Anda di halaman 1dari 84

11

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal

(Prawirohardjo, 2012).

3. Kebijakan Program

Setiap wanita hamil memerlukan minimal 4 (empat) kali kunjungan

selama periode antenatal :

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum usia 14

minggu)

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36

dan sesudah minggu ke-36) (Kusmiyati, 2009.)

Pelayanan atau Asuhan Standar Minimal termasuk ”14T”

a. Timbang Berat Badan

b. Ukur Tekanan Darah

c. Ukur Tinggi Fundus Uteri

d. Pemberian Tablet Zat Besi, minimal 90 tablet selama kehamilan

e. Pemberian Imunisasi Tetanus Texoid lengkap

f. Pemeriksaan Hb minimal 2 kali selama kehamilan

g. Pemeriksaan VDRL atau PMS

h. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara

i. Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil


12

j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi

l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi

m. Pemberian terapi yodium untuk daerah endemis gondok

n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

(Prawirohardjo, 2012).

Apabila suatu daerah atau pelayanan kebidanan tidak dapat

memberikan asuhan staandar minimal 14T dapat melakukan Pelayanan

atau asuhan standar minimal termasuk “10 T” yakni:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pemantauan berat badan sangat penting selama masa kehamilan.

Kenaikan berat badan menunjukan kesehatan dan pertumbuhan

janin. Oleh karena itu sebaiknya berat badan selama hamil jangan

terlalu melonjak maupun terlalu minim. Ibu yang berat badannya

terlalu melonjak akan berakibat pada preeklamsi, diabetes mellitus,

jantung dan lain – lain (Varney, 2007).

Tabel 2.1 Kebutuhan Makanan Sehari-Hari Ibu Tidak Hamil, Ibu

Hamil dan Menyusui

Kronik dan Zat


Tidak Hamil Hamil Menyusui
Makanan
Kalori 2200 2500 2700 g
Protein 50 g 60 g 65 g
Kalsium (Ca) 0,8 g 1,2 g 1,2 g
Zat besi (Fe) 15 g 30 g 15 g
Vitamin A 800 IU 800 IU 1300 IU
Vitamin D 5 mg 10 mg 10 mg
Tiamin 1,1mg 1,5 mg 1,6 mg
Riboflavin 1,3 mg 1,6 mg 1,8 mg
Niasin 15 mg 17 mg 20 mg
Vitamin C 60 mg 70 mg 90 mg
(Bobak dkk, 2005).
13

Untuk menghitung keseimbangan energi input dan output dapat

dihitung menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh).

Cara untuk menentukan Indeks Masa Tubuh, yaitu :

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


IMT = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Tabel 2.2 Rekomendasi Pertambahan Berat Badan pada Wanita

Hamil Dilihat dari BMI Pra Kehamilan

Pertambahan Berat Badan


Kategori
Kg Lh
Rendah (BMI <18,5) 12-18 28-40
Normal (BMI 18,5-24,9) 11,5-16 25-35
Tinggi (BMI 25-29,9) 7-11,5 15-25
Obesitas (BMI >30) 5-9,1 11-20
(Cuninngham, 2010).

Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)

Dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan

melalui pertambahan berat badan janin yang diukur saat palpasi

abdomen.

Taksiran Berat Janin (TBJ) = [Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) - N] x 155

Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson

Toshack :

N : 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N : 12 bila kepala masih berada diatas spina isciadika

N : 11 bila kepala masih berada dibawah spina isciadika

b. Ukur Tekanan darah

Saat kondisi tubuh normal , tekanan darah diastole berkisar antara

60-80 mmHg dan sistol 90-120 mmHg. Akan tetapi saat hamil terjadi
14

penurunan tekanan darah. Setelah usia kehamilan 20-32 minggu

tekanan darah kembali normal. Peningkatan tekanan darah harus

selalu dilihat selama masa kehamilan untuk menghindari hal - hal

buruk seperti eklampsi, gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan lain

- lain. Standar pemeriksaan tekanan darah adalah 4x selama masa

kehamilan, yakni 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua

dan 2x pada trimester ketiga.

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia

subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan

untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

d. Ukur Tinggi fundus uteri

Pengukuran fundus uteri selama kehamilan dilakukan untuk

mengetahui pertumbuhan janin di dalam rahim, tinggi fundus juga

untuk menentukan tuanya kehamilan.

Menentukan tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita

pengukur jika usia kehamilan >18 minggu. Adapun pengukuran jarak

symphisis fundus dengan cara Mc-DONALD.

Tabel 2.3 Menentukan Tinggi Fundus Cara Spielberg

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)

12 3 jari di atas simfisis


16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (Px)
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (Px)
40 Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus (Px)
(Sulistyawati, 2009).
15

Tabel 2.4 TFU Menurut Aturan Mc- Donald

Tinggi Fundus
Usia Kehamilan Menggunakan
Dalam cm
penunjuk Badan
Teraba diatas
12 minggu -
simfisis pubis
Ditengah, antara
16 Minggu - simfisis pubis dan
umbilicus
20 minggu 20 cm (±2 cm) pada umbilicus
Usia kehamilan
22-27 minggu dalam minggu = cm -
(± 2 cm)
Ditengah antara
28 minggu 28 cm (±2 cm) umbilicus dan
prosesus sifoideus
Usia kehamilan
29-35 minggu dalam minggu = cm -
(± 2 cm)
Pada prosesus
36 minggu 36 cm (± 2 cm)
sifoideus
(Sumber :Prawirohardjo, 2012).

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

e. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid TT lengkap

Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus

neonatorum dianjurkan untuk memberikan tetanus toxoid pada ibu

hamil.

Tabel 2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Interval
Lama
Antigen (selang waktu Perlindungan
Perlindungan
minimal)
TT 1 Pada kunjungan -
antenatal
TT 2 4 minggu setelah TT 3 tahun 80 %
TT 3 1 5 tahun 95 %
TT 4 6 minggu setelah TT 10 tahun 95 %
TT 5 2 25 99 %
1 tahun setelah TT 3 tahun/seumur
1 tahun setelah TT 4 hidup
(Sumber :Prawirohardjo, 2012).

f. Pemberian Tablet zat Besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan


16

Tablet besi diberikan minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

Setiap tablet mengandung 320 mg FeSO4. Tablet ini berfungsi untuk

pembentukan sel darah merah. Seorang ibu hamil akan mengalami

penambahan volume darah selama kehamilannya, sehingga darah

menjadi lebih encer dan kondisi ini yang dinamakan anemia

kehamilan. Anemia pada kehamilan akan mengakibatkan hal-hal

seperti kelelahan pada ibu, asupan oksigen sedikit yang dapat

mengakibatkan kecacatan, atonia uteri pada saat kelahiran dan

perdarahan pasca salin.

g. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

h. Tatalaksana Kasus

i. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Hal ini

dilakukan sebagai perencanaan, antisipasi dan persiapan dini untuk

pengambilan keputusan dalam melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi (Depkes, 2010).

4. Perubahan fisiologis wanita hamil

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Perubahan

tersebut terjadi pada:

a. Uterus

Uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram

akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat

1000 gram saat akhir kehamilan. Hubungan antara besarnya rahim


17

dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan

penyimpangan kehamilan. Sebagai gambaran dapat dikemukakan

sebagai berikut :

1) Pada usia kehamilan 16 minggu, tinggi rahim adalah setengah

dari jarak simfisis dan pusat.

2) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari

di bawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi

atas pusat.

3) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri adalah

setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat.

4) Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu

jari di bawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk

pintu atas panggul.

5) Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga

jari di bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala

janin telah masuk pintu atas panggul.

b. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah

dan kebiru-biruan (tanda chadwicks).

c. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.


18

d. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, salah

satunya meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam

rahim. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan

peredaran darah seperti :

1) Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah

lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

pengenceran darah (hemodialisis).

2) Sel darah merah makin meningkatnya jumlahnya untuk dapat

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim (Manuaba,

2010).

e. Sistem Gastrointestinal

Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus

bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit

semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh

tingginya kadar progesteron.

f. Sistem Metabolisme

Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan

tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena itu,

peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang

kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70 % dari diet

biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena kadar

glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan

berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis.


19

Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih dari 1000 mg,

500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan massa sel darah merah dan

300 gram untuk transportasi ke fetus ketika kehamilan memasuki usia

12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang keluar

dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5 mg/hari.

Pada metabolisme lemak terjadi peningkatan kadar kolesterol sampai

350 mg atau lebih per 100 cc.

g. Sistem Muskuluskeletal

Adanya sakit punggung dan ligament pada kehamilan tua

disebabkan oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran

uterus kedepan karena tidak adanya otot abdomen. Bagi wanita yang

kurus lekukan lumbalnya lebih dari normal dan menyebabkan lordosis

dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian belakang. Hal ini

menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama dibagian punggung.

Selain sikap tubuh yang lordosis, gaya berjalan juga berbeda

dibandingkan ketika tidak hamil, yang kelihatan seperti akan jatuh,

badan tertatih - tatih (Sulistyawati, 2009).

5. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis yang ibu alami yaitu:

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan

tidak menarik.

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.


20

d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi

yang mencerminkan perhatian dan kekhwatirannya.

e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

f. Merasa kehilangan perhatian.

g. Perasaan mudah terluka (sensitif).

h. Libido menurun (Sulistyawati, 2009).

6. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan pada ibu hamil meliputi :

a. Anamnesa

1) Anamnesa identitas isteri dan suami : nama, umur, suku, agama,

pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat

2) Anamnesa umum :

a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,

perkawinan.

b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HPHT) untuk

dapat menentukan taksiran persalinan berdasarkan rumus

Neagle : hari+7, bulan-3, dan tahun+1.

c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan

ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.

b. Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik, meliputi tekanan darah,

nadi, suhu, pernapasan, jantung, paru-paru.

c. Perkusi

Pemeriksaan ini tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada

sesuatu indikasi.
21

d. Palpasi

Ibu hamil dengan posisi berbaring telentang, kepala dan bahu

sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di

sebelah kanan ibu hamil. Palpasi perut untuk menentukan :

1) Besar dan konsistensi rahim

2) Bagian-bagian janin, letak, presentasi

3) Gerakan janin

4) Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his.

Manuver palpasi menurut Leopold :

1) Leopold I

a) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan

tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan umur kehamilan

dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.

b) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak

membujur sungsang, kepala bulat keras dan melenting

pada goyangan, pada letak kepala akan teraba bokong

pada fundus tidak keras dan tidak melenting, dan tidak

bulat, pada letak lintang fundus uteri tidak diisi oleh bagian-

bagian janin.
22

2) Leopold II

Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus

untuk menetapkan bagian apa yang terletak di bagian

samping.

a) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang

teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci.

b) Pada letak lintang dapat ditetapkan di mana kepala janin.

3) Leopold III

a) Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis

pubis.

b) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong

teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang

simfisis pubis akan teraba kosong.


23

4) Leopold IV

a) Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap

ke arah kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin

yang masuk pintu atas panggul.

b) Bila bagian terendah telah masuk PAP telah melampaui

lingkaran terbesarnya, maka tangan yang melakukan

pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran

terbesarnya belum masuk PAP, maka tangan pemeriksa

konvergen.

e. Auskultasi

Monoaural (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut

jantung janin (DJJ). Yang kita dengarkan adalah:

1) Dari janin

a) DJJ pada bulan 4-5 normalnya 120-160 x/menit

b) Bising tali pusat

c) Gerakan dan tendangan janin

2) Dari ibu

a) Bising rahim (uterine souffle)

b) Bising aorta

c) Peristaltik usus.
24

f. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk mengetahui :

1) Bagian terbawah janin

2) Bila bagian terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi

UUK, UUB, dagu, hidung, orbita, mulut, dan sebagainya.

3) Bila letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber

ischii, pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin,

caput sucsedanum. Secara umum dapat dievaluasi keadaan

vagina, serviks, dan panggul (Kusmiyati, 2009).

g. Kebutuhan Ibu Hamil

a. Kebutuhan Fisik

Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus

dipenuhi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,

IUGR, inersia uteri, pendarahan pasca persalinan, sepsis

puerperalis. Sedangkan kelebihan konsumsi makanan pada ibu

hamil akan berakibat kegemukan, preeklampsi dan janin terlalu

besar. Hal penting yang harus di perhatikan adalah cara mengatur

menu dan pengolahan menu tersebut dengan berpedoman pada

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

b. Kebutuhan Energi

Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan

pada ibu hamil untuk meningkatkan asupan energinya sebesar 285

kkal per hari, yang terdiri atas :


25

1) Protein

Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein

sebanyak 68 % selamakehamilan, atau 12% atau 75-100 gram

per hari.

2) Zat Besi

Diberikan pada usia kehamilan 12 minggu sebesar 30-60

gram setiap hari selama kehamilan dan enam minggu setelah

kelahiran untuk mencegah anemia postpartum.

3) Asam Folat

Kebutuhan Asam folat selama trimester I sebesar 280

mikrogram, trimester II sebesar 660 mikrogram, dan trimester III

sebesar 470 mikrogram. Asam fola tsebaiknya diberikan pada 28

hari setelah ovulasi atau 28 hari setelah kehamilan karena

sumsum tulang belakang dan otak dibentuk pada minggu

pertama kehamilan.

4) Kalsium

Kadar kalsium pada ibu hamil mengalami penuranan

sebesar 5%, karena itu, asupan yang optimal perlu

dipertimbangkan. Sumber utama kalsium adalah susu, dan hasil

olahannya udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, dan

beberapa bahan makanan nabati, seperti sayuran warna hijau.

c. Obat-obatan

Jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-

benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian

obat dihindari.
26

d. Lingkungan yang Bersih

Salah satu pendukung untuk keberhasilan yang sehat dan

aman adalah adanya lingkungan yang bersih, karena kemungkinan

terpapar kuman dan zat toksik yang berbahaya bagi ibu dan janin

akan terminimalisasi. Lingkugan bersih disini adalah temasuk bebas

dari populasi udara seperti asap rokok.

e. Senam Hamil

Senam hamil berfungsi melancarkan sirkulasi darah, nafsu

makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur

menjadi lebih nyenyak. Senam hamil dimulai dari pada usia

kehamilan setelah 22 minggu. Senam hamil bertujuan

mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi

sesuai optimal dalam persalinan normal serta mengimbangi

perubahan berat tubuh.

Syarat senam hamil yaitu:

1) Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan kehamilan oleh

dokter atau bidan

2) Latihan dilakukan selama kehamilan 22 minggu

3) Latihan dilakukan secara teratur dan di siplin

4) Sebaiknya latihan dilakukan dirumah sakit atau klinik bersalin

dibawah pimpinan intruksi senam hamil.

f. Pakaian

Pemakaian pakaian dan kelengkapannya yang kurang tepat

akan mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang akan

mengganggu fisik dan psikologis ibu.


27

g. Istirahat dan Rekreasi

Adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya

beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh,

tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat

dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir

kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin

sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang

paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan

pada ibu hamil adalah miring kekiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit

menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi rasa

nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah

kiri.

h. Kebersihan Tubuh

Perubahan sistem metabolisme mengakibatkan peningkatan

pengeluaran keringat. Keringat yang menempel di kulit

meningkatkan kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat

berkembangnya mikroorganisme. Jika tidak dibersihkan (dengan

mandi), maka ibu hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit

kulit. yang menyebabkan ibu akan lebih terkena penyakit.

i. Perawatan Payudara

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam perawatan payudara :

a) Hindari pemakaian bra yang terlalu ketat

b) Gunakan bra dengan bentuk penyanggah payudara.

c) Hindari membersihkan puting susu dengan sabun mandi.

d) Bersihkan puting susu ibu dengan baby oil.


28

e) Jika di temukan pengluaran cairan yang berwarna kekuningan

dari payudara, berarti produksi ASI telah dimulai.

j. Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada kehamilan berkaitan

dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering berkemih. Konstipasi

terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang

mempunyai efek rileks terhadap otot-otot polos, salah satunya otot

usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga

menyebabkan bertambahanya konstipasi. Tindakan pencegahan

yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan

tinggi serat dan banyak minum air putih hangat ketika perut dalam

keadaan kosong. Minum air putih hangat ketika perut dalam

keadaan kosong dapat merangsang gerakan peristaltik usus. Jika

ibu sudah mengalami dorongan , maka segeralah untuk buang air

besar agar tidak terjadi konstipasi.

k. Kebutuhan Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama

tidak ada riwayat penyakit seperti :

1) Abortus dan kelahiran premature

2) Pendarahan pervaginam

3) Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu

terakhir kehamilan.

4) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intrauteri.


29

l. Persiapan Persalinan

Meskipun perkiraan persalinan masih lama tidak ada

salahnya jika ibu dan keluarga mempersiapkan persalinan sejak

jauh hari sebelumnya. Ini dimasukkan agar terjadi sesuatu hal yang

tidak diinginkan atau persalinan maju dari perkiraan,semua

perlengkapan yang dibutuhkan sudah siap (Sulistyawati, 2009).

h. Ketidaknyamanan Ibu Hamil

1) Sesak Nafas

Terjadi karena diafragma terdorong keatas. Penatalaksanaan

yang dilakukan adalah posisi badan bila tidur menggunakan ekstra

bantal, bila ibu merokok dan hentikan merokok kemudian konsul

(Salmah, 2006).

2) Insomnia (pada minggu terakhir)

Terjadi karena gerakan janin, kram otot dan sering buang air kecil.

Penatalaksaan yang dilakukan adalah sering berkomunikasi dengan

kerabat atau suami (Salmah, 2006).

3) Rasa Khawatir dan Cemas

Terjadi karena gangguan hormonal (penyesuaian hormonal, rasa

khawatir ibu menjadi ibu setelah kelahiran). Penatalaksanaan yang

dilakukan adalah relaksasi, masasse perut, minum susu hangat, dan

tidur dengan memakai ganjal bagian tubuh (Salmah, 2006).

Rasa tidak nyaman dan tertekan pada perineum terjadi karena

pembesaran uterus terutama waktu berdiri dan jalan, serta akibat

gemelli. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah istirahat dan

relaksasi (Salmah, 2006).


30

4) Kontraksi Braxton Hicks

Terjadi karena kontraksi uterus uterus mempersiapkan persalinan.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah istirahat dan melakukan

teknik pernafasan (Salmah, 2006).

5) Kram Betis

Terjadi karena penekanan pada saraf yang terkait dengan uterus

yang membesar, perubahan kadar kalsium, fosfor, keadaan ini

diperparah oleh kelelahan sirkulasi darah tepi yang buruk serta akibat

minum susu lebih dari 1 liter perhari. Penatalaksanaan yang dilakukan

adalah apakah ada tanda human, bila tidak ada lakukan masasse dan

kompres hangat pada otot yang terkena (Salmah, 2006).

6) Edema Kaki sampai Tungkai

Terjadi karena berdiri dan duduk lama, postur tubuh jelek, tidak

latihan fisik, baju ketat dan cuaca panas. Penatalaksanaan yang

dilakukan adalah asupan cairan dibatasi hingga berkemih secukupnya

saja dan isrirahat dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala (Salmah,

2006).

