Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada
kulit sehat, sakit atau terluka dimaksudkan untuk efek topikal. Salep digunakan
untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan
adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit agar dapat memberikan efek yang
diinginkan (Voigt, 1984).
Suatu obat dalam bentuk sediaan salep untuk dapat mencapai efektifitas
yang maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai struktur kulit dan
formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan pembawa atau basis, karena
pembawa akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan absorbsinya pada lapisan
kulit (Aiache, 1982).
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalam keberhasilan
terapi dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan obat dari sediaan salep
sangat dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat seperti kelarutan, ukuran partikel
dan kekuatan ikatan antara obat dengan pembawanya, dan untuk basis yang
berbeda faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda. Pemilihan formulasi
yang baik sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat
dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sedian
setengan padat ini tidak menggunakan tenaga.
Akan tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep
harus halus.( oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami
banyak masalah saleb yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat
aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserab oleh kulit.
Pembuatan sediaan setengah padat atau salep sangat penting diketahui
untuk dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotik,
puskesmas maupun rumah sakit.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah memberi pemahaman dan lebih mendalam,
dlam pembuatan salep, khususnya proses pembuatan dan sedian dan dasar salep
yang digunakan. Selain itu juga agar praktikan lebih mengenal bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat sedian salep.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
2.1.1 Defenisi Salep
a Farmakope Indonesia Edisi III
Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang
mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
b Farmakope Indonesia edisi IV
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir.
c Chaerunnisa, 2009
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian
luar. Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan
penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi.
Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam
benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener, dan campuran-
campuran lain. Preparat setengah padat menggunakan dasar salep yang
mengandung atau menahan air, yang membantu pertumbuhan mikroba
supaya lebih luas daripada yang mengandung sedikit uap air, dan oleh
karena itu merupakan masalah yang lebih besar dari pengawetan.
d Anif, 2000
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend
homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian Tidak boleh berbau
tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang
mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10
%. Kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih .
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih
salah satu bahan dasar berikut: dasar salep senyawa hidrokarbon
Vasellin putih, vaselin kuning atau campurannya dengan malam putih,

3
dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon lain yang cocok;
dasar salep serap lemak bulu domba dengan campuran 8 bagian
kolesterol 3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian
vaselin putih, campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian
Minyak Wijen; dasar salap yang dapat dicuci dengan air. Emulsi
minyak dan air; dasar salap yang dapat larut dalam air Polietilenglikola
atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang
homogen
e DOM
Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan
aliran dilatan yang penting.
f Formularium Nasional
Salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan,
umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar
untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.

g Anonim 1997
Salep adalah sediaan setengah padat yang dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar slep yang cocok. Pemerian tidak boleh tengik. Kadar
kecuali dikatakan lain dan untuk salep yang menggunakan obat keras
atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
2.1.2 Penggolongan Salep
1. Menurut Konsistensinya, salep digolongkan menjadi 5 golongan :
a. Unguenta : adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega.
Tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa
memakai tenaga.
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap
kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

4
c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase
tinggi lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae (Jelly) : adalah suatu salep yang lebih halus.
Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin.
2. Menurut Efek Terapinya, salep digolongkan menjadi 3 golongan :
a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk
melindung kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat
tidak diabsorbsi. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa
hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidak
melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Dasar salep yang baik
adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui
kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi
seluruhnya. Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum
cacao.
3. Menurut Dasar Salepnya, salep digolongkan menjadi 2 golongan :
a. Salep hydrophobic : yaitu salep-salep dengan bahan dasar
berlemak, misanya campuran dari lemak-lemak, minyak lemak,
malam yang tak tercuci dengan air.
b. Salep hydrophilic : yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya
dasar salep tipe o/w atau seperti dasar salep hydrophobic tetapi
konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara
lain campuran sterol dan petrolatum. (Depkes, 1994).
2.1.3 Kelebihan Dan Kekuranagn Salep

5
a. Kelebihan
Adapun kelebihan menggunakan sediaan salep adalah :
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan
kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.
4. Sebagai obat luar
b. Kekurangan
Di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan berdasarkan basis di
antaranya yaitu :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian
serta sulit tercuci hingga sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan
antibiotik dan bahan bahan kurang stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
2.1.4 Bahan Penyusun Dasar Salep
1. Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (bebas air) antara
lain vaselin putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampur
ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar
hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar hidrokarbon ini
juga sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu
lama. Contoh : petrolatum, paraffin, minyak mineral.
2. Dasar salep absorpsi
Dasar salep absorpsi Dibagi menjadi 2 tipe :
a. Yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari
pembentukan emulsi air dan minyak. Misalnya petrolatum hidrofilik
dan lanolin anhidrat.

6
b. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi),
memungkinkan bercampur sedikit penambahan jumlah larutan berair.
Misalnya lanolin dan cold cream.
Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan
derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti
dasar salep berlemak dasar salep serap tidak mudah dihilangkan dari kulit
oleh pencucian air. Dasar-dasar salep ini berguna dalam farrnasi untuk
pencampuran larutan berair kedalam larutan berlemak. Contoh : petrolatum
hidrofilik, lanolin, dan lanolin anhidrida, cold cream.
Dasar salep serap dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama
terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi
air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan kelompok
kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan
sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat
sebagai emolien.
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep
hidofilik yang lebih tepat disebut “krim”. Dasar salep ini dinyatakan juga
sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap
basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan
obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar
salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi
pada kelainan dermatologik. Bahan obat tertentu dapat diserap lebih baik
oleh kulit jika dasar salep lainnya. Contoh : salep hidrofilik
4. Dasar salep larut air
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung
bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar
salep ini lebih tepat disebut “gel”. Dasar salep ini mengandung komponen

7
yang larut dalam air. Tetapi seperti dasar salep yang dapat dibersihkan
dengan air, basis yang larut dalam air dapat dicuci dengan air. Basis yang
larut dalam air biasanya disebut greaseless karena tidak mengandung bahan
berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah melunak dengan
penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan dengan bahan tidak
berair atau bahan padat. Contohnya salep polietilen glikol.
Pemilihan dasar salep yang tepat untuk dipakai dalam formulasi
tergantung pada pemikiran yang cermat atas beberapa faktor berikut:
a. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep
b. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorbsi perkutan dari obat
c. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep
d. Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep
e. Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar
salep.
Semua faktor ini dan yang lainnya harus ditimbang satu terhadap
yang lainnya untuk memperoleh dasar salep yang paling baik. Harus
dimengerti bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan juga tidak ada yang
memiliki semua sifat yang diinginkan. Sebagai contoh suatu obat yang cepat
terhidrolisis, dasar salep hidrolisis akan menyediakan stabilitas yang tinggi.
Walaupun dari segi terapeutik dasar salep yang lain dapat lebih disenangi.
Pemilihannya adalah untuk mendapatkan dasar salep yang secara umum
menyediakan segala sifat yang dianggap paling diharapkan.
2.1.5 Kualitas Dasar Salep
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.

8
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika
dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas
obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan.
2.1.6 Fungsi Salep
Fungsi salep antara lain :

a Sebagai bahan aktif pembawa sustansi obat untuk pengobatan kulit


b Sebagai bahan pelumas pada kulit
c Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit
yang dengan larutan berair dan perangsang kulit
2.1.7 Karakteristik Salep
a. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban
yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara
fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
e. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui
dasar salep padat atau cair pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
2.1.7 Suatu Dasar Salep Yang Ideal
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit
b. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
c. Tidak merangsang kulit.
d. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.

9
e. Stabil dalam penyimpanan.
f. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
g. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
h. Mudah dicuci dengan air.
i. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
j. Mudah diformulasikan/diracik
k. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit.
l. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
m. Tidak merangsang kulit.
n. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
o. Stabil dalam penyimpanan.
p. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
q. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
r. Mudah dicuci dengan air.
s. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
t. Mudah diformulasikan/diracik
2.1.8 Persyaratan Salep Menurut Fi Edisi Iii
a. Pemerian : tidak boleh bau tengik
b. Kadar : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
yang digunaakan vaselin putih ( vaselin album ), tergantung dari sifat
bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat Dipilih beberapa bahan
dasar salep sebagai berikut :
 Dasar salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kunig, malam putih
atau malam kunig atau campurannya.
 Dasar salep serap : lemak, bulu domba campuran 3 bagian kolestrol
dan 3 bagian stearil alcohol, campuran 8 bagian malam putih dan 8
bagian vaselin putih.
 Dasar salep yang dapat larut dalam air
 Dasar salep yangdapat dicuci dengan air
c. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan
lain yang cocok harus menunjukan susunan yang homogen.

10
d. Penandaan : etiket harus tertera ”obat luar “
2.1.8 Cara Pembuatan Salep
Aturan umum :
a. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan
pemanasan rendah
b. Zat yang tidak cukup larutdalam dasar salep, lebih dulu disebut dan
diayak dengan ayakan no 100.
c. Zat yang mudah larut dalam air danstabil serta dasarr salep mampu
mendukung/ menyerap air tersebut,dilarutkan didalam air yagn tersedia,
selain itu ditambahkan bagian dasar salep.
d. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebuut
harus diaduk sampai dingin.

2.2 Teori Khusus


2.2.1 Efek/ khasiat Asam salisilat pada salep
Asam salisilat atau asam ortohidroksibenzoat atau acidum
salicylicum merupakan asam yang bersifat iritan lokal. Dalam penggunaan
salep, menurut Ilmu Meracik Obat, asam salisilat konsentrasi 1-2%
digunakan sebagai keratolitik dan antifungi, sedangkan dalam konsentrasi
4% digunakan sebagai keratoplastik. Berikut beberapa manfaat asam
salisilat sebagai salep:
1. Jerawat
Ketika digunakan untuk jerawat, asam salisilat akan mencegah sel-
sel kulit mati menutup folikel rambut sehingga mencegah penyumbatan
pori-pori yang dapat menyebabkan jerawat. Selain itu asam salisilat dapat
membunuh bakteri jerawat. Gunakan 3-6% sesuai kebutuhan
2. Kutil
Asam salisilat dalam dosis tinggi akan melunakkan kutil sehingga
lebih mudah diangkat. Karena sifatnya yang mampu mengikis sel-sel kulit
mati. Gunakan salep 3-10% sesuai kebutuhan.
3. Anti jamur

11
Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam perbandingan
2:1 (6% : 3%) dapat memberikan efek anti jamur yang kuat, seperti pada
pengobatan panu dan gatal jamur lainnya.
4. Zat pembantu
Karena khasiatnya sebagai pengelupas kulit, biasanya diracik
dengan penggunaan obat - obat lain, sehingga obat berkhasiat dapat
menembus lapisan kulit luar dengan mudah. Dengan demikian efek obat
akan tercapai lebih cepat.
2.3 Uraian Bahan

a. Asam salisilat ( FI III, 56)


Nama resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain : Asam salisilat
Nama Kimia :
RM/BM : C7H6O3 / 138,12
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna putih, hampir
tidak berbau, rasa agak manis dan tajam

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4


bagian etanol (95%) p, mudah larut dalam
kloroform p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Keratolitikum, anti fungi
b. Sulfur ( FI III, 591)
Nama resmi : SULFUR PRAECIPITATUM
Nama lain : Belerang endap
RM/BM : S / 32,06
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan :Praktis tidak larut, sangat mudah larut
dalam karbondisulfida p, sukar larut dalam
minyak zaitun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12
Kegunaan : Antiskabies
c. Campora ( FI III, 130)
Nama resmi : CAMPHORA
Nama lain : Kamper
Nama Kimia : 1,7,7-trimetil-bisiklo (2,2,1) – heptan-2-on
RM/BM : C10H16O/152,24
Pemerian : Hablur purih atau massa hablur, tidak
berwarna atau putih, bau khas, tajam, rasa
pedas dan aromatik.
Kelarutan : Larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian
etanol (95%) p, dalam 0,25 bagian
kloroform, sangat mudah larut dalam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat
sejuk
Kegunaan : Antiiritan
d. Mentol ( FI III, 362 )
Nama resmi : MENTHOLUM
Nama lain : Mentol
Nama Kimia :
RM/BM : C10H20O / 156,30
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak
berwarna, bau tajam seperti minyak
peremen, rasa panas dan aromatic diikuti
rasa dingin
Kelarutan :Sukar larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol (95%) dan dalam kloroform p
dan dalam eter p :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
Kegunaan : Korigen, antiriitan
e. Propilenglycol ( FI III, 534 )
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM

13
Nama lain : Propilenglikol
Nama Kimia : (+)-propana-1,2-diol
RM/BM : C3H8O2 / 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa agak manis, higroskopis
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%) p dan dengan kloroform p, larut
dalam 6 bagian eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, pelarut
f. Vaselin kuning ( FI III, 633 )
Nama resmi : VASELIN FLAVUM
Nama lain : Vaselin kuning
Nama Kimia :
RM/BM :
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda
sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan dingin tanpa
diaduk
Kelarutan : Memenuhi syarat yang tertera pada vaselin
album
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan

14
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Formula
A. Formula asli
Acidum salicylicum
Sulfur
B. Rancangan formula
Tiap 10 g mengandung :
Acidum Salicylicum 200 mg
Sulfur 400 mg
Propilen Glikol 15%
Mentol 0,05%
Vaselin Flavum Ad 10 g
C. Master formula
Nama Produk : SULFSALISIL® Salep
Jumlah Produksi : 1 tube @ 10 gram
No. Reg : DBL1752829A1
No. Batch : B3702008

Di Produksi Oleh Tanggal Formula Tanggal produksi


PT. AKFATOR FARMA 10 Juni 2017 13 Juni 2017

Dosis
NO Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Bahan
Pertube Perbatch

1 01 – AS Asam Salisilat Zat aktif 0,2 gram 0,2 gram

2 02 – SF Sulfur Zat aktif 0,4 gram 0,4 gram


3 03 – PG Propilen Glikol Humentan 1,5 gram 1,5 gram
4 04 – MT Mentol Pengaroma 0,005 gram 0,005 gram
5 05 - VF Vaselin Flavum Basis ad 10 gram ad 10 gram

15
D. Alasan dibuat pasta
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian
luar yang dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan
disebut salep mata. Salep dapat mengandung obat atau tidak mengandung
obat, yang disebutkanterakhir biasanya dikatakan sebagai “dasar salep”
(basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa dalam penyiapan salep
yang mengandung obat (Ansel : 502).
E. Alasan Penggunaan bahan
a. Asam Salisilat
Asam salisilat memiliki sifat keratolitik dan digunakan dalam
pengobatan topical seperti dermatitis seboroik dan ketombe, ichthyosis,
psoriasis, jerawat, hiperkeratotik, dan scalling. Range asam salisilat
biasanya berkisar antara 2 dan 6%, tapi lebih luas konsentrasi yang telah
digunakan (Sweetman, 2009; Hal.1612).
Asam salisilat merupakan zat antiacne sekaligus keratolitik yang
lazim diberikan secara topikal umpamanya dalam kosmetika perawatan
yaitu akan mengurangi ketebalan intraseluler dalam selaput tanduk
dengan cara melarutkan semua intraseluler dan menyebabkan
desintegrasi dan pengelupasan kulit (RPS Hal.1288).
Asam organis ini berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada
konsentrasi 3-6% dalam salep. Disamping itu, zat ini bersifat
bakteriostatis lemah dan berdaya keratolitis yaitu dapat melarutkan
lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10% (Tjay, 2010; Hal.105).
Indikasi : Efektif dalam mengobati kutil, psoriasis, kapalan,
bersisik, dan infeksi jamur pada kuku.
Efek samping : Kulit mengalami iritasi, kering, atau sakit. Ini
biasanya muncul setelah pemakaian obat yang
menimbulkan rasa terbakar, memerah, mengelupas
dan gatal- gatal.

16
Kontra indikasi : Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut.
Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan
badan, pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

b. Sulfur

Sulfur diindikasikan untuk pengobatan topical acne vulgaris


(mengatasi masalah jerawat), acne rosarea, dermatitis seborrheic. Sulfur
memiliki khasiat bakterisid dan fungisid lemah berdasarkan
dioksidasinya menjadi asam pentathionat (H2S5O6) oleh kuman tertentu
di kulit. Zat ini juga bersifat keratolitis (melarutkan kulit tanduk) (Tjay
dan Rahardja,2008).
Sulfur juga bisa digunakan untuk terapi acne, dandruff atau
ketombe, scabies, seborroic, condition atau kelebihan minyak pada kulit
kepala, dan infeksi jamur permukaan. Sulfur juga digunakan sebagai mild
irritant laxative dan obat homoeopathic medicine (Sweetman, 2002).
c. Propilen Glikol
Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat
bercampur dengan air, dengan etanol 95% P dan dengan kloroform P,
larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat bercampur dengan eter minyak
tanah P dan dengan minyak lemak. Propilen glikol dapat berfungsi
sebagai pengawet, antimikroba, desinfektan, humektan, solven, stabilizer
untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai
pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-
30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan
0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam
formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat
dikatakan relatif non toksik.
d. Mentol
Bila digunakan pada kulit degnan konsentrasi 0,1-1 % mentol
dapat melebarkan pembuluh-pembuluh darah yang menimbulkan rasa

17
dingin, diikuti penekanan reseptor ransangan pada kulit dengan aksi
antipruritik. Untuk itu mentol dapat digunakan pada pertolongan
pertama pad pengobatan luka bakar dan terbakar sinar matahari, racun
tumbuh-tumbuhan, dauche powders, dan kutu air. Jika digunakan pad
konsentrasi tinggi (1-16%) mentol menyebabkan iritasi, guna lain
biasanya dikombinasikan degnan beberapa zat seperti champhor.
e. Vaselin flavum
Vaselin flava berfungsi sebagai dasar salep untuk melumatkan atau
mengikat zat padat dengan dasar yang telah di leburkan konsentrasi yang
biasa digunakan adalah 50% dari jumlah zat padat.
3.2 Perhitungan Bahan
Perhitungan Pertube
Tiap 10 g mengandung :
1. Asam Salisilat = 200 mg = 0,2 gram
2. Sulfur = 400 mg = 0,4 gram
15
3. Propilen Glikol = × 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
0,05
4. Mentol = × 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,005 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

5. Vaselin Flavum = ad 10 gram


Perhitungan Batch
1. Asam Salisilat = 0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Sulfur = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Propilen Glikol = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Mentol = 0,005 𝑔𝑟𝑎𝑚
5. Vaselin Flavum = ad 10 gram
3.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat- alat yang dipakai dalam praktikum ini antara lain cawan porselin,
mortir, tangas air, stamfer, sudip, dan tube salep.
b. Bahan

18
Bahan-bahan yang telah digunakan antara lain, asam salisilat, sulfur,
propilen glikol, mentol dan vaselin flavum.
3.4 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang semua bahan.
3. Digerus asam salisilat dan mentol.
4. Dilelehkan vaselin flavum.
5. Dimasukkan sebagian ke dalam mortir yang berisi asam salisilat, gerus
sampai homogen.
6. Ditambahkan sulfur, lalu homogenkan.
7. Ditambahkan sisa vaselin flavum, lalu homogenkan.
8. Ditambahkan propilen glikol, digerus sampai homogen.
9. Dimasukkan ke dalam wadah, diberi etiket.

3.5 Evaluasi
Jumlah
No Jenis Evaluasi Prinsip Evaluasi Hasil Pengamatan
Sampel
Mengamati
Warna sediaan kuning, bau
warna, bau dan
Uji khas mentol, tekstur
1. tekstur dikulit 1 tube
Organoleptik berminyak dan susah
menggunakan
dicuci oleh air
panca indera

Mengamati
Uji keseragaman
2. 1 tube Homogen
Homogenitas distribusi dan
ukuran partikel di
kaca arloji
Uji Isi
3. 1 tube
Minimum Menghitung berat Berat bersih isi tetap

19
bersih isi disetiap
wadah

20
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang
dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata.
(Howard c. Ansel: 502)
Asam salisilat berfungsi untuk menghancurkan sel kulit berlebih pada
permukaan kulit. Asam salisilat adalah jenis obat oles yang digunakan untuk
mengatasi berbagai masalah kulit, khususnya disebabkan lapisan kulit yang tebal
atau mengeras, antara lain seperti kutil atau mata ikan, psoriasis, kulit bersisik,
infeksi kuku dan kapalan. Asam salisilat adalah jenis obat keratolytic yang
berada dalam kelompok obat yang sama dengan aspirin. Asam salisilat hanya
mengobati gejala kutiltapi tidak memengaruhi virus yang menjadi penyebab
kemunculan kutil.
Pada praktikum kali ini dibuat salep asam salisilat dengan dasar salep
vaselin kuning yang dilakukan dengan cara, menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan kemudian ditimbang semua bahan, asam salisilat bersama
menthol digerus dilumpang, kemudian dilelehkan vaselin kuning dan dimasukkan
sebagian ke dalam mortar yang berisi asam salisilat dan menthol gerus hingga
homogeny, ditambahkan sulfur dan dihomogenkan, kemudian ditambahkan
propilenglikol dan digerus hingga homogeny lalu dimasukkan ke dalam wadah
dan diberi etiket.
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan salep asam salisilat, yaitu uji
organoleptis yang dilakukan dengan cara melihat bentuk dan warna sediaan dan
mencium bau dari sediaan, hasil yang diperoleh dari uji organoleptis salep asam
salisilat yaitu salep asam salisilat memiliki bau khas mentol yang berasal dari zat
pengaroma dan memiliki warna kuning pucat.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar
yang dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep
mata (Howard c. Ansel: 502). Asam salisilat adalah jenis obat keratolytic yang
berada dalam kelompok obat yang sama dengan aspirin. Asam salisilat berfungsi
untuk menghancurkan sel kulit berlebih pada permukaan kulit. Asam salisilat
adalah jenis obat oles yang digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kulit,
khususnya disebabkan lapisan kulit yang tebal atau mengeras, antara lain seperti
kutilatau mata ikan , psoriasis, kulit bersisik, infeksi kuku dan kapalan
5.2 Saran

22

Anda mungkin juga menyukai