Anda di halaman 1dari 8

2

Berdasarkan SDKI 2012 AKI di Indonesia tercatat mencapai 359 per

100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ini melonjak tinggi dibanding hasil

SDKI 2007. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada

tahun yang sama. Dan menurut SDKI tahun 2012 AKB di Indonesia sebesar

34 kematian per 1000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).

Di Provinsi Jawa Barat AKI dan AKB relatif masih tinggi, saat ini AKI

pada tahun 2012 terdapat 765 per 100.000 KH dan AKB sebesar 30 per 1000

KH (Dinkes Jawa Barat, 2012).

Tercatat sebanyak 49 dari 100.000 angka kelahiran hidup ibu

meninggal di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 sedangkan AKB yaitu

34,05 per 1000 kelahiran hidup (Laporan Tahunan Kabupaten Bandung,

2012).

Penyebab utama kematian Ibu masih disebabkan oleh Trias Kematian

Ibu, yaitu: Perdarahan, Infeksi dan Eklampsi. Selain penyebab langsung

kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab tidak langsung seperti 3

terlambat dan 4 terlalu. Yang dimaksud dengan 3 terlambat yaitu terlambat

mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke fasilitas kesehatan,

terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan

pelayanan di fasilitas kesehatan, sedangkan yang dimaksud dengan 4 terlalu

antara lain terlalu muda (usia < dari 20 tahun), terlalu tua (usia > dari 35

tahun), terlalu sering (jarak kelahiran kurang dari 2 tahun), atau terlalu banyak

(jumlah anak lebih dari 3). Hal tersebut menjelaskan berbagai bukti bahwa 4

terlalu merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan

meningkatnya AKI dan AKB (Profil Kesehatan Kabupaten Bandung, 2010).


3

Upaya penurunan AKI dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan

Departemen Kesehatan yang mengacu pada intervensi strategi. Intervensi

strategi dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai 4 pilar safe

motherhood, yaitu : Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap

orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat

merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah

anak. Pelayanan antenatal, untuk mencegah komplikasi obstetrik bila

mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi deteksi sedini mungkin serta di

tangani secara memadai. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua

penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk

pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas

kepada ibu dan bayi. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa

pelayanan obstetrik untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedia untuk ibu

hamil yang membutuhkannya (Badan Pusat Statistik, 2010).

WHO menyatakan bahwa anemia merupakan penyebab penting dari

kematian ibu saat hamil ataupun melahirkan. Hasil penelitian menunjukan

bahwa persentase kematian ibu saat melahirkan akibat anemia adalah 70%

dan sekitar 19,7% akibat hal lain. Anemia pada kehamilan juga berhubungan

dengan meningkatnya angka kesakitan ibu saat melahirkan (Wikndjosastro,

2012).

Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada

kehamilan dan persalinan seperti meningkatkan resiko terjadinya kematian

janin di dalam kandungan, melahirkan secara prematur atau bayi lahir dengan

berat badan rendah dan juga angka kematian bayi setelah dilahirkan. Di

samping itu perdarahan sebelum dan setelah melahirkan lebih sering dijumpai
4

pada wanita yang anemia dan hal itu dapat berakibat fatal. Sebab wanita yang

anemia tidak dapat mentolerir kehilangan darah (Wikndjosastro, 2012).

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena

mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan

pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia

dalam kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensial

membahayakan ibu dan anak) memerlukan perhatian yang serius dari semua

pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba,

2010).

Di Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup

tinggi yaitu sekitar 50-70 juta jiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang

disebabkan kurang zat besi) mencapai 20%-33%. Parahnya lagi 40,1%

anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl (Depkes, 2010).

Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana dituntut untuk dapat

mendeteksi dini setiap ibu hamil dengan berbagai masalah saat kehamilan

sehingga setelah dapat dideteksi dini, bidan langsung memberikan asuhan

yang dibutuhkan ibu untuk menanggulangi masalah tersebut. Dimulai saat

memberikan pelayanan antenatal pada ibu hamil dengan anemia, pertolongan

persalinan ibu dengan anemia, pelayanan nifas ibu dengan anemia dan

pemeriksaan bayi baru lahir.

Apakah anemia pada ibu hamil berdampak pada bayinya atau tidak,

harus dikaji secara mendalam oleh bidan dengan asuhan komprehensif yang

diberikan pada ibu hamil dengan anemia ringan khususnya. Sehingga dapat

menekan angka permasalahan Anemia Pada Ibu Hamil serta mampu

membantu masyarakat yang dijumpai selama masa tersebut. Perlu kita


5

ketahui bahwa keberhasilan pelayanan diatas ada pada saat akhir masa nifas,

ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.

Maka dari itu bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan

kebutuhan dan permasalahan ibu hamil dan memberikan nasihat yang

dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca

persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta

asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi

abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan medis serta melakukan

tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medis

lainnya. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan

kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga

dan komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal, dan

persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari

ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak.

Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu

secara berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru

lahir dan keluarga berencana. Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang

tidak terputus dalam memenuhi kebutuhan klien sehingga terciptanya mutu

pelayanan kebidanan, asuhan komprehensif secara menyeluruh dapat

menurunkan angka kematian ibu dan bayi dalam jumlah yang signifikan.

Peran serta bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

optimal. Bidan harus bisa menjadi pihak kesehatan terdekat bagi masyarakat,

memberikan bimbingan, asuhan, penyuluhan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas juga bayi baru lahir.


6

Upaya-upaya tersebut itu diantaranya adalah dengan mengupayakan

pemberian asuhan antenatal, asuhan ibu bersalin yang aman dengan

tanggung jawabnya sendiri, observasi ibu nifas secara komprehensif,

termasuk juga deteksi dini pada ibu dan janin, pelayanan keluarga berencana

dan pendidikan untuk menjadi orang tua. Hal tersebut juga sesuai dengan

PerMenKes RI No. 1464/MenKes/Per/X/2010 (Depkes, 2010).

Salah satu BPM yang memberikan Asuhan dan pelayanan pada ibu

mulai dari pra nikah, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

keluarga berencana adalah BPM Bidan Rotua Afriana Aritonang, Amd.Keb

yang bertempat di wilayah kerja Puskesmas Rancamanyar Kecamatan

Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Oleh karena itu penulis terdorong untuk

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif yang dimulai pada masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. S dengan judul untuk

studi kasus ini yaitu “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S

G1P0A0 DENGAN ANEMIA RINGAN DI BPM BIDAN ROTUA AFRIANA

ARITONANG Amd. Keb KAB. BANDUNG PERIODE 24 OKTOBER – 14

DESEMBER 2014”.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif selama

masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengumpulkan data dasar ibu hamil, bersalin, nifas,

pelayanan keluarga berencana dan bayi baru lahir.


7

b. Mampu menginterpretasikan data dasar ibu hamil, bersalin, nifas,

pelayanan keluarga berencana dan bayi baru lahir.

c. Mampu mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial pada ibu

hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru lahir.

d. Mampu menetapkan kebutuhan segera pada ibu hamil, bersalin,

nifas, pelayanan keluarga berencana dan bayi baru lahir.

e. Mampu melakukan penyusunan rencana asuhan menyeluruh pada

ibu hamil, bersalin, nifas, pelayanan keluarga berencana dan bayi

baru lahir.

f. Mampu melakukan pelaksanaan asuhan pada ibu hamil, bersalin,

nifas, pelayanan keluarga berencana dan bayi baru lahir.

g. Melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan pada ibu hamil, bersalin,

nifas, pelayanan keluarga berencana dan bayi baru lahir.

B. Manfaat

1. Manfaat Praktis

Sebagai masukan dalam meningkatkan upaya pencegahan dan

deteksi dini komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir dan pelayanan keluarga berencana sesuai standar

kebidanan.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah

pengalaman dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif

kepada ibu maupun bayi baru lahir. Di samping dapat menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan ke dalam kasus yang


8

nyata di lapangan yang berupa asuhan kebidanan komprehensif

pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan

pelayanan keluarga berencana.

b. Bagi Institusi (STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi)

Memberikan pendidikan, pengalaman, dan kesempatan

bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan

komprehensif, sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan

bidan yang terampil dan professional serta sebagai bahan referensi

bagi mahasiswa dalam membantu membuat laporan.

c. Bagi Lahan Praktik (Bidan Praktik Mandiri)

Dapat dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan

kebidanan secara komprehensif dan senantiasa selalu

memperbaharui pengetahuan yang ada dengan pengetahuan

terbaru yang dijadikan acuan oleh penulis.

C. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan hasil asuhan kebidanan komprehensif terdiri

dari lima BAB, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Manfaat

D. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

B. Persalinan
9

C. Nifas

D. Keluarga Berencana

E. Bayi Baru Lahir

F. Anemia dalam Kehamilan

BAB III : TINJAUAN KASUS

BAB IV : IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai