Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat diabetes adalah gangguan kesehatan yang
berupa skumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama
di kalangan keluarga, khususnya keluarga berbadan besar (kegemukan) bersama dengan
gaya hidup “tinggi”. Kenyataannya kemudian, DM menjadi penyakit masyarakat umum,
menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian.
Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM di perhitungkan mencapai
125 juta pertahun dengan DM, dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta dalam
10 tahun mendatang (tahun 2010). Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol
perkembangannya di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi
DM di Indonesia besarnya 1,2% – 2,3% dari penduduk usia lebih 15 tahun.
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membuat perubahan posisi DM yang
semakin merajalela, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya
dikalangan 10 besar penyakit (leading desiases). Selain itu DM juga memberi kontribusi
terhadap kematian.
Keadaan DM di Amerika Serikat di gambarkan sebagai berikut:
Lebih dari 18,2 juta Amerika punya DM dan sekitar sepertiganya tidak mengetahui
bahwa mereka menderita DM. Pada tahun 2050 diperkirakan 39 juta penduduk AS akan
didiagnosis DM. Tipe 2 DM yang umumnya menyerang ke kelompok dewasa akan
meningkat diagnosisnya pada kelompok muda. Sepertiga anak-anak AS yang lahir di
tahun 2000 dapat menderita DM selama masa hidupnya. DM telah menduduki posisi
peringkat ke-6 penyebab kematian. Lebih 200.000 penduduk meninggal tiap tahun. DM
menjadi penyebab utama kegagalan ginjal, jantung dan stroke. DM menjadi penyakit
yang paling populer pada usia 65-74 tahun dan kurang pada usia 45 tahun tanpa
memandang kelompok ras, etnik dan jenis kelamin.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana sejarah penemuan penyakit Diabetes Melitus?
2) Apa pengertian dan klasifikasi Diabetes Melitus?

1
3) Apa saja gejala Diabetes Melitus?
4) Bagaimana pencegahan penyakit Diabetes Melitus?
5) Bagaimana cara mengobati penyakit Diabetes Melitus?
6) Apa hubungan diabetes melitus dengan kualitas tidur ?
7) Apa hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes
mellitus ?
8) Bagaimana Pengetahuan diabetes mellitus dan upaya pencegahan pada lansia di
lam bheu aceh besar
9) Bagimana gambaran faktor resiko pasien diabetes melitus tipe II ?
1.3 Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui sejarah penemuan penyakit Diabetes
2) Mahasiswa dapat mengetahui apa saja gejala, pencegahan dan cara mengobati
penyakit Diabetes Melitus.
3) Setelah mengetahui apa saja penyebab Diabetes Melitus, mahasiswa diharapkan
mampu menghindari penyakit tersebut.
4) Mahasiswa dapat memberitahu masyarakat luas hal-hal yang berkaitan dengan
Diabetes Melitus.
1.4 Metode Penulisan
1) Kepustakaan, penulis mengambil data dari sumber-sumber yang berkaitan dengan
Diabetes Melitus
2) Layanan internet, penulis mengakses materi-materi yang berkenaan dengan Diabetes
Melitus melalui Web Server
3) Deskripsi yaitu metode yang digunakan untuk melukiskan keadaan objek atau
persoalan dan tidak dimaksudkan mengambil kesimpulan yang berlaku umum
4) Eksposisi yaitu menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang terdapat dalam
makalah.

