Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim yang terdapat konsolidasi dan
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda-benda asing (Arif Muttaqin,2004). Penyakit ini dapat muncul secara
primer atau sebagai komplikasi dari penyakit sebelumnya serta dapt di sebabkan oleh
berbagai macam organisme. Pneumonia dapat di kelompokkan menjadi dua golongan
yaitu pneumonia yang di dapat dari komunitas yaitu community-acquired pneumonia
(CAP) atau pneumonia yang di dapat karena nosocomial infection yaitu nosocomial
(hospital-acquired) pneumonia (Carolyn,2012). Pneumonia dapat menyerang siapa saja
meskipun seseorang itu masih sangat muda atau sudah sangat tua yang mempunyai
resiko paling tinggi.
Menurut Hudak dalam Niluh Gede 2003 pneumonia merupakan suatu proses
inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat dan merupakan penyakit yang
menyebabkan kematian tertinggi pada orang-orang lanjut usia.
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan
napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita
umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita
umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur
kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit (Depkes, 1991).
Klasifikasi Pnemonia:
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Etiologi Pneumonia
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia
akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya
meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas,
pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian
besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila
infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski
memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat
ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling
sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan
juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya
dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada
jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
Patofisiologi Pneumonia
Terlampir
Komplikasi Pneumonia
a. Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke
dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura.
c. Emfisema.
d. Meningitis.
e. Abses otak.
f. Endokarditis.
g. Osteomielitis.
h. Pneumotoraks.
i. Gagal Nafas
j. Hipotensi
k. Dehidrasi
l. Penyakit multi lobular
Penatalaksanaan Pneumonia
• PENGOBATAN
Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial ialah :
a. Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik yang harus
mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang mungkin sebagai
penyebab, perhitungkan pola resistensi setempat
b. Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan dosis dan
cara pemberian yang adekuat untuk menjamin efektiviti yang maksimal.
Pemberian terapi emperis harus intravena dengan sulih terapi pada pasien yang
terseleksi, dengan respons klinis dan fungsi saluran cerna yang baik.
c. Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada hasil
kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada perbaikan respons klinis.
d. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi kuman
MDR
e. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis
memburuk
f. Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk mengubah pilihan empirik
apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi pemberian antibiotik
berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan tidak akan mengubah mortaliti
apabila terapi empirik telah memberikan hasil yang memuaskan
Tabel 1. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP pada pasien tanpa
faktor risiko patogen MDR, onset dini dan semua derajat penyakit (mengacu ATS / IDSA
2004)
Patogen potensial Antibiotik yang
direkomendasikan
Betalaktam +
• Streptocoocus pneumoniae antibetalaktamase
• Haemophilus influenzae (Amoksisilin klavulanat)
• Metisilin-sensitif atau
Staphylocoocus aureus Sefalosporin G3
• Antibiotik sensitif basil Gram nonpseudomonal
negatif enterik (Seftriakson, sefotaksim)
- Escherichia coli atau
- Klebsiella pneumoniae Kuinolon respirasi
- Enterobacter spp (Levofloksasin,
- Proteus spp Moksifloksasin)
- Serratia marcescens
Tabel 2. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP untuk semua derajat
penyakit pada pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR
(mengacu ATS /
IDSA 2004) Patogen potensial Terapi Antibiotik kombinasi
Sefalosporin antipseudomonal
• Patogen MDR tanpa atau (Sefepim, seftasidim, sefpirom)
dengan patogen pada Tabel 1 atau
Karbapenem antipseudomonal
Pseudomonas aeruginosa (Meropenem, imipenem)
Klebsiella pneumoniae atau
(ESBL) β-laktam / penghambat β
Acinetobacter sp laktamase
Methicillin resisten (Piperasilin – tasobaktam)
Staphylococcus aureus ditambah
(MRSA) Fluorokuinolon
antipseudomonal
(Siprofloksasin atau
levofloksasin)
atau
Aminoglikosida
(Amikasin, gentamisin atau
tobramisin)
ditambah
Linesolid atau vankomisin atau
Tabel 3. Dosis antibiotik intravena awal secara empirik untuk HAP dan VAP pada pasien
dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR (mengacu pada
ATS/IDSA 2004) Antibiotik Dosis
Sefalosporin 1-2 gr setiap 8 – 12 jam
antipseudomonal 2 gr setiap 8 jam
Sefepim 1 gr setiap 8 jam
Seftasidim
Sefpirom
Karbapenem 1 gr setiap 8 jam
Meropenem 500 mg setiap 6 jam / 1 gr
Imipenem setiap 8 jam
βlaktam / penghambat β 4,5 gr setiap 6 jam
laktamase
Piperasilin-tasobaktam
Aminoglikosida 7 mg/kg BB/hr
Gentamisin 7 mg/kg BB/hr
Tobramisin 20 mg/kg BB/hr
Amikasin
Kuinolon antipseudomonal 750 mg setiap hari
Levofloksasin 400 mg setiap 8 jam
Siprofloksasin
Vankomisin 15 mg/kg BB/12 jam
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan • Manifestasi distress pernafasan
kemudahan bernafas. tergantung pada / indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2. Observasi warna kulit, membrane • Sianosis kuku menunjukkan
mukosa, dan kuku, catat adanya vasokontriksi atau respons
sianosis perifeir (kuku) atau tubuhterhadapo demam/
sianosis sentral (sirkumoral). menggigil. Namun seanosis daun
telinga, membrane mukosa, dan
kulit sekitar mulut (membrane
hangat) menunjukkan hipoksemia
sistemik.
3. Kaji status mental. • Gelisah, mudah terangsang, dan
somnolen dapat menunjukkan
hiposemia/ penurunan oksigenasi
terserebral.
• Takikardia biasanya ada sebagai
4. Awasi frekuensi jantung/ irama. akibat demam/ dehidrasi tetapi
dapat sebagai respon terhadap
hipoksemia.
• Demam tinggi (Umum pada
5. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. pneumonia bacterial dan
Bantu tindakan kenyamanan untuk influenza) sangat meningkatkan
menurunkan demam dan kebutuhan metabolic dan
menggigil, mis, selimut kebutuhan oksigendan
tanmbahan/ menghilangkannya, mengganggu oksigenasi seluler.
suhu ruangan nyaman, kompres
hangat atau dingin. • Mencegah terlalu lelah dan
menurunkan kebutuhan /
6. Pertahankan istirahat tidur. Dorong konsumsi oksigen untuk
menggunakan teknik relaksasi dan memudahkan perbaikan infeksi.
aktifitas senggang. • Tindakan ini meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran secret untuk
7. Tinggikan kepala dan dorong memperbaiki ventilasi (rujuk pada
sering mengubah posisi, napas DK: bersihkan jalan nafas, tak
dalam, dan batuk efektif. efektif. Hal 166)
• Ansietas adalah manifestasi
,masalah psikologi sesuai dengan
renpon fisilogi terhadap hiposia.
Pemberian keyakinan dan
8. Kaji tingkat ansietas. Dorong meningkatkan rasa aman dapat
menyatakan masalah/ perasaan. menurunkan komponen psikologis,
Jawab pertayaan dengan jujur. sehingga menurunkan
Kunjungi dengan sering, atau kebutuhanoksigen dan efek
pertemuan/ kunjungan oleh orang merugikan dari respon psikologis.
terdekat/ pengunjung sesuai • Syok dan edema paru adalah
indikasi. penyebab umum kematian pada
pneumonia dan membutuhkan
interfensi medis segera.