Anda di halaman 1dari 4

Sceletal pada Regio Pedis

Pada regio pedis terdiri atas Ossa tarsal, Ossa metatarsal,Ossa phalanges. Ossa tarsal tersusun atas ossa
berukuran kecil yang menyusunnya, yang berjumlah tujuh buah, yaitu : Os. Talus (terdiri atas :Os.Talus
Caput,Os.Talus Collum, Os.Talus Trochlear ), Os.Naviculare,Os.Cuneiformis(Medial, Intermedium,
lateral),Os.Cuboideum, Os. Calcaneus Os Talus bersendian dengan Os. Tibia, serta bersendian juga
dengan Os. Calcaneus yang merupakan tulang tumit. Pada bagiananterior, Os. Talus berhubungan
dengan Os. Naviculare , sedangkan Os. Calcaneus berhubungan dengan Os. Cuboideum . Os.
Cuneiform distal terhadap Os. Naviculare . Os. Cuneiform lateral bersendian dengan Os. Cuboideum.
Os.Metatarsalia bersendian dengan Os. Cuneiform dan Os. Cuboideum .secara garis besar, Os. Tarsal
dan os. Metatarsal dapat dibagi menjadi tiga kelompok. !elompok belakang adalah Os. Talus dan Os.
Calcaneus . kelompok tengah terdirir atas Os. Naviculare , Os. Cuneiform , Os. Cuboideum . kelompok
depan ditempai Os. Metatarsal.

Manifestasi Klinis Osteoartrithis


OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai sendi leher, bahu,
tangan, kaki, pinggul, lutut.
- Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur
daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada
otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat.
- Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah duduk yang
terlalu lama atau setelah bangun pagi.
- Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
- Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus Heberden (karena
adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya
keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan
penurunan kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
- Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan mengalami pembesaran,
biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut.

Davey P., 2006. At a Glace Medicine. Alih bahasa oleh, Rahmalia A., Novianti C. Jakarta: Erlangga. 374-5

Definisi Rhematoid Artrithis


Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun sistemik. RA merupakan
salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan
dengan destruksi sinovitis. Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai
dengan keterlibatan sendi yang simetris. Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis).

Pradana, Septian Yudo. 2012. Sensitifitas dan Spesitifitas Kriteria ACR 1987 Dan ACR/EULAR 2010 Pada
Penderita Artirits Reumatoid di RSUP Dr. Kariadi Semarang (SKRIPSI). UNDIP. Semarang.

Diagnosis Rhematoid Artrithis


Untuk menegakkan diagnosa RA ada beberapa kriteria yang digunakan, yaitu kriteria diagnosis RA
menurut American College of Rheumatology (ACR) tahun 1987 dan kriteria American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism (ACR/EULAR) tahun 2010. Pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan untuk diagnosa RA antara lain, pemeriksaan serum untuk IgA, IgM, IgG ,
antibodi anti-CCP dan RF, analisis cairan sinovial, foto polos sendi, MRI, dan ultrasound.

Pradana, Septian Yudo. 2012. Sensitifitas dan Spesitifitas Kriteria ACR 1987 Dan ACR/EULAR 2010 Pada
Penderita Artirits Reumatoid di RSUP Dr. Kariadi Semarang (SKRIPSI). UNDIP. Semarang.

Tata Laksana Gout Artritis


1. Edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi
2. Obat-obatan :

 Kolkisin : 0,5-0,6mg/hr selama 3-4x/hari, dosis max 6mg


 OAINS –> indometasin 150-200mg/hr selama 2-3 hari; dilanjutkan 75-100mg/hr sampai
minggu berikutnya, atau sampai nyeri berkurang.
 Kortikosteroid –> jika poliarthritis
 Hormon ACTH
Obat alopurinol dan urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut, karena penurunan
kadar asam urat yang mendadak akan membuat pasien semakin nyeri. Tapi jika pasien telah rutin
memakan obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan.

Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta:Salemba Medika.

Manifestasi Klinis Gout Artrithis


Gout berkembang dalam 4 tahap :
1. Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak
menimbulkan gejala.
2. Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi
pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi
yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh
spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
3. Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan
berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan
pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian
akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang hidup,
semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
4. Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi
serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit
menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak
dan kaku pada sendi yang sakit.
Tanda yang mungkin muncul:
Tampak deformitas dan tofus subkutan
Terjadi penimbunan Kristal urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal
Terjadi ureni akibat penimbunan urat pada ginjal
Mikroskopik tampak Kristal-kristal urat di sekitar daerah nekrosis

Suratun, Heryati. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeleta. Jakarta:EGC

Pemeriksaan LED
Laju endap darah (LED) (bahasa Inggris: Erythrocyte sedimentation rate (ESR)) adalah kecepatan sel - sel
darah merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam. Uji LED umumnya dilakukan
menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau keberadaan radang atau infeksi di
dalam tubuh. Dalam metode tersebut, sampel darah yang telah diberi antikoagulan diletakkan di dalam
tabung vertikal 200 mm dan kemudian didiamkan selama 1 jam untuk diamati seberapa jauh sel darah
merah jatuh menuju dasar tabung tersebut.
Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil uji LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah merah
dibandingkan dengan plasma darah, keadaan sel darah merah yang abnormal, dan beberapa faktor
teknis.Kadar fibrinogen dalam darah akan meningkat saat terjadi radang atau infeksi dan menyebabkan
sel - sel darah merah lebih mudah membentuk rouleaux atau menggumpal sehingga sel darah merah
lebih cepat mengendap. Laju endap darah cenderung dikaitkan dengan keberadaan radang atau infeksi,
namun dapat juga membantu pemantauan kelainan kekebalan tubuh, diabetes, tuberkulosis, anemia,
bahkan kanker.Laju endap darah juga mengalami peningkatan saat masa kehamilan atau seiring dengan
bertambahnya usia.
Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson . 2002 . Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC .

Anda mungkin juga menyukai