Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia seringkali mengalami robekan kapiler halus dan
kadangkadang pemutusan pembuluh darah yang lebih besar. Tubuh harus
mampu menghentkan atau mengontrol perdarahan yang timbul (Corwin,
2001).
Perdarahan adalah hilangnya darah dari sistem sirkulasi/sistem
vaskular. Perdarahan dapat terjadi secara internal maupun eksternal.
Perdarahan internal terjadi ketika darah keluar dari pembuluh darah namun
masih berada di dalam tubuh. Perdarahan eksternal terjadi ketika darah keluar
dari pembuluh darah dan menembus kulit maupun mukosa. Perdarahan dapat
disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik.
Perdarahan yang tidak terkontrol merupakan komplikasi yang jarang
terjadi menyertai perawatan dental. Perdarahan dapat terjadi dan dapat
dihubungkan dengan luka pembedahan, akibat medikasi, atau adanya masalah
sistemik. Perdarahan dapat ringan atau berat dan pada kasus yang paling
buruk dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas yang merupakan keadaan
emergency akut (Bennet dan Rosenberg, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perdarahan?
2. Apa saja macam-macam pendarahan dan cara mengatasinya?
3. Bagaimana teknik menghentikan perdarahan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari perdarahan.
2. Untuk mengetahui macam-macam perdarahan dan cara mengatasinya.
3. Untuk mengetahui teknik menghentikan perdarahan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perdarahan
Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah
medis yang mengarah ke pembekuan darah miskin dan perdarahan terus-
menerus. Dokter juga menyebut mereka istilah-istilah seperti koagulopati,
perdarahan dan gangguan pembekuan darah.
Perdarahan adalah hilangnya darah dari sistem sirkulasi/sistem
vaskular. Perdarahan dapat terjadi secara internal maupun eksternal.
Perdarahan internal terjadi ketika darah keluar dari pembuluh darah namun
masih berada di dalam tubuh. Perdarahan eksternal terjadi ketika darah keluar
dari pembuluh darah dan menembus kulit maupun mukosa. Perdarahan dapat
disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik
Ketika seseorang memiliki kelainan pendarahan mereka
memiliki kecenderungan untuk berdarah lagi. Kelainan dapat
disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam darah
itu sendiri. Mungkin kelainan pada faktor pembekuan darah atau platelet.
Pembekuan darah, atau koagulasi, adalah proses yang
mengendalikan perdarahan. Berubah darah dari cair ke padat. Ini adalah
proses kompleks yang melibatkan sebanyak 20 protein plasma yang berbeda,
atau faktor pembekuan darah. Biasanya, proses kimia yang kompleks terjadi
menggunakan faktor pembekuan ini untuk membentuk suatu zat yang disebut
fibrin yang berhenti berdarah. Ketika faktor- faktor koagulasi tertentu yang
kurang atau hilang, proses ini tidak terjadi secara normal. Pendarahan
Gangguan Pembekuan Ilustrasi
Penanganan cidera dinilai melalui tingkatan cedera berdasarkan
adanya perdarahan lokal.
1. Akut (0-24 jam)
Kejadian cedera antara saat kejadian sampai proses perdarahan berhenti,
biasanya 24 jam, pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode
ini.
2. Sub-akut (24-48 jam)
Masa akot telah berakhir, perdarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah
lagi. Bila pertolongan tidak benar akan kembali ke tingkat akut, berdarah
lagi.
3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pedarahan telah berhenti, kecil kemungkinan kembali ke tingkat
akut, penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baik
masa ini dapat dipersingkat, pelatih harus sangat mahir dalam hal ini
agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.

B. Macam-Macam dan Cara Mengatasi Perdarahan


1. Perdarahan bawah kuku
Pendarahan ini dapat terjadi apabila kuku terjepit pintu, terpukul
martil dan sebagainya sehingga warna kuku menjadi merah dan terasa
sakit. Apabila hal ini terjadi kompreslah kuku dengan es. Setelah itu,
lubangi sedikit bagian kuku yang berdarah tadi untuk memungkinkan
darah yang berada di bawah kuku keluar kemudian berikan saleb anti
biotic pada lubang kuku tersebut.

2. Perdarahan pada hidung (mimisan)


Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari dan hampir 90% dapat berhenti sendiri. Perdarahan ini terjadi
mungkin karena:
a) Seringkali tanpa sebab, sepontan terjadi mimisan.
b) Benturan ringan misalnya ketika mengorek ingus terlalu kuat,
bersin terlalu kuat, atau benturan kuat seperti terjatuh, terpukul dll.
c) Infeksi: sinusitis, rhintis atau penyakit infeksi lain seperti sifilis,
atau lepra.
d) Neoplasma/tumor: kasinoma atau tumor ganas lainnya.
e) Kelainan bawaan.
f) Penyakit kardiovaskuler: tekanan darah tinggi dan kelainan
pembuluh darah.
g) Kelainan darah: hemofili, leukemia dan trombositopenia
(keguguran trombosit).
h) Infeksi sistemik: demam berdarah, demam tifoid, influensa, dan
lain-lain.
i) Perubahan tekanan atmosfer: penyakit akibat menyelam
sehingga terjadi perbedaan tekanan yang tinggi dan mendadak
sehingga sering terjadi mimisan.
j) Gangguan endokren: menarche (haid pertama kali) atau
menopause.

Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi perdarahan adalah:


a) Untuk membantu korban maka dudukkan dia dengan
kepala menunduk, hal ini untuk mencegah agar darah tidak
terhisap paru-paru.
b) Pencet hidung kanan kiri selama 10 menit.

c) Selanjutnya masukkan segulungan kain kasa ke dalam hidung


(druk). Kain kasa lebih baik lagi di basahi dengan hidrogen
peroksida. Untuk beberapa waktu (20-30 menit) mintalah
korban untuk membuka mulutnya dan katakan padanya untuk
sementara waktu tidak menelan ludah.
d) Bisa juga memasukkan gulungan daun sirih ke dalam lubang
hidung yang berdarah. Karena daun sirih mengandung minyak
atsiri (kadinen, kavikol, sineol, eugenol, kariovilen, karvakrol,
tarpinen, seskuiterpen). Kandungan ini dapat membantu
menyempitkan pembuluh darah.
e) Selain itu, untuk sementara waktu korban tidak boleh
mendengus atau membuang ingus.

3. Perdarahan pada telinga


Terjadinya perdarahan pada telinga ini bisa jadi disebabkan
oleh tusukan benda tajam, mungkin juga karena tulan kepala retak, atau
dapat pula di akibatkan oleh adanya ledakan yang keras. Untuk membantu
korban maka hal yang harus dilakukan adalah dengan mengirim dia segera
ke rumah sakit. Jangan tetesi telinga korban dengan obat tetes telinga dan
jangan berusaha membersihkan gumpalan darah pada lubang telinga.

4. Perdarahan pada waktu hamil


Perdarahan pada ibu hamil merupakan hal yang perlu diwaspadai,
karena dapat terjadi tiba-tiba bahkan kadang terjadi tanpa sebab ataupun
tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Hal yang terpenting adalah
bagaimana memberikan pertolongan pertama pada ibu, mengantisipasi
keadaan yang lebih buruk akibat kehilangan cairan dan mencegah shock.
Perdarahan pada waktu hamil, secara umum dibagi menjadi
dua bagian, yaitu perdarahan pada kehamilan muda (di bawah 5
bulan) dan perdarahan pada kehamilan lanjut/tua (di atas 6 atau 7 bulan).
Perdarahan pada kehamilan muda diakibatkan oleh: keguguran
(abortus), kehamilan di luar kandungan (kehamilan di luar
rahim) dan kehamilan anggur (mola), yaitu kehamilan yang tidak berisi
janin tetapi berisi gelembung-gelembung yang berwarna seperti
anggur. Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut disebabkan oleh lepasnya
plasenta/ari-ari sebelum bayi lahir atau perdarahan pada plasenta dan
karena jalan lahir tertutup plasenta.
a) Perdarahan pada kehamilan muda
1) Keguguran atau abortus
Tanda-tanda abortus adalah:
 Pengeluaran darah mulai hanya berupa bercak atau
sedang hingga hebat (gumpalan darah) pada usia
kehamilan di bawah 5 bulan.
 Terjadinya kram atau nyeri/ mulas pada perut bagian
bawah.
Cara penaganannya adalah dengan:
 Bila perdarhan/bercak sedikit segera istirahat baring
total di tempat tidur, dan tidak melakukan aktifitas
apapun.
 Bantu semua keperluan makan-minum, mandi, dan
lain-lain keperluan sehari-hari.
 Istirahat yang cukup dan beri support mental/psikologis.
 Bila perdarahan banyak segera periksa ke dokter
kandungan atau rujuk ke rumah sakit.
2) Kehamilan di luar kandungan
Tanda-tanda kehamilan di luar kandungan adalah:
 Nyeri perut bagian bawah yang sangat, bahkan
hingga limbung/pingsan.
 Pengeluaran darah bercak hingga sedang.
 Penderita tampak pucat.
 Terdapat tanda-tanda shock.
Cara penanganannya adalah dengan: Penderita segera di rujuk
ke rumah sakit/dokter kandungan.
3) Kehamilan anggur atau mola.
Tanda-tanda mola adalah:
 Pengeluaran darh berwarna coklat disertai jaringan
yang bergelembung-gelembung seperti anggur.
 Mual dan muntah berlebihan.
 Kram atau nyeri/mulas pada perut bagian bawah.
 Perut tampak lebih besar dari usia kehamilannya.
Cara penanganannya adalah dengan: Penderita segera di rujuk
ke rumah sakit/dokter kandungan.
b) Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut
1) Perdarahan karena lepasnya plasenta (ari-ari)
Tanda-tanda perdarahan karena lepasnya plasenta adalah:
 Kelur darah berwarna merah tua agak kehitaman pada
umur kehamilan lebih dari 6 atau 7 bulan.
 Biasanya terdapat faktor penyebab sebelumnya, misalnya
jatuh, penyakit/infeksi, tekanan darah tinggi, dan
sebagainya.
Cara penanganannya adalah dengan: Penderita segera di rujuk
ke rumah sakit/dokter kandungan.
2) Perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta (ari-ari)
Tanda-tanda perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta
adalah:
 Pengeluaran darah ringan atau berupa bercak hingga
banyak, berwarna merah segar pada kehamilan di atas 6-7
bulan.
 Perdarahan umumnya berhenti secara spontan.
 Tidak ada penyebab sebelumnya, kadang-kadang terjadi
pada waktu bangun tidur.
Cara penanganannya adalah dengan: Penderita segera di rujuk
ke rumah sakit/dokter kandungan.

5. Perdarahan pada rongga perut


Perdarahan pada rongga perut yang diakibatkan oleh luka
terbuka mudah diketahui. Tetapi rongga perot dapat juga terjadi tanpa luka
terbuka, misalnya yang di timbulkan oleh pukulan yang keras oleh benda
tumpul ke arah perut. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, hal
semacam ini tidak jarang di jumpai.
Bahaya perdarahan rongga perut selain infeksi (bila ada luka terbuka),
juga shock dan kematian cepat menyusul.
Tanda-tanda perdarahan rongga perut tanpa luka terbuka
ialah: penderita merasa kesakitan yang hebat pada di daerah perut. Dinding
perut menegang (kadang-kadang sampai sekeras papan). Bila dipegan atau
ditekan perutnya penderita akan merasa kesakitan. Mual dan muntah yang
kadang-kadang berdarah merupakan salah satu tanda-tandanya. Kemudian
akan cepat menjadi shock dan meninggal.Tindakan pertongan pertama:
a. Bila ada luka terbuka:
 Tutup luka dengan Snelverband. Jika tidak ada Snelverband,
tutuplah dengan setumpuk tebal kasa steril. Siramlah kasa
seteril dengan cairan steril (aquadest steril atau larutan garam
steril).
 Apabila ada usus yang nampak keluar, jangan berusaha untuk
memasukkannya kembali.
 Balutlah luka tersebut dengan balutan yang menekan.
 Jangan diberi minum atau makanan apapun. Jika penderita
merasa haus, cukup basahi saja bibirnya dengan air.
 Kirim segera ke rumah sakit.
b. Tanpa luka terbuka (akibat pukulan atau ledakan):
 Jangan diberi minum atau makanan apapun.
 Balutlah luka tersebut dengan balutan yang menekan.
 Kirim segera ke rumah sakit.

6. Perdarahan Kepala
Kulit kepala mempunyai jaringa pembuluh darah yang sangat banyak
jumlahnya. Sehingga luka yang dangkalpun banyak mengalirkan
darah. Perdaran di kepala akan lebih berbahaya jika terjadi di atas telinga
atau di belakang kepala. Tindakan pertolongan:
a) Perhatikan mungkin ada tulang kepala yang retak (perdarahan lawat
telingan dan hidung)
b) Perhatikan pada tulang kepala yang pecah dan mungkin ada
gangguan pada otak. Hentikanlah perdarahan dengan cara menekan
langsung pada luka.
c) Luka ditutup degan kasa steril dan diberi balutan menekan.
Jika tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada
otak: tekanan langsung pada luka akan lebih berbahaya. Yang
harus dikerjakan ialah: Mencoba menghentikan perdarahan dengan
menekan nadi yang mengalirkan darah ke kulit kepala. Cara melakukannya
yaitu dengan cara menggunakan tiga jari tangan, nadi leher di tekan ke
belakang. Ibu jari tangan yang menekan diletakkan di tengkuk. Jadi nadi
ditekan ke arah ibu jari, jangan ke arah tenggorokan. Nadi yang di tekan
adalah nadi yang terletak pada sisi yang sama dengan tempat perdarahan.
Penekanan dilakukan lebih rendah dari jakun.
Kemudian tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan jika
terjadi luka terbuka di kepala tanpa disertai patah tulang kepala adalah:
a) Gunting rambut sekitar luka.
b) Bersihkan luka dengan cairan steril
c) Tutup luka dengan kasa steril lalu dibalut
d) Bawa penderita kedokter.

7. Perdarahan di selaput otak


Kecelakaan di kepala mungkin tidak mengakibatkan apa-apa
di luarnya. Tetapi pembuluh darah selaput otak mungkin pecah. Dalam hal
ini biasanya penderita tidak merasa apa-apa kecuali sedikit pusing
setelah kecelakaan. Tetapi semakin lama darah yang mengumpul di
rongga otak semakin banyak dan semakin menekan otak. Oleh sebab itu
penderita akan merasa semakin pusing, muntah-muntah dan pingsan.
Tindakan pertolongan pertama yang harus di lakukan adalah:
a) Setiap korban kecelakaan yang yang diduga mengalami
benturan dikepala harus diperlakukan sebagai penderita gegar otak.
b) Meskipun tetap sadar, penderita tetap harus berbaring
dengan kepaladialasi bantal.
c) Setiap 15 atu 30 menit kesadaran penderita harus diperiksa. Jika
perlu penderita harus dibangunkan jika tertidur. Kesadaran yang
menghilangsementara ia tertidur akan lebih sulit diketahui.
d) Apabila kesadaran menurun, atau kepala semakin pusing, atau
muntah-muntah semakin banyak
e) Apabila kesadaran menurun, atau kepala semakin pusing, atau
muntah-muntah semakin banyak, penderita harus segera di
bawa kerumah sakit dalam keadaan tetap berbaring

8. Perdarahan di mata
Kelilip yang tajam atau tusukan benda tajam dapat melukai
mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan:Penderita harus
segera diusung ke rumah sakit dengan mata di balut dengan menggunakan
balutan (kasa) steril.

9. Perdarahan pembuluh nadi


Pembuluh nadi bertugas membawa darah segar dari jantung ke
seluruh bagian tubuh. Kebanyakan pembuluh nadi ini tersimpan dalam di
bawah jaringan tubuh, dan hanya beberapa saja yang dekat permukaan ke
kulit. Tanda-tanda pendarahan pembuluh nadi adalah: darah keluar
menyembur sesuai dengan denyut jantung. Darah yang keluar berwarna
merah segar.
Tindakan pertolongan harus segera diberikan karena penderita akan
cepat kehilangan darah dan terjadi shock. Ada tiga cara penghentian
perdarahan nadi:
a) Tekanan di tempat perdarahan
Cara ini adalah yang terbaik untuk perdarahan nadi pada
umumnya. Caranya adalah dengan menggunakan setumpuk kasa
steril (kain bersih biasa), tempat perdarahan itu ditekan. Tekanan
tersebut harus dipertahankan sampai terhenti atau sampai
pertolongan yang lebih lanjut (pertolongan oleh tenaga medis) dapat
di berikan. Penekanan ini dilakukan selama 15-20 menit atau sampai
terfiksasi sehingga tidak ada lagi perdarahan.
Kasa boleh dilepas apabila kasa sudah terlalu basah oleh
darah dan perlu diganti dengan yang baru. Kemudian kasa tersebut di
tutup dengan dengan balutan yang menekan, dan bawa penderita ke
rumah sakit. Selama perjalanan, bagian yang mengalami perdarahan
diangkat lebih tinggi dari letak jantung.

b) Tekanan pada tempat-tempat tertentu


Tempat-tempat yang di tekan adalah hulu (pangkal)
pembuluh nadi yang terbuka. Jadi tujuan dari penekanan ini adalah
untuk menghentikan aliran darah yang menuju ke pembuluh nadi
yang cidera. Perhatikan gambar berikut, garis–garis panah
menunjukkan arah aliran darah di dalam pembuluh nadi, tempat-
tempat yang ditekan terletak diantara jantung dan tempat luka.
A: untuk pedarahan di daerah muka;
B: untuk perdarahan muka dan kepala;
C: untuk perdarahan di kaki;
D: untuk perdarahan di daerah bawah lutut;
E: untuk perdarahan di lengan;
F: untuk perdarahan di bawah siku;
G: untuk perdarahan di pundak dan sepanjang lengan;
H: untuk perdarahan kulit kepala dan kepala bagian atas.

c) Tekanan dengan torniket (torniquet)


Torniket adalah bulatan yang menjepit sehingga aliran
darah di bawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang
lebar, pembalut segitiga yang di lipat-lipat, atau sepotong ban dalam
sepeda dapat digunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket harus
cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak di balut. Tempat
yang paling baik untuk memasang torniket ini adalah lima jari di
bawah ketiak (untuk perdrahan di lengan) dan lima jari di bawah
lipat paha (untuk perdarahan di kaki). Cara menggunakan torniket ini
adalah:
 Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih bagus lagi
apabila sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa untuk
mencegah timbulnya lecet pada kulit yang terkena torniket
langsung.
 Apabila menggunakan kain maka ikatkan dengan sebuah
simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu
di atas simpul tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan
simpul air untuk mengencangkan torniket,
tetapi jangan diputar terlalu keras, karena dapat melukai jaring
an-jaringan di bawahnya
 Tanda-tanda apabila torniket ini sudah dapat memperkecil
denyutnadi bagian tubuh yang berada di bawah torniket, akan t
erlihat dari warnakulit di sekitar daerah tersebut menjadi
kekuningan.
 Untuk memudahkan pengusungan, perlihatkan torniket, jangan
di tutupdengan selimut. Selain itu setiap 10 menit
torniket harus dikendurkanselama 30 detik, untuk memberi
kesempatan darah memberi makanan-makanan ke jaringan
di bawah torniket tersebut. Sementara torniketkendor,
luka dapat ditekan dengan kasa steril.
 Penderita yang ditorniket harus segera dikirim ke
rumah sakit, untuk memperoleh pertolongan selanjutnya.
C. Teknik Menghentikan Perdarahan
Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam tergantung jenis dan
tingkat perdarahannya.
1. Perdarahan External
Secara umum teknik untuk menghentikan perdarahan external antara
lain (Hamidi, 2011):
a. Dengan penekanan langsung pada lokasi cidera
Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu
parah, misalnya luka sayatan yang tidak terlalu dalam. Penekanan
ini dilakukan dengan kuat pada daerah pinggir luka. Setelah
beberapa saat dengan teknik ini maka sistem peredaran darah akan
menutup luka tersebut.
b. Dengan teknik elevasi
Setelah luka dibalut, maka selanjutnya bisa dilakukan dengan
teknik elevasi yaitu mengangkat bagian yang luka sehingga
posisinya lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes,
maka diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa
membuka balutan yang pertama.
c. Dengan teknik tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran
darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9
titik nadi yaitutemporal artery (di kening), facial artery (di
belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat
tulang selangka), femoral artery (di lipatan paha), popliteal
artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki),
dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
d. Dengan teknik immobilisasi
Teknik ini bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota
tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran
darah ke bagian luka tersebut dapat menurun.
e. Dengan tourniquet
Tourniquet adalah balutan yang menjepit sehingga aliran
darah di bawahnya terhenti sama sekali. Saat keadaan mendesak di
luar rumah sakit sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga
yang dilipat-lipat, atau sepotong karet ban sepeda dapat
dipergunakan untuk keperluan ini. Teknik hanya dilakukan untuk
menghentikan perdarahan di tangan atau di kaki saja.
PanjangTourniquet haruslah cukup untuk dua kali melilit bagian
yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk
memasang Tourniquet lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan
lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di
kaki). Teknik ini merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan
jika kemungkinan ada amputasi. Bagian lengan atau paha atas
diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak bisa
mengalir. Tourniquet dapat menyebabkan kerusakan yang menetap
pada saraf, otot dan pembuluh darah dan mungkin berakibat
hilangnya fungsi dari anggota gerak tersebut. Sebaiknya teknik ini
hanya dilakukan oleh mereka yang pernah mendapatkan pelatihan.
Jika keliru, teknik ini justru akan membahayakan. Saat penanganan
di luar rumah sakit, maka dahi korban yang
mendapatkan tourniquet diberi tanda silang sebagai penanda dan
korban harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut. Jika korban tidak segera mendapatkan penanganan maka
bagian yang luka akan dapat membusuk. Cara melakukan teknik ini
adalah sebagai berikut (Petra & Aryeh, 2012):
 Buat ikatan di anggota badan yang cedera (sebelum luka)
dengan verban yang lebarnya 4 inci dan buatlah 6 – 8 lapis.
Kalau tidak ada verban bisa pakai bahan yang telah
disebutkan diatas tadi. Kemudian buat simpul pada ikatan
tersebut
 Selipkan sebatang kayu dibawah ikatan itu.
 Kencangkan kedudukan kayu itu dengan cara memutarnya.
Agar kayu tetap erat dudukannya, ikat ujung yang satunya.

Menurut M. Sholekhudin (2011) dalam Seri P3K perdarahan berat,


maka teknik menghentikan perdarahan saat melakukan pertolongan pertama
adalah sebagai berikut:
a. Pastikan penderita selalu dalam keadaan berbaring. Perdarahan berat
tidak boleh ditangani sementara korban dalam keadaan duduk atau
berdiri.
b. Jika mungkin, posisikan kepalanya sedikit lebih rendah daripada
badan, atau angkat bagian tungkai kaki. Posisi ini bisa mengurangi
risiko pingsan dengan cara meningkatkan aliran darah ke otak.
c. Angkat bagian yang berdarah setinggi mungkin dari jantung.
Misalnya, jika yang berdarah bagian betis, letakkan betis tersebut di
atas tumpuan, sehingga posisinya lebih tinggi dari badan.
d. Buang kotoran dari luka, tapi jangan mencoba mencabut benda yang
menancap dalam.
e. Berikan tekanan langsung di atas luka. Gunakan pembalut yang
bersih. Jika tidak ada, gunakan sapu tangan atau potongan kain.
Jangan sekali-kali “memeriksa” perdarahan dengan cara menyingkap
pembalut.
f. Jika darah masih terus merembes, kuatkan tekanan. Tambahkan sapu
tangan lagi di atasnya, tanpa perlu membuang sapu tangan pertama.
Hal ini dilakukan karena di dalam darah yang keluar terdapat faktor-
faktor pembekuan.
g. Pertahankan tekanan hingga perdarahan berhenti. Jika telah mampet,
balut luka dengan verban, langsung di atas kain penyerap. Jika tidak
ada verban, gunakan potongan kain biasa. Kemudian segera bawa
korban ke rumah sakit.

Elevasi bagian yang luka

Sedangkan menurut Standard Prosedur Operasional (SPO) RS. Siti


Khodijah teknik menghentikan perdarahan untuk unit terkait Intensive Care
Unit dan Unit Gawat Darurat adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Petugas menggunakan alat pelindung diri ( kaca mata safety,
masker,handscoen, dan scort )
c. Perawat I menjalankan tugas:
 Menekan pembuluh darah proximal dari luka, yang dekat
dengan permukaan kulit dengan menggunakan jari tangan
 Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah yang luka
d. Perawat II menjalankan tugas:
 Mengatur posisi pasien
 Memakai sarung tangan steril
 Meletakkan kain kasa steril diatas luka, kemudian ditekan dengan
ujung-ujung jari.
 Meletakkan lagi kain kasa steril diatas kain kasa yang pertama,
kemudian tekan dengan ujung jari bila perdarahan masih
berlangsung. Tindakan ini dapat dilakukan secara berulang sesuai
kebutuhan tanpa mengangkat kain kasa yang ada
e. Melakukan balut tekan
 Meletakkan kain kasa steril diatas luka
 Memasang verban balut tekan, kemudian letakkan benda keras
(verban atau kayu balut) di atas luka
 Membalut luka dengan menggunakan verban balut tekan
f. Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat dan
traumatik amputasi
 Menutup luka ujung tungkai yang putus (amputasi) dengan
menggunkan kasin kasa steril
 Memasang tourniquet ± 10 cm sebelah proximal luka, kemudian
ikatlah dengan kuat.
 Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit sekali secara
periodik
g. Memasang SB Tube
 Menyiapkan peralatan untuk memasang SB Tube
 Mengatur posisi pasien
 Mendampingi dokter selama pemasanagn SB tube
 Mengobservasi tanda vital pasien
h. Hal–hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tourniquet dan SB
Tube:
 Pemasangan tourniquet merupakan tindakan terakhir jika
tindakan lainnya tidak berhasil, hanya dilakukan pada keadaan
amputasi atau sebagai “ live saving “
 Selama melakukan tindakan perhatikan:
 Kondisi pasien dan tanda vital
 Expresi wajah
 Perkembangan pasien
Pemasangan SB tube dilanjutkan dengan pengompresan dan irigasi
melalui selang

2. Perdarahan Internal
Berbeda dengan perdarahan external, penanganan perdarahan internal
pada korban bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut (Hamidi, 2011):
a. Rest
Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin
b. Ice
Bagian yang luka dikompres es hingga darahnya membeku. Darah
yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui
sirkulasi dan metabolisme tubuh.
c. Compression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat
proses penutupan lubang atau bagian yang rusak pada pembuluh darah
d. Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
Bawa korban ke rumah saki terdekat untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut

D. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Perawat


Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat saat memberikan
pertolongan dalam menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
1. Jika peristiwa terjadi diluar rumah sakit, maka seorang perawat dalam
memberikan pertolongan pertama sebelum menghentikan perdarahan
pastikan dulu kondisinya aman bagi korban, penolong (perawat) maupun
lingkungannya. Selain itu tetap menghubungi ambulance supaya cepat
mendapatkan penanganan di rumah sakit
2. Memastikan dahulu kondisi Airway, Breathing dan Circulation korban
tidak terganggu
3. Perawat harus teliti dan akurat dalam melakukan pengkajian luka dan
sumber perdarahan, apakah perdarahan external ataupun internal
4. Jika perdarahan external perawat harus bisa memahami/ mengetahui tipe
perdarahannya, apakah perdarahan arteri, vena atau kapiler
5. Perawat bisa menggunting atau melepas pakaian korban yang tebal
karena kemungkinan perdarahan external tidak terlihat (tertutup pakaian
tebal)
6. Melakukan teknik penghentian perdarahan sesuai dengan jenis
perdarahan dan tipe perdarahannya
7. Jika terpaksa dengan pilihan terakhir menggunakan tourniquet maka
pemasangannya dilakukan oleh perawat yang sudah mendapatkan
pelatihan dan tiap 15 menit, ikatannya harus dikendurkan selama 30 detik
untuk memberi kesempatan darah mengalir lagi. Tujuannya, mencegah
matinya jaringan akibat tidak mendapat suplai darah.
8. Jika ada kotoran pada luka harus dibersihkan dan perawat harus selalu
proteksi diri dengan APD yang ada
9. Jika membawa alat-alat lengkap, maka perawat bisa mencoba untuk
menjahit lukanya
PENUTUP

Dalam melakukan perawatan dan penanganan cidera olahraga


atau pertolongan pertama terlebih dahulu kita harus mengetahui, dan apa yang
harus dikerjakan. Ada tidakkah perdarahan, fraktur tulang (patah tulang) dan
sebagainya, atau mungkin kerusakan jaringan lunak yang sering terjadi dalam
olahraga, bahkan mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar
(perdarahan di bawah kulit) di daerah itu, bila terjadi akan ada warna ungu, nyeri
dan bengkak.
Demikian tadi makalah yang telah kami susun, semoga dengan adanya
makalah tentang pengertian, penyebab dan cara pertolongan pertama
pada perdarahan ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami selaku penyusun
merasa masih ada banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu
kami mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat


Kerja, atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Kartono Mohamad, 2001. Pertolongan Pertama. Edisi yang disempurnakan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Risang Bagus Sutawijaya, 2009. Gawat Darurat. Yogakarta: Aulia Publising.
Sudijandoko Andun, 2000, Perwatan dan Pencegahan Cedera, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai