Anda di halaman 1dari 10

RESUME MATERI

AUDIT OPERASI

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Internal


yang Diampu oleh Ibu Mirna Amirya, MSA, Ak., AAP-A

Disusun Oleh:

Anas Isnaeni
NIM 165020304111002

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
AUDIT OPERASI

Pada pembahasan mengenai audit operasi, dipaparkan mengenai tiga pokok


bahasan yaitu lingkup fungsi manufakturing, tujuan audit fungsi manufakturing, dan
prosedur audit fungsi manufakturing.

A. LINGKUP FUNGSI MANUFAKTURING


Fungsi operasi dan produksi yang mentransformasikan input menjadi output
bertanggung jawab untuk menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang
telah ditentukan, tepat waktu, efektif, dan efisien. Dalam aktivitasnya dimulai dari
perencanaan sampai dengan pengendalian dan evaluasi, fungsi ini harus secara
optimal menghubungkan kebutuhan pelanggan dengan kemampuan internal yang
dimiliki perusahaan. Untuk memastikan bahwa proses produksi dan operasi telah
berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan, membantu
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang masih terjadi yang dapat menghambat
tercapainya tujuan fungsi ini dan mencari solusi perbaikannya, perusahaan
melakukan audit atas fungsi produksi dan operasi baik yang dilakukan secara adhoc
maupun secara periodik.
Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara menyeluruh atas fungsi
produksi dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan
memuaskan (ekonomis, efektif, efisien). Latar belakang dilakukannya audit ini
dengan alasan sebagai berikut :
1. Proses produksi dan operasi harus berjalan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Kekurangan/kelemahan yang terjadi harus ditemukan sehingga segera dapat
diperbaiki
3. Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan
4. Pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan proses
5. Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan dukungan dari
berbagai pihak terkait.
Secara keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi :
1. Rencana produksi dan operasi
2. Produktivitas dan peningkatan nilai tambah
3. Pengendalian produksi dan operasi

B. TUJUAN AUDIT FUNGSI MANUFAKTURING


Tujuan dilakukannya audit pada fungsi manufakturing (operasi dan produksi)
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan
2. Menilai strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermat
menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan
ketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki perusahaan.
3. Menelaah strategi, rencana produksi, dan operasi telah mempertimbangkan
kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluang yang
dimiliki perusahaan.
4. Memeriksa proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien
5. Menentukan penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukung
berjalannya proses secara ekonomis, efektif, dan efisien.
6. Menilai pemeliharaan dan perbaikan fasilitas produksi dan operasi telah berjalan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung dihasilkannya
produk yang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah ditetapkan.
7. Memeriksa setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telah
melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telah
ditetapkan perusahaan
Dengan dilakukannya proses audit produksi dan operasi pada perusahaan,
maka harapannya manajemen akan memperoleh manfaat berikut ini :
1. Mendapatkan gambaran tentang ketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan
operasi dalam menerapkan kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan
2. Memperoleh informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi dan
operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yang dihadapi
3. Membantu menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai
tujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan
4. Menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta kebutuhan
perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadap pencapaian
tujuan perusahaan.

C. PROSEDUR AUDIT FUNGSI MANUFAKTURING


Sebagaimana halnya audit manajemen pada fungsi organisasi lainnya, prosedur
audit fungsi produksi dan operasi menggunakan tahapan umum yang dimulai dari
audit pendahuluan, telaah dan pengujian terhadap pengendalian manajemen, audit
lanjutan, pelaporan, dan tindak lanjut.
Audit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak auditor dengan
auditee. Dari pertemuan ini akan dilanjutkan dengan overview perusahaan secara
umum, produk yang dihasilkan, proses produksi dan operasi yang dijalankan,
melakukan peninjauan terhadap pabrik (fasilitas produksi), layout pabrik, sistem
komputer yang digunakan dan berbagai sumber daya penunjang lainnya. Selanjutnya,
auditor memperkirakan kelemahan yang mungkin terjadi pada fungsi operasi dan
produksi.
Pada tahap telaah dan pengujian terhadap pengendalian manajemen, auditor
melakukan telaah dan pengujian terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada
struktur perusahaan, sistem manajemen kualitas, fasilitas yang digunakan dan/atau
personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Di tahap ini juga
dilakukan identifikasi dan klasifikasi penyimpangan dan gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan produksi dan
operasi. Berdasarkan telaah dan pengujian yang telah dilakukan, auditor
mendapatkan keyakinan tentang dapat diperolehnya data yang cukup dan kompeten
serta tidak menghambatnya akses untuk melakukan pengamatan yang lebih dalam
terhadap tujuan audit sementara.
Langkah ketiga dalam audit produksi dan operasi adalah audit lanjutan
(terperinci). Pada tahap ini, auditor melakukan audit yang lebih dalam dan
pengembangan temuan terhadap fasilitas, prosedur, dan catatan yang berkaitan
dengan produksi dan operasi. Untuk mendapatkan informasi lengkap, relevan, dan
dapat dipercaya, auditor menggunakan daftar pertanyaan kepada berbagai pihak yang
berwenang dan berkompeten berkaitan dengan masalah yang diaudit.
Hasil keseluruhan tahapan audit sebelumnya yang telah diringkas dalam kertas
kerja audit merupakan dasar dalam membuat kesimpulan audit dan rumusan
rekomendasi yang akan diberikan auditor sebagai alternatif solusi atas kekurangan-
kekurangan yang masih ditemukan. Laporan audit disajikan dengan urutan informasi
latar belakang, kesimpulan audit dan ringkasan temuan audit, rumusan rekomendasi,
serta ruang lingkup audit.
Rekomendasi yang disajikan auditor dalam laporannya merupakan alternatif
perbaikan yang ditawarkan untuk meningkatkan berbagai kelemahan yang masih
terjadi pada perusahaan.
Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi keseluruhan dari
program/aktivitas yang dikelola pada fungsi ini :
1. Rencana produksi dan operasi
Rencana produksi dan operasi mengakomodasi rencana fungsi-fungsi bisnis lain,
yang merupakan penjabaran dari rencana pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Melalui hasil survei pasar dan umpan balik yang diterima dari
pelanggan, dapat diidentifikasi peluang-peluang yang mungkin untuk
dikembangkan, yang merupakan selisih antara kebutuhan pasar dengan
kemampuan industri untuk memenuhinya. Penyusunan rencana induk harus
didasarkan pada ketersediaan kapasitas dan rencana penggunaannya, peluang dam
ancaman yang dihadapi dan usaha untuk melakukan perbaikan berkelanjutan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Suatu rencana induk memuat
tentang hal-hal berikut, yaitu :
a. Jadwal induk produksi
Jadwal induk produksi membuat spesifikasi tentang apa yang akan dibuat dan
kapan akan dibuat, sesuai dengan rencana produksi. Jadwal produksi yang
akurat dapat meminimalkan biaya persediaan dan penyetelan mesin karena
jadwal ini telah menghubungkan antara kebutuhan konsumen dengan jadwal
pengiriman, penerimaan bahan baku dan pengelolaan kapasitas produksi yang
dimiliki perusahaan.
b. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi
Pertimbangan kebutuhan kapasitas berpengaruh secara mendasar terhadap
jadwal produksi utama. Rencana induk produksi harus meminimalkan
terjadinya kapasitas menganggur, untuk menjadikan operasi berjalan secara
efektif dan efisien.
c. Tingkat persediaan
Kebijakan tentang persediaan bahan baku harus memperhatikan hubungan
permintaan atas persediaan tersebut, apakah termasuk dalam kelompok
permintaan independen atau permintaan dependen. Hal ini penting sekali
karena akan berpengaruh kepada metode permintaan atas persediaan tersebut
dalam mendukung efektivitas dan efisiensi, proses produksi dan operasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti penerapan metode produksi
modern (just in time) yang mengisyaratkan tingkat persediaan nol dan
mekanisme rantai nilai eksternal (pemasok dan pelanggan) dengan rantai nilai
internal (proses dan kerjasama antarfungsi di dalam perusahaan) menjadikan
proses produksi berjalan sangat efektif dan efisien.
d. Perencanaan keseimbangan lintas produksi
Keseimbangan lintas produksi atau disebut juga keseimbangan lini produksi
bertujuan untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar guna
memperoleh optimalisasi penggunaan fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan
yang tinggi melalui penyeimbangan waktu kerja antarstasiun kerja. Secara
teknis dalam menyusun keseimbangan lini, terdapat dua faktor penting yang
harus diketahui yaitu jumlah waktu seluruh tugas dan waktu elemen tugas
terpanjang agar waktu siklus yang minimum diketahui.
2. Produktivitas dan peningkatan nilai tambah
Transformasi yang mengubah input menjadi output selalu diikuti dengan
peningkatan nilai tambah. Nilai tambah meliputi seluruh usaha dalam
meningkatkan manfaat yang diperoleh baik oleh perusahaan maupun pelanggan.
Penerapan teknologi mutakhir, metode produksi inovatif dapat meningkatkan
efisiensi proses. Metode produksi ramping dikembangkan oleh produsen yang
menggunakan fokus berulang dalam rancangan prosesnya mampu secara
signifikan memberikan keuntungan bagi perusahaan yang menerapkannya.
Keunggulan metode ini didukung oleh kebijakan dan praktek produksi yang
secara maksimal mengoptimalkan penggunaan sumber daya perusahaan untuk
meningkatkan keunggulan bersaingnya dengan cara :
a. Penghapusan persediaan
Metode ini menggunakan just in time dalam menurunkan persediaan dan
pemborosan yang disebabkan oleh persediaan tesebut.
b. Zero defect
Metode ini membangun suatu sistem produksi dan operasi yang dapat
membantu karyawan memproduksi unit yang sempurna setiap kalinya.
c. Meminimalkan kebutuhan tempat (areal)
Upaya meminimalkan jarak tempuh unit produk dapat mengurangi kebutuhan
tempat (areal) dalam proses produksi.
d. Kemitraan dengan pemasok dan tanggung jawab pemasok
Melibatkan pemasok ke dalam rencana keberhasilan perusahaan merupakan
model yang banyak dikembangkan dalam praktek produksi modern saat ini.
e. Meminimalkan aktivitas yang tidak menambah nilai
Melalui suatu analisis aktivitas dan komitmen untuk melakukan perbaikan
secara terus menerus, perusahaan yang menerapkan metode ini, meminimalkan
aktivitas yang tidak berguna baik pelanggan maupun bagi perusahaan.
f. Pengembangan angkatan kerja
Dengan perbaikan berketerusan dalam desain pekerjaan, pelatihan, partisipasi,
komitmens, karyawan, dan pemberdayaan kelompok kerja, metode ini secara
konsisten mengembangkan angkatan kerja.
g. Menciptakan tantangan dalam bekerja
Pemberdayaan dan pelibatan karyawan dalam keberhasilan perusahaan dapat
menimbulkan tantangan tersendiri pada karyawan dan mendorong mereka
untuk bertanggung jawab dan berprestasi.
3. Pengendalian produksi dan operasi
Pengendalian produksi dan operasi menyangkut pengamatan atas hubungan antara
proses yang berjalan dengan standar kriteria operasi yang telah ditetapkan. Tujuan
utama dari pengendalian produksi dan operasi meliputi memaksimalkan tingkat
pelayanan pelanggan, meminimalkan investasi pada persediaan, dan efisiensi
operasi. Pengendalian produksi dan operasi meliputi pengendalian terhadap
keseluruhan komponen dan tahapan dalam proses produksi mulai dari penanganan
bahan baku sampai dengan penanganan penyerahan produk jadi ke gudang.
Rincian penjelasannya sebagai berikut :
a. Pengendalian bahan baku
Pengendalian bahan baku bertujuan untuk memastikan bahwa bahan baku yang
diolah dalam proses produksi telah sesuai dengan kebutuhan standar kualitas
produk yang dihasilkan perusahaan. Pengendalian bahan baku mencakup
keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan bahan baku mulai dari
pembelian, jadwal penerimaan, penanganan pada saat diterima, penyimpanan
sampai dengan bahan baku tersebut digunakan dalam proses produksi.
b. Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi
Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk memastikan
bahwa semua peralatan dan fasilitas produksi ada dalam keadaan siap untuk
melaksanakan proses produksi sesuai dengan ketentuan pengunaannya. Seluruh
peralatan dan fasilitas produksi lainnya harus sesuai dengan ukuran dan desain
produk yang telah ditentukan. Penempatan fasilitas dan peralatan harus sesuai
dengan karakteristik dan metode produksi yang diterapkan, sehingga arus
material dalam proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
c. Pengendalian transformasi
Fungsi transformasi mengolah input menjadi output sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Setiap proses produksi harus mendapatkan pengesahan
dari bagain yang berwenang. Untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan
telah mampu memenuhi spesifikasi, berbagai pengujian dalam proses produksi
dilakukan. Pengerjaan ulang karena kesalahan proses harus mendapatkan
pengendalian yang memadai.
d. Pengendalian kualitas
Dihasilkannya produk yang mampu memenuhi spesifikasi pelanggan
sesungguhnya adalah tanggung jawab bersama setiap komponen yang terlibat
dalam perusahaan. Dalam sistem biaya kualitas, informasi kepada perusahaan
tentang berbagai aktivitas yang terlibat menghasilkan produk sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan. Aktivitas dalam sistem itu
meliputi aktivitas pencegahan, aktivitas penilaian, aktivitas kegagalan internal,
dan aktivitas kegagalan eksternal. Berbagai aktivitas dalam menghasilkan
produk sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan, harus dirumuskan secara
seimbang dalam kebijakan kualitas perusahaan.
e. Pengendalian barang jadi
Pengendalian barang jadai merupakan pengendalian yang dilakukan terhadap
pengelolaan barang setelah selesai diproduksi. Untuk memastikan barang
dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan pelanggan pada saat diserahkan,
pengendalian ini melakukannya melalui tahapan verifikasi, penanganan, dan
penyimpanan serta inspeksi, pengujian, dan distribusi.
DAFTAR PUSTAKA

Bayangkara, IBK. 2015. Audit Manajemen : Prosedur dan Implementasi. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai