Anda di halaman 1dari 36

Seri Buku Saku UUDesa

PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN


BADAN USAHA MILIK DESA
(BUM DESA)
Joko Purnomo & Tim Infest

Maju Perempuan Indonesia


untuk Penanggulangan Kemiskinan
Seri Buku Saku UUDesa

PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN


BADAN USAHA MILIK DESA
(BUM DESA)

Maju Perempuan Indonesia


untuk Penanggulangan Kemiskinan
PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)
Penulis:
Joko Purnomo
Penyunting :
Heru Prasetya
M. Irsyadul Ibad
Reviewer:
Ahmad Aandi
Proof Reader:
Sofwan Hadi
Ilustrasi Sampul:
Dani Yuniarto
Sampul dan Isi:
Akbar Binbachrie
Wahyu Hidayat

Didukung oleh:

Maju Perempuan Indonesia


untuk Penanggulangan Kemiskinan

ISBN: 978-602-14743-4-1
Buku ini dikembangkan dan diterbitkan oleh INFEST dengan dukungan dari Program Maju Perempuan
Indonesia Untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU). Program Mampu merupakan inisiatif bersama
antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui
pemberdayaan perempuan.

Informasi yang disampaikan dalam buku ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab tim penyusun
dan tidak serta merta mewakili pandangan Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Australia.

Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau


keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi
yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

SEKAPUR SIRIH

M engalirnya uang dalam jumlah besar ke desa mendorong


pemerintah desa beramai-ramai mengembangkan basis ekonomi
di desa. Apa yang dilakukan pemerintah desa sejalan dengan
keinginan pemerintah pusat agar desa membentuk wadah ekonomi formal
dan non-formal, salah satunya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
yang dianggap sebagai pilar kesejahteraan bangsa. Pengembangan basis
ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama dijalankan oleh Pemerintah
melalui berbagai program seperti koperasi, usaha kecil menengah (UKM),
dan BUMDesa. Untuk memuluskan program tersebut, pemerintah
kabupaten membuat regulasi agar desa-desa harus membuat wadah
ekonomi tertentu di desanya.

Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan.


Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya program-
program tersebut. Salah satu yang paling dominan adalah intervensi
Pemerintah terlalu besar. Akibatnya justru menghambat daya kreativitas dan
inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan mesin ekonomi
pedesaan. Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di pedesaan tidak
berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan terhadap bantuan
pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian.

Belajar dari pengalaman masa lalu, pilihan pertama bagi pemerintah desa
melakukan satu pendekatan baru yang diharapkan mampu menstimulasi dan
menggerakkan roda perekonomian di pedesaan. Bukan dengan membuat
kelembagaan usaha desa terlebih dahulu melainkan dengan mempersiapkan
masyarakat. Dengan menguatkan usaha-usaha kecil yang telah dikelola oleh
warga desa baik dalam bentuk usaha pertanian, warung kelontong,
perikanan, usaha makanan. Penguatan usaha-usaha kecil di desa

i
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

akan berdampak besar pada persoalan penyerapan tenaga kerja lokal,


pengoptimalan potensi desa yang kemudian berdampak pada peningkatan
kesejahteraan warga. Meningkatnya kesejahteraan warga akan berimplikasi
pada partisipasi warga dalam pembangunan desa.

Pilihan pendirian kelembagaan ekonomi desa dilakukan setelah penguatan


usaha-usaha kecil yang dikelola warga. Pilihan atas usaha lembaga ini pun
harus mempertimbangkan usaha-usaha yang dikelola oleh masyarakat desa.
Artinya pilihan usaha desa tidak boleh menyamai usaha yang telah dilakukan
warganya. Sehingga, pilihan usaha desa tidak mematikan usaha warganya.
Pendirian BUMDesa harus didasarkan pada prakarsa desa, potensi, serta
pembacaan pasar bukan disandarkan pada instruksi Pemerintah.

Agar keberadaan lembaga ekonomi ini tidak dikuasai oleh kelompok tertentu
yang memiliki modal besar, maka kepemilikan lembaga itu oleh desa dan
dikontrol bersama. Tujuan utamanya untuk meningkatkan standar hidup
ekonomi masyarakat.

Dasar hukum BUMDesa diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014


tentang Desa bab X. Pedoman teknis diatur melalui Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015
tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa, yang menjadi pedoman bagi daerah dan desa dalam pembentukan
dan pengelolaan BUMDesa. Pilihan BUMDesa diharapkan sebagai adalah pilar
kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial dan
komersial yang didirikan atas dasar komitmen bersama masyarakat desa,
untuk saling bekerja sama, bergotong royong, dan menggalang kekuatan
ekonomi rakyat demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat desa.

Buku kecil ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang BUMDesa


secara singkat dan praktis bagi masyarakat desa, sehingga mampu
menimbulkan dorongan bagi munculnya kesadaran dan sikap masyarakat
desa untuk berpartisipasi menggerakan potensi desa untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat desa.

Frisca Arita Nilawati


Manajer Program Desa Infest Yogyakarta

ii
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Sekapur Sirih i
Pendirian dan Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) 1
Pengertian BUMDesa 3

Tujuan BUMDesa 5

Kedudukan BUM Desa 6

Landasan Hukum Keberadaan BUM Desa 7

Prinsip-Prinsip BUM Desa 8


Tahapan Pembentukan BUM Desa
dan Badan Usaha Bersama Antardesa 10
1. Persiapan Musdes 12
2. Tahapan Musdes 13
3. Penyelenggaraan Musdes 14
Bentuk dan Pengelolaan BUM Desa 15

Kepengurusan Organisasi BUMDesa 16

AD/ART BUMDesa 19

Permodalan BUMDesa 20

Klasikasi Jenis Usaha BUM Desa 21

Strategi Pengelolaan BUMDesa 23

Kepailitan dan Pertanggungjawaban


Pelaksanaan BUMDesa 24
Pembinaan, Pengawasan dan Peran Masyarakat 25

Tentang Penulis 26

iii
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Pengantar

Pendirian dan Pengelolaan


Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

P engembangan basis ekonomi di perdesaan sudah sejak lama


dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program. Namun upaya
ini belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana yang
diinginkan bersama. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang
berhasilnya program-program tersebut. Salah satu faktor yang paling
dominan adalah intervensi pemerintah yang terlalu besar, akibatnya justru
menghambat daya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola
dan menjalankan mesin ekonomi di desa.

Belajar dari pengalaman masa lalu, satu pendekatan baru yang diharapkan
mampu menstimulasi dan menggerakkan roda perekonomian di perdesaan
adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya
oleh desa. Bentuk kelembagaan ekonomi ini dinamakan Badan Usaha Milik
Desa atau yang sering disebut BUM Desa.

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah badan usaha yang ada di desa
yang dibentuk oleh pemerintah desa dan masyarakat. BUM Desa merupakan
sebuah usaha milik kolektif yang digerakkan oleh aksi kolektif antara
pemerintah desa dan masyarakat. BUM Desa harus menjadi instrumen
gerakan ekonomi masyarakat yang mendayagunakan potensi dan aset lokal
yang dimiliki. Dengan kata lain BUM Desa merupakan bentuk kelembagaan
desa yang memiliki kegiatan usaha ekonomi atau bisnis untuk memperoleh
manfaat yang berguna demi kesejahteraan masyarakat desa.

BUM Desa merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai
lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution).

1
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

BUM Desa sebagai lembaga sosial harus berpihak pada kepentingan


masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.
Sedangkan sebagai lembaga komersial BUM Desa bertujuan mencari
keuntungan melalui penawaran sumber daya lokal (barang dan jasa) ke pasar.
Pendirian BUM Desa harus diawali sebagai pola untuk memperkuat ekonomi
rakyat desa. Pendirian BUM Desa hendaknya dipahami sebagai peluang baru
bagi desa untuk mengembangkan dan mendayagunakan potensi dalam
memenuhi kebutuhan warga. Dengan kata lain, BUM Desa hendaknya
bertumpu pada potensi dan kebutuhan desa. Pendirian BUM Desa
merupakan inisiatif desa, bukan perintah regulasi (aturan) dan pemerintahan
supradesa. Sehingga pengelolaannya harus berdasarkan semangat
kemandirian desa.

Maksud dari pembentukan BUM Desa sebagaimana dalam dinyatakan dalam


Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No. 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa adalah sebagai upaya menampung
seluruh kegiatan bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola
oleh Desa dan/atau kerja sama antardesa.
1. BUM Desa merupakan sebuah usaha desa milik kolektif yang digerakkan
oleh aksi kolektif antara pemerintah desa dan masyarakat. BUM Desa
merupakan bentuk public and community partnership atau kemitraan
antara pemerintah desa sebagai sektor publik dengan masyarakat
setempat.
2. BUM Desa lebih inklusif dibanding dengan koperasi, usaha pribadi,
maupun usaha kelompok masyarakat yang bekerja di ranah desa.
Koperasi memang inklusif bagi anggotanya, baik di tingkat desa maupun
tingkat yang lebih luas, namun koperasi tetap ekslusif karena hanya
untuk anggota.
Lalu, apa saja ruang usaha yang bisa dilakukan oleh BUMDesa? UU No 6 tahun
2014 pasal 87 ayat 3 menyebutkan BUM Desa dapat menjalankan usaha di
bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Artinya, BUM Desa dapat menjalankan
pelbagai usaha, mulai dari pelayanan jasa, keuangan mikro, perdagangan,
dan pengembangan ekonomi lainnya. Sebagai contoh, BUM Desa bisa
membentuk unit usaha yang bergerak dalam keuangan mikro dengan
mengacu secara hukum pada UU Lembaga Keuangan Mikro maupun UU
Otoritas Jasa Keuangan.

2
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Pengertian BUMDesa

B adan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa
yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk kesejahteraan masyarakat desa. Berangkat dari pengertian ini, BUM
Desa secara spesik tidak bisa disamakan dengan dengan badan hukum
seperti perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa
merupakan suatu badan usaha bercirikan desa yang dalam pelaksanaan
kegiatannya di samping untuk membantu penyelenggaraan pemerintahan
desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. BUM Desa juga dapat
melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan
ekonomi lainnya.
BUM Desa sebagai lembaga ekonomi yang dibangun atas inisiatif masyarakat
dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan permodalan dari
penyertaan modal bersumber dari penyertaan modal desa dan masyarakat.
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUM Desa dapat
mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar.

BUM Desa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan


keuangan, tetapi juga berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa. BUM Desa diharapkan dapat mengembangkan unit usaha
dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha dapat
berjalan dan berkembang dengan baik, sangat dimungkinkan pada saatnya
BUM Desa mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.

3
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Keterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal terbesar BUM Desa


atau sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi
pelayanan kepada masyarakat, yang diwujudkan melalui proteksi
(perlindungan) atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik dalam
maupun luar desa). Dalam konteks ini semangat BUM Desa adalah kedalam
melindungi dan keluar menghadang. Ke dalam, artinya ke dalam desa
harus melindungi terhadap usaha-usaha lokal yang sudah ada bahkan harus
memberikan manfaat bagi usaha-usaha yang sudah dijalankan oleh
masyarakat. Kehadiran BUM Desa tidak boleh mematikan usaha-usaha yang
sudah dijalankan oleh masyarakat setempat. Sedangkan ke luar, BUM Desa
harus mampu menghadang kekuatan ekonomi eksploitatif dari para pemodal
besar yang akan masuk ke desa dan mengancam kelangsungan usaha yang
telah dijalankan oleh masyarakat.

Ciri Utama BUMDesa


yang membedakan BUMDesa dengan lembaga ekonomi komersial
lainnya, antara lain:

1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan/atau antardesa yang


dikelola secara bersama.
2. Pendirian BUM Desa harus disepakati melalui musyawarah desa.
3. BUM Desa ditetapkan melalui Peraturan desa dan/atau Peraturan
bersama kepala desa untuk BUM Desa bersama antardesa.
4. Modal usaha bersumber dari desa melalui penyertaan modal desa
dan dari masyarakat.
5. Lembaga usaha di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial
(social institution) dan komersial (commercial Institution).
6. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi lokal yang
dimiliki.
7. Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan desa.
8. Pelaksanaan operasionalisasi kegiatan diawasi bersama oleh
(pemerintah desa, BPD, dan masyarakat).

4
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Tujuan BUMDesa

B UM Desa hadir sebagai wadah untuk mengorganisasi rakyat desa dan


meningkatkan semangat mereka dalam memperkuat dan
mengembangkan ekonomi. BUM Desa dapat dijadikan sarana
berbagi bagi kelompok-kelompok masyarakat desa untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk sekaligus membahas strategi pengembangan
pemasarannya. Sehingga mereka mampu menggali potensi-potensi baik
sumber daya manusia dan sumber daya alamnya serta mengembangkan
jaringan untuk menjalin koneksi dalam menggerakkan perekonomian rakyat
desa. Pendirian dan pengelolaan BUM Desa merupakan perwujudan dari
pengelolaan ekonomi produktif dan/atau pelayanan umum yang bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan perekonomian desa;
2. Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan
desa;
3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi
ekonomi desa;
4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau
dengan pihak ketiga;
5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung
kebutuhan layanan umum warga;
6. Membuka lapangan kerja;
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan
pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa;
dan
8. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan Pendapatan Asli
Desa.

5
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Kedudukan BUM Desa

BUM Desa dibentuk oleh pemerintah desa untuk mendayagunakan segala


potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa. BUM Desa berkedudukan di desa dan antar desa (BUM
Desa bersama).

Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa dinyatakan bahwa Desa dapat
mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUM
Desa. Hal ini menegaskan kedudukan BUM Desa berada di desa dan
pembentukannya pun dipayungi secara hukum dengan menggunakan
peraturan desa. Sementara dalam Pasal 6 Permendes PDTT No. 4 Tahun 2015
dinyatakan bahwa Dalam rangka kerja sama antardesa dan pelayanan usaha
antardesa dapat dibentuk BUM Desa bersama yang merupakan milik 2 (dua)
desa atau lebih. Dengan demikian kedudukan BUM Desa juga bisa dilakukan
antar desa yang merupakan hasil kerja sama antar desa yang difasilitasi oleh
Badan Kerja sama antardesa. BUM Desa antardesa harus merupakan hasil
musyawarah antardesa dan disepakati bersama.

6
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Landasan Hukum
Keberadaan BUM Desa

1. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;


2. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
sebagaima yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 47
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
sebagaimana yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah No.
22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa;
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No. 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

7
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Prinsip-Prinsip BUM Desa

BUM Desa merupakan sebuah badan usaha yang didirikan oleh pemerintah
desa dan masyarakat dengan prinsip-pinsip sebagai berikut:
1. BUM Desa bersifat terbuka, semua warga masyarakat desa bisa
mengakses semua kegiatannya.
2. BUM Desa adalah bersifat sosial (social enterpreneurship), tidak semata-
mata mencari keuntungan.
3. BUM Desa harus dikelola oleh pihak-pihak yang independen. Pengelola
tidak boleh dari unsur pemerintahan desa. Hal ini untuk menghindari
adanya kepentingan dengan memanfaatkan jabatan dalam
pemerintahan desa. Kecuali untuk jabatan penasehat ex ocio akan
dijabat oleh kepala desa.
4. BUM Desa tidak boleh mengambil alih kegiatan masyarakat desa yang
sudah berjalan tetapi BUM Desa mengonsolidasi untuk meningkatkan
kualitas usaha mereka. Salah satu tujuan utama BUM Desa adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan perekonomian desa. Untuk itu perlu
dihindari pemilihan usaha BUM Desa yang sekiranya justru akan
menurunkan pendapatan masyarakat setempat. Misalnya, unit usaha
BUM Desa sebaiknya menghindari pemilihan jenis usaha yang sudah
digeluti oleh warga desa.

8
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Prinsip-prinsip pengelolaan BUM Desa penting untuk dielaborasi atau


diuraikan agar dipahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama.
Terdapat 6 prinsip dalam mengelola BUM Desa yaitu:
1. Kooperatif, semua komponen yang terlibat didalam BUM Desa
harus mampu melakukan kerja sama yang baik demi
pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.
2. Partisipatif, semua komponen yang terlibat dalam BUM Desa harus
bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan
kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUM Desa.
3. Emansipatif, semua komponen yang terlibat didalam BUM Desa
harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan
agama.
4. Transparan, aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan
masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan
masyarakat dengan mudah dan terbuka.
5. Bertanggungjawab, seluruh kegiatan usaha harus dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif.
6. Berkelanjutan. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan
dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUM Desa.

Hal utama yang paling penting dalam upaya penguatan ekonomi desa
adalah memperkuat kerja sama, membangun kebersamaan/menjalin
kerekatan di semua lapisan masyarakat desa. Sehingga menjadi daya
dorong dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan
membuka akses pasar.
Posisi BUM Desa dapat dielaborasi dalam pembangunan desa (Desa
Membangun) dan pembangunan perdesaan (Membangun Desa).
Dalam paradigma Desa Membangun basis lokasi pendirian BUM Desa
adalah desa, agar BUM Desa dekat dengan denyut nadi usaha masyarakat
desa secara kolektif. Di lain pihak, dalam paradigma (Membangun Desa),
basis lokasi pendirian BUM Desa bersama maupun kerja sama antar 2 (dua)
BUM Desa atau lebih adalah kawasan perdesaan, agar pemerintah, pemda,
swasta, lembaga donor dan desa dapat berkolaborasi dalam skala usaha
yang lebih besar.

9
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Tahapan Pembentukan BUM Desa


dan Badan Usaha Bersama Antardesa

B UM Desa didirikan melalui kesepakatan dalam musyawarah desa


sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa. Musyawarah
Desa merupakan salah satu wadah dan proses yang melibatkan partisipasi
masyarakat dalam menentukan arah pembangunan desa. BUM Desa
merupakan salah satu instrumen bagi desa untuk melaksanakan kegiatan
pembangunan menuju ke titik sasaran sesuai dengan rencana pembangunan
yang dituangkan dalam RPJM Desa maupun RKP Desa. Musyawarah
merupakan budaya yang tidak bisa dipisahkan dari desa dan merupakan
wujud mengikat sebuah kebijakan yang diputuskan bersama/partisipatif.

Dengan adanya musyawarah dalam pembentukan BUM Desa, diharapkan


ada ikatan sosial di antara warga desa dalam mengembangkan dan
memajukan BUM Desa. Dengan demikian tumbuh rasa memiliki dari
masyarakat dan secara sadar terlibat aktif dalam upaya menentukan arah
pembangunan desa.

10
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Pendirian BUM Desa didasarkan pada prakarsa dan inisiatif lokal


desa yang mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Adanya inisiatif pemerintah desa dan/atau masyarakat desa.
2) Potensi usaha ekonomi desa.
3) Sumber daya alam desa.
4) Sumber daya manusia yang mampu mengelola BUM Desa.
5) Penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha
BUM Desa.

Melaksanakan Musyawarah Desa Pembentukan BUM Desa


Gagasan awal pendirian BUM Desa yang bersumber dari pemerintah desa
atau masyarakat harus dibahas dalam musyawarah desa. Dalam
musyawarah desa pokok bahasan yang akan dibicarakan meliputi:
1. Pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial
budaya masyarakat;
2. Organisasi pengelola BUM Desa;
3. Modal usaha BUM Desa; dan
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

Hasil kesepakatan Musyawarah Desa menjadi pedoman bagi pemerintah


desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan peraturan desa
tentang pendirian BUM Desa.

Dalam rangka kerja sama antardesa dan pelayanan usaha antardesa dapat
dibentuk BUM Desa bersama yang merupakan milik 2 (dua) desa atau lebih.
Pendirian BUM Desa bersama disepakati melalui musyawarah antardesa
yang difasilitasi oleh badan kerja sama antardesa yang terdiri dari: a)
Pemerintah Desa ; b) Anggota Badan Permusyawaratan Desa ; c) Lembaga
kemasyarakatan Desa ; d) Lembaga Desa lainnya ; dan e) Tokoh masyarakat
dengan mempertimbangkan keadilan gender. BUM Desa bersama
ditetapkan dalam peraturan bersama kepala desa tentang pendirian BUM
Desa bersama.

11
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Tahapan Agenda Terkait


Pembentukan BUM Desa

1 PERSIAPAN MUSDES
Perencanaan BPD menyusun rencana pemetaan aspirasi dan
Kegiatan kebutuhan masyarakat terkait BUM Desa. Rancangan
isi pemetaan aspirasi/kebutuhan adalah:
1. Pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi
ekonomi dan sosial budaya masyarakat;
2. Organisasi pengelola BUM Desa (struktur
organisasi dan susunan nama pengurus);
3. Modal usaha BUM Desa, dan
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
BUM Desa
Penyusunan Penyebarluasan informasi kepada masyarakat desa
bahan yang akan dibahas dalam Musdes.
pembahasan BPD bersama pemerintah desa melakukan
pemetaan aspirasi masyarakat, identikasi potensi
dan/atau aset mengenai BUM Desa dengan
melibatkan KPMD dan para pendamping.
BPD melakukan rapat anggota untuk merumuskan
pandangan resmi tentang BUM Desa.
Pandangan resmi BPD tentang BUM Desa
dimasukkan ke dalam berita acara hasil rapat
anggota BPD.
BPD menyampaikan surat kepada Pemdes perihal
fasilitasi penyelenggaraan Musdes, khususnya
tentang penyiapan bahan pembahasan tentang
BUM Desa untuk menanggapi Berita Acara
Pandangan Resmi dari BPD
Pemerintah desa memfasilitasi musdes dengan
mempersiapkan bahan pembahasan terkait BUM
Desa.
Bahan pembahasan disampaikan kepala desa
kepada BPD.
Pembentukan BPD membentuk dan menetapkan panitia Musdes
dan penetapan berdasarkan rencana kegiatan (termasuk didalamnya
panitia rencana pembahasan BUM Desa).

12
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

2 TAHAPAN MUSDES

Penyiapan
Musdes mempersiapkan jadwal kegiatan, tempat
jadwal kegiatan,
dan sarana/prasarana Musdes terkait Pambahasan
tempat dan sarana/
BUM Desa.
prasarana Panitia

Penyiapan Pemdes memfasilitasi Musdes dengan


Dana menyediakan dana penyelenggaraan kegiatan
Musdes.
Pendanaan penyelenggaraan Musdes
merupakan bagian tak terpisahkan dari belanja
operasional BPD.

Pengundangan Peserta Musdes berasal dari Pemdes, BPD, unsur


peserta, masyarakat desa, Undangan (bukan warga desa)
undangan atas undangan ketua BPD, dan para pendamping
dan pendamping
atas undangan ketua BPD.
Panitia Musdes menetapkan jumlah peserta,
undangan dan para pendamping yang hadir
dalam Musdes, melakukan registrasi, dan mengu-
tamakan unsur masyarakat yang berkepentingan
langsung dengan BUM Desa.
Panitia Musdes mempersiapkan undangan
peserta Musdes secara resmi (sudah ditanda
tangani sekretaris BPD selaku ketua panitia
Musdes) dan undangan tidak resmi (media
publik).
Warga desa mendaftarkan diri kepada panitia
Musdes agar memiliki hak suara dalam
pengambilan keputusan.
Kepala desa, anggota BPD, dan perangkat desa
yang berhalangan hadir harus diinformasikan
terbuka kepada peserta Musdes. Kepala desa
yang berhalangan dapat diwakilkan kepada
sekdes/perangkat desa yang ditunjuk secara
tertulis.

13
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

3 PENYELENGGARAAN MUSDES

Pimpinan, Ketua BPD bertindak selaku pimpinan Musdes.


Sekretaris dan
Anggota BPD, KPMD dan/atau unsur masyarakat
Pemandu acara
yang berkepentingan langsung dengan BUM
Musdes
Desa yang merupakan bagian dari panitia
Musdes, bertindak selaku sekretaris Musdes dan
pemandu acara Musdes.

Pendaftaran Peserta menandatangani daftar hadir. Musdes


Peserta dimulai jika daftar hadir telah ditandatangani
oleh 2/3 dari jumlah undangan yang telah
ditetapkan sebagai peserta Musdes

Penjelasan Sekretaris BPD selaku ketua panitia Musdes


susunan acara membacakan susunan acara pembahasan
Musdes.
Musyawarah dilanjutkan dengan dipimpin oleh
pimpinan Musdes.
Penundaan Dilakukan jika peserta tidak memenuhi kuorum
kegiatan
Penjelasan materi Pemdes menjelaskan pokok pembicaraan
pembicaraan tentang BUM Desa.
BPD menjelaskan pandangan resmi terkait
BUM Desa.
Unsur pemda yang hadir menjelaskan
pandangan resmi terkait BUM Desa.
Pihak dari luar desa menyampaikan
kepentingan dan agendanya terkait BUM Desa.

14
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Bentuk
dan Pengelolaan
BUM Desa

B UM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. Unit
usaha yang dimaksud dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan
sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat. Jika BUM Desa tidak
memiliki unit usaha yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa
didasarkan pada peraturan desa tentang pendirian BUM Desa.
Unit usaha BUM Desa dapat berupa:
Perseroan Terbatas (PT) sebagai persekutuan modal, dibentuk
berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal
yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas.
Lembaga keuangan mikro dengan andil permodalan BUM Desa sebesar 60
(enam puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tentang lembaga keuangan mikro.
Sebagaimana dalam Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
menyebutkan bahwa Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi
pemerintahan desa. BUM Desa harus mempunyai struktur organisasi, aturan
organisasi dan rencana kerja kegiatan.

BUM Desa harus dikelola secara profesional dan mandiri sehingga diperlukan
orang-orang yang memiliki kompetensi untuk mengelolanya.

15
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Kepengurusan
Organisasi BUMDesa

P engelola BUM Desa tidak boleh dari unsur pemerintahan desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pembangunan
Masyarakat Desa, hal ini untuk menghindari adanya kepentingan
dengan memanfaatkan jabatan dalam pemerintahan desa. kecuali untuk
jabatan penasehat ex ocio akan dijabat oleh kepala desa.

Pengelola BUM Desa harus netral dan profesional dalam bekerja.Tidak boleh
ada intervensi dari pihak manapun yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan. Pengelola BUMDesa harus transparan dan mempertanggung
jawabkan kepada pemerintah desa dan masyarakat desa apa yang telah
dikerjakan.

Kinerja pengelola BUM Desa harus dievaluasi kinerjanya, untuk melihat


sejauh mana kinerja mereka dalam mengembangkan BUM Desa. Evaluasi ini
dapat dijadikan dasar apakah pengelola BUM Desa layak untuk
dipertahankan atau tidak.
Susunan kepengurusan organisasi BUM Desa terdiri dari:
a. Penasehat
b. Pelaksana operasional, dan
c. Pengawas

16
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Penasehat BUMDesa
Penasehat BUM Desa mempunyai kewajiban:
1. Memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam melaksanakan
pengelolaan BUM Desa;
2. Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelolaan BUM Desa; dan
3. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.

Kewenangan Penasehat BUMDesa :


1. Meminta penjelasan dari pelaksana operasional mengenai persoalan yang
menyangkut pengelolaan usaha desa; dan
2. Melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja
BUM Desa.

Pelaksana Operasional
Pelaksana operasional mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desa
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pelaksana operasional berkewajiban:
1. Melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga yang
melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat desa;
2. Menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi desa untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Desa; dan
3. Melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga perekonomian desa
lainnya.
Pelaksana operasional berwenang:
1. Membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan;
2. Membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM Desa setiap
bulan;
3. Memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa kepada
masyarakat desa melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun.

17
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Dalam melaksanakan kewajiban, pelaksana operasional dapat menunjuk


anggota pengurus sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalam
mengurus pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang
usaha. Pelaksana operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan
kebutuhan dan harus disertai dengan uraian tugas berkenaan dengan
tanggungjawab, pembagian peran, dan aspek pembagian kerja lainnya.

Persyaratan menjadi pelaksana operasional meliputi:


a. Masyarakat desa yang mempunyai jiwa wirausaha;
b. Berdomisili dan menetap di desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
c. Berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap usaha
ekonomi desa; dan
d. Pendidikan minimal setingkat SMU/Madrasah Aliyah/SMK atau
sederajat;
Pelaksana operasional dapat diberhentikan dengan alasan:
a. Meninggal dunia;
b. Telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga BUM Desa;
c. Mengundurkan diri;
d. Tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga
menghambat perkembangan kinerja BUM Desa; dan
e. Terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.

Pengawas BUMDesa
Pengawas BUM Desa mewakili kepentingan masyarakat. Susunan
kepengurusan Pengawas terdiri dari:
1. Ketua
2. Wakil ketua merangkap anggota
3. Sekretaris merangkap anggota
4. Anggota
Pengawas mempunyai kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk
membahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali dan
berwenang menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk melakukan:
a. Pemilihan dan pengangkatan pengurus;
b. Penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari
BUMDesa; dan
c. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pelaksana
operasional.

18
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

AD/ART BUMDesa

K esepakatan tentang organisasi BUM Desa dituangkan dalam


Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART). Anggaran Dasar
memuat aturan-aturan pokok dalam organisasi yang berfungsi
sebagai pedoman dan kebijakan untuk mencapai tujuan serta menyusun
aturan-aturan lainya. Anggaran Dasar memuat paling sedikit rincian nama,
tempat, kedudukan, maksud dan tujuan, dan kepengurusan. Sedangkan
Anggaran Rumah Tangga (ART) sebagai bentuk operasional yang lebih terinci
dari aturan-aturan pokok dalam Anggaran Dasar (AD) dalam melaksanakan
tata kegiatan organisasi. ART paling tidak memuat hak dan kewajiban
pengurus, masa bakti kepengurusan, tata cara pengangkatan dan
pemberhentian pengurus, penetapan operasional jenis usaha, dan sumber
permodalan.

AD/ART sekurang-kurang berisi:


1. Badan hukum
2. Bentuk organisasi
3. Usaha yang dijalankan
4. Kepengurusan
5. Hak dan kewajiban
6. Permodalan
7. Bagi hasil laba usaha
8. Keuntungan dan kepailitan
9. Kerja sama dengan pihak ketiga
10. Mekanisme pertanggungjawaban
11. Pembinaan dan pengawasan masyarakat

19
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Permodalan BUMDesa

Modal BUM Desa bersumber dari APBDesa. Modal BUM Desa terdiri dari
penyertaan modal desa dan penyertaan modal masyarakat desa.
1. Penyertaan modal desa terdiri dari:
a. Hibah pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan
dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme
APBDesa;
b. Bantuan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang disalurkan melalui
mekanisme APBDesa;
c. Kerja sama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan
sebagai kekayaan kolektif desa dan disalurkan melalui
mekanisme APBDesa;
d. Aset desa yang diserahkan kepada APBDesa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa.

2. Penyertaan modal masyarakat desa berasal dari tabungan


masyarakat dan/atau simpanan masyarakat.

20
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Klasikasi
Jenis Usaha BUM Desa
BUM Desa dalam menyusun rencana kerjanya perlu memperhatikan inovasi-
inovasi yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berkembang
di masyarakat. Usaha BUM Desa sesuai dengan Permendesa PDTT No. 4
Tahun 2015 yaitu:

1. Bisnis Sosial (Social Bussines),


2. Penyewaan (Renting),
3. Perantara (Brokering),
4. Berdagang (Trading),
5. Bisnis Keuangan (Financial Bussines),
6. Usaha Bersama (Holding)

1. Bisnis Sosial yang memberikan pelayanan umum (serving)


BUM Desa menjalankan bisnis sosial yang melayani yakni
dapat melakukan pelayanan publik kepada masyarakat
Contoh: Air minum desa
Usaha listrik desa
Lumbung pangan
Sumber daya lokal
Teknologi tepat guna

2. Penyewaan (renting)
BUM Desa menjalankan bisnis jasa penyewaan
Contoh: Alat transportasi
Perkakas pesta
Gedung pertemuan
Rumah toko
Tanah milik BUM Desa
Barang sewaan lainnya

21
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

3. Perantara (brokering)
BUM Desa yang menjalankan bisnis sebagai perantara yang
menghubungkan komoditas pertanian dengan pasar atau agar para
petani tidak kesulitan menjual produk mereka ke pasar. Atau BUM Desa
menjual jasa pelayanan kepada warga dan usaha-usaha masyarakat.
Contoh: Jasa pembayaran listrik
Pasar desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan
masyarakat
Jasa pelayanan lainnya.

4. Berdagang (trading)
BUM Desa yang menjalankan bisnis berdagang misalnya komoditas
pertanian, barang kebutuhan pokok ataupun barang lainnya
Contoh: Pabrik es
Hasil pertanian
Sarana produksi pertanian
Kegiatan bisnis produktif lainnya.

4. Bisnis keuangan (nancial business)


BUM Desa yang menjalankan usaha simpan pinjam uang yang dapat
memenuhi kebutuhan uang masyarakat dengan bunga yang lebih rendah
Contoh: Bank Desa
5. Usaha Bersama (holding)
BUM Desa sebagai usaha bersama atau sebagai induk dari unit-unit
usaha yang ada di desa, dimana masing-masing unit yang berdiri sendiri-
sendiri ini, diatur dan ditata sinerginya oleh BUM Desa agar tumbuh
usaha bersama.