7) Sering Buang Air Kecil

Sering buang air kecil pada bulan-bulan pertama kehamilan

karena kandung kemih yang tertekan oleh uterus yang mulai membesar

sehingga sering timbul BAK. Pada akhir kehamilan bila kepala janin

mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering BAK akan

timbul lagi karena kandung kemih mulai tertekan kembali (Vivian, 2011).

Cara mengatasinya : penjelasan mengenai sebab terjadinya,

kosongkan saat ada dorongan untuk kencing, perbanyak minum saat


31

siang hari, jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia, batasi

minum kopi, the dan soda. Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran

kemih dengan menjaga posisi tidur, yaitu berbaring miring kiri dan kaki

ditinggikan untuk mencegah dieresis (Asrinah, 2010).

i. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada masa kehamilan lanjut yaitu perdarahan

yang terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum

persalinan. Perdarahan tidak normal bila terdapat tanda-tanda

berikut ini keluar darah merah segar atau kehitaman dengan

bekuan dan disertai rasa nyeri.

b. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan

sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang

serius adalah sakit kepala hebat, sakit kepala yang menetap, tidak

hilang dengan istirahat.

c. Penglihatan kabur

Penglihatan kabur merupakan salah satu tanda yang

menunjukkan adanya preeklamsia berat yang mengarah pada

eklamsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah

dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau didalam retina

(edema retina dan spasme pembuluh darah).


32

d. Bengkak pada muka dan tangan

Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan

belebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari

kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan

muka. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau

meninggikan kaki.

e. Keluar Cairan Pervaginam

Keluarnya cairan berupa air – air dari vagina pada trimester 3.

Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi

pada kehamilan preterm maupun aterm. Normalnya ketuban pecah

pada akhir kala I atau awal kala.

f. Gerakan janin tidak teraba

Gerakan janin adalah suatu hal yang biasa terjadi pada

kehamilan yaitu pada usia kehamilan 20-24 minggu. Hal yang paling

penting bahwa ibu hamil perlu waspada terhadap jumlah gerakan

janin, ibu hamil perlu melaporkan jika terjadi penurunan/gerakan

janin yang terhenti.

g. Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan

tidak hilang setelah beristirahat (Kusmiyati, 2009).


33

B. Persalinan

1. Definisi

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi

persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan

diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2012).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2010).

2. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan

saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai

aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun

patologis. Lima benang merah tersebut adalah :

a. Membuat keputusan klinik

b. Asuhan sayang ibu

c. Pencegahan infeksi

d. Pencatatan (Rekam Medik) asuhan persalinan

e. Rujukan
34

Lima benang merah ini akan selalu berlaku dalam

penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala satu hingga kala empat,

termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2012).

3. Tanda dan Gejala Inpartu

a. Dorongan ingin meneran

b. Tekanan yang semakin meningkat pada rectum/anus

c. Perineum menonjol

d. Vulva – vagina dan sfingter anal membuka (Prawirohardjo, 2012).

Tabel 2.6 Penurunan kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan

PEMERIKSAAN LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN

= 5/5 Kepala di atas PAP,


-
mudah digerakkan.

Sulit digerakkan, bagian


= 4/5
H I – II terbesar kepala belum
masuk panggul.

= 3/5 Bagian terbesar kepala


H II – III
belum masuk panggul.

= 2/5 Bagian terbesar kepala


H III+
sudah masuk panggul.

= 1/5
H III – IV Kepala di dasar panggul

= 0/5
H IV Di perineum

(Saifuddin, 2010).
35

4. Fase - Fase Dalam Persalinan

a. Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks

membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan terdiri atas dua fase,

fase laten dan fase aktif (APN, 2008).

1) Fase laten pada kala satu persalinan:

a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan servik secara bertahap.

b) Pembukaan servik kurang dari 4 cm.

c) Biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam

Dan pencatatan Selama fase laten, pengamatan dan

pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik

dicatatan kemajuan persalinan maupun di buku KIA atau Kartu

Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan

setiap kali membuat catatan fase laten persalinan. Kondisi ibu dan

bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:

a) Denyut jantung janin: setiap ½ jam.

b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam.

c) Nadi: setiap ½ jam.

d) Pembukaan serviks: setiap 4 jam.

e) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam.

f) Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam.

g) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam.


36

2) Fase aktif pada kala satu persalinan :

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau

lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih).

b) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1

cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).

c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Dan Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan: Lembar

Depan Partograf Halaman depan partograf mencantumkan

bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk :

1) Informasi Tentang Ibu

(a) Nama, umur

(b) Gravida, para, abortus (keguguran)

(c) Nomor catatan medis/nomor puskesmas

(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah,

tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat

ibu)

(e) Waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi Janin

(a) DJJ

(b) Wama dan adanya air ketuban

(c) Penyusupan (molase) kepala janin


37

3) Kemajuan Persalinan

(a) Pembukaan servik

(b) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

(c) Garis waspada dan garis bertindak

4) Jam dan Waktu

(a) Waktu mulai fase aktif persalinan

(b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

5) Kontraksi uterus

Frekuensi dan Lamanya

6) Obat-obatan dan Cairan Yang Diberikan

(a) Oksitosin

(b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi Ibu

1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

2. Urin (volume, aseton atau protein)

3. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat

dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan

kemajuan persalinan).

Pencatatan pada lembar belakang partograf merupakan

bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses

persalinan dan kelahiran serta tindakan-tindakan yang dilakukan

sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).

Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.

Nilai dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa

nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan


38

penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat

keputusan klinik yang sesuai.

Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan

klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya

perdarahan pasca salin). Selain itu catatan persalinan (yang diisi

dengan lengkap dan benar) dapat pula digunakan untuk menilai

sejauh mana telah dilakukan asuhan persalinan yang aman dan

bersih. Catatan dalam persalinan terdiri dari unsur – unsur berikut :

data atau informasi umum, kala I, kala II, kala III, bayi baru lahir

dan kala IV (APN, 2008).

b. Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut

juga kala pengeluaran bayi.

1) Gejala dan tanda kala dua persalinan:

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan

vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lendir dan nulipara umumnya

bercampur sedikit darah (APN, 2008).

Tanda pasti kala dua ditemukan melalui pemeriksaan dalam

(informasi objektif) yang hasilnya adalah :


39

a) Pembukaan serviks telah lengkap

b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina atau

membuka vulva.

2) Penatalaksanaan Fisiologi Kala II

Proses fisiologi kala II diartikan sebagai serangkaian

peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan

diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu

sendiri). Gejala dan tanda kala II juga merupakan mekanisme

alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses

pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan

lengkap, beritahu ibu bahwa dorongan alamiahnya yang

mengisyaratkan ibu untuk meneran dan kemudian beristirahat

diantara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik

berdiri, berjongkok, atau miring atau dapat mempersingkat kala II.

Beri keleluasaan ibu untuk mengeluarkan suara selama persalinan

dan kelahirannya jika ibu memang menginginkannya atau dapat

mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya.

Pada masa sebelum ini, sebagian besar penolong akan

segera memimpin persalinan dengan menginstruksikan untuk

menarik nafas panjang dan meneran, segera terjadi setelah

pembukaan lengkap. Pada penatalaksanaan fisiologi kala II ibu

memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong

persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran

yang efektif dan benar. Perlu diingat bahwa sebagian besar daya

dorong untuk melahirkan bayi adalah kontraksi uterus. Meneran


40

hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi (APN,

2008).

3) Adaptasi Perubahan Fisiologi dan Psikologi

b. Adaptasi janin

(1) Denyut jantung janin (DJJ)

Untuk memprediksikan keadaan janin yang

berkaitan dengan oksigenasi DJJ rata- rata pada

aterm adalah 140 denyut permenit sedangkan DJJ

normal adalah 110-160 denyut permenit.

(2) Sirkulasi Janin

Sirkulasi janin dipengaruhi oleh posisi ibu ,

kontraksi uterus, tekanan darah , dan aliran darah

tali pusat. Kontraksi uterus selama masa persalinan

cenderung mengurangi sirkulasi melalui anterior

spirallis, sehinggga mengurangi perfusi mengurangi

ruang intervilosa.

(3) Pernafasan dan Prilaku Lain Janin

Perubahan – perubahan tertentu menstimulasi

kemoreseptor pada aorta dan badan carotid guna

mempersiapkan janin untuk memulai pernafasan

selama lahir. Perubahan yang terjadi :

(a) 7-2 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru

selama persalinan pervaginam .

(b) Tekanan oksigen (Po2) janin menurun

(c) Tekanan karbondioksida PCO2 arteri meningkat


41

(d) PH arteri meningkat .

(e) PH arteri menurun.

b) Adaptasi Ibu

(1) Perubahan Kardiovaskuler

Pada setiap kontraksi, 2100 ml darah dikeluarkan dari

uterus dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini

meningkatkan curah jantung sekitar 10-15 % pada tahap I

persalinan dan sekitar 30-40 % pada tahap II persalinan.

(2) Perubahan pernafasan

Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian

O₂ terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan.

Hiferventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (PH

meningkat) hipoksia dan hipokapnea (CO₂ menurun).

(3) Perubahan pada ginjal

Pada Trimester ke II kandung kemih menjadi organ

abdomen. Apakah terisi kandung kemih diatas simfysis

fubis.selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan

untuk berkemih secara spontan akibat dari :

(a) Oedem jaringan akibat tekanan bagian presentasi.

(b) Rasa tidak nyaman.

(c) Sedasi dan rasa malu.

(4) Perubahan Integument

Terlihat pada gaya distensibilitas daerah introitus vagina

(muara vagina) . pada individu tingkat distensibilitas

berbeda, meskipun meregang namun dapat terjadi robekan


42

– robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina meskipun

tidak dilakukan episiotomy atau tidak ada laserasi.

(5) Perubahan Muskuluskeletal

Dapat mengalami stress selama masa persalinanan.

Diaphoresis , keletihan, proteinuria dan kemungkinan

peningkatan suhu menyertai aktivitas yang menyolok. Nyeri

punggung dan nyeri sendi terjadi sebagai akibat semakin

renggangnya sendi pada masa aterm.

(6) Perubahan Neurologis

Menunjukan bahwa timbul stress dan rasa tidak

nyaman pada masa persalinan. Perubahan sensori terjadi

saat wanita masuk ke tahap I persalinan dan masuk kesetiap

tahap berikutnya. Mula – mula wanita merasa euphoria

kemudian menjadi serius dan mengalami amnesia diantara

fraksi selama tahap ke II akibatnya wanita merasa senang

atau merasa letih saat melahirkan.

(7) Perubahan Pencernaan

Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita

bernafas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi

terhadap persalinan. Selama persalinan, mortilitas dan

aborsi saluran cerna menurun dan waktu pemasangan

lambung menjadi lambat , mual, muntah, dan sedawa juga

terjadi sebagai respon reflex terhadap dilatasi serviks

lengkap.
43

(8) Perubahan Endokrin

Sistem Endokrin aktif selama persalinan. Awitan

persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar

progesterone dan peningkatan estrogen., prostaglandin, dan

oksitosin. Metabolisme meningkat dan aliran darah dapat

menurun akibat proses persalinan (Prawirohardjo, 2012).

4) Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam

menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul

saat kepala melewati panggul. Gerakan janin dalam persalinan

menurut Kusmiyati (2009) adalah sebagai berikut :

(a) Engangement

Engangement adalah peristiwa ketika diameter

biparietal melewati PAP dengan sutura sagitalis melintang

dijalan lahir dan sedik fleksi.

Saat kepala masuk PAP dengan sutura sagitalis

melintang dijalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama

tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Sedangkan

apabila sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke

simfysis maka hal ini disebut Asinklitismus. Yang mana

terbagi menjadi 2 diantaranya:

(1) Asinklitismus Posterior adalah keadaan sutura sagitalis

mendekati simfysis dan tulang parietal belakang lebih

rendah daripada tulang parietal depan.


44

(2) Asinklitismus Anterior adalah keadaan sutura sagitalis

mendekati promontorium dan tulang parietal depan lebih

rendah daripada tulang parietal belakang.

(b) Penurunan Kepala

(1) Dimulai sebelum onset persalinan atau inpartu.

Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme

lainnya.

(2) Kekuatan yang mendukung menurut Varney (Varney,

2007)

(a) Tekanan cairan ambnion

(b) Tekanan langsung fundus pada bokong

(c) Kontraksi otot-otot abdomen

(d) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang

belakang

(c) Fleksi

(1) Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong

maju tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding

panggul atau dasar panggul.

(2) Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter

oksipitofrontalis 12 cm berubah manjadi

suboksipitobregmatika 9cm.

(3) Posisi dagu bergeser kearah dada janin.

(4) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas

teraba daripada ubun –ubun besar.

(d) Rotasi Dalam


45

Atau disebut juga putaran paksi dalam adalah

pemutaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya

kearah depan sampai ke simfysis. Bila presentasi belakang

kepala dimana bagian terendah janin adalah UUK maka

akan memutar kedepan sampai berada dibawah simpisis.

Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk

menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang

tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi

bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi

setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau

setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam UUK

mengarah ke jam 12.

Sebab terjadinya putaran paksi dalam yaitu :

(1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala

pada letak fleksi

(2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling

sedikit yang disebelah depan atas yaitu hiatus genitalis

antara muskulus levator ani kiri dan kanan.

(e) Ekstensi

Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput

berhimpit langsung pada margo inferior simfisis fubis.

Disebabkan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala

menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.


46

Ada dua gaya yang mempengaruhi pada saat kepala janin

masuk kedasar panggul yaitu :

(1) Gaya dorong dari fundus uteri kearah belakang

(2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kea rah belakang.

Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva

dan terjadilah ekstensi.

(f) Rotasi luar

Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar

dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada

rotasi dalam.

(1) UUK memutar kearah punggung janin, bagian belakang

kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan

atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu

paha ibu. Bila UUK pada mulanya disebelah kiri maka

UUK berputar kearah kiri, bila pada mulanya UUK

disebelah kanan maka UUK berputar kekanan.

(2) Gerakan rotasi luar atau putaran ini menjadikan

diameter biakrominal janin searah dengan diameter

anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu

bahu di anterior di belakang simpisis dan bahu yang

satunya dibagian posterior dibelakang perineum.

(3) Sutura sagitalis kembali melintang.

(g) Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi

sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.


47

Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirnya

trochanter depan dan belakang sampai lahir janin

seharusnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang,

badan dan seluruhnya.

c. Kala III

Kala tiga Persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala

pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan

kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala

pengeluaran bayi). Jadi secara singkat, persalinan kala tiga dimulai

setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan

selaput ketuban.

1 ) Fisiologi Kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus (moimetrium)

berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah

lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya

ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan

menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah

maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari

dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian

bawah uterus atau kedalam vagina. Tanda-tanda lepasnya

plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini :

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan

sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat.

Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah,


48

uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear dan fundus

berada diatas pusat (seringkali mengarah kesebelah kanan).

b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar

melalui vulva (Tanda Ahfeld).

c) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang

terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong

plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan

darah (retroplacental pooling) dalam ruang diantara dinding

uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas

tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta

yang terlepas (APN, 2008).

2) Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,

mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III

jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis (APN, 2008).

3) Keuntungan manajemen aktif kala III

a) Persalinan kala III lebih singkat.

b) Mengurangi jumlah kehilangan darah.

c) Mengurangi kejadian retensio plasenta (APN, 2008).

4) Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:

a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah

bayi lahir.

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

c) Masase fundus uteri (APN, 2008).


49

d. Kala IV

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir dua jam setelah itu.

1) Asuhan Dan Pemantauan Kala IV :

a) Lakukan rangsangan taktil uterus untuk merangsang uterus

berkontraksi lebih kuat dan baik.

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara

melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus

uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.

c) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi

atau episiotomi) perineum.

e) Evaluasi keadaan umum ibu.

f) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan

kala IV dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan

diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

2) Asuhan Kala IV Persalianan

a) Pantau takanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung

kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit pada satu jam

pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Jika ada

temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi penilaian

ibu.

b) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi

baik setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit

pada jam kedua.


50

c) Pantau temperature setiap jam dalam dua jam pertama

pascasalin.

d) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15

menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit pada

jam kedua.

e) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi

uterus dan bagaimana melakukan masase pada uterus

yang lembek.

f) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi, barsihkan dan

bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan

kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan

bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti

dengan baik.

5. Posisi Saat Persalinan

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu

dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini

dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang

paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik. Adapun

posisi saat persalinan tersebut adalah:

a. Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman

bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat

diantara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya

gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.

b. Posisi lateral (miring) mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri

atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya


51

dalam keadaan lurus. Posisi ini juga bias digunakan bila persalinan

berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.

c. Posisi jongkok memungkinkan wanita untuk merasa lebih terkontrol

dan menghasilkan reflex mengedan yang lebih efektif.

d. Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit

pada punggung. Keuntungannya ibu merasa lebih nyaman dan

efektif untuk meneran, mempermudah janin dalam melakukan

rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri pinggang, serta mengurangi

tekanan pada leher rahim yang bengkak.

e. Posisi menungging keuntungannya mendorong kepala bayi keluar

dari panggul selama kontraksi, kadang-kadang dianjurkan pada

persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk mengurangi

nyeri pinggang, serta mengurangi tekanan pada leher rahim yang

bengkak.

f. Posisi bejalan-jalan hanya dapat dilakukan bila ketuban belum

pecah dan bila ibunya masih mampu untuk melakukannya. Posisi ini

dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah. Keuntungannya dapat

mempercepat penurunan kepala janin (Safuddin, 2010).

6. Asuhan Persalinan Pada Kasus Anemia

Asuhan persalinan pada kasus anemia dapat ditegakkan sesuai

dengan penyebab gangguan persalinan pada kasus anemia seperti

gangguan his/kekuatan mengejan, partus lama sehingga dapat

melelahkan dan memerlukan tindakan operasi kebidanan, retensio

plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri.


52

C. Nifas

1. Definisi

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin,

2010).

2. Tujuan Asuhan pada Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.

b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi serta

perawatan bayi sehari – hari.

d. Memberikan pelayananan keluarga berencana (Saleha, 2009).

3. Peran Bidan pada Masa Nifas

a. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik

dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik

dan psikologis selama persalinan dan nifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik

dan psikologis.

c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman.

4. Tahap Masa Nifas

a. Periode Immediate Postpartum


53

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan

karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,

tekanan darah dan suhu.

b. Periode Early Postpartum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

c. Periode Late Postpartum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini, bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari – hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Sistem Reproduksi

1) Involusi

a) Pengertian

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat

sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

akibat kontraksi otot polos uterus.

b) Proses Involusi Uterus

Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar

pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4

minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai


54

akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya

menjadi kurang lebih 500 gram. Pada akhir minggu kedua

setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu

menjadi 100 gram atau kurang. Otot – otot uterus segera

berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh – pembuluh darah

yang berada diantara anyaman otot uterus akan terjepit

sehingga akan menghentikan peredaran darah setelah plasenta

dilahirkan.

Tabel 2.7 Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa Ovulasi

Berat
Involusi Uteri TFU
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 2 jari dibawah pusat 1000 gr
Pertengahan antara pusat dan
1 minggu 750 gr
simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
(Sumber : Saleha, 2009)

2) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

lokia rubra, sanguinolenta, serosa dan alba.

Berikut adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada wanita

pada masa nifas.

a) Lochea Rubra/merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-4 masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo, dan mekonium.


55

b) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum

c) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari

ke-7 sampai hari ke-14 post partum.

d) Lochea Alba/putih

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir

serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba biasanya

berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,

degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari

pertama tebal endrometrium 2,5 mm mempunyai permukaan yang

kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari

mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada

bekas implantasi plasenta.

4) Serviks

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat

lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan

lecet terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang

mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat

laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan dinding retak

karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar


56

akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4

minggu postpartum.

5) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur – angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali

seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu

ke 3. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang

dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis

yang khas bagi multipara.

6) Payudara (mamae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme

fisiologis, yaitu sebagai berikut.

(a) Produksi susu

(b) Sekresi susu atau let down

Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh

dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi

baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone yang dihasilkan

plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitary

akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ke

tiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa

dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah,

sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel – sel acini

yang menghasilkan ASI juga berfungsi. Ketika bayi menghisap


57

puting, reflex saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk

menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflex let down

(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus

aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketikan

ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel – sel

acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Reflex ini

dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama.

7) Sistem Pencernaan

Pada masa puerperium ini terjadi penurunan konsentrasi ion

kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu,

terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan

janin juga pada ibu dalam masa laktasi.

Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah

terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak

adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada

dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak

peristaltik usus serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut

BAB karena ada luka jahitan perineum.

8) Sistem Perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah

melahirkan. Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan

menunjukan tidak saja edema dan hyperemia dinding kandung

kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada

submukosa.
58

Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai

hari kelima setelah persalinan. Jumlah urin yang keluar dapat

melebihi 3.000ml per harinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah

satu cara untuk menghilangkan peningkatan cara ekstraseluler yang

merupakan bagian normal dari kehamilan. setelah itu juga di dapati

adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama setelah

persalinan.

Disamping itu, kandung kemih pada puerperium mempunyai

kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu, distensi

yang berlebihan, urin residual yang berlebihan, dan pengosongan

yang tidak sempurna, harus diwaspadai dengan seksama. Ureter

dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal

pada dua sampai delapan minggu setelah persalinan.

9) Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat

perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon – hormon

yang berperan dalam proses tersebut.

a) Hormon plasenta

Selama periode post partum terjadi perubahan hormone

yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan

signifikan hormone-hormon yang diproduksi oleh plasenta.

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan

cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7


59

post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari

ke-3 post partum.

b) Hormon Oksitosin

Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan

pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot

yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan

mencegah perdarahan.

c) Hormon Pitiutary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita

tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3,

dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

10) Perubahan Tanda – Tanda Vital

a. Suhu badan

24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5o C-

38o C) sebagai akibat kerja keras saat persalinan, kehilangan

cairan dan kelelahan. Pada hari ke-3 suhu badan akan naik

karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak,

berwarna merah karena banyaknya ASI. Kita anggap nifas

terganggu jika ada demam lebih dari 38oC pada 2 hari berturut-

turut dan pada 10 hari pertama post partum.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali

permenit. Setelah melahirkan biasanya nadi meningkat. Setiap


60

denyut nadi lebih dari 100 kali permenit menandakan infeksi

atau perdarahan post partum yang tertunda.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah

menurun setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan

darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya

preeklampsi post partum.

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak

normal, pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada

gangguan khusus pada pernafasan.

e) Sistem Hematologi dan Kardiovaskular

Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan

darah.leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam

beberapa hari pertama pada masa post partum.

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-

400 cc. bila kelahiran melalui SC kehilangan darah dapat 2 kali

liapat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi.

Apabila pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan naik

dan pada SC haemokonsentrasi cenderung stabil dan akan kembali

normal setelah 4-6 minggu.


61

6. Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres

pasca persalinan, terutama pada ibu primipara.

Hal – hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa

nifas adalah sebagai berikut.

a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa

transisi menjadi orang tua.

b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga

melahirkan.

Periode ini diekpresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga

tahap berikut ini :

a. Taking in period

Terjadi pada 1 – 2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap

tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan

persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan

meningkat.

b. Taking hold period

Berlangsung 3 – 4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi

pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab

sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu

menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan

dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu


62

c. Letting go period

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara

penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan

menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada

dirinya.

7. Data Fokus Yang Penting Pada Masa Nifas

a. Diastasis Recti

Dinding perut yang melemah dan nada otot perut berkurang

setelah kehamilan. Beberapa orang memiliki pemisahan antara otot

dinding perut, disebut diastasis recti. Pemisahan ini sering dapat

diperbaiki dengan latihan perut tertentu yang dilakukan selama periode

postpartum. Klien harus diinstruksikan untuk memulai latihan perut

kapan menyusul pengiriman vagina dan setelah nyeri tekan abdomen

menyelesaikan setelah operasi caesar (Cunningham, 2010).

Ini adaah hasil dari kelemahan peregangan otot perut dari

perubahan hormon ibu dan ketegangan yang meningkat dengan

membesarnya rahim. Diastasis recti abdominis dapat terjadi dalam

berbagai derajat selama kehamilan dan tidak mungkin menyelesaikan

secara spontan pada periode postpartum (Cunningham, 2010).

b. Homman Sign

Homman sign, thrombus dikatakan positif apabila tanda human

sign positif. Human sign positif, apabila ada rasa nyeri pada saat kaki

dilakukan dorsofleksi, kemerahan, hangat pada kaki, sebaiknya dicatat.

Kaki dapat dinaikkan di atas bantal. Untuk seksio sesaria abdominal

exercise dapat dilakukan setelah 4 minggu post partum (Novita, 2011).


63

8. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas

a. Gizi

Gizi adalah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila

menyusui akan meningkat 25 %, karena berguna untuk proses

kesembuhan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk

menyehatkan bayi.

Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi

cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak

mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.

Disamping itu harus mengandung: energy, protein, mineral, vitamin,

dan air.

b. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari

tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.

c. Eliminasi

1) Miksi

Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.

Ibu diusahakan dapat BAK sendiri, bila tidak dapat dirangsang

dengan mengalirkan air kran didekat klien dan mengompres air

hangat diatas simfisis. Bila tidak berhasil dapat dilakukan

kateterisasi.

2) Defekasi
64

Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit BAB. Jika klien

pada hari ke-3 belum bisa BAB maka diberikan laksan supositoria

dan minum air hangat. Agar dapat BAB dengan teratur dapat

dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak,

makanan cukup serat dan olah raga.

d. Kebersihan diri

1) Perawatan Perineum

Setelah BAK dan BAB perineum dibersihkan secara rutin

dengan menggunakan sabun. Membersihkan dimulai dari simfisis

sampai anal. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian

dalam jangan sampai terkontaminasi tangan. Pembalut diganti

paling sedikit 4 kali sehari.

2) Perawatan payudara

a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting

susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.

b) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui.

c) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam,

ASI dikeluarkan dan diberikan dengan sendok.

d) Untuk menghilangkan nyeri dapat diberikan paracetamol

tablet setiap 4-6 jam.

e. Istirahat

Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang

ibu baru akan cemas apakah ia mampu marawat bayinya atau tidak

dan hal ini menyebabkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola
65

tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk

meneteki atau mengganti popok. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup

untuk mencegah kelelahan.

f. Seksual

Apabila perdarahan telah terhenti dan episiotomy sudah sembuh

maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Ada

pendapat lain yang menyebutkan bahwa coitus dapat dilakukan

setelah nifas berdasarkan teori bahwa bekas plasenta sembuh (6

minggu).

9. Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk

menilai status ibu dan BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.

Tabel 2.8 Program dan Kebijakan Teknis

Kunjungan Waktu Asuhan


a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa
nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
6-8 jam
atonia uteri.
I setelah
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
persalinan
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga agar bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
6 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
II setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah
persalinan umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,
66

dan tidak ada bau.


b. Menilai adanya tanda – tanda demamm,
infeksi, atau kelahiran pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat,
dan bagaimana menjaga bayi agar tetap
hangat.
2 minggu
a. Sama seperti diatas (enam hari setelah
III setelah
persalinan)
persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit –
6 minggu
penyulit yang dialami atau bayinya.
IV setelah
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
persalinan
(Prawirohardjo, 2012).

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal meliputi:

Perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/berat badan lahir rendah,

asfiksia, hipotermia (Saifuddin, 2010).

2. Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir

a. Sistem Kardiovaskuler

Sistem Kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok

setelah bayi lahir. Foramen ovale, duktus arteriosus, dan duktus

venosus menutup. Arteri umbikalis, vena umbikalis, dan arteri

hepatika menjadi ligamen.

Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru

berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner,

sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun.

Rangkaian peristiwa ini merupakan mekanisme besar yang


67

menyebabkan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah

pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung

bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat.

Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup.

Selama beberapa hari pertama kehidupan, tangisan dapat

mengembalikan aliran darah melalui foramen ovale untuk

sementara dan mengakibatkan sianosis ringan.

b. Sistem Pernapasan

Penyesuaian paling praktis yang harus dialami bayi baru lahir

ialah penyesuaian sistem pernapasan. Paru-paru bayi cukup bulan

mengandung sekitar 20 ml cairan/kg. Udara harus diganti oleh

cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada

kelahiran pervaginam normal, sejumlah cairan keluar dari trakea

dan paru-paru bayi.

Tarikan napas pertama terjadi. Hal ini disebabkan oleh refleks

yang dipicu oleh perubahan tekanan, pendinginan, bunyi, cahaya,

dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses kelahiran. Apabila

perubahan yang terjadi sangat ekstrim, depresi pernapasan dapat

terjadi. Pada kebanyakkan kasus, timbul reaksi pernapasan yang

berlebihan dalam satu menit setelah bayi lahir, sehingga bayi

mulai menarik napas yang pertama dan menangis.

c. Sistem Ginjal

Pada kehamilan cukup bulan ginjal menempati sebagian

besar dinding abdomen posterior. Letak kandung kemih dekat

dinding abdomen anterior dan kandung kemih merupakan organ


68

abdomen dan organ pelvis. Pada bayi baru lahir, hampir semua

massa yang teraba berasal dari ginjal.

Fungsi ginjal, yang mirip dengan fungsi orang dewasa

terbentuk pada tahun kedua kehidupan. Bayi baru lahir memiliki

rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil.

Infeksi, diare, atau pola makan yang tidak teratur secara cepat

dapat menimbulkan asidosis dan ketidak seimbangan cairan.

d. Sistem Cerna

Bayi baru lahir mampu menelan, mencerna, memetabolisme,

dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana, serta

mengelmusi lemak. Kecuali amilase pankreas, karakteristik enzim

dan cairan pencernaan bahkan sudah ditemukan pada bayi yang

berat badan lahirnya rendah.

e. Sistem Hepatika

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat

kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat di palpasi sekitar 1 cm

di bawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati

sekitar 40% rongga abdomen.

f. Sistem Imun

Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada

awal kehidupan janin. Namun, sel-sel ini tidak aktif selama

beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi

dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami,

seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang


69

tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang

dengan baik sampai tiga atau empat minggu. Ig-A pelindung

membran lenyap dari traktus napas dan traktus urinarius. Ig-A ini

juga tidak terlihat pada gastrointestinal, kecuali jika bayi diberi ASI.

IgA, IgD, dan IgE diproduksi secara lebih bertahap dan kadar

maksimum tidak dicapai sampai kanak-kanak dini.

g. Sistem Integumen

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi

masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan

baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga berfusi dengan

epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Bayi cukup

bulan memiliki kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir, setelah

itu warnanya memucat menjadi warna normal.

h. Sistem Reproduksi

Wanita saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal

primitif. Sel-sel ini mengandung komplemen lengkap ova yang

matur karena tidak terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup

bulan lahir. Korteks ovarium, yang terutama terdiri dari folikel

primodial, membentuk bagian ovarium yang lebih tebal pada bayi

baru lahir daripada orang dewasa.

Pria testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi baru

lahir laki-laki. Walaupun persentasi ini menurun pada kelahiran

prematur, pada usia satu tahun insiden testis tidak turun pada

semua anak laki-laki berjumlah kurang dari 1 %. Spermatogenesis

tidak terjadi sampai pubertas.


70

Preputium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru

lahir. Muara urethra dapat tertutup preputium dan tidak dapat

ditarik ke belakang selama tiga sampai empat tahun (Bobak,

2005).

3. Penanganan Bayi Baru Lahir

a. Membersihkan Jalan Nafas

Bayi normal akan langsung menangis spontan segera setelah lahir.

Bila tidak maka segera bersihkan jalan napas dengan cara :

1) Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat

2) Gulung kain dan letakan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih

lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit

menengadah ke belakang.

3) Tepuk kedua telapak kaki bayi 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering dan kasar (biasanya bayi langsung menangis).

Kekurangan zat asam pada bayi dapat menyebabkan kerusakan

otak, sangat penting membersihkan jalan nafas. Sehingga upaya

bayi bernafas tidak menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir

ke paru-paru). Lakukan pemompaan apabila dalam 1 menit pertama

bayi tidak bernafas.

b. Memotong dan Merawat Tali Pusat

Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting

steril dan diikat dengan pengikat steril.

1) Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu tersedia

2) Sediakan gunting steril


71

3) Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat

c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan

tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil.

Mekanisme kehilangan panas :

1) Evaporasi : karena menguapnya cairan ketuban.

2) Konduksi : melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan

permukaan dingin.

3) Konveksi : terjadi saat bayi terpapar udara sekitarnya yang lebih

dingin.

4) Radiasi : terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang

mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

(Depkes, 2010).

d. Memberi Vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru

lahir, untuk mencegah terjadinya perdarahan semua bayi normal atau

cukup bulan perlu di beri Vitamin K pada 1 mg/hari selama 3 hari. Bayi

resiko tinggi diberi Vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 -1 mg IM.

e. Pemberian Obat Tetes/Salep Mata

Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi

lahir. Pemberian Tetrasiklin 1 % / Eritromisin 0,5 % dianjurkan untuk

mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).

f. Identifikasi Bayi
72

Alat pengenal perlu dipasang segera setelah lahir, harus berada

tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia

2) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, tepinya tidak mudah

rapuh, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.

3) Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan

nama, tanggal lahir, dan nomor idenfikasi.

Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak dicatatan

yang tidak mudah hilang. mengukur berat badan, panjang badan,

lingkar kepala, lingkar dada dan catat dalam rekam medik.

(Prawirohardjo, 2012).

4. Merawat Tali Pusat

a. Mengikat Tali Pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka

lakukan pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik

tali pusat.

1) Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam

larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi

lainnya.

2) Bilas tangan dengan air DTT.

3) Keringkan tangan tersebut dengan menggunakan handuk atau

kain bersih dan kering.

4) Ikat gunting tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding peru bayi

(pusat). Gunakan benang atau klem plastic penjepit tali pusat

dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastic tali pusat.


73

5) Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan

benang disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya

dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.

6) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan dalam

larutan klorin 0,5 %.

7) Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan

kering.

b. Nasehat Untuk Merawat Tali Pusat

1) Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.

2) Nasehati hal yang sama bagi ibu dan keluarganya.

3) Mengoleskan alcohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali

pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi

tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat besah/lembab.

4) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan

bayi.

a) Lipat popok dibawah puntung tali pusat.

b) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air

DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama

dengan menggunakan kain bersih.

c) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pusat

menjadi merah, bernanah atau bernanah atau berbau.

d) Jika pangkal tali pusat menjadi merah, mengeluarkan nanah

atau darah, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi

perawatan untuk bayi baru lahir.


74

5. Penilaian Bayi Untuk Tanda-tanda Kegawatan

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda - tanda kegawatan

atau kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Tanda – tanda bahaya

yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir :

a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.

b. Kehangatan terlalu panas > 38oC atau terlalu dingin < 36oC.

c. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,

memar.

d. Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.

e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.

f. Suhu meningkat.

g. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek dan terdapat lendir atau

darah pada tinja.

h. Bayi terlihat menggigil, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, dan

menangis terus menerus (Saifuddin, 2010).

6. Reflek-reflek Pada Bayi Baru Lahir

a. Reflek Moro

Reflek ini adalah salah satu reflek yang didapat oleh bayi, sebab

reflek ini menunjukan status neurologist, ini juga sering disebut reflek

kejutan.

b. Reflek Grasping

Replek ini adalah suatu reflek ketika sebuah benda diletakan

ditelapak tangan neonatus, reflek mengenggam menyebabkan jari

mengenggam benda tersebut, reflek ini dapat terlihat sampai umur

satu tahun.
75

c. Reflek Tonik Neck

Reflek ini dapat diobservasi pada nenatus dalam posisi terlentang.

Reflek ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1 hari, meskipun

reflek ini dapat diamati sampai usia bayi 3 – 4 bulan.

d. Reflek Rooting

Reflek ini ditandai dengan penghisapan secara kuat jari atau

putting susu ketika dimasukan kedalam mulut.

e. Reflek Menelan

Reflek ini ditandai dengan menelan secara tepat cairan yang

dimasukan kedalam mulut, reflek ini dapat dengan mudah di observasi

pada saat makan.

f. Reflek Babynski

Reflek ini disebut juga reflek hiperektensi jari kaki, terjadi ketika

bagian lateral dari telapak kaki bayi digores dari tumit ke atas dan

menyilang pada kaki, reflek ini menghilangkan setelah satu tahun.

g. Replek Menginjak

Bayi dapat membuat gerakan menginjak yang kadang-kadang

disebut gerakan menari. Replek ini kadang-kadang sulit diperoleh

sebab tidak semua bayi koopratif, dan menghilang berangsur-angsur

pada usia 4 bulan.

h. Reflek Membengkokan Badan

Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan

pelvis membengkok ke samping. Respon ini berkurang pada usia 2-3

bulan (Saifuddin, 2010).


76

7. Imunisasi

a. Definisi

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi, anak dengan

memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti

untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

b. Tujuan

Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah

penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit

yang sedang berjangkit.

c. Penggolongan

1) Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah imunitas yang didapatkan seseorang

sebagai hasil dan reaksinya sendri terhadap patogen. Pada

imunisasi aktif tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan

bertahan selama bertahun-tahun.

2) Imunisasi pasif

Imunisasi pasif adalah perlindungan langsung tetapi

sementara terhadap suatu penyakit yang belum lama

mengancam. Pada imunisael pasif tubuh anak membuat sendiri

zat anti. Anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara

penyuntikan bahan/sorum yang telah mengandung zat anti dari

ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan pasif ini tidak

berlangsung lama.

d. Jenis Vaksin

1) BCG
77

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis JBC). Vaksin BCG

mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette Guerin) yang masih

hidup.

Cara imunisasi : Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan

ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya

pada umur 0-2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan 1 kali saja.

Diberikan secara intracutan 0,10 ml untuk anak, dan 0,05 ml untuk

bayi baru lahir. Penyuntikan BCG ini sebaiknya diberikan pada

deltoid kanan (lengan kanan atas), sehingga bila terjadi

limfadenitis (pada aksila) akan lebih mudah terdeteksi, jangan

melakukan imunisasi BCG ini pada bayi atau anak dengan HIV,

gizi buruk, dll (Nanny, 2010).

2) DPT

Manfaat pemberian imunisasi ini adalah untuk menimbulkan

kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit

difterim pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Vaksin difteri ternuat

dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan. Biasanya diolah

dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk

vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk

vaksin DPT.

Cara imunisasi : Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi

berumur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu. DPT 1 diberikan

umur 2-4 bulan, DPT 2 umur 3-5 bulan, dan DPT 3 umur 4-6
78

bulan. Pemberian imunisasi DPT 3 kali pada bayi akan

memberikan imunitas sampai 3 tahun (Ai Yeyeh, 2010).

3) Polio

Polio 0 diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia

merupakan daerah endemik polio maka sesuai pedoman program

imunisasi nasional untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang

lebih tinggi diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan

setelah lahir. Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin di

berikan 2 tetes per-oral dengan interval tidak kurang dari 2

minggu.

a) Polio-1 dapat diberikan bersarnaan dengan DPT-1 (usia

2 bulan)

b) Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2 (usia 4 bulan)

c) Polio-3 dibedkan bersamaan dengan DPT-3 (usia 6 bulan)

d) Polio-4 diberikan bersamaan dengan DPT-4 (usia 18 bulan)

e) Polio-5 diberikan bersamaan dengan DPT-5 (usia 5 tahun).

4) Hepatitis B

Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif

terhadap penyakti hepatitis B.

Cara imunisasi : Imunisasi aktif dilakukan dengan cara

pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 1

bulan antara suntikan dan 2, dan 5 bulan antara suntikan 2 dan 3.


79

5) Campak

Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit

campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak

hidup yang dilemahkan.

Cara imunisasi : Imunisasi campak cukup diberikan dengan 1 kali

suntikan setelah bayi berumur 9 bulan.

6) Vaksin Kombinasi

Gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis

produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda.

Misalnya : vaksin kombinasi DPT/Hib adalah gabungan antigen-

antigen D-P-T dengan antigen Hib untuk mencegah penyakit

difteria, pertusis, tetanus, dan infeksi Hib.

e. Jadwal imunisasi yang Diwajibkan

Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi yang Diwajibkan

(Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2014).


80

E. Kontrasepsi

1. Definisi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan dan dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat

berpanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel

yang mempengaruhi fertilitas (Saifuddin, 2010).

2. Jenis-jenis Kontrasepsi

Menurut Saifuddin (2010), ada beberapa jnis kontrasepsi yang

dapat digunakan, khususnya pasca persalinan, antara lain:

a. Metode Amenore Laktasi (MAL)

Menyusui secara ekskusif merupakan suatu metode

kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum

mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pasca

persalinan. Efektivitasnya dapat mnapai 98%. Efektif bila

menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan

per laktasi. Metode ini sangat bermanfaat bagi kesehatan bayi.

b. Kontrasepsi Kombinasi

1) Jika menyusui, jangan dipakai sebelum 6 minggu – 6 bulan

pasca persalinan dan ini merupakan metode kontrasepsi

plihan terakhir. Pada klien menyusui, kontrasepsi ini dapat

mengurangi ASI dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

2) Jika tidk menyusui dapat dimulai 3 minggu pasca persalinan,

jika klien tidak mendapat haid dan sudh berhubungan

seksual, mulailah kontrasepsi kombinasi setelah yakin tidak

ada kehamilan.
81

c. Kontrasepsi Progestin

Sebelum 6 minggu pasca persalinan, klien menyusui

angan menggunakan kontrasepsi progestin karena mempengaruhi

tumbuh kembang bayi, tetapi kontrasepsi ini tidak mempengaruhi

ASI. Jika tidak menyusui, lebih dari 6 minggu pasca persalinan,

atau sudah dapat haid, kontrasepsi progestin dapat dimulai

setelah yakin tidak ada kehamilan.

d. AKDR

Dapat dipasang langsung pasca persalinan, sewaktu

seksio sesaria, atau 48 jam pasca persalinan, jika tidak insersi

ditunda 4-6 mnggu pasca persalinan. AKDR tidak mempengaruhi

ASI.

e. Kondom / Spermisida

Dapat digunakan setiap saat pasca persalinan, tidak ada

pengaruh terhadap ASI.

f. Diafragma

Penggunaannya sebaiknya tunggu sampai 6 minggu pasca

persainan, tidak mempengaruhi terhadap produksi ASI.

g. Koitus Interuptus

Dapat digunakan setiap waktu, tidak berpengaruh terhadap

produksi ASI dan tumbuh kembang bayi.

h. Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi dapat dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan, jika

tidak tunggu sampai 6 minggu pasca persalinan. Tidak


82

mempengaruhi terhadap produksi ASI atau tumbuh kembang

bayi.

2) Vasektomi dapat dilakukan setiap saat.

3. Jenis Kotrasepsi untuk Wanita Usia dibawah 35 Tahun

Berikut ini beberapa jenis kontrasepsi yang aman dan

diajurkan untuk wanita yang berusia dibawah 35 tahun.

a. Kontrasepsi Progestin

1) Implan/Susuk KB

Alat sebesar korek api lidi ini dimasukka ke dalam tubuh, yaitu

di bagian lengan bagian atas. Alat tersebut akan mengeluarkan

hormon progesteron selama tiga tahun.

Karena termasuk metode jangka panjang, dengan sekali

pemakaian untuk tiga tahun, susuk KB menjadi pilihan yang

nyaman tanpa bayak perawatan. Karena hanya mengandung

hormon progesteron, cara ini bisa menjadi pilihan untuk ibu

menyusui (setelah bayi berusia di atas 6 bulan). Implant juga tidak

terlihat dari luar tubuh.

a) Keuntungan

(1) Daya guna tinggi.

(2) Perlindungan jagka panjang (dengan sekali pemakaian 3

tahun, bahkan sampai 5 tahun).

(3) Mengandung hormon progesteron, sehingga bisa menjadi

pilihan untuk ibu menyusui (setelah bayi berusia di atas 6

bulan).
83

(4) Memberikan rasa nyaman dan tidak memerlukan

perawatan yang banyak.

(5) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan.

(6) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

(7) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

(8) Tidak mengganggu ASI.

(9) Klien hanya perlu ke klinik bila ada keluhan.

(10) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

(11) Tidak terlihat dari luar tubuh.

(12) Dapat digunakan oleh perempuan berusia kurang dari 35

tahun yang belum siap untuk kontrasepsi mantap.

b) Kerugian

(1) Pemasangan dan pelepasannya harus dilakukan tenaga

medis terlatih.

(2) Menstruasi menjadi tidak teratur, bisa berupa perdarahan

bercak (spooting), haid yang lama, meningkatnya jumlah

darah haid, dan tidak ada haid.

(3) Timbulnya keluhan-keluhan seperti nyeri kepala,

peningkatan/penurunan berat badan, nyeri payudara,

perasaan mual, dan pening/pusing kepala, serta komplikasi

ringan seperti bekas luka pemasangan.

(4) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan.


84

(5) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian

kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus

pergi ke klinik untuk pencabutan.

(6) Wanita yang mengalami obesitas mungkin harus

mengganti implan setiap dua tahun sekali.

(7) Efektivitas, sangat efektif (0,2 – 1 kehamilan per 100

perempuan)

2) Suntik Progestin

Kontrasepsi suntik adalah suatu cara mencegah terjadinya

kehamilan dengan menyuntikan secara berkala hormon estrogen

dan progesteron ke dalam tubuh wanita. KB suntik di Indonesia

semakin banyak dipakai karena kerjanya efektif, pemakaian

praktis, harganya relatif murah dan aman. (Mochtar, 2010)

a) Keuntungan

(1) Sangat efektif.

(2) Aman.

(3) Dapat dipakai oleh semua perempuan.

(4) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.

(5) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan

produksi ASI.

(6) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

(7) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri dan

dapat digunakan oleh perempuan usia < 35 tahun.

(8) Pemberiannya sederhana setiap dan 12 minggu.

(9) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas.


85

(10) Pengawasan medis ringan.

(11) Dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran.

(12) Angka keguguran < 1%.

(13) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh

kembang bayi.

b) Kerugian

(1) Sering ditemukan gangguan haid (siklus haid

memanjang / memendek, perdarahan banyak / sedikit,

perdarahan tidak teratur / perdarahan bercak, tidak

haid sama sekali.

(2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana

pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum

suntikan berikut.

(4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering.

(5) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

(6) Perdarahan yang tidak menentu.

(7) Terjadi amenorhoe berkepanjangan.

(8) Masih terjadi kemungkinan hamil.

c) Efektivitas

Alat kontrasepsi suntik ini memiliki efektivitas yang

tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun,


86

asalkan penyuntikkanya dilakukan secara teratur sesuai

jadwal yang ditentukan.

3) Pil Progestin

Pil ini mencegah kehamilan dengan cara menghambat

ovulasi melalui penekanan hormone LH dan FSH, mempertebal

lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi

pertumbuhan lapisan endometrium.

a) Keuntungan

(1) Sangat efektif bila digunakan secara benar.

(2) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(3) Tidak mempengaruhi ASI.

(4) Kesuburan cepat kembali.

(5) Nyaman dan mudah untuk digunakan.

(6) Sedikit efek samping.

(7) Dapat dihentikan setiap saat.

b. Kerugian

(1) Hampir 30-60 mengalami gangguan haid (spooting,

tidak ada haid).

(2) Peningkatan/penurunan berat badan.

(3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang

sama.

(4) Bila lupa satu saja, kegagalan menjadi lebih besar.

(5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis

atau jerawat.
87

(6) Risiko kehamilan diluar kandungan cukup tinggi (4 dari

100 kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan perempuan yang tidak

menggunakan minipil.

(7) Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah

penggunaan minipil.

(8) Efektivitas, sangan efektif (98,5%).

b. AKDR

AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) merupakan jenis

kontrasepsi yang efektif untuk wanita dengan usia dibawah 35 tahun.

Bentuk AKDR yaiu IUD (Intrauterine Devices) atau di Indonesia

popular dengan sebutan “spiral”, yang sudah dikembangkan sejak

1970. Alat berbentuk huruf “T” ini dimasukkan ke dalam rahim.

Cara kerjanya mengganggu lingkungan rahim, menghalangi

terjadinya pembuahan maupun inplantasi. Ada yang berbahan dasar

hormon, dengan melepaskan progesteron sehingga menghambat

ovulasi. Ada IUD yang melepaskan tembaga, menempel di sperma

dan menghambat pergerakannya, sehingga mencegah masuk sel

telur. IUD bia digunakan selama 5-10 tahun.

1) Keuntungan

a) Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun).

b) Pengembangan tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan.

c) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

d) Tidak mengganggu ASI.


88

e) Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan.

f) Terdapat 2 jenis AKDR, yaitu AKDR Cu dan progestin, dimana

keduanya sangan efektif, tidak perlu tindak lanjut, dan efeknya

jangka panjang (CuT-38A) efektif sampai 10 tahun).

2) Kerugian

a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi

sebelum pemasangan AKDR.

b) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan

AKDR.

c) Klien tidak bisa menghentikan sendiri setiap saat, sehingga

tergantung pada tenaga kesehatan.

d) Pada pengguanaan jangka panjang tidak ada haid.

e) Mahal.

f) Memperburuk perjalana kanker payudara.

g) Hanya dapat digunakan pada wanita yang tidak terinfeksi IMS dan

Infeksi Saluran Reproduksi (Saifuddin, 2010).

F. Anemia Dalam Kehamilan

1. Definisi

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau

menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk

kebutuhan organ - organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.

Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin

kurang dari 10,5 sampai dengan 11 gr% (Varney, 2007).

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar

Hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5


89

gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan

kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada

trimester 2 (Prawirohardjo, 2012).

2. Penyebab Anemia

Anemia pada kehamilan disebabkan oleh kurangnya asupan zat

besi, vit B12 dan asam folat pada jenis makanan yang dikonsumsi oleh

ibu hamil, selain itu anemia juga disebabkan karena gangguan

penyerapan zat besi dalam usus kurang baik. Kehilangan darah saat haid

dan lain – lain sehingga sel darah merah banyak yang hilang akibatnya

kadar Hb turun. Penyebab kronis, TBC Paru, cacing usus, dan malaria

juga merupakan penyebab terjadinya anemia karena dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya

produksi eritrosit (Wiknjosastro, 2012).

3. Tanda dan Gejala

Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementara hasil tensi

masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik

dapat dilihat tubuh yang malnutrisi, pucat (Prawirohardjo, 2012).

4. Kebutuhan Zat Besi pada Wanita Hamil

Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil adalah

1040 mg dari jumlah ini 200 mg Fe bertambah oleh tubuh untuk

melahirkan dan 840 sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke

janin, dengan rincian 50 - 75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg

untuk menambah jumlah sel darah merah, 200 mg hilang untuk

melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester I relatif sedikit

yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama kehamilan II


90

yaitu 6,3 mg/hari jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya

melalui makanan (Arisman, 2004). Apabila masuknya Fe tidak ditambah

selama kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi

(Wiknjosastro, 2012).

Sedangkan menurut Saifuddin, kebutuhan ibu selama kehamilan

ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin, plasenta, dan 500 mg

untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan

tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari. Efek samping berupa gangguan perut

pada pemberian besi oral menurunkan kepatuhan pemakaian secara

massal, ternyata rata-rata hanya 15 tablet yang dipakai oleh wanita hamil

(Prawirohardjo, 2012).

Pada waktu trimester pertama kehamilan, kebutuhan zat besi lebih

rendah dari sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi

yang di transfer kepada janin masih rendah sehingga kebutuhan zat besi

tidak terlalu dibutuhkan banyak karena ibu pada trimester pertama

membutuhkan banyak asupan nutrisi yang lain seperti vitamin, protein,

kalsium, dan lain sebagainya yang dibutuhkan untuk pembentukan sel

telur di dalam rahim. Pada waktu menginjak trimester II, terdapat

ekspansi maternal red cell mas sampai pada akhir trimester III.

Pertambahan masa sel darah merah ini mencapai 35% yang ekuivalen

dengan pertambahan kebutuhan zat besi sebanyak 450 mg.

Kebutuhan zat besi menurut trimester adalah :

a. Pada trimester I, zat besi yang dibutuhkan adalah ± 1mg/hari, yaitu

untuk kebutuhan basal = 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan

janin dan red cell mas = 30 – 40mg.


91

b. Trimester II, zat besi yang dibutuhkan adalah ± 5mg/hari, yaitu untuk

kebutuhan basal = 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell

mas = 300 mg dan conseptus = 115 mg.

c. Pada trimester III, zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari, yaitu

untuk kebutuhan basa = 0,8 mg/hari, ditambah untuk kebutuhan red

cell mas = 150 mg dan conceptus = 223 mg.

Atas dasar hal tersebut, maka kebutuhan zat besi pada trimester

ke II dan III akan lebih jauh, lebih dari jumlah zat besi yang didapat dari

makanan, walaupun makanan mengandung zat besi yang tinggi

biovailabilitasnya (Depkes, 2010).

5. Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan

dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah

lebih hebat pada hamil muda (Manuaba, 2010).

Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih

dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat

dilihat tubuh yang malnutrisi, pucat (Prawirohardjo, 2012).

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat

digolongkan sebagai berikut (Manuaba, 2010) :

a. Hb 11 g% disebut tidak anemia

b. Hb 9-10 g% disebut anemia ringan

c. Hb 7- 8 g% disebut anemia sedang

d. Hb ≤ 7 g% disebut anemia berat


92

Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2010, bahwa anemia

berdasarkan hasil pemeriksaan digolongkan menjadi :

a. Hb ≥ 11,0 g% disebut tidak anemia

b. Hb 9,0 g% - 10,9 g% disebut anemia ringan

c. Hb ≤ 8,0 g% disebut anemia berat.

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,

yaitu pada trimester I dan trimester III (Manuaba, 2010).

Penggolongan anemia menurut Manuaba tahun 2010, yaitu :

a. Anemia defisiensi besi (kekurangan zat besi).

b. Anemia megaloblastik (kekurangan vitamin B12).

c. Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari

pembentukan).

d. Anemia hipoplastik (gangguan pembentukkan sel-sel darah).

6. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia dalam Kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan

pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar

kesehatan umum calon ibu tersebut. Dengan pertimbangan bahwa

sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian

preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil (Manuaba, 2010).

Pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil, antara lain

meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan seperti daging, ikan, hati,

telur, sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, dan padi-padian.

Hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung zat inhibitor saat

bersamaan dengan makan nasi seperti teh karena mengandung tannin

yang akan mengurangi penyerapan zat besi (Simanjuntak, 2009).


93

Terapi anemia defisiensi besi ialah dengan preparat besi oral. Terapi

oral ialah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau

Na-ferobisitrat dan masih banyak lagi. Pemberian preparat 60 mg/hari

dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/bulan. Dimulai dengan

memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual

hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan

Asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi

sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan

mengganggu penyerapan (Prawirohardjo, 2012).

7. Komplikasi Anemia

Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung

terhadap janin. Pengaruh komplikasi pada kehamilan bahaya pada :

a. Trimester I anemia dapat menyebabkan terjadinya kelainan congenital,

abortus

b. Trimester II anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature,

perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim

terhambat

c. Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his-

kekuatan mengejan, kala pertama dapat berlangsung lama, kala dua

berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan

tindakan operasi kebidanan, kala III dapat diikuti retensio plasenta dan

perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi

perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.

d. Pada saat nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan

postpartum, memudahkan infeksi postpartum. Pada bayi dapat terjadi


94

cacat bawaan, berat badan lahir rendah, asfiksia, dan kematian.

(Wiknjosastro, 2012).

8. Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Kasus Anemia

a. Mengatasi penyebab anemia.

b. Pemberian nutrisi atau makanan yang banyak mengandung unsur zat

besi, diantaranya daging ayam, daging sapi, hati ayam, hati sapi, telur,

ikan, kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai, tempe, tahu,

bayam, kangkung, daun katuk, brokoli, susu, pisang, apel, wartel, dan

sayur-sayuran hijau lainnya.

c. Pemberian tablet Zat Besi selama kehamilan. Pemberian suplemen

besi merupakan salah satu cara yang dianggap paling cocok bagi ibu

hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang

diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet di Indonesia

mengandung 60mg Fe dan 0,25 asam folat. Selama masa kehamilan

minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan,

diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Pemberian tablet besi

sebaiknya dilakukan pada jeda makan dimana lambung tidak banyak

makanan maka zat besi akan mudah diserap.

d. Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan

makanan tinggi zat besi, asupan zat besi (Tarwoto, 2007).

Anda mungkin juga menyukai