Anda di halaman 1dari 12

Antho xappoank

segala sesuatu yang kita lakukan akan menjadi sebab atas apa yang akan kita dapatkan
nantinya di masa yang akan datang

Rabu, 26 November 2014


LAPORAN KUNJUNGAN MALL

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Produk hortikultura merupakan produk yang mudah rusak sehingga butuh penanganan
khusus pada tahapan pasca panen. Sementara itu, penanganan pasca panen buah dan sayuran
seperti Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Penyebab paling umum dan
berkelanjutan dari susut pasca panen pada produk hortikultura di negara-negara berkembang
adalah adanya penanganan yang kasar dan pendinginan serta suhu untuk mempertahankan
suhu dingin masih belum mencukupi.
Buah dan sayuran merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami
kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan secara fisik, mekanis, maupun kerusakan
mikrobiologis. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah
markisa sampai di tangan konsumen, sedangkan konsumen menginginkan buah markisa
diperolehnya dalam keadaan segar. Kerusakan-kerusakan tersebut selain berakibat
menurunnya mutu fisik, juga menyebabkan penurunan nilai gizi.
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer
(primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai
panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar atau untuk persiapan pengolahan
berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau
penampakan,kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan
(secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain
atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan
yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Kedalamnya termasuk pengolahan
pangan dan pengolahan industri.
Buah-buahan pada umumnya mempunyai musim dan penyebaran tertentu, sehingga
penanganan untuk memperpanjang masa simpan buah sangat diperlukan. Usaha ini bertujuan
untuk menjaga agar setelah tiba di tangan konsumen, selain mutu kesegarannya masih baik,
kandungan vitamin dan nilai gizi lainnya masih tinggi. Perubahan mutu selama proses
penyimpanan terjadi karena buah-buahan dan sayuran masih melakukan respirasi, dimana
selama proses respirasi tersebut produk mengalami pematangan dan kemudian diikuti dengan
proses pembusukkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum kunjungan pasar modern (Mall)
untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk menekan kehilangan hasil baik kuantitas
maupun kualitasnya melalui teknologi penanganan pascapanen.
1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum kunjungan pasar modern ini yaitu untuk mengetahui kegiatan
pasca panen yang dilakukan oleh pihak carefour (pasar modern) terhadap produk buah-
buahan dan sayuran yang dijual.
Kegunaan dari praktikum kunjungan pasar ini yaitu mahasiswa memahami kegiatan
pasca panen buah dan sayuran yang dilakukan oleh pihak carefour (pasar modern) terhadap
produk buah-buahan dan sayuran yang dijual.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditi jeruk

Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik pemanenan yang kurang tepat, sortasi
yang tidak baik, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan yang kurang
diperhatikan serta adanya serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kerusakan buah
jeruk, (Tjitrosoepomo.1985).
Menurut Tjitrosoepomo (1985), Adapun tujuan dari adanya kegiatan pasca paen ialah
sebagai berikut; Mengurangi susut (jumlah dan mutu) pada tiap rantai penanganan.
Mempertahankan mutu (yang diinginkan konsumen). Memperpanjang masa simpan (shelf
life) sehingga dapat meningkatkan ketersediaan/pasokan di lokasi manapun dan sepanjang
waktu. Mencegah kerusakan fisiologis dan mikrobiologis.
Untuk mencapai tujuan penanganan pasca panen, maka diperlukan; Pemahaman akan
karakteristik pascapanen produk hortikultura (biological factor). Pemahaman akan interaksi
produk dengan lingkungan (environmental factor). Pemahaman dan penerapan teknik
pascapanen yang layak teknis, ekonomis dan sosial.

2.2 Komoditi Apel

Apel (Pyrus malus L) adalah tanaman yang berasal dari daerah subtropis. Kemudian
tanaman ini mulai di budidayakan ke daerah tropik. Buah apel lebih tahan lama daripada
buah-buahan lainnya. Buah apel yang telah disimpan memiliki rasa yang enak, daripada pada
saat dipetik. Buah apel setelah dipetik tetap mengalami pernafasan dan penguapan, maka
apabila dibiarkan buah akan masak, kelewat masak, dan akan membusuk. Buah apel yang
disimpan di dalam kamar pendingin dapat tetap segar selama 4 7 bulan. Pada suhu 32
33 (0 sampai 6). Buah apel tidak boleh disimpan bersama-sama dengan bahan-
bahan lain yang mempunyai aroma kuat, misalnya bawang,
minyak tanah, dan sebagainya, karena buah apel dapat mengabsorbsi bau,
(Fitriah.2012).
Pada buah apel ada beberapa karakter yang dapat dinilai seperti, Nilai fisiknya yaitu
Kekerasan, berat jenis, dan mudahnya lepas dari tangkainya, Nilai visualnya yaitu Warna
kulit dan ukuran, Analisis Kimianya yaitu Kadar vitamin, Kadar pati dan asam, Metode
fisiologi yaitu Respirasi, dan Kandungan dari buah apel antara lain yaitu seperti
vitamin A 2%, vitamin C 11,42 mg/100 gram, besi 2%, air 83,39%, karbohidrat : 7%,
mempunyai rasa manis dan sedikit asam untuk buah segarnya, (Fitriah.2012).

2.3 Komoditi manggis

Menurut Munggarati, (2011) Kegiatan pasca panen meliputi :


1. Pengumpulan buah di Gudang Bersihkan gudang dari bakteri yang merugikan. Letakkan
keranjang buah ditempat yang sudah disediakan dan ditumpuk secara hati-hati (maksimum 8
tumpuk) dan beri pembatas antar keranjang, Keranjang yang masuk terlebih dahulu diberi
tanda, agar dapat diproses atau dikeluarkan lebih dahulu. Catat kegiatan pengumpulan buah
di kartu kendali.
2. Sortasi
Pilih buah yang kulitnya berwarna hijau keunguan, kemerahan, dan mulus; buah yang
sepalnya masih lengkap dan berwarna hijau segar; tangkai buah yang masih berwarna hijau
segar dan tidak keriput; tekstur buah yang tidak keras, disarankan buah yang berkulit agak
lunak ; Letakkan buah yang terseleksi di keranjang yang beralas kertas koran dan Catat
kegiatan sortasi di kartu kendali sortasi.
3.Grading
Kelompokkan buah manggis berdasarkan diameter, ukuran, bentuk buah dan tingkat
kematangan. Caranya mengukur dengan melingkarkan ibu jari dan telunjuk (orang dewasa)
pada buah. Jika selisih antara ibu jari dan telunjuk berjarak 2 - 3 jari, buah tersebut termasuk
berkualitas ekspor. Timbang dan pisahkan buah sesuai kelasnya. Grade kualitas manggis
berdasarkan berat buah adalah : Grade super A ( 6-8 buah per kg); Grade AA (10-13 buah per
kg) dan Grade AAA (14-15 buah per kg).
1. Pencucian
Buah manggis yang kotor dicuci dengan menyemprotkan air bersih di sepal buah, agar
sepal tetap segar dan bebas dari semut hitam. Bersihkan getah yang masih menempel dikulit
buah dengan cara dicungkil. Getah manggis dapat dimanfaatkan untuk bahan campuran gula
aren dan dodol durian, agar kekentalan dan warnanya menarik. Setelah selesai, manggis
dibilas dan dikeringkan dengan kain lembut. Buah manggis yang sudah dibersihkan
diletakkan dirak yang sudah disediakan. Catat kegiatan pencucian di kartu kendali.
2. Pengepakan
Sebelum buah dimasukkan kedalam kemasan, alasi wadah menggunakan kertas koran agar
kulit buah tidak rusak. Masukkan manggis kedalam kemasan secara hati-hati dengan posisi
punggung buah menghadap ke bawah. Setiap kemasan berisi buah sebanyak 8-10 kg, beri
tanda kemasan sesuai kelasnya, lalu timbang ulang agar sesuai dengan permintaan. Susun
kemasan maksimum 8 tumpukan.
3. Penyimpanan
Gudang yang digunakan harus bersih dan steril dari bakteri.Gudang harus mempunyai
ventilasi yang baik agar buah tetap segar selama penyimpanan. Penyusunan buah dalam
wadah maksimum 8 tumpukan. Penyimpanan digudang maksimum selama 2 hari dengan
sirkulasi first in first out. Artinya,buah yang dikeluarkan dari gudang adalah buah yang
pertama disimpan. Catat sirkulasi penyimpanan buah di kartu kendali.
4. Distribusi
Kendaraan pengangkut buah manggis harus dilengkapi terpal agar buah manggis
terhindar dari kerusakan fisik (panas, hujan, dan angin). Perkirakan jarak dan waktu yang
telah disepakati dengan konsumen, agar manggis tetap terjaga kesegarannya. Sesuaikan
delivery order (DO) dengan daya angkut dan catat kegiatan pendistribusian buah manggis di
kartu kendali.
2.4 Komoditi buncis

Hasil panen buncis harus disimpan pada temperatur suhu 0 C dengan kelembaban 85
- 90, sedangkan lama penyimpanan adalah 15 hari, (Spinks et all 1986).
2.5 Komoditi lobak
Menurut Roosmani, A.B. (1975), penanganan pasca panen lobak, yaitu:
1. Pengumpulan
Hasil panen lobak, baik berupa umbi maupun daun (lobak daun) dikumpulkan di tempat
penampungan sementara untuk memudahkan penanganan berikutnya.

2. Penyortiran dan Penggolongan


Di tempat penampungan hasil, umbi lobak dibersihkan dari daun-daunnya, yakni
dengan cara memotong tangkai daun untuk ditinggalkan bersama umbinya sepanjang 4-5 cm.
Bersamaan dengan pembersihan daun, dilakukan pula sortasi atau pemisahan umbi yang
abnormal, rusak atan cacat secara tersendiri. Sedangkan lobak daun hanya membuang
(membersihkan) beberapa helai daun tua, kemudian disortasi berdasarkan ukuran yang
seragam.
Untuk sasaran pasar swalayan atau diekspor, umbi-umbi ataupun daun-daun lobak
sebaiknya dikiasifikasikan menurut jenis dan ukuran yang seragam. Misalnya saja kelas umbi
lobak merah dengan ukuran panjang 20 cm dan beratnya rata-rata 400 gram/umbi, atau umbi
kelas umbi putih dengan berat rata-rata 800 gram/umbi. Pengklasiflkasian ini disesuaikan
dengan permintaan pasar.
3. Penyimpanan
Untuk mempertahankan kesegaran dan memperpanjang daya simpan umbi, ataupun
daun-daun lobak maka tempat penyimpanannya dilakukan di ruangan yang dingin
(coolstorage) atau menggunakan remukan es.
4. Pengemasan
Pengemasan umbi ataupun daun-daun lobak untuk memudahkan pengiriman ke pasar
lokal biasanya dilakukan dalam keranjang bambu atau plastik, sedangkan untuk sasaran ke
pasar swalayan atau diekspor biasanya dikemas dalam kontainer plastik yang ditutup
polietiline berlubang kecil.
Lobak mudah sekali mengalami kerusakan sehingga daya simpannya tidak akan
bertahan lama. Untuk mengatasinya adalah dengan mengubah bentuk bahan tersebut menjadi
bahan pangan yang bisa disimpan lama. Caranya dengan melalui proses pengolahan. Bentuk
olahan lobak yang cukup komersial ialah diawetkan menjadi pikel.
2.6 Komoditi brokoli

Menurut Rachmawan,Obin (2001), Beberapa kegiatan Pasca Panen antara lain adalah;
a. Pembersihan dengan cara menyingkirkan/membuang kotoran dan menyingkirkan
komoditas lain yang tidak penting terbawa.
b. Sortasi dilakukan untuk memisahkan, penggolongan berdasarkan kualitas dan keseragaman
dengan berdasarkan prinsip keseragaman ukuran berat, bentuk , sifat permukaan, warna dan
tingkat kematangan.
c. Penyimpanan dilakukan dengan pendinginan untuk mempertahan kualitas produk,
memperpanjang umur pengendalian, laju transpirasi, resprasi, infeksi penyakit/jamur serta
mempertahankan produk dalam keadaan yang paling berguna bagi konsumen. Selain itu
penyimpanan bertujuan untuk menghindari anjloknya harga akibat melimpahnya sayuran
brokoli dipasaran hingga hargana kembali stabil.
d. Kemasan dilakukan untuk melindungi atau untuk mengawetkan produk sayuran (brokoli),
tempat atau wadah yang digunakan pengemasan terdiri dari peti kayu atau keranjang, baik
yang terbuat dari anyaman bambu atau dari bahan Styofoam dan Plastik Wrapping.
Pengemasan ini sangat penting, karena merupakan penunjang bagi tramsportasi, distribusi,
dan merupakan bagian dari usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran.
e. Pengawetan sayuran brokoli dapat dilakukan dengan cara akseptabilitasi yang tinggi
diantaranya adalah;
- Pengawetan sayuran dengan konsentrasi garam tinggi dengan cara bunga brokoli
dibiarkan mengalami fermentasi dalam larutan garam yan telah diatur sedemikian rupa
sehingga mencegah perkembang biakan mikro-organisme perusak.
- Pengeringan dengan cara dikeringkan menggunakan sinar matahari maupun
pengeringan menggunakan alat pengering buatan
III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini bertempat di Carefour, Pusat grosir,
Makassar Trade Center (MTC).
Praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini dilaksanakan pada hari Minggu,
Tanggal 23 Maret 2014 pukul 11.00 sampai selesai.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini yaitu alat
tulis menulis dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kunjungan pasar modern (mall) ini yaitu
3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum kunjungan pasar modern ini yaitu :


1. Berkumpul di lapangan karebosi pada pukul 11.00 WITA
2. Mendengar arahan dari asisten, kemudian berangkat ke lokasi pengamatan, di Carefour, Pusat
grosir, Makassar Trade Center (MTC).
3. Mengamati penanganan produk hortikultura (buah dan sayuran) yang ada di Carefour.
4. Melakukan wawancara pada salah satu karyawan Carefour tentang penanganan pasca panen
komoditi yang diamati.
5. Mencatat dan mendokumentasikan hasil wawancara yang telah dilaksanakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Data Tabel Pengamatan


Komoditi Harga Suhu Penyimpanan Gambar

Rp. 1060/100
Jeruk 4,2C 8,6 C
gram

Rp. 2858/100
Apel 4,2C 8,6 C
gram

Manggis Rp. 1990/100


4,2C 8,6 C
gram

Buncis Rp. 2.147/ pcs 16 C

Lobak Rp.18.508/pcs 16 C

Brokoli Rp. 22.145/pcs 16 C

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data tabel pengamatan di atas buah-buahan dan sayuran seperti jeruk,
apel, bayam dan kubis harus disimpan di suhu yang relatif rendah. Adapun kubis yang
disimpan diluar tempat pendingin karena kapasitas tempat pendinginan milik pihak Carefour
yang terbatas. Suhu tempat pendingin rata-rata 4,2C 8,6 C dan disitulah buah-buah
seperti jeruk, apel dan bayam disimpan.
Pengemasan Apel menggunanakan sterofom seperti jalah dan sebelumnya diberi lilin
waxing eatable (lapisan lilin yang bisa dimakan). Berbeda dengan jeruk hanya dibungkus
plastik karena kadar air kulit jeruk yang relatif tinggi. Untuk sayuran seperti bayam diikat
perpaces dengan wrapping dan untuk kubis di bungkus dengan wrapping secara menyeluruh
untuk menjaga kelembabannya.
Pelilinan, pengemasan dengan wrapping dimaksudkan untuk menjaga kondisi dan
kualitas dari buah dan sayuran hal ini sesuai dengan pernyataan
yang menyatakan bahwa Beberapaa jenis buah secara alami dilapisi oleh lilin yang
berfungsi sebagai pelindung terhadap serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan
lilin pada buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan lilin alami
yang terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama penanganan karena lapisan lilin
yang menutupi pori-pori buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan
buah lebih lama dan nilai jualnya lebih baik

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktek kunjungan pasar ini yaitu :
1. Buah dan sayuran merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami
kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan secara fisik, mekanis, maupun kerusakan
mikrobiologis. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah
markisa sampai di tangan konsumen.
2. Sebagian besar pedagang di pasar tradisional tidak melakukan perlakuan- perlakuan khusus
dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan dan mempertahankan mutu produk
hortikultura.
3. Penanganan pasca panen perlu memperhatikan sifat produk hortikultura yang mudah
rusak, bentuk komoditi, suhu, serta kelembaban udara.

5.2. Saran

Saran saya untuk praktikum kunjungan pasar ini yaitu sebaiknya datang di lokasi
wawancara di saat sebelum swalayan ramai, agar data wawancara yang diperoleh dapat
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Rachmawan,Obin.2001Laporan Panen dan Pasca Panen.


dari http://blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/06/26/laporan-panen-dan-pasca-panen/ diakses
tanggal 19 maret 2014.

Rachmawan,Obin.2001 Kriteria Panen.http://munggaranti.wordpress.c o m / 2 0 1 1 / 0


5/23/page/2/ diakses tanggal 19 maret 2014.

Rachmawan,Obin.2001.Membersihkan Komoditas Pertanian. Dari :


http://mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materikejuruan/pertanian/pengendalian-
m utu/membersihkan_komoditas_pertanian.pdf diakses tanggal 19 maret 2014.

Roosmani, A.B. 1975. Percobaan Pendahuluan Terhadap Buah-buahan dan Sayur-sayuran


Indonesia. Buletin Penelitian Hortikutura LPH Pasar Minggu. 3 (2): 17-21. Jakarta.

Spinks, G.R. dan J.C. Abbot. 1986. Praktek-praktek Pemasaran dan Penanganan di Daerah Tropika
Bagian 1 (Asia Tenggara : Suatu Analisis Praktek-praktek P e m a s a r a n U mu m )
, hal.830-849. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.).Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran
dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika
(Penerjemah :Kamariyani). Gajah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Diposting oleh Muhammad harianto di 06.53


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
2014 (11)
o November (10)
LAPORAN SURVEI LAPANGAN KONSERVASI TANAH DAN
AIR
PROSES PERKECAMBAHAN MORFOLOGI PADA BENIH
LAPORAN KUNJUNGAN MALL
LAPORAN RESPIRASI FISPAN
LAPORAN KUNJUNGAN PASAR FISPAN
KERAPATAN JARINGAN FISPAN
LAPORAN PELILINAN FISPAN
RESUME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
26 ...
SYSTEM PEMBERIAN AIR DENGAN CARA CHECH FLOODING
SY...
Agrohidrologi
o Juni (1)

2013 (4)

about me. . .

Muhammad harianto
Lihat profil lengkapku
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai