Anda di halaman 1dari 5

Kasus 1

Nyonya Sari, seorang pelanggan berusia 60 tahun bertanya apa yang Anda
rekomendasi obat untuk suaminya. Dia menderita flu yang sangat buruk, gejala yang
parah adalah hidungnya yang tersumbat dan sakit tenggorokan. Meskipun sakit
tenggorokannya dia bilang hanya ada yang memerah (dia melihat ini sejak dia
memiliki gejala sejak tadi malam) dan dia tidak demam. Dia tidak sakit telinga tapi
mengeluh sakit kepala. Bila anda bertanya kepadanya apakah dia minum obat apapun,
dia bilang iya. Dia diberi Pseudoephedrin HCL 120 mg dan Ibuprofen 500 m.

Analisa Kasus 1
IBUPROFEN :
INDIKASI
Meredakan demam.
Mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri setelah operasi
pada gigi dan dismenore.
Terapi simptomatik rematoid artritis dan osteoarthritis.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi non
steroid lainnya, dan wanita hamil trimester 3.
Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioedema dan reaksi bronkospasme
terhadap asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain.
Dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dewasa : 200 – 400 mg , 3 – 4 kali sehari.
Anak-anak : 20 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi beberapa kali pemberian.
EFEK SAMPING
Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing dan heart burn.
INDIKASI
Pseudoephedrin digunakan untuk mengobati penyumbatan pada hidung dan sinus,
serta penyumbatan pada saluran eustachii, yakni saluran yang menghubungkan
rongga telinga tengah dengan tenggorokan dan hidung.
KONTRAINDIKASI
Seseorang yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan
obat pseudoephedrin:
Memiliki riwayat alergi terhadap kandungan obat ini.
Diabetes militus.
Feokromositoma (tumor pada kelenjar adrenal).
hipertensi berat atau CHD(Penyakit jantung Kronis) berat,
Glaukoma sudut-penutupan atau retensi kemih
Terapi Serentak atau baru (misalnya, dalam waktu 2 minggu) dengan inhibitor. MAO,
Dikenal hipersensitivitas terhadap obat simpatomimetik
Dosis dewasa untuk melegakan pernapasan:
30 – 60 mg tablet, 4 – 6 kali sehari.
120 mg tablet setiap 12 jam sekali.
240 mg tablet setiap 24 jam sekali
Dosis maksimum: 240 mg per hari.
Kasus 2
Ny. Nani berusia 30 tahun. Dia sakit demam, hidung tersumbat dan sulit bernafas.
Gejalanya sudah terjadi beberapa hari dan berangsur-angsur bertambah parah. Dia
mendapatkan demam dan setiap musim panas dan biasa dikontrol dengan
mengonsumsi tablet Chlorphenamine 4 mg. Selain itu dia juga menderita eksim,
tetapi dia tidak batuk dan tidak mengonsumsi obat lain lagi.

Analisa Kasus 2
Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,
Assesment, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :
A. Subjektif :
1. Naman : Ny. Nani
2. Umur : 30 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Keluhan : Hidng tersumbat, sulit bbernapas dan demam.

B. Objek
1. Demam setiap musim panas
2. Eksim
C. Ascesment :
Chlorphenamine
Farmakologi:
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah
satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk).
Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur
dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun
campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk rasa
kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat.
CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek
samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme
aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh
manusia.
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen
berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995) disebutkan bahwa
histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon
yang membentuk histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat
dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang
lambat. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat
namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan
kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna CTM atau obat yang mengandung
CTM dilarang mengendarai kendaraan.
Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM
merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah
sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor
histamin.
Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis,
dan lain-lain.
Kontraindikasi:
Serangan asama akut, bayi premature
Dosis:
- Dewasa: 3-4 kali sehari 4 mg sekali minum, setelah makan. Dosis maksimum
24 mg sehari.
- Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
- Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.
Efek Samping:
Sedasi, gangguan gastro intestinal, efek muskarinik, hipotensi, kelemahan otot,
tinitus, eufria, sakit kepala, merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, kelainan
darah
Peringatan dan Perhatian:
Jangan mengemudi kendaraan bermotor/mengoperasikan mesin. Glaukoma sudut
sempit, hamil, retensi urin, hipertrofi prostat, lesi fokalpada krteks serebri.
sensisitifas silang
Cara Penggunaan :
Minum obat yang berupa tablet, kapsul, atau bentuk cair dengan atau tanpa
makanan. Ikuti petunjuk untuk dosis pada label, atau minum sesuai anjuran dokter.
Obat ini dapat diminum dengan makanan atau susu apabila seseorang memiliki
gangguan lambung (maag). Jika jenis obat CTM adalah kapsul extended-release,
telanlah secara keseluruhan. Jangan menghancurkan atau mengunyah tablet atau
kapsul extended-release karena jika ini dilakukan obat akan diserap semua
sekaligus, sehingga meningkatkan risiko efek samping. Jika obat CTM berbentuk
cair, gunakan hanya sendok takar yang tersedia dalam paket. Jangan gunakan
sendok rumah tangga. Jika bentuk cair berupa suspensi, kocok botol sebelum
menggunakannya. Jika kondisi Anda tetap atau memburuk, atau jika Anda berpikir
Anda mungkin memiliki masalah medis yang serius, mencari perhatian medis
segera.

Planning
Terapi yang digunakan pada kasus ini belum sesuai, karena pasien hanya meminum
Chlorphenamine 4 mg yang merupakan obat anti alergi. Tetapi, selain alergi, pasien
juga mengalami eksim. Sehingga kami menyarankan untuk mengonsumsi obat
Pseudofedrin 60 mg dan Mometason furoat.

Anda mungkin juga menyukai