinyanyikan oleh seorang datu (dukun)
10. Inggou turi-turian, yaitu suatu nyanyian yang dilagukan oleh seorang datu untuk hiburan
Pengungkapan emosional
Penghayatan estetis
Sebagai Hiburan
Sarana komunikasi
Sebagai pelambang
Kontrol sosial
Sarana pengajaran
3. Tarian daerah
a. Tari Tradisional Simalungun Sumatera Utara - Tari Toping Toping
Tari Toping Toping adalah merupakan sebuah tarian unik yaitu tari tradisional
keluarga kerajaan yang sedang berduka cita. Pada awalnya tari toping toping
Tari toping toping dilakukan oleh beberapa orang dengan mengenakan kostum
berupa topeng dan diiringi oleh alat-alat musik tradisional sumatara utara
memainkan perangkat musik sarunei bolon, dua orang penabuh gonrang, satu
yaitu topeng dalahi (topeng yang menyerupai wajah pria yang juga
dikenakan oleh penari pria), Topeng Daboru (topeng yang menyerupai wajah
wanita, dan dikenakan oleh penari wanita) serta Topeng Huda-Huda (Topeng
Tari Manduda adalah tari tradisional yang berasal dari Simalungun Sumatera Utara
yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas panen raya. Tari Manduda
gembira, mulai menanam padi hingga sampai kepada suasana menuai padi. Gerak
c. Tari Tradisional Simalungun Sumatera Utara - Tari Tor Tor Sombah Simalungun
4. Pakaian daerah
Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan
bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber
kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak
seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di
rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan "mambere hiou"
(memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan
dan kasih sayang kepada penerima Hiou. Hiou dapat dikenakan dalam
berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah,
penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain.
Hiou dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang
berbeda-beda, misalnya Hiou penutup kepala wanita disebut suri-suri, Hiou
penutup badan bagian bawah bagi wanita misalnya ragipanei, atau yang
digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Hiou dalam pakaian
penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang
disebut tolu sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup
dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).
5. Bahasa
Suku Simalungun menggunakan Bahasa Simalungun (bahasa simalungun:
hata/sahap Simalungun) sebagai bahasa Ibu. Derasnya pengaruh dari suku-
suku di sekitarnya mengakibatkan beberapa bagian Suku Simalungun
menggunakan bahasa Melayu, Karo, Batak, dan sebagainya. Penggunaan
Bahasa Batak sebagian besar disebabkan penggunaan bahasa ini sebagai
bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada
Suku Ini. Aksara yang digunakan suku Simalungun disebut aksara Surat
Sisapuluhsiah
6. Senjata
Tongkat Tunggal Panaluan ini adalah tongkat sakti yang hanya dimiliki
oleh raja batak. Dalam perkembanganya tongkat ini dipegang oleh Ketua
adat dan dipergunakan pada saat adanya acara besar, seperti mambukka
Huta, acara Horja bius dll. Saat ini tongkat pusaka raja batak ini disimpan
di museum Gereja Katolik Kabupaten Samosir.
Tongkat Tunggal Panaluan oleh semua sub suku Batak diyakini memiliki
kekuatan gaib untuk: meminta hujan, menahan hujan (manarang udan),
menolak bala, Wabah, mengobati penyakit, mencari dan menangkap
pencuri, membantu dalam peperangan dan lainnya.
c. Hujur Siringis
Hujur siringis adalah senjata tradisional Sumatera Utara berupa tombak
yang dipergunakan oleh masyarakat Batak dalam berperang. Hujur
Siringis berbentuk tombak kayu yang ujugnya terbuat dari logam yang
runcing.
Disebut Piso Silima Sarung karena didalam 1 sarung 5 buah mata pisau.
Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia, dimana menurut orang
batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh, kelima badan (wujud).
Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan diri kepada Mulajadi
Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih dulu menyatukan 4 roh,
kelima badan
e. Piso Sitolu
f. Pisau Karo
Pisau Karo merupakan senjata tradisional Sumatera Utara yang dibuat
sekitar Abad 19 dengan dimensi panjang sekitar 31-55 cm. Pegangan
pisau ini terbuat dari kayu, rotan dan gading. Sarungnya ditutupi perak
dan suasa.
7. Upacara Adat
a. Mamongkot Ruma Bayu, yaitu acara memasuki rumah baru agar orang
segala bentuk masalah. Dan acara ini sekaligus menjadi suatu bentuk
meninggal dunia yang usianya sudah tua dan sudah memilki cucu. Acara
meninggal tersebut dan hal ini dijadikan untuk melihat keberadaan kelurga
Tuhannya dan oleh sebab itu mereka juga yakin akan keselamatan dengan
melakukan upacara ini. Begitu juga dengan agama sekarang yang sudah
Tuhannya.
d. Maranggir, yaitu upacara yang dilakukan untuk membersihkan badan dari
menganut paham animisme, bahwa kekuatan roh selalu ada baik itu roh
baik maupun roh jahat. Jadi untuk menghindari kekuatan yang datang dari
utama yang umumnya dipakai untuk upacara ini adalah jeruk purut,
bunga, tujuh rupa, dan air. Upacara ini dilakukan dengan cara
dapat diminum
e. Marhajabuan yaitu acara yang dilakukan untuk pemberkatan pernikahan.
Acara ini merupakan suatu bentuk persyaraatn sacral yang harus dipenuhi
memandikannya dengan air. Hal ini dilakukan untuk pemberin nama yang
cocok untuk orang tersebut karena masyarakat Simalungun meyakini
Sunda
a. Rumah adat
1. Imah Julang Ngapak Julang Ngapak dalam bahasa Indonesia berarti
seekor burung yang mengepakkan sayapnya. Nama rumah ini
demikian karena memang desain atapnya tampak melebar di sisi-
sisinya, dan bila dilihat dari depan, bentuk atapnya memang terlihat
seperti seekor burung yang mengepakkan sayapnya Rumah dengan
desain atap Julang Ngapak umumnya akan dilengkapi dengan cagak
gunting atau capit hurang di bagian bubungannya. Keduanya sama-
sama digunakan untuk mencegah rembesnya air di bagian pertemuan
antar atap yang terletak di ujung atas rumah. Atapnya sendiri dapat
dibuat dari bahan rumbia, ijuk, atau alang-alang yang diikat pada
kerangka atap dari bambu. Desain rumah Julang Ngapak hingga kini
masih dapat dijumpai di Kampung Dukuh, Kuningan; Kampung Naga,
Tasikmalaya; dan beberapa daerah lainnya di Jawa Barat. Bahkan
selain itu, gedung Institut Teknologi Bandung beberapa di antaranya
menggunakan desain atap rumah adat Jawa Barat yang satu ini.
2. Imah Togog Anjing Togog Anjing berarti anjing yang sedang duduk.
Atap rumah adat satu ini memang memiliki desain yang menyerupai
bentuk anjing saat duduk. Ada 2 bidang atap yang menyatu
membentuk segitiga, dan satu bidang atap yang menyambung pada
atap bagian depan. Atap yang menyambung ini biasa disebut sorondoy
dan biasanya menjadi peneduh untuk teras depan rumah. Desain
rumah Togog Anjing hingga kini masih sering dijumpai pada rumah
tradisional masyarakat Garut. Beberapa bungalow, hotel, dan tempat-
tempat peristirahatan di sekitar Puncak juga kerap ditemui
menggunakan desain atap rumah ini.
3. Imah Badak Heuay berarti badak yang sedang menguap. Dilihat dari
desain atapnya, model rumah Badak Heuay tampak seperti rumah
Tagog Anjing. Hanya saja, di bagian suhunan, atap belakang melewati
tepi pertemuan sehingga tampak seperti mulut badak yang sedang
menguap. Desain atap rumah adat Jawa Barat ini hingga sekarang
masih sering digunakan masyarakat Sukabumi sebagai desain rumah
hunianmereka
5. Imah Parahu Kumureb Dan yang terakhir adalah desain rumah Parahu
Kumureb atau perahu tengkurap. Desain atap rumah adat Jawa Barat
ini memiliki 4 bagian utama. Dua bagian di depan dan belakang
berbentuk trapesium, dan dua bagian di sisi kanan kiri berbentuk
segitiga sama sisi. Di Palembang, desain atap Parahu Kumureb juga
disebut desain atap Limasan. Sesuai namanya, atap rumah adat Sunda
satu ini memang tampak seperti sebuah perahu yang terbalik atau
tengkurap. Karena terlalu banyak sambungan, desain atap ini sering
kali mudah bocor sehingga jarang digunakan. Kendati begitu,
masyarakat Kampung Kuta di Kabupaten Ciamis masih ada yang
menggunakannya.
.
Alat Musik
1. Karinding
Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini
berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang,
Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong
Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional
karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan
dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan
alat musik karinding dibuat dari bambu. Alat musik tradisional
karinding ini sangat unik, selain dari asal daerah pembuatan
karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan
pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari
bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil
dan memanjang, konon alat musik ini juga digunakan sebagai
susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya.
Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung
digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah
disimpan pada tempat bako (tembakau) Cara memainkan
karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3 ruas
ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul
dengan jari tangan, dan akibat pukulan tersebut akan
menghasilkan vibrasi suara. vibrasi suara inilah yang akan diolah
oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada
2. Tarawangsa adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang
dimainkan dengan cara di gesek. Alat musik tradisional
tarawangsa ini keberadaannya lebih tua dari alat musik rebab.
Terbukti alat musik tradisional tarawangsa disebutkan dalam
naskah kuno abad ke 18 sewaka darma. Alat musik ini dapat
ditemui di beberapa daerah di Jawa Barat dan Banten. Yaitu di
daerah Rancakalong (Sumedang), Cibalong dan Cipatujah
(Tasikmalaya), Banjaran (Bandung) dan Kanekes (Banten)
Walaupun alat musik ini memiliki 2 dawai, namun hanya satu
dawai saja yang dibunyikan dengan cara digesek. Selebihnya
dawai tersebut dibunyikan dengan dipetik dengan jari telunjuk
tangan kiri. Tarawangsa sebagai salah satu alat musik tradisional
ini sering dimainkan dengan diiringin oleh alat musik sejenis
kecapi yang disebut dengan Jentreng.
3. Jentreng adalah alat musik tradisional dari Jawa Barat yang
dimainkan dengan cara dipetik dan di toel (disentuh). Alat musik
ini mirip dengan alat musik Kecapi akan tetapi ukurannya lebih
kecil dan hanya memiliki 7 buah senar. Jentreng biasanya dibuat
dari kayu kembang kenanga atau dari kayu nangka.
Keberadaan alat musik Jentreng ini tidak jauh berbeda dengan alat
musik Tarawangsa
4. Kacapi adalah merupakan alat musik tradisional Jawa Barat.
Kacapi merupakan alat musik utama dalam tembang sunda atau
mamaos cianjuran. Alat musik tradisional yang merupakan salah
satu icon dari Jawa Barat ini dipergunakan dengan cara dipetik.
Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu kacapi indung (kacapi induk) dan
kacapi rincik (kacapi anak). Alat musik kacapi dapat ditemui
hampir diseluruh wilayah di Jawa Barat. Dan sampai saat ini alat
musik kacapi masih sering dipergunakan dan dilestarikan sebagai
salah satu warisan budaya orang sunda. Diduga alat musik
tradisional kacapi ini sudah ada sebelum abad ke 15, dimana
kacapi indung dipergunakan untuk mengiringi pantun sunda.
5. Alat musik tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat ini
sudah mendunia, dan tentu saja kita sebagai generasi penerus
Bangsa mempunyai tanggung jawab yang sama untuk
melestarikan kebudayaan Indonesia ini. Angklung adalah alat
musik tradisional yang terbuat dari bambu, dibunyikan dengan
cara digoyang. Benturan antara badan pipa bambu akan
menghasilkan bunyi yang memiliki nada-nada tertentu disesuaikan
dengan besaran bambu yang digunakannya. Tidak jelas sejak
kapan angklung digunakan masyarakat Jawa Barat, namun dari
bentuknya diduga angklung mulai digunakan ketika terdapatnya
kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal
penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari
relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara. Namun
demikian catatan mengenai alat musik angklung ini ada pada masa
kerajaan sunda yaitu pada abad ke 12 sampai 16.
6. Berbeda dengan angklung yang cara memainkannya dengan di
goyagkan. Alat musik tradisional Calung ini dibunyikan dengan
cara dipukul. Biah bambu yang disusun berjajar ini dipukul ruas-
ruasnya sehingga menimbulkan nada. Alat musik calung memang
merupakan prototipe dari alat musik angklung. Alat musik ini
dibuat dari Jenis bambu untuk pembuatan calung dimana
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang
dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Alat musik
ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu calung rantay dan calung
jinjing. Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit
waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7
wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.Adapun calung jinjing
berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah
kecil bambu (paniir).
7. Celempung adalah alat musik yang terbuat dari hinis bambu (kulit
bambu) yang dimainkan dengan cara dipukul. Seperti halnya alat
musik tradisional karinding, pukulan pada hinis bambu pada
celempung akan menghasilkan resonansi bunyi. Celempung
dimainkan dengan 2 cara ; dipukul ( kedua alur sembilu dipukul
bergantian, tergantung ritme dan suara yang diinginkan ) dan
diolah ( tangan kiri mengatur besar kecil suara yang keluar dari
badan celempung ). Suara tinggi diperoleh dengan membuka lebih
lebar. Suara rendah dengan menutup rapat lubang. Suara yang
dihasilkan celempung bisa beragam, tergantung keahlian pemain.
8. Arumba merupakan alat musik yang juga terbuat dari bambu sama
seperti angklung. Nama Arumba sendiri sebenarnya adalah
singkatan dari alunan rumpun bambu. Dan pada awalnya alat
musik tradisional Jawa Barat yang satu ini menggunakan
pentatonis sebagai tangga nada yang ia hasilkan. Namun saat ini
Arumba menggunakan nada diatonis.
9. Rebab adalah alat musik tradisional jawa barat yang dimainkan
dengan cara menggesek dua buah senarnya. Rebab terbuat dari
kayu dan untuk menggetarkan suaranya ditutup dengan kulit tipis
yang memiliki tangga nada pentatonis.
Demikianlah beberapa alat musik tradisional yang berasal dari
Provinsi Jawa Barat. Masih banyak alat musik tradisional lainnya
di Jawa Barat bahkan ada yang sudah hampir punah tidak dikenal
orang. Mungkin ketujuh alat musik tradisional ini yang masih
dikenal dan masih populer hingga sekarang.
10. Alat musik jenis tiup ini di Jawa barat terdapat dua macam. Ada
suling yang dibuat dengan 4 lubang, dan ada yang dibuat dengan 6
lubang. Yang 4 lubang mengeluarkan suara lebih berdengung
dibanding dengan suling yang memiliki 6 lubang
Tarian Daerah
a. Tari Topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang sudah dikenal sejak
zaman dahulu. Tarian ini diyakini masyarakat Cirebon telah ada sejak
kesultanan Cirebon. Disebut dari topeng karena para penarinya menggunakan
topeng saat beraksi. Pada pertunjukan tari topeng Cirebon ini, penarinya
disebut sebagai dalang. Hal ini disebabkan karena pada pertunjukan tari
topeng biasanya penari menggunakan beberapa topeng yang memiliki
karakter yang berbeda-beda. Pada umumnya penari tari topeng menggunakan
3 topeng yang digunakan secara simultan. Diawali dengan topeng warna
putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Setiap
perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin
keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan.
Musik pengiring tari topeng Cirebon ini adalah menggunakan gamelan khas
Cirebon. Tradisi pertunjukan Tari Topeng Cirebon ini telah berkembang dan
menyebar di daerah daerah Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka,
Losari, dan Brebes. Perkembangan tari topeng tersebut menyebabkan
munculnya berbagai variasi dan gaya tari topeng yang akan dibahas tersendiri
dimasa mendatang.
b. Tari Merak ini diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri
pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini
mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat
ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965.
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-
16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling
yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya. Disebut
tari wayang karena para penari mengenakan kostum dan melakukan gerak tari yang
menggambarkan tokoh / karakter wayang yang dikenal masyarakat di Jawa Barat.
Pada awalnya tari wayang ini dimainkan pada saat pertunjukan wayang orang,
namun pada perkembangannya kemudian tari wayang menjadi satu pertunjukan seni
terse
Tari Ketuk tilu merupakan tarian tradisi Jawa Barat khususnya wilayah
Priyangan, Bogor dan Purwakarta. Pertunjukan tari Ketuk Tilu terdiri dari
penari wanita yang biasa disebut ronggeng dan nayaga sebagai pengiring
musik. Pertunjukan ketuk tilu biasanya dilakukan diarea terbuka baik didalam
maupun diluar ruangan, ronggeng biasanya akan menari mengitari lampu
yang berkaki (sunda = obor).
Tari Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang dasarnya adalah tari
Ketuk Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas seniman Jawa Barat
Gugum Gumbira. Pada awal perkembangannya tari jaipong juga disebut ketuk
tilu. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari
"Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya
merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri).
Saat ini tari jaipong sudah menjadi ikon tarian di Jawa Barat. Tarian ini
banyak ditampilkan baik pada acara perhelatan yang dilakukan masyarakat
maupun pemerintah Jawa Barat.
f. Tari Keurseus
Tari Keurseus merupakan tarian tradisional Jawa Barat yang disusun oleh R.
Sambas Wirakoesoemah, lurah Rancaekek (Bandung) tahun 1915-1920 dan
1926-1935. Beliau adalah putra Nyi Raden Ratnamirah dan Raden
Mintapradjakoesoemah, wedana Tanjungsari, Sumedang.
Pada awalnya dikenal tari tayub/tayuban yaitu tarian yang dilakukan oleh para
menak (pejabat). Pada tahun 1905-1913, Wirakoesoemah belajar tari kepada
Uwanya, Rd. Hj. Koesoemaningroem, penari di Kabupaten Sumedang dan ia
juga belajar pada Sentana (Wentar), pengamen Topeng dari Palimanan,
Cirebon tahun 1914. Dari bekal belajar tari itu, kemudian ia menyusun dan
merapikan tari Tayub yang pada masanya sering dilakukan oleh para penari
yang sudah dipengaruhi oleh minuman keras dan menari tanpa ada gerakan
dasar. Dengan tujuan untuk menata budi para menak maka R.Sambas
Wirakoesoemah mendirikan perguruan tari.
g. Tari Buyung
Tari buyung adalah tarian tradisional Jawa Barat yang biasanya dilakukan
pada acara puncak pada upacara seren taun yang dilakukan masyarakat Jawa
Barat. Tarian ini merupakan kreasi dari Emalia Djatikusumah, istri dari
Pangeran Djatikusumah salah seorang sesepuh adat.
Tarian ini menggambarkan para gadis desa yang mandi dan mengambil air
bersama-sama dicurug (air terjun) Ciereng dengan menggunakan buyung
(tempat air dari logam/tanah liat)
h. Ronggeng Bugis
Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi adalah salah satu tari tradisional yang
bersifat komedi dari Cirebon. Tarian ini bersifat komedi karena dimainkan
oleh penari laki-laki sebanyak 12 - 20 orang dengan dandanan dan gaya
menari layaknya perempuan. Namun jangan salah walaupun bergaya wanita,
makeup yang dipergunakan oleh penari tidak kelihatan cantik justru bisa
dibilang mirip baduk yang mengundang gelak tawa.
Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang
dengan diiringi gending 6 orang. Gadis tersebut dimasukkan ke dalam
kurungan ayam yang berselebung kain. Pawang/dalang kemudian berjalan
memutari kurungan ayam itu sembari merapalkan mantra memanggil ruh
Dewi Lanjar. Jika pemanggilan ruh Dewi Lanjar berhasil, maka ketika
kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah terlepas dari ikatan dan berdandan
cantik, lalu menari diiringi gending
j. Tari Sampiung
Tari Sampiung adalah tari tradisional Jawa Barat pada zaman dahulu
yang dipertunjukan sebagai kelengkapan upacara hari-hari penting seperti
Seren Taun, Pesta Panen, Ngaruat, Rebo Wekasan, bahkan pada hari raya
kenegaraan seperti pada perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan RI.
Asal mula nama Tari Sampiung karena lagu pengiringnya berjudul Sampiung.
Kadang disebut juga Tari Ngekngek, karena waditra pengiringnya adalah
Tarawangsa (alat Gesek, seperti Rebab) yang biasa disebut Ngekngek.
Sebagian orang menyebutnya Tari Jentreng, karena salah satu waditra
pengiringnya adalah Jentreng, yaitu alat petik berupa kacapi dengan ukuran
kecil, yang juga biasa dipinjam namanya untuk nama tarian yang ditampilkan.
Pakaian daerah
Bahasa
Bahasa Sunda (Basa Sunda, dalam aksara Sunda ditulis adalah sebuah
bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.
Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang dan merupakan bahasa
Ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa.
Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten,
serta wilayah barat Jawa Tengah mulai dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di
wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten
Cilacap, di sebagian kawasan Jakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia
dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk
suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa
Melayu-Sumbawa.
Senjata Daerah Jawa Barat
1. Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat yang bentuknya unik
dengan panjang sekitar 20 - 25 cm. Bahan pembuat kujang adalah dari besi,
baja dan bahan pamor (baja putih yang ditempatkan pada bilah keris dan
sebagainya). Pertamakali mulai dibuat pada abad ke 8 - 9, namun demikian
ada beberapa pihak yang menyatakan kemungkinan bahwa kujang telah
dipakai sebelum itu yang didasarkan pada kemungkinan teoritis terhadap
bentuk kujang itu sendiri.
Dilihat dari bentuk dan ragamnya, kujang dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu:
1. Kujang ciung (kujang yang bentuknya menyerupai burung ciung)
2. Kujang jago (kujang yang bentuknya menyerupai ayam jago)
3. Kujang kuntul (kujang yang bentuknya menyerupai burung kuntul)
4. Kujang bangkong (kujang yang bentuknya menyerupai bangkong (kodok))
5. Kujang naga (kujang yang bentuknya menyerupai ular naga)
6. Kujang badak (kujang yang bentuknya menyerupai badak); dan
7. Kudi (pakarang dengan bentuk yang menyerupai kujang namun agak
kurus).
Sedangkan, apabila dilihat dari fungsinya kujang dapat pula dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Kujang sebagai pusaka (lambang keagungan seorang raja atau pejabat
kerajaan)
2. Kujang sebagai pakarang (kujang yang berfungsi sebagai senjata untuk
berperang);
3. Kujang sebagai pangarak (alat upacara); dan
4. Kujang pamangkas (kujang yang berfungsi sebagai alat dalam pertanian untuk
memangkas, nyacar, dan menebang tanaman).
1. Senjata Tradisional Jawa Barat - Baliung
Baliung adalah alat untuk menebang pohon besar atau sebagai salah
satu perkakas untuk membangun rumah. Di daerah lain disebut juga
kapak/patik. Gagangnya terbuat dari kayu yang agak panjang (30-35 cm).
Tenaga dan daya tekan Baliung harus lebih besar dari pada bedog, dan karena
itu dibuat dari besi baja yang lebih besar dan tebal pada bagian pangkal
(bagian yang tumpulnya).
Bedog adalah salah satu senjata tradisional berupa pisau besar (golog) yang
berfungsi untuk memotong ( tuktak-teukteuk), membelah kayu, menebang pohon
(nuar) menyembelih dan memotong daging hewan serta peralatan untuk bekerja di
kebun. Secara umum terdapat beberapa jenis Bedog yang didasarkan pada fungsinya
antara lain :
Upacara Seren Taun adalah upacara adat khas tradisional Jawa Barat dimana
upacara adat ini intinya adalah mengangkut padi (ngangkut pare) dari sawah
ke leuit (lumbung padi) dengan menggunakan pikulan khusus yang disebut
rengkong dengan diiringi tabuhan musik tradisional. Selanjutnya diadakan
riungan (pertemuan) antara sesepuh adat/pemuka masyarakat dengan para
pejabat pemerintah setempat.
dimaksudkan sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
segala hasil laut yang diperoleh oleh para nelayan, juga di tujukan sebagai
BETAWI
a. Rumah adat
Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi. Disebut
dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana
yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut
terlihat seperti lipatan kebaya.
Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga memiliki rumah adat lainnya.
Seperti : Rumah Gudang dan Rumah Joglo. Meskipun suku Betawi memiliki
3 rumah adat akan tetapi yang tercatat secara resmi menjadi rumah adat suku
Betawi adalah rumah kebaya.
Ciri khas dari rumah ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang
berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga. Pada
zaman dahulu, masyarakat betawi membuat sumur di depan rumahnya dan
pemakaman yang berada disamping rumah. Dan, dinding rumahnya terbuat
dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini
dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.
Rumah ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya , yakni bagian
depan bersifat semi publik, sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri
dan sejuknya rumah tersebut. Dan yang kedua adalah bagian belakang yang
bersifat pribadi. Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari
pihak pemilik rumah
b. Alat Musik
1. Saron
Alat musik yang bernama Saron dikenal sebagai salah satu instrumen
Gamelan yang termasuk keluarga Balungan. Nama lain Saron adalah ricik.
Dalam pertunjukan adat Betawi, alat musik ini selalu tampil dimainkan oleh
musisi secara tradisional.
2. Kendang
Dikenal sebagai alat musik Jawa Tengah dan Jawa Barat, rupanya Kendang
juga populer pada kesenian musik Betawi dalam berbagai acara, baik acara
sekedar hiburan atau acara adat pada hari besar tertentu.
3. Gong
Alat musik Gong menurut informasi yang didapat, adalah sebuah alat
musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini
digunakan untuk alat musik tradisional diberbagai daerah, termasuk juga
Betawi.
Selain itu, untuk peresmian acara tertentu, Gong juga sering menjadi
simbol peresmian acara.
Pakaian Adat
2. Pakaian adat Betawi sehari hari untuk perempuan berupa baju kurung berlengan
pendek. Untuk warna baju kurung biasanya menggunakan warna-warna yang
mencolok, diserasikan dengan kebawahannya berupa kain sarung batik bermotif
geometrik. Sebagai pelengkap digunakan penutup rambut berupa kerudung dengan
warna yang disesuaikan dengan baju kurung atau bawahan batiknya
Bahasa
Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia
(bew) adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu.
Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini
hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu
Jakarta.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan
pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sunda,
bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa
Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis.
Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke
bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta
pedagang yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara
alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang
membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur
linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me-,
penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/
terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau // pada beberapa dialek local
Senjata
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.
Upacara Adat
Budaya betawi mengenal cara yang bertingkat-tingkat untuk sampai pada
tahap berumah tangga. Tahap-tahap itu pada saat ini memang jarang atau tidak lagi
dilakukan, karena berbagai halangan. Tahap-tahap tersebut adalah:
e. Akad Nikah, ikrar yang di ucapkan oleh pengantin laki-laki di hadapsn wali
pengantin perempuan.
f. Kebesaran, upacara kedua mempelai duduk di puade untuk menerima
ucapan selamat dari keluarga dan undangan.
g. Negor, upaya suami merayu istrinya untuk memulai hidup baru sebagai
sebuah keluarga.
MINANGKABAU
1. RUMAH ADAT
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat
Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di
provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain
oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang
menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia.
Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan
rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari
saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang
disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan
oleh para perantau Minangkabau.
Alat Musik
a. Talempong
Salah satu alat musik tradisional minangkabau adalah talempong. Alat
musik pukul ini terbuat dari kuningan, berbentuk bulat dengan bagian
bawah berlubang dan pada bagian atasnya ada sedikit tonjolan.
b. Saluang
Saluang termasuk alat musik tiup. Alat musik tradisional minangkabau ini
terbuang dari talang yang merupakan sejenis bambu tapi lebih tipis. Talang
dengan ukuran yang lebih besar juga digunakan sebagai wadah untuk memasak
makanan khas minangkabau yaitu Lamang.
Alat musik tradsiional minangkabau yang satu ini memiliki panjang 40-60
sentimeter dengan 4 buah lubang dengan diameter masing-masing lubang 3-4
sentimeter.
c. Rabab
Rabab adalah alat musik tradisional minangkabau yang mirip dengan biola.
Dikatakan mirip karena dari segi bentuk memang hampir sama dan cara
memainkannya pun sama yaitu dengan digesek. Rabab selain menjadi alat
musik juga menjadi kesenian tersendiri. Kesenian rabab biasanya berbentuk
cerita atau dendang dengan diiringi alat musik rabab tadi. Dua aliran rabab
yang cukup terkenal adalah Rabab Pasisia dan Rabab Pariaman.
Seperti namanya alat musik tiup ini memang terbuat dari batang padi. Pada
bagian ujung tempat tiupan biasanya dipecah sedikit sehingga menimbulkan
celah, jika ditiup celah ini akan mengelurkan bunyi. Biasanya pupuik batang
padi ditambah dengan lilitan daun kelapa pada ujungnya.
Tarian Daerah
1. Tarian pencak
Tarian pencak berbeda dengan pencak dan silat. Pencak silat dilakukan oleh
dua orang dengan gaya silat. Secara pisik dalam pencak, permainannya dapat
bersinggungan atau bersentuhan. Tetapi, di dalam tarian, pemain tigak
bersinggungan atau bersentuhan. Tarian ini diikuti oleh bunyi-bunyian seperti
talempong dan pupuik batang padi. Gerakannya tidak harus mengikuti irama
dan bunyi-bunyian. Bunyi-bunyian itu hanyalah sekedar pengiring belaka.
Gerakan tarian pencak ini disesuaikn dengan gerak lawan. Bagaimana lawan
memainkan gerakan, seperti itu pula gerakan yang satunya.
Pertama tari sewah, yaitu tarian yang dilakukan dua orang atau tiga orang
seperti bermain pencak dengan menggunakan senjata sewah. Sewah yaitu
senjata tajam yang panjangnya lebih kurang tiga ela.
Kedua, tari alo ambek, yaitu tarian yang dilakukan dua orang yang dibantu
oleh dua pendamping yang dinamakan dampiang, dan dua orang janang.
c. Tari Galombang
Ketiga, tari galombang, yaitu tarian yang dihidangkan pada upacara pernikahan
atau upacara penobatan penghulu.
2. Tarian Perintang
Banyak seklai jenis tarian perintang ini. Antara lain tari piring, tari galuak, dan
tari kerbau jalang.
a. Tari piring
Tari piring dimainkan secara tunggal atau bersama. Dikedua telapak tangan
penari ada piring porselen dan di ujung jarinya dipasang cincin. Cincin ini
dijentik-jentik pada piring sehingga menimbulkan bunyi sesuai dengan irama
nyanyian. Tarian ini dilakukan dengan tempo yang cepat.
b. Tari galuak
Tari galuak yaitu tari yang menggunakan galuak (tempurung kelapa) di kedua
belah tangan. Saat menari, kedua galuak itu dilaga-lagakan sesuai dengan
irama. Benturan kedua galuak itu menimbulkan irama sendiri yang
mengasyikan penonton.
Tari kabau jalang adalah tarian yang menyerupai kerbau jalang atau kerbau liar
yang menggila. Untuk menirukan tanduk kerbau, pemain mengacungkan kedua
tangannya di atas kepala. Nafas penari mendengus-dengus seperti kerbau
jalang. Pada saatnya, penari bisa kesurupan sebagai puncak tarian. Saat itu
kadang-kadang penari menyeruduk penonton. Penonton menjadi gaduh.
Kadang-kadang penonton pun ikut aktif melakukan garakan tari itu. Kemudian
penari berguling-guling seperti kerbau di kubangan.
3. Tarian Kaba
Tarian kaba adalah tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Tarian ini
mengutamakan nyanyian daripada gerak tari. Penari menyanyikan cerita kaba
sambil menari. Pengungkapan cerita kaba dengan nyanyian lebih diutamakan
daripada gerak tarinya. Jadi, tari hanya sebagai pembawa kaba belaka. Tarian
biasanya juga diikuti oleh musik pengiring seperti talempong dan adok. Jenis
tarian ini tergantung kepada cerita kaba yang dibawakan.
BAHASA
Senjata
Sabetan senjata Kerambit bila mengenai tubuh, dari luar memang tampak
seperti luka sayatan kecil, namun pada bagian dalam tubuh bisa menimbulkan
akibat yang sangat fatal karena urat-urat putus.
Saat ini Kerambit telah dikembangkan pihak barat dengan banyak varian, dan
menjadi senjata wajib personel US Marshall.
Kalewang adalah pedang bergaya golok bersisi satu. Dalam hal ukuran, berat
dan bentuk Kalewang adalah pertengahan antara golok dan kampilan.
Kalewang bermata lurus, namun sebagian besar Kalewang bermata lengkung
dengan ukuran sepanjang pedang pada umumnya.
Kalewang menjadi senjata utama para pasukan Paderi kala Perang Paderi
bergolak di Sumatera Barat pada abad 19. Perwira-perwira Paderi dikenal
sangat terampil menggunakan Kalewang saat bertempur.
Ruduih adalah senjata tradisional sejenis golok. Senjata ini dapat dikatakan
sebagai senjata perang. Sedangkan untuk berburu biasanya menggunakan
sumpitan.
Dan sejenis senjata tradisional yang paling terkenal di Minang adalah Karih
yang merupakan senjata tikam selain belati.
Upacara Adat
1.BATAGAK PANGHULU
1. Pinang-Maminang
Acara ini diprakarsai pihak perempuan. Bila calon suami untuk si gadis
sudah ditemukan, dimulailah perundingan para kerabat untuk membicarakan
calon itu. Pinangan dilakukan oleh utusan yang dipimpin mamak si gadis.
Jika pinangan diterima, perkawinan bisa dilangsungkan.
2. Batimbang Tando
Batimbang tando adalah upacara pertunangan. Saat itu dilakukan pertukaran
tanda bahwa mereka telah berjanji menjodohkan anak kamanakan mereka.
Setelah pertunangan barulah dimulai perundingan pernikahan.
3. Malam Bainai
Bainai adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai yang telah
dilumatkan. Yang diinai adalah keduapuluh kuku jari. Acara ini
dilaksanakan di rumah anak daro (pengantin wanita) beberapa hari sebelum
hari pernikahan. Acara ini semata-mata dihadiri perempuan dari kedua belah
pihak.
4. Pernikahan
Pernikahan dilakukan pada hari yang dianggap paling baik, biasanya Kamis
malam atau Jumat. Acara pernikahan diadakan di rumah anak daro atau di
masjid.
6. Manjalang
Manjalang merupakan acara berkunjung. Acara ini dilaksanakan di rumah
marapulai (pengantin laki-laki). Para kerabat menanti anak daro yang datang
manjalang. Kedua pengantin diiringi kerabat anak daro dan perempuan yang
menjujung jamba, yaitu semacam dulang berisi nasi, lauk pauk, dsb.
Aceh
1. Rumah adat
Rumah adat Aceh (bahasa Aceh: Rumoh Aceh) adalah rumah adat dari suku
Aceh. Rumah ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1
bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramo keu
(serambi depan), seuramo teungoh (serambi tengah) dan seuramo likt
(serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu
(rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka
keluarga
2. Alat Musik
1. ARBAB
Arbab merupakan alat musik tradisional Aceh yang terbuat dari alam. Alat musik
arbab ini dibuat dari tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai, sementara
busur penggeseknya terbuat dari kayu, rotan atau serat tumbuhan. Terdiri dari 2
bagian, yaitu instrumen induk yang disebut arbab dan penggeseknya yang disebut
dengan Go Arbab.
Alat musik tradisional Aceh yang dibunyikan dengan cara digesek ini pernah
berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Diperkirakan alat musik
Arbab ada pada jaman Belanda. Akan tetapi sayangnya, saat ini alat musik Arbab
sudah jarang dan mungkin hampir punah dari Serambi Mekah. Wah.. bahaya nih
kalo beneran sudah punah. Nah, biar enggak kehilangan jejak ini dia penampakan
dari Alat Musik Tradisional Arbab :
Alat musik Arbab pada zamannya biasa dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu
tradisional, bersama Geundrang/Rapai dan sejumlah alat musik trandisional
lainnya, di mana Arbab berperan sebagai instrumen utama pembawa lagu. Dalam
tradisinya, musik Arbab biasa dimainkan dalam acara-acara keramaian rakyat,
seperti hiburan rakyat dan pasar malam.
Musik Arbab disajikan ke tengah penontonnya oleh dua kelompok, yakni pemusik
dan penyanyi. Kelompok penyanyi terdiri dari dua orang lelaki, di mana salah
seorang di antara mereka memerankan tokoh wanita, lengkap dengan busana dan
dandanan seperti wanita. Penyanyi yang memerankan perempuan tersebut dikenal
dengan sebutan Fatimah Abi.
2. BANGSI ALAS
Alat musik tradisional Aceh yang bernama Bangsi Alas adalah merupakan
instrumen tiup dari bambu yang dijumpai banyak dijumpai di daerah Alas,
Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan
dengan mistik, yaitu ketika ada orang meninggal dunia di kampung/desa tempat
Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah
siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi
tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak
tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya.
Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya.
Sangat sedikit informasi tentang alat musik Bansi Alas ini, mungkin
keberadaannya sudah langka dijaman ini. Ini dia ilustrasi dari alat musik Bansi
Alas :
3. CANANG
Canang adalah alat musik tradisional dari Aceh yang sering dijumpai pada
kelompok masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas. Masyarakat Aceh
menyebutnya "Canang Trieng", di Tamiang disebut "Kecapi" dan di Alas disebut
dengan "Kecapi Olah".
Canang terbuat dari kuningan dan bentuknya menyerupai gong. Hampir semua
daerah di Aceh terdapat alat musik canang dan masing-masing memiliki
pengertian dan fungsi yang berbeda-beda pula.
Sumber : http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Teropong-
Daerah/Nanggroe-Aceh-Darussalam/Seni-Budaya/Canang
4. GEUNDRANG
Geundrang merupakan salah satu unit alat musik tradisional Aceh yang
merupakan bagian dari perangkatan musik Serune Kalee.
Geundrang termasuk jenis alat musik yang dibunyikan dengan cara dipukul baik
dengan menggunakan tangan atau memakai kayu pemukul.
Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir
Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap
tempo dari musik tradisional etnik Aceh.
a. Tari Saman
tari saman
Tari Saman, tarian tradisional ini dulunya adalah tarian etnis Suku Gayo, dimana
ras tersebut sebagai ras tertua di pesisir Aceh saat masa itu.
Saat itu tarian ini bertujuan sebagai media untuk menyebarkan agama Islam.
Sekarang, tarian ini bersifat hiburan dan sering dibawakan untuk mengisi festival
kesenian dimancanegara.
Tarian ini kira-kira dimainkan oleh 9 atau lebih, yang terpenting jumlahnya harus
ganjil. Tapi ngomong-ngomong tentang Tari Saman, saya sempat membaca
didunia maya sempat terjadi kontroversi tentang tarian ini.
Salah seorang netizen mengatakan jika tarian ini dikhususkan untuk laki-laki,
karena tubuh wanita sangat lemah untuk mengikuti gerakan tari saman. Wajar
saja, gerakan dalam tari saman kan terdapat seperti gerak guncang, lingang,
surang-saring, dan kirep. Walau pada dasarnya, gerakannya mengandung tepuk
dada dan tepuk tangan.
Dalam tarian ini, semua penari bergerak dengan sangat kompak, gerakan yang
dianggap klimaks dari semua gerakan adalah ketika penari-penari itu mengangkat
tangannya ke langit, dan memegang tangan temannya. Saya fikir gerakan itu
seperti ombak. Dimana sebagian penari menunduk, sebagian lagi seolah
menegadah kebelakang, sebagian lagi mengangkat tangan.
Tarian tradisional selanjutnya adalah tari laweut, kata laweut berasal dari
shalawat atau pujian pada Nabi Muhammad SAW. Tarian ini berasal dari Kab.
Pidie, Aceh. Dulunya tarian ini disebut tari seudati.
Tarian ini, biasanya ditarikan oleh 8 orang wanita dan 1 penyanyi. Syair-syairnya
yang dilantunkan berupa ayat-ayat Islam atau dakwahan. Gerakan dalam tarian
ini, hampir sama dengan tari saman, bedanya mereka menarikan secara berdiri.
Jika saya lihat tarian ini tampak sangat sepi. Karena tidak adanya iringan musik.
Masih sangat berkesan tradisional, suara yang dihasilkan dari tepukan tangan para
penari dianggap musik pengiring. Tapi saya pribadi sih, berfikir jika saja
memasukan alat musik rebana kedalam tarian tersebut, pasti akan lebih rame.
Tari ini sangat unik karena menggambarkan akitifitas nelayan yang akan
menangkap ikan.
Sejarahnya tarian ini terinspirasi dari tradisi nelayan. Wajar saja, karena
masyarakat Aceh saat itu sebagian besar profesinya adalah seorang nelayan.
Saat menangkap ikan, mereka bergotong royong membuat jala dan menangkap
ikan bersama-sama, dan hasilnya pun akan dibagi kepada warga sekitar.
Makna dalam tarian ini singkatnya adalah kerja sama dan kebersamaan. Musiknya
pun menggunakan alat musik tradisional.
Tarian ini biasanya terdiri dari sekitar 7 orang penari wanita. Dengan kostum
busana tradisional khas Aceh, mereka membawa seuntai jala dipinggangnya,
hingga akhirnya, dengan gerakan ke kanan dan kekiri, masing-masing tali akan
dikaitkan pada teman sebelahnya, lalu dilepas, dan dililitkan lagi, hingga pada
endingnya tali itu akan berbentuk jala.
Walau gerakannya seperti itu-itu saja, ada nilai seni yang terkandung didalamnya.
Saat ini, tarian ini biasa diadakan di acara resmi, acara penyambutan dan perayaan
tertentu.
d. Tari Bines
Tari Bines
Tarian ini berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Biasanya ditarikan oleh sekelompok
perempuan.
Jumlah penari Bines diharuskan berjumlah genap, entah 10, 12 atau berapapun
(tidak ada ketentuan jumlah). Ciri khas dari tarian ini ditarikan dari gerakan
lambat sampai gerakan cepat hingga akhirnya berhenti serentak. Hampir mirip
dengan tarian saman. Disebutnya saja, bagian dari tari saman.
Uniknya bila kamu ingin memberikan uang pada penari, kamu harus menyimpan
uangmu di atas kepala penari. Uang itu dianggap sebagai ganti bunga yang
diberikan dari penari (biasanya ada di akhir acara).
Kostum yang digunakan di tarian ini adalah, baju lukup, kain sarung seragam,
kain pajang, hiasan leher, dan hiasan tangan seperti topong gelang.
4. Pakaian adat
1. Baju meukeusah adalah baju yang terbuat dari tenunan kain sutra yang
biasanya memiliki warna dasar hitam. Warna hitam dalam kepercayaan adat
Aceh disebut sebagai perlambang kebesaran. Oleh karena itulah tak jarang
baju Meukeusah ini dianggap sebagai baju kebesaran adat Aceh. Pada baju
meukeusah kita dapat menemukan sulaman benang emas yang mirip seperti
kerah baju China. Kerah dengan bentuk tersebut diperkirakan karena adanya
asimilasi budaya aceh dengan budaya China yang dibawa oleh para pelaut dan
pedagang China di masa silam.
2. Celana Sileuweu Sama seperti baju, celana panjang yang dikenakan pada
pakaian adat Aceh untuk laki-laki juga berwarna hitam. Akan tetapi, celana
atau dalam Bahasa Aceh disebt Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun.
Beberapa sumber menyebut nama celana ini adalah Celana Cekak Musang.
Celana khas dari adat Melayu. Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak
musang dilengkapi dengan penggunaan sarung dari kain songket berbahan
sutra. Kain sarung yang bernama Ija Lamgugap, Ija krong, atau ija sangket
tersebut diikatkan ke pinggang dengan panjang sebatas lutut atau 10 cm di
atas lutut.
3. Tutup Kepala Pengaruh budaya Islam dalam adat Aceh juga terasa dengan
adanya kopiah sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah
ini bernama Meukeutop. Meukotop adalah kopiah lonjong ke atas yang
dilengkapi dengan lilitan Tangkulok, sebuah lilitan dari tenunan sutra berhias
bintang persegi 8 dari bahan emas atau kuningan.
Bahasa Aceh
Diantara bahasa-bahasa daerah yang terdapat di provinsi NAD, bahasa Aceh
merupakan bahasa daerah terbesar dan yang paling banyak penuturnya, yakni
sekitar 70 % dari total penduduk provinsi NAD (Daud, 1997:10, Daud and
Durie, 1999:1). Penutur bahasa Aceh tersebar di wilayah pantai Timur dan
Barat provinsi NAD. Penutur asli bahasa Aceh adalah mereka yang mendiami
Kabupaten Aceh Besar, Kota Madya Banda Aceh, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Aceh Jeumpa, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Aceh Barat dan Kota Madya Sabang. Penutur bahasa Aceh juga
terdapat di beberapa wilayah dalam Kabupaten Aceh Selatan, terutama di
wilayah Kuala Batee, Blang Pidie, Manggeng, Sawang, Tangan-tangan,
Meukek, Trumon dan Bakongan. Bahkan di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh
Tenggara dan Simeulue, kita dapati juga sebahagian kecil masyarakatnya yang
berbahasa Aceh. Selain itu, di luar provinsi NAD, yaitu di daerah-daerah
perantauan, masih ada juga kelompok-kelompok masyarakat Aceh yang tetap
mempertahankan bahasa Aceh sebagai bahasa ibu mereka. Hal ini dapat kita
jumpai pada komunitas masyarakat Aceh di Medan, Jakarta, Kedah dan Kuala
Lumpur di Malaysia serta Sydney di Australia (Daud, 1997:30).
Pola kehidupan masyarakat Aceh diatur oleh hukum adat yang berdasarkan
berikut :
Golongan Rakyat Biasa; yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Le (orang banyak).
Disebut demikian karena golongan ini merupakan golongan yang paling banyak
ekonomi pribadi. Dari pribadi-pribadi yang sudah berada itulah terbentuknya suatu
golongan masyarakat. Karena keberadaannya sehingga mereka menjelma menjadi
yang memiliki ilmu pengetahuan yang menonjol. Sehingga mereka disebut orang
alim dengan gelar Teungku. Mereka cukup berperan dalam masalah-masalah agama
dan kemasyarakatan.
Golongan kaum bangsawan; termasuk didalamnya keturunan Sultan Aceh yang
BATAK KARO
1. RUMAH ADAT
Rumah adat suku Karo, sebagai Gerga adalah tempat tinggal sang
Raja yang penuh dengan motif ukiran penuh makna. Rumah adat Karo yang
makna.
Belang Ayo, memiliki bentuk yang mirip dengan Gerga, sehingga kadang Belang Ayo
keluarga" dalam satu kekerabatan. Rumah adat Si Waluh Jabu adalah nama lain dari
Gerga atau Belang Ayo. Rumah adat Si Waluh Jabu ini yang paling banyak masih
memiliki kamar seperti Rumah Adat Si Waluh Jabu dan Sepuluh Jabu.
Sepulu Enem Jabu, mungkin merupakan Rumah Adat tertinggi di Indonesia. Di huni
oleh 16 keluarga dalam satu kekerabatan. Karena Sepuluenem Jabu ini adalah Rumah
Adat Karo yang terbesar, kemungkinan Sepuluenem Jabu ini bisa saja merupakan
suatu Istana Kerajaan orang Karo yang dihuni oleh para keluarga Kerajaan di masa
lalu.
Si Enem Jabu, rumah adat yang berukuran lebih kecil dari si Waluh Jabu, dan dihuni
dengan atap ijuk, merupakan tempat pelaksanaan acara-acara adat (adat perkawinan,
untuk tempat anak muda tidur. Para pemuda bertanggung jawab atas keamanan
kampung mereka. Para pemuda tidak pantas tidur bersama orangtuanya dalam satu
kelambu yang disekat-sekat dan sempit. Oleh karena itu para pemuda tidur di
Jambur. Selain itu Jambur juga menjadi sarana bagi pemuda desa lain menginap jika
kemalaman dalam perjalanan, atau pemuda yang datang bertandang untuk melihat
meninggal. Terdiri dari 2 tingkat dan berbentuk panggung, berdiri di atas tiang
penyangga bangunan.
Sapo Page, artinya lumbung padi. Bentuk seperti rumah adat. Berada di halaman
depan rumah adat. Sama dengan Geriten, Sapo Page terdiri dari dua tingkat dan
berdiri di atas tiang. Lantai bawah tidak berdinding. Ruang ini digunakan untuk
tempat duduk-duduk, beristirahat dan sebagai ruang tamu. Lantai bagian atas
Karo, karena beras merupakan tingkat status yang menunjukkan kekayaan seseorang.
a.Kulcapi
Kulcapi adalah salah satu alat musik tradisional budaya karo. Kulcapi hampir
sama dengan gitar akustik biasa hanya saja bedanya kulcapi hanya mempunyai 2
senar (1 dan 2), kulcapi tebuat dari bahan dasar kayu yang di ukir sedemikian
rupa hingga menghasilkan suara yang harmony.
b. Sarune.
1. Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil)
diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan
kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua
lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi
kedua sudut daun tersebut,
2.Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune.
Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang
nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,
3. ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune
yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya
melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang
(hewan), tempurung, atau perak,
4. batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis
baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada.
Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm
dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada
adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
5. gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune
terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya
barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune
tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.
c. Gendang
Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini
dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang
dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri
dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung
gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan
1.tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat
dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir
2.Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu
bagian atas gendang anak adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan
anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan
panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu
3.jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya.
Untuk gendang indung, diameter bagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5
cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari
kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan
penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6
3. Tarian daerah
1. Tari Tradisional Karo Sumatera Utara - Tari Piso Surit.
Piso Surit adalah salah satu lagu, syair, serta tarian Suku Karo yang
menyembuhkan orang sakit. Hal ini terkait dengan kebiasaan orang karo
orang pintar atau paranormal. Hampir semua masalah yang ada disampaikan
4. Pakaian adat
Pakaian Adat Karo Secara tekstur dan pembuatan, pakaian adat Sumatera Utara
dari suku Batak Karo serupa dengan pakaian adat Batak pada umumnya. Kain
yang dibuat dari pintalan kapas bernama Uis Gara dipakai sebagai penutup tubuh
dalam berbagai aktivitas keseharian. Kain Uis Gara sendiri berarti kain merah.
Kain ini ibuat dari tenunan benang merah dan dipadukan dengan warna hitam
atau putih serta motif menggunakan benang emas atau perak.
5. Bahasa
Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo yang
mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat, Deli Serdang,
Dairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia.
Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Karo atau sering
juga disebut Surat Aru/Haru yang merupakan turunan dari aksara Brahmi
dari India kuno. namun kini hanya sejumlah kecil orang Karo dapat
menulis atau memahami aksara Karo, dan sebaliknya aksara Latin yang
digunakan .
Jumlah penutur Bahasa Karo sekitar 600.000 orang pada tahun 1991
Dompak
pemegangnya.
Panaluan
Horja bius dll. Saat ini tongkat pusaka raja batak ini disimpan
Sarung
7. Upacara Adat
8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri
adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri
mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta
membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat.
Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru
menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara
adat.