Contoh: Pengembangan kapal desa berskala besar untuk


mengorganisasi nelayan kecil
Desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha
dari kelompok masyarakat.
Kerajinan masyarakat

22
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Strategi Pengelolaan
BUMDesa
Strategi pengelolaan BUMDesa bersifat bertahap dengan mempertimbang-
kan perkembangan inovasi yang dilakukan oleh BUM Desa, meliputi:
a. Sosialisasi dan pembelajaran tentang BUM Desa;
b. Pelaksanaan Musyawarah Desa dengan pokok bahasan tentang
BUM Desa;
c. Pendirian BUM Desa yang menjalankan bisnis sosial (social business)
dan bisnis penyewaan (renting);
d. Analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada usaha
perantara (brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social
business), bisnis keuangan (nancial business) dan perdagangan
(trading), bisnis penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek
keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik, lingkungan usaha
dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek perencanaan
usaha;
e. Pengembangan kerja sama kemitraan strategis dalam bentuk kerja
sama BUM Desa antardesa atau kerja sama dengan pihak swasta,
organisasi sosial-ekonomi kemasyarakatan, dan/atau lembaga
donor;
f. Diversikasi usaha dalam bentuk BUM Desa yang berorientasi pada
bisnis keuangan (nancial business) dan usaha bersama (holding).

23
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Kepailitan dan Pertanggungjawaban


Pelaksanaan BUMDesa
Kepailitan BUM Desa
Dalam menjalankan usaha kadang mengalami kondisi pasang surut, jika
dalam keadaan surut dan BUM Desa dinyatakan pailit, maka:
a. Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.
b. Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset
dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah
Desa.
c. Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian
dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
mengenai kepailitan.

Pertanggungjawaban Pelaksanaan BUM Desa


Pelaksana Operasional BUM Desa bertanggungjawab kepada Penasihat
BUM Desa yang secara ex-ocio dijabat oleh kepala desa. Laporan
pertanggungjawaban BUM Desa disampaikan secara periodik setiap akhir
tahun anggaran, melalui forum musyawarah desa. Mekanisme dan tata tertib
pertangungjawaban ini disesuaikan dengan AD/ART. BPD melakukan
pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina
pengelolaan BUM Desa. Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas
pembinaan terhadap BUM Desa kepada BPD yang disampaikan melalui
Musyawarah Desa. Laporan pertanggungjawaban antara lain memuat:
a. Laporan kinerja selama satu periode/tahunan.
b. Kinerja usaha yang menyangkut realisasi kegiatan usaha, upaya
pengembangan, indikator keberhasilan, dan sebagainya.
c. Laporan keuangan termasuk rencana pembagian laba usaha.
d. Rencana pengembangan usaha yang belum terealisasi.
e. Proses pertanggungjawaban dilakukan sebagai upaya evaluasi tahunan
serta upaya-upaya pengembangan kedepan.

24
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Pembinaan, Pengawasan
dan Peran Masyarakat

Pembinaan dan Pengawasan


Dalam menjalankan bisnis BUM Desa, desa mendapatkan pembinaan
dan pengawasan, meliputi:
a. Menteri menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria
BUM Desa.
b. Gubernur melakukan sosialisasi, bimbingan teknis tentang
standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan serta memfasilitasi
akselerasi pengembangan modal dan pembinaan manajemen
BUM Desa di Provinsi.
c. Bupati/walikota melakukan pembinaan, pemantauan dan
evaluasi terhadap pengembangan manajemen dan sumber
daya manusia pengelola BUM Desa.

Peran masyarakat dalam BUM Desa


Kesadaran kritis masyarakat desa tentang permasalahan ekonomi harus
dimulai. Masyarakat desa tidak boleh hanya menjadi penonton dalam
pertarungan ekonomi global dewasa ini. Melalui BUM Desa masyarakat
dapat mendiskusikan permasalahan ekonomi dan mencari akar
permasalahannya. Contoh: Ketika musim panen padi harga padi turun,
namun demikian, harga beras di pasar tetap mahal. Oleh karena itu, petani
yang ada di desa harus mampu bersikap kritis, mengapa hal tersebut dapat
terjadi ?

Masyarakat desa harus terlibat dalam musyawarah desa tentang


pembentukan BUM Desa. Masyarakat juga dapat terpilih menjadi
pelaksana BUM Desa. Di samping itu masyarakat juga harus aktif
memberikan masukan-masukan untuk pengembangan usaha BUM Desa,
pengawasan kinerja BUM Desa yang dapat disampaikan melalui
perangkat desa maupun BPD.

25
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Tentang Penulis

Joko Purnomo
Pria kelahiran Boyolali ini aktif sebagai peneliti,
fasilitator, dan evaluator dalam penguatan
masyarakat, komunitas serta pemerintahan
desa. Selain itu, ia juga aktif menjadi penulis
modul, buletin, serta buku untuk berbagai
lembaga masyarakat sipil. Joko sarat
pengalaman dalam melakukan riset maupun
pendampingan komunitas antara lain di Jawa,
Nangroe Aceh Darrusalam, Nusa Tenggara
Timur dan Sulawesi. Joko dapat dihubungi
melalui : joko_purnomo81@yahoo.co.id

26
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

CATATAN
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

CATATAN

Anda mungkin juga menyukai