2
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Penemuan Penyakit Diabetes
Sejarah penyakit diabetes sebenarnya telah terdokumentasi selama ribuan tahun.
Dari pertama ditemukan hingga saat ini, telah banyak terobosan dilakukan berkaitan
dengan penyakit ini. Penyebutan pertama tentang diabetes terjadi pada tahun 1552 SM,
ketika Hesy-Ra, seorang dokter Mesir, mendokumentasikan sering buang air kecil
sebagai gejala penyakit misterius yang juga menyebabkan penderitanya menjadi kurus.
Penyembuh kuno juga mencatat bahwa semut sepertinya tertarik pada urin orang yang
memiliki penyakit ini.
Pada tahun 150 M, Arateus, dokter Yunani menggambarkan apa yang sekarang
kita sebut diabetes sebagai “lelehan daging tubuh dan anggota badan ke dalam urin.”
Sejak saat itu, dokter mulai mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang diabetes.
Berabad-abad kemudian, untuk mendiagnosa diabetes, orang harus langsung mencicipi
air seni. Pada tahun 1675 Thomas Willis menambahkan kata “mellitus,” yang berarti
madu, sebagai referensi untuk rasa manis dari urin. Pada tahun 1800-an para ilmuwan
berhasil mengembangkan tes kimia untuk mendeteksi keberadaan gula dalam urin.
Semakin lama dokter makin tahu tentang penyakit diabetes. Dulu, perawatan
diabetes mencakup anjuran sering menunggang kuda yang dianggap mampu mengurangi
buang air kecil yang berlebihan.
Pada 1700 dan 1800-an, dokter mulai menyadari bahwa perubahan pola makan
bisa membantu pengelolaan diabetes. Mereka menyarankan pasien untuk melakukan hal-
hal seperti makan lemak dan daging hewan atau mengonsumsi gula. Selama Perang
Perancis-Prusia tahun 1870-an, dokter Prancis Apollinaire Bouchardat mencatat bahwa
kondisi pasien diabetes membaik setelah diberi ransum tentara.
Pada tahun 1916, ilmuwan Boston Elliott Joslin menerbitkan buku berjudul
Perawatan Diabetes Mellitus yang menguraikan bahwa diet puasa (fasting diet)
dikombinasikan dengan olah raga teratur dapat secara signifikan mengurangi risiko
kematian pada pasien diabetes. Saat ini, dokter masih menggunakan prinsip-prinsip yang
ditemukan Joslin untuk merawat pasien diabetes.

3
2.2 Pengertian dan klasifikasi Diabetes Melitus
2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes mellitus, DM yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak
faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari: defisiensi sekresi hormon
insulin, aktivitas insulin dan defisiensi transporter glukosa.
Kejadian DM di awali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab
utama. Di sisi lain timbulnya DM bisa berawal dengan kekurangan insulin yang
bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin. Keadaan ini
ditandai dengan ketidakrentanan organ menggunakan insulin, sehingga insulin
tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolism glukosa. Akibatnya
kadar glukosa darah meningkat.
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus:
1) Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes
yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas.
IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan,
bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1
memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya.
Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal
pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap

4
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan
diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan
pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan
insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta
dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui “inhaled powder”.
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan
yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan.
Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke
angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l).Beberapa dokter menyarankan sampai
ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka
yang lebih rendah, seperti “frequent hypoglycemic events”. Angka di atas 200
mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil
yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15
mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke
ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia,
dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
2) Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus,
NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh
rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel
terhadap insulinyang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor
hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi
kurang peka terhadap insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh
otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.Mutasi gen tersebut
sering terjadi pada kromosom yang merupakan kromosom terpadat yang

5
ditemukan pada manusia. Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang
tinggi,rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi,peningkatan laju metabolisme
glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,penurunan laju reaksi oksidasi dan
peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM juga dapat disebabkan oleh
dislipidemia, lipodistrofi,dan sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari
hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang,
dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.Ada beberapa teori yang
menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun
obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap
insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok
hormon) itu merusak toleransi glukosa.Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari
pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.Faktor lain
meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah
terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
3) Diabetes Melitus Tipe 3
Diabetes mellitus gestasional atau diabetes melitus yang terjadi hanya
selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6
dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.GDM mungkin dapat merusak
kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM
bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan
medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh
bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit

6
jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka.
Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin
dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat
terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian
sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi
plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat
diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan
dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka
yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
2.3 Gejala Diabetes Melitus
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru diketahui
sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara
lain : Rasa haus, sering bak, berat badan turun, rasa lapar, badan lemas, rasa gatal,
kesemutan, mata kabur, kulit kering, gairah sex lemah
Komplikasi: Penglihatan kabur, penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan kulit
dan syaraf, pembusukan, gairah sex menurun. Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka
panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita
diabet jangan sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke
laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa berakibat pada
gangguan pembuluh darah, antara lain: gangguan pembuluh darah otak (stroke),
pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit
jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka
yang sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru,
gigi, dan gusi serta saluran kemih.
2.4 Pencegahan Diabetes Melitus
Usaha pencegahan pada DM sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Pencegahan Primer
a. Tindakan yang dilakukan pada pencegahan primer agar tidak timbul DM
meliputi Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan
seimbang.

7
b. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan
kemampuan.
c. Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya diabetes.
2) Pencegahan Sekunder
Bila sudah ada DM, maka yang harus dilakukan adalah pengobatan
diabetes agar tidak timbul komplikasi, dengan berbagai upaya yang dilakukan
untuk tujuan:
a. Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala dan mempertahankan rasa
nyaman dan sehat.
b. Jangka panjang : Mencegah timbul dan berlanjutnya penyulit (komplikasi)
dengan tujuan akhir menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
diabetesnya.

Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama, merupakan awal perjalanan
terjadinya komplikasi, disamping menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu
seperti sering kencing, haus, lapar dan berat badan turun. Oleh karena itu, tindakan pertama yang
harus selalu diupayakan ialah menurunkan kadar gula darah.

3) Pencegahan Tersier
Usaha pencegahan tersier dilakukan bila komplikasi telah terjadi, untuk mencegah
agar tidak terjadi bila komplikasi berlanjut, antara lain:
a. Pembuluh darah otak : stroke dengan segala akibatnya
b. Pembuluh darah jantung : penyakit jantung koroner dan segala
konsekuensinya termasuk gagal jantung
c. Pembuluh darah mata : kebutaan
d. Pembuluh darah ginjal : penyakit ginjal kronik sehingga memerlukan cuci
darah
e. Pembuluh darah kaki : kaki busuk yang perlu amputasi

Pemantauan dan pemeriksaan yang diperlukan untuk pencegahan tersier, antara lain:

a. Mata : pemeriksaan mata secara berkala


b. Paru : pemeriksaan rontgen paru secara bekala

8
c. Jantung : pemeriksaan rekam jantung/uji latih jantung secara berkala
d. Ginjal : pemeriksaan urin dan fungsi ginjal untuk mendeteksi adanya kebocoran protein
e. Kaki : pemeriksaan dan perawatan kaki secara berkala
2.5 Cara Mengobati Diabetes Melitus
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin
(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu
adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan
(diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar
gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi
berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan,
maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut
diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
2.6 Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kualitas Tidur
Kadar gula darah yang tinggi sangat mengganggu konsentrasi untuk tidur
nyenyak, dikarenakan seringnya keinginan untuk buang air kecil pada malam hari.
Kadang muncul rasa haus yang berlebihan. Gangguan tidur merupakan masalah umum
yang terjadi pada pasien DM dan sebaliknya DM juga dapat menimbulkan gangguan
tidur akibat adanya keluhan nocturia dan nyeri. Gangguan tidur adalah kelainan yang
bisa menyebabkan masalah pada pola tidur, baik karena tidak bisa tertidur, sering
terbangun pada malam hari, atau ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah
terbangun.
Gangguan tidur menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan sistem
kardiovaskular dan endokrin, serta memperberat persepsi nyeri. Empat gejala utama
menandai sebagian besar gangguan tidur yaitu; insomnia, hipersomnia, parasomnia, dan
gangguan jadwal tidur-bangun. Gangguan tidur membuat kualitas tidur terganggu.
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut
tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,
perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk.

9
Kualitas tidur yang buruk seperti OSA (Obstruktive Sleep Apnea) juga merupakan
salah satu faktor resiko dari DM. Sebuah penelitian yang dilakukan di University of
Toronto mengumpulkan koresponden sejumlah 8.600 orang dewasa yang diduga
menderita OSA. Pada penelitian ini tingkat keparahan OSA setiap orang dievaluasi
menggunakan pengukuran yang dikenal sebagai Apnea Hypoapnea Index (AHI), yang
menunjukkan berapa kali seseorang berhenti bernapas setiap jam. Selama periode
penelitian 1994 hingga 2010, sekitar 11,7% dari peserta OSA bertendensi mengidap DM
tipe 2.

2.7 Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

Pola makan merupakan asupan makanan yang memberikan berbagai macam


jumlah, jadwal dan jenis makanan yang didapatkan seseorang. Pengaturan pola makan
yang tidak tepat seperti yang dianjurkan 3J (Jadwal, Jumlah dan Jenis) dapat
mengakibatkan peningkatan kadar gula darah.
Penyakit DM banyak dikenal orang sebagai penyakit yang erat kaitannya dengan
asupan makanan. Asupan makanan seperti karbohidrat/ gula, protein, lemak, dan energi
yang berlebihan dapat menjadi faktor resiko awal kejadian DM. Semakin berlebihan
asupan makanan maka semakin besar pula kemungkinan akan menyebabkan DM
(Linder, 2008).
Karbohidrat akan dicerna dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama gula.
Penyerapan gula menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan mendorong
peningkatan sekresi hormon insulin untuk mengontrol kadar gula darah (Linder, 2008).
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat dikendalikan
dengan empat pilar penatalaksaan. Diet menjadi salah satu hal penting dalam empat
pilar penatalaksanaan DM dikarenakan pasien tidak memperhatikan asupan makanan
yang seimbang. Meningkatnya gula darah pada pasien DM berperan sebagai penyebab
dari ketidak seimbangan jumlah insulin, oleh karena itu diet menjadi salah satu
pencegahan agar gula darah tidak meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu
mengontrol gula darah (Soegondo, (2015).
Pengendalian tingkat gula darah normal memerlukan penatalaksanaan diet DM
yang baik dan benar. Motivasi dan dukungan dari konselor gizi juga diperlukan. Hal ini

10
dapat dilaksanakan dengan cara edukasi gizi melalui perencanaan pola makan yang
baik. Penderita DM biasanya cenderung memiliki kandungan gula darah yang tidak
terkontrol (Susanto, 2013). Kadar gula darah akan meningkat dratis setelah
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan/atau gula
(Nurrahmani, 2012). Oleh karena itu, penderita DM perlu menjaga pengaturan pola
makan dalam rangka pengendalian kadar gula darah sehingga kadar gula darahnya tetap
terkontrol.
2.8 Pengetahuan Diabetes Mellitus Dan Upaya Pencegahan Pada Lansia Di Lam Bheu Aceh
Besar
Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di Negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota besar.
Secara epidemiolgik diabetes sering kali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau
mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Faktor resiko
yang berubah secara epidemiologic diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih
banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani
dan hiperinsulinemia. Semua factor ini berinteraksi dengan beberapa factor genetik yang
berhubungan dengan terjadinya diabetes mellitus tipe 2.
Berdasarkan penelitian tentang hubungan gaya hidup dengan insiden penyakit
diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUD DR. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2011, disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup
dengan insiden penyakit diabetes mellitus. Dilihat dari pola makan berada pada kategori
kurang baik dengan insiden penyakit diabetes mellitus tipe 2 tinggi (59,8%), aktivitas
fisik berada pada kategori teratur dengan insiden penyakit diabetes mellitus tipe 2
rendah (66,7%), dan merokok pada kategori tidak merokok dengan insiden penyakit
diabetes mellitus tipe 2 rendah (79,2%) (Oktaveni, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 4 orang lansia pria dan 3 orang lansia
wanita di Desa Lam Bheu, didapatkan bahwa 6 orang lansia tersebut mengetahui apa itu
penyakit diabetes mellitus dan dapat menyebutkan beberapa tanda dan gejala diabetes

11
mellitus. Dari hasil wawancara juga didapatkan 3 orang lansia memilki berat badan di
atas 75 kilogram, 2 orang lansia wanita dan 1 orang lansia pria senang
melakukan jalan santai setiap hari libur.
2.9 Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Poliklinik Endokrin
Bagian/Smf Fk-Unsrat Rsu Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011 - Oktober
2011.
Tingginya prevalensi DM, yang sebagian besar adalah tergolong dalam DM tipe-2
disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap
lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor risiko DM
tipe-2 adalah perubahan gaya hidup seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan
yang tidak seimbang akan menyebabkan obesitas. Selain pola makan yang tidak
seimbang, aktifitas fisik juga merupakan faktor risiko dalam memicu terjadinya DM.
Latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan mutu pembuluh darah dan memperbaiki
semua aspek metabolik, termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki
toleransi glukosa. Tahun 2003, WHO memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar
penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
meningkat menjadi 333 juta. Di tahun yang sama International Diabetes Federation
(IDF) menyebutkan bahwa prevalensi DM di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan
DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia.
Mengingat tingginya prevalensi untuk pasien dengan DM tipe 2 dimana
insidennya sebesar 650.000 kasus baru tiap tahunnya. Pada tipe-2, pankreas tidak cukup
membuat insulin untuk menjaga level gula darah tetap normal, seringkali disebabkan
tubuh tidak merespon dengan baik terhadap insulin tersebut. Kebanyakan orang tidak
menyadari telah menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat
serius. Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum dialami didunia maupun di Indonesia, dan
angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas
berolahraga.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai suatu gangguan kesehatan, diabetes memberikan beban besar sebagai
masalah kesehatan dengan melihat bahwa:
Gejala-gejala DM sendiri cukup banyak dan berat, masing-masing gangguan
cukup member tantangan dalam mengatasinya. Mengahadapi gangguan perasaan
lapar saja, misalnya suatu bentuk gangguan yang cukup berat dihadapi oleh setiap
pasien, dimana keinginan untuk menahan diri tidak makan. DM merupakan penyakit
yang mudah “kerja sama” dengan penyakit lain. Jika DM melakukan kerjasama antar
sesame kelompok “high blood sugar” maka mereka dapat membentuk suatu “segitiga
raja penyakit”.
Jika DM memasuki tahap komplikasi, komplikasi DM dimasuki semua jalur
sistem tubuh manusia. Secara umum, DM merupakan beban kesehatan masyarakat
yang cukup berat mengingat bahwa: Diabetes tidak bisa disembuhkan, hanya bisa
dikendalikan atau dicegat (diperlambat). DM akan merupakan bagian keseharian
seumur hidup seorang penderita. Rentan terhadap komplikasi, keadaan lanjut.
Keadaan lanjut ini bisa menjadi karena pasien merasa tidak sakit, sehingga
melalaikan pengobatan dan perawatan. Selain itu tentu terlambat mengunjungi dokter
untuk melakukan diagnosis dan pengobatan. Komplikasi DM berat dan dapat
menyebabkan kematian.
3.2 Saran
Mahasiswa sebaiknya mengetahui segala hal yang berkaitan dengan diabetes
mellitus seperti sejarah ditemukannya penyakit ini, hingga perkembangannya sampai
sekarang. Begitu pula dengan gejala, cara pencegahan dan cara mengobatinya,
penting diketahui mengingat diabetes adalah termasuk sepuluh besar penyakit yang
menyebabkan kematian. Sehingga mahasiswa diharapkan mampu menyampaikannya
kepada masyarakat luas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aryani Puspa. 2013. Diabetes Melitus. https://pusparima.wordpress.com/2013/05/31/makalah-


diabetes-melitus/. Diakses tanggal 8 November 2019.

Inry N dkk. 2016. Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kualitas Tidur. Jurnal e-Biomedik (eBm).
Volume 4, Nomor 2.

Bistara Nobel, Susanti. 2018. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Nasional. Volume 3 No 1.

Khairani. 2012. Pengetahuan Diabetes Mellitus Dan Upaya Pencegahan Pada Lansia Di Lam
Bheu Aceh Besar. Idea nursing Journal.

Awad Nadya dkk. 2011. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik
Endokrin Bagian/Smf Fk-Unsrat Rsu Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011 - Oktober
2011. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

14

Anda mungkin juga menyukai